Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herry Wibisono
"Kelebihan berat badan dan Obesitas adalah suatu masalah kesehatan yang sedang bertumbuh pesat, terutama pada negara-negara berkembang. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah suatu indeks sederhana dari berat badan per tinggi badan yang sering digunakan untuk mengklasifikasi kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa. Mahasiswa kedokteran, terutama mahasiswa kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FMUI) rentan mendapatkan masalah kelebihan berat badan.
Studi ini adalah sebuah cross-sectional study yang membandingkan fungsi faal paru (FVC, FEV1, dan FEV1/FVC) antara individu-individu yang berberat badan normal atau kurang dengan individu-individu yang kelebihan berat badan ataupun obese. Didapatkan jumlah sampel sebesar 40 subjek yang terdiri dari 22 orang laki-laki dan 18 orang perempuan yang menunjukkan nilai FVC dan FEV1 yang lebih tinggi pada orang yang mengalami kelebihan berat badan ataupun obesitas pada laki-laki dan perempuan dibandingkan dengan mereka yang diklasifikasikan sebagai berberat badan normal atau kurang. Namun, persentase FEV1/FVC lebih rendah pada grup laki-laki dan perempuan yang kelebihan berat badan atau obese dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan yang berberat badan normal atau kurang.
Perbedaan-perbedaan yang telah dijabarkan di atas tersebut bagaimanapun juga tidak signifikan secara statistic, kecuali pada skor FVC di grup laki-laki antara individu berberat badan normal atau kurang dengan individu-individu yang kelebihan berat badan ataupun obese (p=0.031). Riset lanjutan yang lebih mendalam dalam lingkup efek dari IMT terhadap fungsi faal paru masih sangat dibutuhkan dan riset ini dapat menjadi sebuah studi pendahuluan untuk riset yang lebih baik di masa yang akan datang.

Overweight and obesity is currently a growing health problem, especially in developing countries. Body Mass Index (BMI) is a simple index of weight-for-height that is commonly used to classify overweight and obesity in adults. Medical students, especially student of Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI), are prone to get overweight problems.
This study was a cross-sectional study which compares lung function (FVC, FEV1, and FEV1/FVC) between normal and underweight people with overweight or obese people. Total of 40 subjects which comprised of 22 males and 18 females were obtained, which shows higher FVC and FEV1 score for overweight or obese males and females compared to their counterparts. The FEV1/FVC percentage on the other hand, was lower in overweight or obese group than in normal or underweight group.
The differences however, was not statistically significant, except for FVC score in males group (p=0.031). Further research on the field of BMI effect on lung function is still largely needed and this research might act as a preliminary study for the greater good.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Aris Arfiansyah
"Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu kondisi patologis yang dapat ditemui pada seluruh kelompok umur tidak terkecuali remaja dan dewasa muda. Mahasiswa kedokteran tahun pertama termasuk ke dalam kelompok usia yang juga memiliki risiko untuk mengalami obesitas. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara durasi tidur terhadap perubahan indeks massa tubuh (IMT) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Metode: Studi observasional kohort retrospektif dilakukan pada 154 orang mahasiswa tahun pertama FKUI. Pengambilan data didapat dari Klinik Makara UI pada bulan Mei dan Juli 2018 dan melalui kuesioner pada bulan Mei 2019 dalam bentuk berat badan, tinggi badan, sosiodemografi dan durasi tidur subjek per hari. Berat badan dan tinggi badan digunakan untuk menghitung IMT yang kemudian digunakan untuk menganalisis perubahan IMT subjek selama masa perkuliahan tahun pertama menggunakan uji nonparametrik Wilcoxon. Selain itu, menguji hubungan antara durasi tidur terhadap perubahan indeks massa tubuh menggunakan uji Chi-square. Hasil: Didapatkan perbedaan rerata berat badan dan tinggi pada awal dan akhir studi yang signifikan (p=0,012 dan p<0,01), rata-rata penambahan berat badan sebesar 0,43 kg dan rata-rata perubahan tinggi sebesar 0,5 cm. Tidak didapatkan perbedaan proporsi IMT yang berbeda bermakna (p=0,346). Diketahui pula hubungan antara durasi tidur dengan perubahan IMT mahasiswa tahun pertama FKUI sebesar p=0,491. Kesimpulan: Mahasiswa tahun pertama FKUI tidak mengalami perubahan IMT yang bermakna selama satu tahun pertama kuliah kedokteran dan tidak ada hubungan antara durasi tidur terhadap perubahan IMT.

