Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71649 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Citrawanti Oktavia
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara persepsi iklim sekolah dengan tanggung jawab belajar siswa SMA. Pengukuran persepsi iklim sekolah menggunakan modifikasi Instrument student perception of school climate yang dibuat oleh NASSP (National Association of Secondary School Principals) dan pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Sukiat (1993). Partisipan berjumlah 161 siswa yang berasal dari beberapa sma di Jakarta dan sekitarnya yang terdiri dari tiga tingkatan kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan hubungan antara iklim sekolah dengan tanggung jawab siswa (R2 = 0.304; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, sebanyak 30,4 % varians persepsi iklim sekolah dapat dijelaskan melalui tanggung jawab siswa, sedangkan 69.6 % sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diketahui. Hasil lain menunjukkan bahwa dimensi persepsi iklim sekolah yang memberikan sumbangan indeks korelasi parsial kuadrat yang signifikan dengan tanggung jawab adalah nilai tingkah laku siswa, penyelenggaraan bimbingan, hubungan orang tua dan komunitas dengan sekolah serta pengelolaan pengajaran. Berdasarkan hasil tersebut, iklim suatu sekolah perlu ditingkatkan untuk mendukung tanggung jawab siswa terutama pada dimensi yang memberikan sumbangan indeks korelasi parsial kuadrat yang signifikan tersebut.

This research was conducted to find correlation between students perception of school climate and responsibility student of learning among. Perception of school climate was measured using an modification instrument from NASSP (National Association od School Secondary Program) and responsibility was measured using a instrument constructed from Sukiat (1993). The participants of this research are 161 students from several high schools in Jakarta and near from Jakarta consist of three grade classes from this school. The main results of this research show that perception of school climate correlated significantly with responsibility (R2 = 0.304; significant at L.o.S 0.05). That is, as much as 30,4% variance perception of school climate can be explained by responsibility students of learning, while 69.6% were influenced by other variables that are not known. Other results showed that dimension of school climate that contribute correlation partial indeks significantly with responsibility students of learning are student behavioral values, guidance, parent & community school relationship and instructional managements. Based on these results, school climate needs to improve for increased responsibility among students, especially in the dimension that contribute significantly with responsibility students mainly."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ayu Putri Anas
"Pada masa Pandemi Covid-19, keterlibatan siswa belajar di kelas selama berlangsungnya sistem Pembelajaran Jarak Jauh semakin menurun. Beberapa penelitian menemukan adanya pengaruh kepuasan siswa dan kehadiran guru mengajar secara aktif tehadap keterlibatan siswa. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran peran kepuasan siswa dan kehadiran pengajar pada siswa kelas 12 SMA selama masa pembelajaran jarak jauh terhadap agentic engagement atau keterlibatan agentik siswa di kelas. Kepuasan siswa mengacu pada alat ukur Online Course Student Satisfaction (OCSS), Kehadiran pengajar diukur dengan CoI (Community of Inquiry) untuk komponen teaching presence, sedangkan Agentic Engagement diukur melalui Agentic Engagement Scales (AES). Partisipan penelitian ini adalah 202 siswa kelas 12 dengan rentang usia 16-20 (M=17.68). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan siswa dan kehadiran pengajar berperan sebagai prediktor yang signifikan (= 0.358, p <0.05) atau prediktor berkontribusi sebesar 35.8% terhadap Agentic Engagement pada siswa kelas 12 SMA. Hal ini menunjukkan bahwa semakin siswa puas dalam pembelajaran di sekolah dan guru hadir secara aktif dalam pengajaran, maka semakin tinggi pula keterlibatan siswa belajar di kelas. Selain itu, diketahui bahwa kehadiran pengajar di dalam kelas memprediksi lebih besar keterlibatan siswa di kelas dibandingkan kepuasan siswa dalam pembelajaran jarak jauh.

