Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80783 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Nurul Mustaqimah
"

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian di luar negeri ditemukan bahwa beberapa orang dewasa muda menderita penyakit periodontitis agresif. Saya memilih judul ini karena ternyata di Indonesia pun ditemukan adanya individu dewasa muda, baik dari kalangan sosial ekonomi rendah maupun sosial ekonomi menengah ke atas, yang menderita penyakit periodontitis agresif ini, yaitu geligi menjadi goyang hingga tanggal pada usia dini, remaja, atau dewasa muda. Prayitno (1990) meneliti pada 592 petani pemetik teh di Puncak dan Bandung serta pada 747 mahasiswa UI dari 10 fakultas yang semuanya berumur 18-30 tahun. Meskipun higiene mulut kelompok petani lebih buruk daripada kelompok mahasiswa, namun ditemukan tidak adanya perbedaan prevalensi kejadian penyakit periodontitis agresif pada kedua kelompok tersebut, yaitu 4,2% pada petani dan 3,9% pada mahasiswa. Untuk kejelasannya, saya akan membahas secara singkat mengenai jaringan periodonsium, macam penyakit, prevalensi, faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan atau memodifikasi penyakit periodontal, kecepatan progresi, serta patogenesis proses pengrusakannya.

Jaringan Periodonsium dan Macam Penyakit Periodontal

Jaringan periodonsium terdiri dari jaringan gingiva, ligamen perio. dontal, scmentum, dan tulang alveolar yang menyangga gigi di tempatnya. Penyakit periodontal mencakup gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan keadaan keradangan pada jaringan lunak di sekitar gigi sebagai respons imun langsung terhadap plak bakteri yang terbentuk di dekatnya. Periodontitis akan menyertai gingivitis, tergantung pada respon imun dan keadaan keradangan individu bersangkutan. Keadaan tersebut diawali oleh keberadaan plak bakteri. Namun, pada periodontitis terjadi keradangan kerusakan jaringan penyangga gigi, dan setelah jangka waktu tertentu dapat menyebabkan gigi terlepas. Gingivitis terjadi tanpa kerusakan epithelial attachment (perlekatan jaringan) yang merupakan bagian dasar dari sulkus gingiva (saku gusi), sedangkan periodontitis diawali oleh kerusakan perlekatan jaringan.

"
Jakarta: UI-Press, 2005
PGB 0450
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Lumban Gaol, Hanna Sonia
"Latar Belakang: Periodontitis merupakan inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan destruksi ligamen periodontal dan tulang alveolar, yang ditandai dengan peningkatan kedalaman poket, resesi, ataupun keduanya. Penyakit periodontal diderita oleh sebanyak 20-50% populasi dunia. Penyakit periodontal juga merupakan penyebab terbesar dari kehilangan gigi dan dipertimbangkan menjadi salah satu dari dua ancaman terbesar pada rongga mulut. Salah satu faktor hospes yang berperan penting dalam periodontitis adalah faktor genetik, dan salah satunya yaitu gen MIF-173 G/C (rs755622). Gen MIF berperan dalam menginisiasi ataupun memodulasi respon inflamasi pada jaringan periodontal. Polimorfisme pada gen ini menyebabkan perubahan fungsi dalam regulasi makrofag dan penurunan glukokortikoid. Penelitian ini juga belum pernah dilakukan di Indonesia. Tujuan: Menganalisis gambaran polimorfisme gen MIF-173 G/C (rs755622) pada Penderita Periodontitis di Indonesia. Metode: Analisis polimorfisme gen MIF-173 G/C (rs755622) yang dilakukan dengan metode PCR-RFLP dan divisualisasikan menggunakan Gel Electrophoresis. Hasil: Penelitian ini menggunakan 155 sampel antara lain 76 sampel non-periodontitis dan 79 sampel periodontitis, ditemukan 70 sampel non-periodontitis memiliki genotip GG dan 6 sampel non-periodontitis memiliki genotip GC. Sedangkan kelompok periodontitis memiliki 73 sampel dengan genotip GG dan 6 sampel dengan genotip GC. Tidak ditemukan genotip CC pada sampel non-periodontitis maupun periodontitis. Sementara frekuensi alel yang muncul yaitu 143 alel G dan 12 alel C. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada distribusi polimorfisme gen MIF-173 G/C antara penderita periodontitis dengan individu sehat (p = 1,0).