Background: Obesity is a pathological condition that can be found in all age groups including adolescent and young adult. Freshman year medical students who are belong to those two populations also have a risk of suffering obesity. Objective: This study was done to find the effect of sleep duration on changes in body mass index (BMI) of freshman year students of Faculty of Medicine University of Indonesia (FMUI) Methods: Observational study retrospective cohort was conducted on 154 freshman year students of FMUI. Data were collected from Klinik Makara UI on May and July 2018 and through questionnaires on May 2019 in the form of subjects’ weight, height, sociodemographic and sleep duration per day. Weight and height were used to calculated BMI which was then used to analyze changes in subjects’ BMI during the first year in college using nonparametric test Wilcoxon. In addition, the relationship between sleep duration and changes in subjects’ BMI was tested using Chi-square test. Results: There were significant differences in the mean of weight and height at the beginning and the end of the study (p=0.012 and p<0.01), weight gain averaged 0.43 kg and changes in height averaged 0.5 cm. There were no significant differences in the proportion of subjects’ BMI (p=0.346). It was known that relationship between sleep duration and changes in subjects’ BMI was p=0,491 Conclusion: Freshman year students of FMUI did not experience significant changes in BMI during their first year of medical college and there was no relationship between sleep duration and changes in BMI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taris Radifan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Obesitas dan berat badan berlebih merupakan salah satu kondisi kesehatan yang menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan survey Riskesdas pada tahun 2018, sebesar 21,8% orang dewasa mengalami obesitas. Salah satu faktor yang berpengaruh ialah kurangnya aktivitas fisik, namun belum ada penelitian di Indonesia yang dapat menilai hubungan aktivitas fisik dengan peningkatan berat badan serta indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama.
Tujuan: Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan perubahan berat badan dan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Metode: Data perubahan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan melalui dua kali pengukuran pada awal dan akhir tahun ajaran. Data awal merupakan data sekunder dari Klinik Makara pada awal tahun ajaran dan data akhir didapatkan melalui pengukuran yang dilakukan di RIK UI pada bulan Mei 2019. Untuk data aktivitas fisik didapatkan melalui pengisian kuisioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) pada pengambilan data akhir. Selanjutnya, dilakukan uji chi-square untuk menilai hubungan antara aktivitas fisik dengan kenaikan IMT.
Hasil: Berdasarkan hasil analisis indeks massa tubuh pada awal dan akhir penelitian, tidak ditemukan adanya perubahan yang signifikan pada indeks massa tubuh subjek (p>0,05). Pada analisis tingkat aktivitas fisik didapatkan bahwa sekitar 27% subjek tidak melakukan aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi WHO, namun tidak ditemukan hubungan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh (p>0,05).
Kesimpulan: Tidak terjadi peningkatan indeks massa tubuh yang signifikan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan perubahan indeks massa tubuh pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

ABSTRACT
Background: Obesity and overweight is one of the medical conditions that is still a problem in Indonesia. According to Riskesdas survey in 2018, 21,8% of adults above 18 years old are obese. One of the factor that is thought to be significant in these increases is insufficient physical activity. Howerver, there is no study about the relationship between physical activity and the increase in body mass index and body weight in Indonesian college freshmen.
Objective: The objective of this study is to find the correlation between physical activity and the change in body weight and body mass index in freshmen of Faculty of Medicine Universitas Indonesia.
Methods: The data about change in body mass index is obtained by taking measurements at the start and the end of the academic year. The initial data is a secondary data from Klinik Makara and the second data is a primary data obtained by taking measurement in May 2019 at UI Health Cluster. The data about physical activity is obtained using the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) during the second measurement. Then, chi-square test is done to find the relationship among determinants and outcome.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Andika
"Latar Belakang: Penyakit paru dibagi menjadi dua jenis yaitu, penyakit paru obstruktif dan restriktif. Riwayat penyakit paru seperti asma dan infeksi saluran napas di masa kanak-kanak dapat menurunkan fungsi paru. Sebagian besar penyebab penyakit paru restriktifdi Indonesia adalah tuberculosis. Pasien dengan riwayat penyakit paru restriktif mempunyai fungsi paru yang menurun dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat penyakit paru restriktif.