During the Covid-19 Pandemic, student involvement in learning in class during the Distance Learning system has decreased. Several studies found that there was an effect of student satisfaction and the teaching presence actively teaching on student engagement. Therefore, this study aims to describe the role of student satisfaction and teaching presence in 12th grade high school students during the distance learning period on student engagement in class. Student Satisfaction refers Online Course Student Satisfaction (OCSS) measurement tool, Teaching Presence is measured by CoI (Community of Inquiry) for the teaching presence component, while Agentic Engagement is measured through Agentic Engagement Scales (AES). The participants of this study were 202 students with an age range of 16-20 (M=17.68). The results of this study indicate that student satisfaction and teaching presence act as significant predictors (= 0.358, p <0.05) or predictors contribute 35.8% to Agentic Engagement in 12th grade high school students. This shows that the more satisfied students are in learning at school and the teacher is actively present in teaching, the higher the involvement of students in learning in class. In addition, it is known that the presence of the teacher in the classroom predicts greater student engagement in class than student satisfaction in distance learning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debbi Ratnaning Utami
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara keterlibatan orang tua dan
keterlibatan peserta didik di sekolah pada peserta didik SMA. Partisipan
penelitian ini berjumlah 180 peserta didik SMA. Penelitian ini merupakan
penelitian korelasional. Definisi keterlibatan orang tua adalah sikap dan tingkah
laku yang ditunjukkan oleh orang tua untuk memajukan dan mendukung
perkembangan akademik, sosial dan kognisi anak yang dilakukan di dalam
lingkungan rumah maupun sekolah. Definisi keterlibatan peserta didik di
sekolah adalah usaha yang dikeluarkan oleh peserta didik baik berupa tingkah
laku, emosi maupun kognisi, ketika mengikuti aktivitas di sekolah. Alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat ukur School Engagement-
McArthur (Lippman, 2008) dan High School and Family Partnership (Epstein,
et al., 1993). Hasil penelitian menunjukan adanya korelasi yang positif dan
signifikan antara keterlibatan orang tua dan keterlibatan peserta didik di sekolah
pada peserta didik SMA.

ABSTRACT
The pupose of this study is to investigate the relationship between parent
involvement and school engagement of high school students. Participants of this
study were 180 high school students. The data were collected using
convenience sampling method. This is a correlational study with quantitative
methods. Parent involvement define as parent attitudes and behavior to promote
and support child‟s academic, social and cognitive development in at home and
at school. Meanwhile, school engagement is the student‟s effort to engage
thoroughly in behavior, emotional and cognitive, while taking part in school
activities. The instruments that used in this study is School Engagement-
McArthur (Lippman, 2008) and High School and Family Partnership (Epstein,
Connor-Tadros & Salinas, 1993). Results showed a positive and significant
relationship, between parent involvement and school engagement of high
school students."
2015
S58740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafika Rahmi
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah pelibatan diri berperan sebagai mediator dalam hubungan antara iklim kelas dengan sikap kreatif siswa di Sekolah Alam. Penelitian dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan sikap kreatif untuk menghadapi tantangan masa depan yang distimulasi melalui penciptaan iklim kelas dan pelibatan diri. Penelitian ini merupakan tipe non eksperimental dengan metode pengambilan sampel non-probability sampling yaitu siswa kelas 3-5 SD Sekolah Alam Indonesia dengan memberikan kuesioner sebanyak tiga buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan diri berperan penuh sebagai mediator dalam hubungan antara iklim kelas dengan sikap kreatif siswa. Iklim kelas juga menunjukkan hubungan positif dan signifikan dengan sikap kreatif.

The aim of this study is to measure the role of school engagement as mediator in relations between classroom climate with creative attitude in nature based school. The background of this research is the needs of creative attitude to face the challenge in the future by create the classroom climate and make the children more involved in school activity. This research is done with quantitative methods and non probability sampling methods for elementary school students from grade 3 until 5 in one of Nature Based School in Jakarta by giving them three self report questionnaires. Results of this research indicated that school engagement role as a mediator in relations between classroom climate with creative attitude in nature based school elementary students. The clasroom climate also indicated that has a relations with creative attitude."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulivan Fitriati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara persepsi siswa terhadap kehangatan guru dan keterlibatan emosi dalam belajar pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini melibatkan sebanyak 121 partisipan yang merupakan siswa kelas 4 dan 5 sekolah dasar di beberapa sekolah dasar yang terletak di Jakarta Selatan. Berdasarkan analisis perhitungan data, ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap kehangatan guru dan keterlibatan emosi dalam belajar pada siswa sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin siswa merasakan adanya kehangatan dari gurunya maka semakin siswa merasa nyaman dalam belajar. Selain itu, ditemukan pula hubungan yang negatif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap kehangatan guru dan disafeksi emosi siswa dalam belajar. Fakta ini menunjukkan bahwa semakin siswa merasa guru tidak menunjukkan kehangatan maka semakin siswa merasa tidak nyaman dalam belajar. Implikasi dari penelitian ini didiskusikan lebih lanjut.