Background: Periodontitis is an inflammation in periodontal caused by microoganism. It induces periodontal ligament and alveolar bone destruction, which are marked by pocket increased, recession, or both. Periodontal disease were affected by 20-50% of world’s population. Also, periodontal disease is one of the biggest causes of tooth loss and is considered to be one of the two biggest threats to the oral cavity. One of the host factors that play an important role in periodontitis is genetic factors, and one of them is the MIF-173 G / C (rs755622) gene. The MIF gene is involved in initiating or modulating the inflammatory response in periodontal tissues. Polymorphism in this gene causes a change in function of macrophage regulation and glucocorticoids reduction. This research has also not been conducted in Indonesia. Objective: To analyze the polymorphism of MIF-173 G/C (rs755622) gene in periodontitis patients in Indonesia. Methods: Analysis of MIF-173 G/C (rs755622) gene polymorphism carried out by PCR-RFLP method and visualized using Gel Electrophoresis. Results: This study used 155 samples including 76 healthy control samples and 79 periodontitis samples, were found 70 control samples had GG genotypes and 6 control samples had GC genotypes. While the periodontitis group had 73 samples with GG genotype and 6 samples with GC genotypes. CC genotypes were not found in the control sample or periodontitis. While the frequency of alleles that emerged were 143 G alleles and 12 alleles C. Conclusion: There were no significant differences in the distribution of MIF-173 G/C gene polymorphisms between periodontitis patients and the healthy ones (p = 1.0)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yovela
"In the last few years, people from various age group are looking for orthodontic treatment, among them are adult. Adult patients in comparison with children or adolescent, have different condition in regard to their teeth and periodontal tissue. These differences will affect treatment plan we are making for adult patients. Orthodontic treatment for adult patients requires the use of light force, bondable tube and ligature wire. These steps are taken as an effort to overcome chief complaint and to prevent periodontal breakdown."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhia Anindhita Harsas
"Latar Belakang: Stres dapat diimplikasikan sebagai faktor risiko terhadap penyakit periodontal, yang dapat dilihat melalui kadar Interleukin-1β (IL-1 β).
Tujuan: Menganalisa hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal berdasarkan kadar IL-1β pada mahasiswa FKG UI program profesi.
Material dan metode:Pemeriksaan Dental Environtmental Stress (DES), indeks periodontal (indeks modifikasi Russel), dan kadar IL-1β dengan ELISA assay terhadap 38 subjek.
Hasil: Perbedaan bermakna pada hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1βmahasiswa profesi dokter gigiFKG UI.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1β, namun hubungannya dengan stres akademik belum dapat dibuktikan.

Introduction: Stress condition was implicated as one of risk factor to periodontal disease, that can be assesed by Interleukin-1β (IL-1β) level.
Objectives: To analyzethe relationship between academical stress to periodontal status and IL-1β.
Material and methods: 38 subjects were measuredfor perceived stress using The Dental Environment Stress (DES); periodontal condition using modified Russel periodontal index, and level of IL-1β in GCFusing ELISA assay.
Results: A significant differences was only showed in the relationship between IL-1βto periodontal status.
Conclusion: There is a relationship between IL-1β level to periodontal status, but not to academic stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yany Widyastuti
"Latar Belakang: Hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva belum banyak diteliti.
Tujuan: Menganalisis hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal melalui kadar kortisol pada mahasiswa program spesialis FKG UI.
Material dan metode: Pemeriksaan Graduate Dental Environtmental Stress (GDES), indeks periodontal (indeks periodontal modifikasi Russel), dan kadar kortisol dengan ELISA assay terhadap 38 subjek.
Hasil: Tidak terdapat hubungan antara stres akademik dengan kadar kortisol (p=0,431), stres akademik dengan status penyakit periodontal (p=0,727), dan kadar kortisol dengan status penyakit periodontal mahasiswa spesialis FKG UI (p=0,347).
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara stres akademik dengan status penyakit periodontal melalui kadar kortisol.