Metode: Subyek penelitian diberikan kuesioner untung menentukan apakah dia pernah didiagnosa mempunyai penyakit paru dan selanjutnya fungsi paru subyek akan diperiksa dengan menggunakan KOKO legend spirometry. Data yang didapat akan di-interpretasikan dengan menggunakan guideline dari RS Persahabatan. Parameter yang digunakan adalah FVC/FVC prediksi, FEV1/FEV1 prediksi, and FEV1/FVC.
Hasil: Terdapat 8 subyek dari 40 subyek yang mempunyai riwayat penyakit paru (asma). Nilai rata-rata FVC/FVC prediksi subyek yang mempunyai riwayat penyakit paru dan yang tidak adalah 108% dan 108,15% (P= 0,97). Nilai rata-rata FEV1/FEV1 prediksi subyek yang mempunyai riwayat penyakit paru dan yang tidak adalah 106,12%. dan 109,19% (P=0.511). Nilai rata-rata FEV1/FVC subyek yang mempunyai riwayat penyakit paru dan yang tidak adalah 98,54% dan 90,13% (P= 0.519).

Background: The lung diseases are divided into two types which are obstructive and restrictive lung disease. The history of lung diseases such as asthma and respiratory infections in childhood could reduce the lung function in many years later in adulthood. Most restrictive lung disease in Indonesia is caused by tuberculosis. Patients who had history of restrictive pulmonary disease had lower lung function compared to those who had not.
Method: subjects are given questionnaires to determine whether he/she had ever been diagnosed as having pulmonary disease, and then have their lung function measured using KOKO legend spirometry. Data collected was interpreted using the Persahabatan guidelines. The parameters used are FVC/FVC prediction, FEV1/FEV1 predicion, and FEV1/FVC.
Result: There were 8 subjects out of 40 subjects who had history of pulmonary disease (asthma). The mean of FVC/FVC prediction of subjects who had history of pulmonary disease and who had no were 108% and 108,15% respectively (P= 0,97). The mean of FEV1/FEV1 prediction of subjects who had history of pulmonary disease and who had not were 106,12%. and 109,19% respectively (P=0.511). The mean of FEV1/FVC of subjects who had history of pulmonary disease and who had not were 98,54% and 90,13% respectively (P= 0.519).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Arfiananda
"ABSTRAK
Obesitas mulai muncul sebagai masalah yang serius di seluruh dunia, keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya beberapa penyakit, diantaranya adalah DM Tipe 2, Penyakit Jantung Koroner, dan dislipidemia. Obesitas dapat terjadi di semua kalangan. Faktor yang mempengaruhi obesitas diantaranya genetik, pola makan, aktivitas fisik, dan stres. Mahasiswa kedokteran merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami obesitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola makan dan perubahan status gizi pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Desain penelitian ini menggunakan kohort retrospektif. Sampel merupakan mahasiswa FKUI tahun pertama tahun ajaran 2018/2019. Penelitian dilakukan di RIK UI di awal tahun ajaran Mei atau Juli 2018 dan di akhir tahun ajaran Mei 2019. Pola makan diukur menggunakan kuesioner AFHC yang diisi oleh responden. Didapatkan rerata perubahan berat badan sebesar 0,43 kg (p 0,012), rerata perubahan tinggi badan sebesar 0,0031 m (p<0,01), dan median perubahan IMT sebesar 0,2 (p 0,346). Tidak ada hubungan antara skor AFHC dengan IMT (P=0,233). Tidak ditemukan perubahan IMT di awal dan di akhir tahun ajaran pada mahasiswa FKUI tahun pertama. Tidak ada hubungan antara pola makan yang dinilai dengan skor AFHC dengan perubahan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa FKUI tahun pertama.