ABSTRACT
The purpose of this study is to investigate if there is any relationship between student perception of teachers’ warmth and elementary school students’ emotional engagement in learning. There are 121 participants in this study, who are going through elementary education in the 4th and 5th grade. Through data analysis, result shows that there is a positive and significant relationship between student perception of teachers’ warmth and emotional engagement in learning. This shows that when students feel the warmth of their teachers, they will feel happy at learning in the classroom. Further analysis shows that there is a negative and significant relationship between student perception of teachers’ warmth and disaffected emotion which shows that if students doesn’t feel their teachers’ warmth, they will feel more uncomfortable at learning in class. Implications of this study will be discussed.
"
2015
S60880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Telaumbanua, Rizky Saputra
"ABSTRAK
Pengalaman kekerasan seksual pada anak dapat menimbulkan gangguan fisik, emosi, perilaku dan kognitif, sehingga mempengaruhi kapasitas dan fungsi anak, termasuk dalam meraih prestasi belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengalaman kekerasan seksual terhadap prestasi belajar. Subjek penelitian adalah siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Beji, Depok. Penelitian menggunakan metode cross sectional dimana dilakukan penyebaran kuesioner demografi dan Childhood Trauma Questionnaire serta pengumpulan nilai rapor kepada 209 subjek yang merupakan siswa dari SMAN 11 Depok, SMA IT Al Qudwah, SMA Muhammadiyah Beji dan SMA Tarbiyah Islamiyah. Childhood Trauma Questionnaire memiliki sensitivitas 45 dan spesifisitas 93 dalam menentukan pengalaman kekerasan seksual. Dari 209 subjek, 35 orang mengalami kekerasan seksual dan 174 sisanya tidak mengalami. Untuk kelompok yang mengalami kekerasan seksual, 20 orang memiliki nilai rapor dibawah rata-rata kelas dan 15 lainnya memiliki nilai diatas rata-rata. Adapun pada kelompok yang tidak mengalami kekerasan seksual, 89 orang memiliki nilai dibawah rata-rata dan 85 sisanya memiliki nilai diatas rata-rata. Pada kelompok yang mengalami kekerasan seksual, mayoritas 25 subjek hanya mengalami kekerasan seksual ringan ke menengah dengan skor rata-rata untuk kekerasan seksual adalah 7,23 0,35. Uji Chi-Square antara pengalaman kekerasan seksual dan prestasi belajar menunjukkan nilai p = 0,517 dengan RR = 1,27 95 CI 0,61-2,64 . Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengalaman kekerasan seksual dengan prestasi belajar subjek penelitian. Penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang lebih ideal dan teknik diagnosis yang lebih akurat diperlukan untuk menguatkan penelitian ini.