Background: Relationship between stress and periodontitis with cortisol hormone in crevicular gingival fluid have not been studied.
Objective: Analyzed relationship between academical stress spesialist students to periodontal status in relation to level of cortisol hormone in gingival crevicular fluid.
Material and Methods: 38 subjects examined stress by Graduate Dental Environment Stress; periodontal condition by modified Russel periodontal index, levels of hormone cortisol by ELISA.
Result: Relationship between stress and periodontitis (p=0,727), stress and cortisol hormone (p=0,431), cortisol hormone and periodontitis (p=0,347) were not significant.
Conclution: No relationship between stress, periodontitis, and level of cortisol hormone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica, Cindy
"Interleukin 8 (IL-8) merupakan chemokines yang berperan dalam patogenesis periodontitis. Polimorfisme promotor gen IL-8 -251A/T diduga berperan sebagai faktor risiko periodontitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara polimorfisme promotor gen IL-8 -251 A/T dengan tingkat keparahan periodontitis. Metode PCR-RFLP digunakan untuk mengidentifikasi polimorfisme pada 41 subjek kontrol dan 72 subjek periodontitis. Frekuensi alel T lebih tinggi pada kelompok kontrol (64,6%) dibanding periodontitis (50%). Mayoritas subjek periodontitis memiliki genotipe polimorfik (x2 = 0,320; p > 0,05) dan alel polimorfik (x2 = 0,167; p > 0,05). Tidak terdapat hubungan antara polimorfisme promotor gen IL-8 -251 A/T dengan tingkat keparahan periodontitis.

Interleukin 8 and its -251A/T gene promoter polymorphisms might be a risk factor of periodontitis. This study aims to evaluate the association of IL-8 -251 A/T gene promoter polymorphisms with severity of periodontitis. Polymorphisms were detected by the PCR-RFLP method in 41 controls and 72 periodontitis subjects. T allele frequency in control (64,6%) was more than in periodontitis group (50%). Majority of periodontitis subjects had polymorphic genotypes (x2 = 0,320; p > 0,05) and polymorphic allele (x2 = 0,167; p > 0,05). No association was found between IL-8 -251 A/T gene promoter polymorphisms with severity of periodontitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S44953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Annisa Sophia
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempersulit pembersihan gigi karena komponen alat ortodonti cekat mampu melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis. Akibat dari buruknya oral hygiene, lingkungan rongga mulut dapat berisiko mengalami kondisi patologis pada jaringan periodontal, salah satunya periodontitis kronis. Tujuan penelitian: Mengetahui evaluasi gigi geligi yang mengalami periodontitis kronis pada kasus pemakai alat ortodonti cekat. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif pada 76 subjek yang mengalami periodontitis kronis serta memakai alat ortodonti cekat, menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2008-2017. Hasil: Frekuensi periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah (51,3%), khususnya regio rahang bawah posterior (28,1%). Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif (31,3%), khususnya elemen gigi 11 (4,6%). Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal (32,6%). Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal (32,6%). Kesimpulan: Periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah, khususnya regio rahang bawah posterior. Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif, khususnya elemen gigi 11. Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal. Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal.

ABSTRACT
Background: Usage of fixed orthodontic appliances could cause difficulty on oral cleansing because its components could protect dental plaque from mechanical cleansing. The consequence of bad oral hygiene leads to an oral environment that could be at risk for pathological conditions in periodontal tissues, such as chronic periodontitis. Objective: To understand the dental evaluation of chronic periodontitis in cases of fixed orthodontic patients. Method: This retrospective descriptive study was conducted on 76 subjects that have chronic periodontitis and also using fixed orthodontic appliances, by using medical records of Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI in period of 2008 - 2017. Result: The frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in the mandibular teeth (51.3%), especially the posterior mandibular region (28.1%). The group of teeth with the highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances was the incisors (31.3%), especially the 11 tooth element (4.6%). The side with highest frequency of periodontal pocket and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the distal side (32.6%). The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the buccal side (32.6%). Conclusion: Chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in mandibular teeth, especially the posterior mandibular region. The group of teeth with highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontics is the incisor tooth group, especially the 11 tooth element. The side with highest frequency of periodontal pockets and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the distal side. The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the buccal side."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazzla Camelia Maisarah
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini menganalisis penyembuhan jaringan periodontal sesudah flep dengan aplikasi PRF dan cangkok tulang serta PRF saja. Metode: Empat belas sampel Periodontitis kronis dibedah flep dan diamati perbaikan status periodontal 3 dan 6 bulan paska flep. Hasil: Perbaikan tingkat perlekatan kelompok PRF dan cangkok tulang lebih baik dari kelompok PRF. Tidak ada perbedaan poket dan perdarahan gingiva yang lebih baik pada PRF dan cangkok tulang dibandingkan PRF. Kesimpulan: Ada perbedaan perbaikan tingkat perlekatan serta tidak ada perbedaan perbaikan poket dan perdarahan gingiva antara PRF dan cangkok tulang dibandingkan dengan PRF saja.