ABSTRACT
Obesity is starting to emerge as a serious problem throughout the world. Obesity leads to higher risk of several diseases, such as type 2 DM, coronary heart disease, and dyslipidemia. Factors affecting obesity include genetic, diet, physical activity and stress. Medical students are at high risk of obesity. The purpose of this study was to determine the relationship of dietary habit and changes of BMI in the first-year medical students of FMUI. This study is a retrospective cohort. Its subjects are medical students in the first year of the 2018/2019. The study was conducted at RIK UI at the beginning of the school year in May or July 2018 and at the end of the school year in May 2019. Dietary habit was measured using the AFHC questionnaire. There was an increase of 0.43 kg (p 0.012) change of body weight average, an increase of 0.0031 m (p <0.01) change of height average, and an increase of 0.2 (p 0.346) change of BMI median. There was no relationship between AFHC scores and BMI changes (P = 0.233). There were no changes in BMI at the beginning and at the end of the school year. There was no correlation of dietary pattern by AFHC score and changes of BMI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radhian Amandito
"Indeks massa tubuh yang tinggi berkaitan dengan banyak risiko penyakit, terutama penyakit pada sistem kardiovaskuler, serta diduga menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja kantor. Selain itu pekerja yang mengalami keluhan tersebut memiliki fleksibilitas yang buruk. Akibat keluhan tersebut kualitas kerja para penderita menurun sehingga terjadi penurunan gaji atau kehilangan waktu kerja. Peneliti menduga bahwa keluhan yang serupa juga terdapat pada mahasiswa, terutama mahasiswa kedokteran. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas.
Pada penelitian ini digunakan studi cross sectional mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2011 yang mengikuti praktikum uji fleksibilitas tubuh. Data didapatkan dari hasil praktikum mahasiswa di fakultas kedokteran pada bulan Juni 2013 dan didapatkan jumlah sampel 149. Data dianalisis dengan menggunakan uji cross tabulation dan uji chi square dengan menggunakan program SPSS Ver 21 for mac.
Tingkat fleksibilitas excellent adalah 45%, terbanyak ditemukan pada mahasiswa dengan IMT rendah sedangkan yang ditemukan pada mahasiswa dengan IMT tinggi adalah 41% yang excellent. Berdasarkan uji chi square tidak menunjukkan ada perbedaan bermakna antara skor IMT dan fleksibilitas mahasiswa. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara IMT dengan fleksibilitas pada mahasiswa kedokteran angkatan 2011.

High Body Mass Index is related with a lot of diseases? risk factor, especially diseases of the cardiovascular system, and also is thought to be one of the causes of musculoskeletal pain in office workers. Also, workers who experience such pain have bad flexibility. The musculoskeletal pain has a negative impact on the work quality of workers, causing a decrease in salary or decrease in work duration. It is suspected that a similar problem is happening in students, especially medical students. The goal of this research is to know the Body Mass Index and flexibility.
This research is a cross sectional study with medical students of batch 2011 who underwent flexibility test practical session. Data is gained from the practical assignment of medical students on June 2013 and a total of 149 samples was received. SPSS ver. 21 for Mac is the program used to analyze the data and descriptive test cross tabulation and chi square test was done.
We found that 45% of the flexibility score is excellent and mostly found in students with low BMI, whereas in students with high BMI there is 41% of excellent flexibility score. Based on chi square test there is no significancy between BMI and flexibility score of the students. It can be concluded that there is no association between BMI and flexibility in medical students batch 2011.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Noor Dwiprakoso
"Kekuatan otot yang lemah dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dan memperbesar risiko terjadinya cedera seiring dengan penambahan usia. Pola hidup mahasiswa kedokteran yang erat dengan pola hidup sedentary dapat membuat massa otot berkurang yang akan berakibat pada lemahnya kekuatan otot. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan Kekuatan otot. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional pada mahasiswa kedokteran angkatan 2011. Data didapatkan dari praktikum mahasiswa Fakultas Kedokteran Angkatan 2011 sebanyak 84 subjek. Data dianalisis menggunakan program SPSS Ver.21 for Mac dan dilakukan uji deskriptif crosstabulation dan uji chi-square. Didapatkan nilai kekuatan otot dengan tingkatan fair 16,9% pada IMT rendah dan 28.0% pada IMT tinggi. Tidak didapatkan nilai kekuatan otot good dan excellent pada seluruh mahasiswa di semua kategori IMT. Uji chi square menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna antara IMT dan kekuatan otot mahasiswa. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan kekuatan otot pada mahasiswa kedokteran angkatan 2011.