ABSTRACT
Child sexual abuse can lead to physical, emotional, behavioral dan cognitive impairment, thus affecting the capacity and function of children, including academic performance. The objective of this research is to analyze the relationship between history of child sexual abuse and academic performance. Subject are senior high school students in Beji District, Depok. This research was a cross sectional study, which had done by distributing demography and childhood trauma questionnaire to participant, and then collecting their school report score. There were 209 subjects, whom were students from SMAN 11 Depok, SMA IT Al Qudwah, SMA Muhammadiyah Beji and SMA Tarbiyah Islamiyah. Childhood trauma questionnaire has a 45 sensitivity and 93 specificity in diagnosing sexual abuse. From the 209 subjects, 35 subjects had experienced sexual abuse. In this group, 20 subjects had school report score below the class average. Meanwhile, of the 174 people who have not experienced sexual abuse, 89 subjects had school report score below the class average. In positive sexual abuse experienced group, majority of subjects 25 subjects had experienced slight to moderate sexual abuse with mean score is 7,23 0,35. Chi Square test between history of child sexual abuse and academic performance have p 0,517 with RR 1,27 95 CI 0,61 2,64 . The study shows that there is no statistically significance association between history of sexual abuse and academic performance. Further, research with more ideal study design and more accurate diagnostic instrumen are necessary to asses this result."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muna Namira
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hubungan antara dukungan sosial (orang tua, guru, teman sekelas dan teman dekat) dan keterlibatan siswa di sekolah. Pengukuran dukungan sosial dilakukan menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) (Malcki & Demaray, 2002) dan pengukuran variabel keterlibatan siswa di sekolah menggunakan Student Engagement in School (Lam, Wong, Shin, Negovan, Nelson, Liu, Duck dkk., 2014). Partisipan penelitian ini berjumlah 127 siswa SMA (66 siswa kelas X dan 61 siswa kelas XI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan ditemukan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara dukungan sosial dengan keterllibatan siswa di sekolah (R = 0,564). Hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan keterlibatan siswa di sekolah, hanya ditemukan pada dukungan sosial orang tua (r = 0,263) dan guru (r = 0,359) dengan keterlibatan siswa di sekolah.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial orang tua dan guru yang diterima siswa, maka kecenderungan keterlibatan siswa di sekolah akan semakin meningkat. Untuk dukungan sosial teman kelas dan teman dekat, tidak ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan keterlibatan siswa di sekolah.

This study was conducted to find the correlation between social support (parents, teachers, classmates, and close friends) and student engagement. Social support was measured with Child and Adolesent Social Support Scale (CASSS) (Malecki & Demaray, 2002). Student Engagement is measured with Student Engagement in School instrument (Lam dkk., 2014). Total of 127 high school student was selected to participate in this study.
The result of this study show that significant correlation with student engagement only found in parents social support ( r = 0,263) and teacher social support ( r = 0,369).
Based on these result, it can be concluded that the more parents and teachers social support that perceived by student, the more engage they are. The correlation found highest in teachers social support, and followed by social support from parents. Furthermore, these study also found that there is no significant correlation between social support from classmates and close friend on student engagement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Roulina
"Kesejahteraan psikologis (PWB) dapat membantu remaja mengatasi stres dan kesulitan. Penelitian ini melihat apakah komponen iklim sekolah (SC) serta jenis kelamin dapat memprediksi PWB remaja di pedesaan Indonesia. Studi epidemiologi dilakukan terhadap 1.023 siswa SMP di Banyuwangi dengan pendekatan berbasis sekolah. Analisis multiple linear regression menunjukkan bahwa siswa laki-laki yang menilai hubungan antar siswa di sekolah baik, harapan sekolah terhadap siswa jelas, peraturan di sekolah adil, dan tingkat perundungan di sekolah rendah memiliki tingkat PWB yang lebih tinggi (F(5,1017) = 48,069, p < ,001, R2 = 0,191). Penelitian ini menunjukkan pentingnya fokus pada komponen SC tertentu serta memberi dukungan yang berfokus pada perbedaan gender untuk meningkatkan PWB siswa SMP di Banyuwangi.