ABSTRACT
This study is to analyze periodontal tissue healing after flap using platelet rich fibrin and bonegraft and PRF only. Methode: Fourteen samples with chronic periodontitis were treated by flap and the periodontal status were evaluated at 3 and 6 month after treatment. Result: Attachment level healing in PRF and bonegraft is better than PRF group. Pocket depth and bleeding on probing were not better in PRF and bonegraft than PRF. Conclusion: There is a difference on attachment level and there are no difference on pocket and bleeding on probing between both of group."
2013
T32922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"

Bila dilihat semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi (Stovia) di Surabaya tahun 1928 maka adanya 2 Guru Besar bidang Periodontologi akan terasa amat langka apalagi bila dibandingkan dengan jumlah dokter gigi yang ada < 10.000 dokter gigi) serta penduduk Indonesia yang 200 juta jiwa. Selama hampir 69 tahun baru ada 2 Guru Besar, namun bila dilihat dart berkembangnya Ilmu ini, maka cabang ilmu Kedokteran Gigi ini merupakan cabang ilmu yang retatif masih baru dikembangkan yaitu sejak tahun 1960. Kelangkaan itu ditambah dengan banyaknya dokter gigi yang kurang berminat masuk di bagian ini, karena secara finanslil dianggap kurang menguntungkan. Kalau Prof. Aryatmo mengatakan bahwa ahli Blologi Kedokteran sama dengan ahli "perkodokan" maka di kalangan dokter gigi menganggap bahwa ahli di bidang Periodontologi sama dengan ahli "perjigongan" (istilah Surabaya ahli "pergudalan"). Namun dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, para dokter gigi sudah menyadari akan pentingnya ilmu ini. Hal ini terbukti dengan banyaknya dokter gigi yang mengambil spesialis bidang periodontologi baik dari kalangan ABRI, Depkes maupun kalangan pendidikan.

Hadirin yang saya hormati

Selama kebanyakan masyarakat hanya mengenal cabut gigi, tambal gigi, gigi palsu dan akhir-akhir ini mulai populer meratakan gigi (ortodonsi) yang oleh kebanyakan remaja sering digunakan untuk menunjukkan status sosial dari orang tuanya karena harganya yang cukup aduhai mahalnya.

Lalu apakah sebenarnya Periodontologi itu ?

Periodontologi yang berasal dad kata Per yang artinya pinggir/sekeliling, odont yang berarti gigi, logi = logos yang berarti ilmu. Jadi Periodontologi adalah ilmu (cabang ilmu kedokteran gigi) yang mempelajari pengetahuan dari jaringan sekitar gigi yang.terdiri dari jaringan gusi, tulang penyangga gigi, jaringan ikat di sekitar gigi dalam keadaan sehat dan sakit, sekaligus melakukan cara pencegahan dan perawatan penyakitnya. Untuk selanjutnya penyakit ini disebut "penyakit periodontal".

Berbagai penelitian menjelaskan bahwa penyakit periodontal ditandai dengan terjadinya kerusakan tulang dan dalam keadaan lanjut gigi menjadi goyang. Terjadinya kegoyangan gigi sering kurang diperhatikan oleh masyarakat karena tidak disertai rasa sakit. Kegoyangan gigi yang tidak/kurang diperhatikan maka lama-kelamaan akan lepas dengan sendirinya.

"
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0448
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Nurul
"Periodontal diseases are frequently suffered in patient of all ages. This condition consist of several signs and symptoms, etiology, pathogenesis, and response to treatment which seems almost similar. The classification of those diseases have been adjusted, lately in 1999, the major cause of these diseases is bacterial. Microorganisms acts to result in infection due to the influence of host response, genetic, local and systemic factors. Gingivitis condition has an irreversible status and periodontitis has to be overcome immediately to prevent from further destruction. Some steps of initial treatment and supporting treatment should be given to the patient, which is able to be done by all dentists."
[Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>