Weak muscle strength can affect daily activities and increase the risk of injury with aging. Medical student's lifestyle is related with sedentary lifestyle and it can reduced muscle mass which means weak muscle strength. Therefore, it is suspeceted there is an association between BMI and msucle strength in medical students. This study uses a cross secional on the medical student class of 2011. The Data is obtained from the medical student's practical work totaling 84 samples. This data is processed using SPSS prograrm Ver.21 for Mac and crosstabulation descriptive test and chi-square test. The result shows fair muscle strength 16,9% in low BMI and 28.0% in high BMI. There are no students with good and excellent muscle strength. Chi-square test showed no significant difference between BMI and muscle strength of students. It can be concluded that there is no association between BMi and muscle strength in the class of 2011 medical students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Chaktiaji Zulfiqar
"Indeks Massa Tubuh(IMT) yang tinggi berkaitan dengan faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Riskesdas 2010 mengungkapkan meningkatnya angka kejadian IMT tinggi di Indonesia. Selain itu IMT yang tinggi memicu terjadinya atau merupakan akibat pola hidup tidak aktif yang dapat memicu rendahnya tingkat kebugaran. Peneliti menduga hal ini juga terjadi pada mahasiswa kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT dengan tingkat kebugaran. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2011 yang mengikuti praktikum uji kebugaran kardiovaskuler. Data didapatkan dari hasil praktikum Harvard Step Test mahasiswa di fakultas kedokteran pada bulan Juni 2013 dan didapatkan jumlah sampel 56. Data dianalisis menggunakan program SPSS 16 dan dilakukan uji deskriptif cross tabulation dan uji Kolmogorov-Smirnov. Rerata IMT mahasiswa kedokteran pada penelitian ini 22.91 ± 3.11. Tingkat kebugaran yang paling banyak dimiliki mahasiswa kedokteran ialah poor (77%). Dengan 14 diantaranya memiliki IMT>25 (overweight/obesitas). Tidak didapat Mahasiswa dengan IMT>25 yang memiliki tingkat kebugaran average ataupun excellent. Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara IMT dengan tingkat kebugaran (p>0,05). Dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara IMT dengan tingkat kebugaran pada mahasiswa fakultas kedokteran.

Body Mass Index (BMI) is related with risk factors of cardiovascular diseases. Research of Basic Health 2010 (RISKESDAS 2010), done by Ministry of Healt Indonesia, reported an increase in BMI in Indonesia. High BMI also correlate with increasing sedentary lifestyle which causes low fitness level. It is suspected that the same problem is happening in medical students. The purpose of this research is to determine the correlation between BMI and fitness level. This study is a cross sectional study done in June 2013 of 56 batch 2011 medical students who underwent Harvard Step Test cardiovascular fitness practical assignment. Data was analyzed using SPSS Ver. 16 and a cross tabulation descriptive test and Kolmogorov-Smirnov test was done. The mean BMI found was 22.91 ± 3.11. The fitness level most found in medical students is poor (77%) with 14 of them having BMI>25 (overweight/obese). There was no students with BMI>25 that has fitness level of average and excellent. Based on Kolmogorov-Smirnov test it can be concluded that there is no correlation between BMI and fitness level (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Fathia Herianti Suhermanto
"ABSTRACT
Studies have shown that weight affects the pressure placed on the tendons and muscles of the foot and legs affecting the stride lengths stance and swing cycle. With the rising body weight gain and implied health complications, the author wants to know whether body mass index (BMI) affect human activity especially walking. Cross-sectional method using primary data collection is conducted. The source of data in this study measures healthy pre-clinical students in Faculty of Medicine, University Indonesia. Once informed consent is signed, subjects weight and height will be measured, calculating BMI. Data is analysed using SPSS version 23 to analyze the correlation between step length and BMI. From a total of 53 subjects (26 male, 27 female) age group 18-22, subjects with normal BMI accounts for the highest percentage of the group in this study (60.4%). Overweight and obese patients contribute 30.2% and 3.8% respectively, and underweight 5.7%. Using the pearson correlation formula, there was no significant correlation between BMI and step length of male (0.778; p>0.05) and female (0.098; p>0.05). Based on pearson correlation formula, male calculations resulted with 0.778; p>0.05, and female with 0.098; p>0.05; therefore, there is no significant difference between the two variables.