Psychological Well-Being (PWB) is beneficial for adolescents during times of stress and difficulties. This study examines whether components of School Climate (SC) and gender can predict the PWB of rural Indonesian adolescents. An epidemiological study was conducted on 1.023 junior high school students in Banyuwangi. Multiple linear regression analysis showed that male students who perceive positive relationships among students at school, clear school expectations toward students, fair school regulations, and low levels of bullying at school have higher levels of PWB (F(5,1017) = 48,069, p < ,001, R2 = 0,191). This study shows the importance of focusing on specific components of SC as well as providing support that focuses on gender differences to improve the PWB of middle school students in Banyuwangi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asetya
"ABSTRAK
Penggunaan strategi self-regulated learning berperan penting dalam pencapaian
akademik siswa. Dalam perkembangannya, keterampilan penggunaan strategi
self-regulated learning dibentuk oleh peran orang tua di rumah. Ayah diduga
menjadi agen yang penting dalam perkembangan keterampilan self-regulated
learning berdasarkan faktor personal. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara keterlibatan ayah dengan penggunaan strategi self-regulated
learning pada siswa sekolah menengah atas. Penelitian ini menggunakan alat
ukur Father Involvement Scale untuk mengukur persepsi anak terhadap
keterlibatan ayahnya, dan alat ukur Self-Regulated Strategies Inventory-Self
Report untuk mengukur penggunaan strategi self-regulated learning.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat korelasi yang signifikan antara
keterlibatan ayah dengan penggunaan strategi self-regulated learning (p = .007).

ABSTRACT
result shows a significant correlation between father involvement and selfregulated
learning strategies usage (p = .007)."
2015
S58811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brian Reggie Suwandy
"Latar Belakang Atlet dengan variasi postur pada area lumbal memiliki risiko cedera hamstring lebih tinggi. Salah satu variasi postur yang dapat mengganggu adalah Lower Crossed Syndrom. Anterior Pelvic Tilt yang merupakan bagian dari Lower Crossed Syndrom menjadi salah satu faktor risiko penyebab cedera pada atlet. Corrective exercise perlu dilakukan untuk mendapatkan perbaikan kinerja otot, mencegah terjadinya cedera, dan meningkatkan performa saat bertanding. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dasar upaya pencegahan cedera karena ketidakseimbangan kinerja otot terkait dengan variasi postur pada pelajar yang menekuni olahraga bola basket. Metode Penelitian ini menggunakan desain Randomized Controlled Trial. Correcctive exercise yang diberikan pada kelompok uji berupa inhibitory self-myofascial release, lengthening techniques, activation, dan integration. Hasil Perbandingan hasil perubahan kelompok intervensi dan kontrol didapatkan perubahan daya tahan otot fleksor pada kelompok intervensi secara statistik bermakna (p<0,05). Kelompok intervensi mengalami perbaikan sudut Anterior Pelvic Tilt baik dari sisi kiri maupun kanan setelah melakukan corrective exercise. Pada kelompok kontrol perbaikan ini tidak ditemukan. Pada kelompok intervensi perbaikan sudut pelvic tilt tidak bermakna namun secara klinis perubahan tersebut mengubah status dari Anterior Pelvic Tilt menjadi normal. Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan peningkatan sudut pelvic tilt kanan dan kiri menjadi lebih besar walaupun secara statistik tidak bermakna. Kesimpulan Corrective Exercise memberikan perbaikan daya tahan otot batang tubuh, serta perbaikan sudut pelvic tilt untuk pelajar sekolah menengah dengan variasi postur Anterior Pelvic Tilt.

Background Athletes with posture variations in the lumbar area have a higher risk of hamstring injuries. One of the posture variations that might cause a problem is Lower Crossed Syndrome. Anterior Pelvic Tilt, part of Lower Crossed Syndrome, is a risk factor for causing injury to athletes. Corrective exercise could improve muscle performance, prevent injury, and improve competing performance. This study aims to obtain a basis for preventing injuries due to imbalances in muscle performance associated with variations in posture in basketball student- athlete. Methods This study used a randomized controlled trial design. The corrective exercises given to the test group were inhibitory self-myofascial release, lengthening techniques, activation, and integration. Results A comparison of the changes in the intervention and control groups showed that changes in flexor muscle endurance in the intervention group were statistically significant (p<0,05). The intervention group experienced an improvement in the Anterior Pelvic Tilt angle following corrective exercises. In the control group, there was an improvement. In the intervention group, the correction of the pelvic tilt angle was insignificant, but clinically the change altered the status from Anterior Pelvic Tilt to normal. In the control group, the increase in pelvic tilt angles was more remarkable, although not statistically significant. Conclusion Corrective exercise provides improvement in trunk muscle endurance and improvement of pelvic tilt angles for junior high school and High School students with variations of Anterior Pelvic Tilt Posture."
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>