ABSTRACT
Penelitian telah menunjukkan bahwa berat badan mempengaruhi tekanan ditempatkan pada tendon dan otot-otot kaki dan kaki mempengaruhi siklus sikap dan ayunan panjang langkah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuhi apakah apakah indeks massa tubuh (IMT) mempengaruhi aktivitas manusia terutama berjalan. Metode potong-melintang menggunakan pengumpulan data primer dilakukan. Sumber data dalam penelitian ini mengukur siswa pre-klinik yang sehat di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Setelah informed consent ditandatangani, berat badan dan tinggi badan subyek akan diukur untuk menghitung IMT. Data di mengolah dengan menggunakan SPSS versi 23 untuk menganalisis hubungan antara panjang langkah dan BMI. Dari total 53 subyek (26 laki-laki , 27 perempuan) di kelompok usia 18-22, subyek dengan IMT yang normal berkontribusi presentase tertinggi dari kelompok dalam penelitian ini (60,4%). Pasien kelebihan berat badan dan obesitas berkontribusi 30,2% dan 3,8%, dan berat badan di bawal normal 5,7%. Dari hasil rumus korelasi pearson, tidak ada korelasi yang signifikan antara BMI dan panjang langkah dari laki-laki (0,778; p>0,05) dan perempuan (0.098;p > 0,05). Berdasarkan rumus korelasi pearson, perhitungan laki-laki menghasilkan dengan 0,778 ; p > 0,05 , dan perempuan dengan 0.098 ; p > 0,05; Oleh karena itu, tidak ada perbedaan signifikan antara kedua variabel.
"
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Bayu Prabhawa M.
"Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat bantu yang paling sederhana untuk memantau status gizi pada usia dewasa, terutama terkait status gizi kurang dan gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laju metabolik istirahat (resting metabolic rate), aktivitas fisik, asupan zat gizi (energi, karbohidrat, protein, dan lemak), status merokok, dan tingkat stres dengan status gizi berdasarkan IMT pada mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah mahasiswa laki-laki S1 Reguler Fakultas Ilmu Budaya angkatan 2012 sebanyak 120 orang dari setiap jurusan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik self-administrative dimana responden mengisi sendiri kuesioner yang diberikan, wawancara food recall 2x24 jam, pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta pengukuran laju metabolik istirahat. Analisa statistik menggunakan uji korelasi dan uji t-independen.
Hasil penelitian menunjukkan 39,2% responden mengalami masalah status gizi, dengan 32,5% mengalami status gizi lebih dan 6,7% mengalami status gizi kurang. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara laju metabolik istirahat dengan IMT dengan kekuatan korelasi (r = 0,861). Tingkat stres juga memiliki hubungan yang signifikan dengan status gizi berdasarkan IMT dengan p-value = 0,006.
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan mahasiswa, khususnya para remaja, dapat lebih memperhatikan keseimbangan energi antara energi yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi dengan energi yang dikeluarkan setiap hari yang berperan dalam regulasi berat badan. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan memiliki manajemen stres yang baik sehingga membantu dalam mempertahankan atau mencapai status gizi yang ideal.

Body Mass Index (BMI) is the simplest tool for monitoring nutritional status in adulthood, especially status of under nutrition and over nutrition. This study aims to determine the relationship between resting metabolic rate, physical activity, intake of nutrients (energy, carbohydrate, protein, and fat), smoking status, level of stress with nutritional status based on BMI in male students of Faculty of Humanity, University of Indonesia, Depok, in 2014.
This study used cross-sectional design. The research conducted in April 2014. Samples used in the study were male students of Faculty of Humanity as many as 120 people from all study program. Data collection was done by using self-administrative technique in which the respondent did the questionnaire given by himself, 2x24 hour food recall interviews, measurements of weight and height, as well as the measurement of resting metabolic rate. Statistical analysis that had been used is correlation test and t-independent test.
The results indicated 39,2% of respondents experienced nutritional status issues, with 32,5% had over nutrition status and 6,7% had under nutrition. The results of the bivariate analysis showed that there was a significant and strong relationship (r = 0,861) between resting metabolic rate with BMI. Stress levels had also showed a significant relationship with BMI (p-value = 0,0060).
Based on the results college students, especially teenagers, expected to pay more attention to the energy balance between energy intake through food consumed with energy expended each day that play a role in body weight regulation. In addition, students are also expected to have good stress management that helps in maintaining or achieving an ideal nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>