Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69837 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rivanti Irmadela Devina
"Tujuan penelitian eksperimental klinis ini menganalisis efek obat kumur temulawak terhadap gingivitis secara klinis.Enam puluh penderita gingivitis dibagi menjadi dua kelompok : berkumur dengan temulawak dan plasebo. Indeks plak (PlI) dan Papilla Bleeding Index (PBI) diukur sebelum dan setelah berkumur, dua kali sehari selama empat hari. Nilai PlI dan PBI pada kedua kelompok setelah berkumur lebih rendah daripada saat sebelum berkumur, secara statistik bermakna (uji T berpasangan; p<0,05). Nilai PlI dan PBI pada kelompok temulawak memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok plasebo (uji T tidak berpasangan; p<0,05). Berkumur dengan obat kumur yang mengandung temulawak (Curcuma xanthorrhiza) dapat menurunkan gingivitis.

The aim of this clinical experimental study is to analyze the effect of extract temulawak towards gingivitis clinically. Sixty patients gingivitis divided into two groups: rinsed using temulawak and placebo. Plaque index (PlI) and Papilla Bleeding Index (PBI) were measured before and after rinsing, twice a day for four days. The PlI and PBI score after rinsing in both groups were lower than before rinsing(paired T test; p<0,05). The follow up PlI and PBI score of control group were different significantly with the experiment group (independent T test; p<0,05). Rinsing with temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mouthwash can reduce gingivitis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45462
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adeline Clarissa
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek obat kumur mengandung ekstrak daun teh hijau terhadap penyembuhan keradangan gingiva secara klinis. 60 penderita gingivitis dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen dan kontrol. Berkumur dilakukan dua kali sehari selama empat hari. Pengukuran Indeks Plak (PlI) dan Indeks Papilla-Bleeding (PBI) dilakukan pada hari nol dan hari lima. Data dianalisis menggunakan uji Paired dan Independent T-Test. Terdapat penurunan PlI dan PBI yang bermakna (p<0,05) setelah berkumur pada kedua kelompok dan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok pada penurunan PlI dan PBI. Dengan demikian, obat kumur mengandung ekstrak daun teh hijau mampu menurunkan keradangan gingiva.

The purpose of this research is to know the effect of mouthwash containing green tea leaves extract towards gingivitis healing clinically. 60 subjects suffering gingivitis were divided into two groups, the experimental group and control group. Rinsing was done twice a day for four days. Plaque Index (PlI) and Papilla-Bleeding Index (PBI) were measured on day zero and day fifth. Data were analyzed using Paired and Independent T-Test. There was a significant reduction (p<0,05) of PlI and PBI post-rinsing within both group and there was significant difference (p<0,05) between the groups on PlI and PBI reduction. Mouthwash containing green tea leaves extract is able to decrease gingival inflammation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deo Develas
"Gingivitis merupakan masalah jaringan periodontal yang sebagian besar disebabkan oleh akumulasi plak gigi. Penyikatan gigi sebagai pembersihan mekanis dapat mengurangi sebagian besar plak, namun untuk membersihkan plak secara maksimal diperlukan terapi tambahan berupa pembersihan secara kimiawi, yaitu penggunaan obat kumur. Ekstrak Syzygium aromaticum (minyak cengkeh) dinilai efektif dalam menghambat pembentukan plak dan membantu penyembuhan gingivitis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektivitasan obat kumur yang mengandung ekstrak Syzygium aromaticum terhadap penurunan skor PI dan PBI. Penelitian dilakukan dengan metode double-blind dan desain penelitian berupa before-after clinical trial. Sampel berjumlah 60 orang laki-laki penderita gingivitis yang berusia 18-44 tahun. Sampel kemudian dibagi sama rata menjadi 2 kelompok, kelompok uji berkumur dengan obat kumur ekstrak Syzygium aromaticun dan kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur plasebo. Subjek berkumur selama 30 detik setiap pagi dan malam setelah menyikat gigi. Pemeriksaan skor PI dan PBI dilakukan pada hari pertama dan hari kelima. Data dianalisis dengan menggunakan uji T-test berpasangan dan uji T-test tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan penurunan skor PI dan PBI yang bermakna antara kelompok Syzygium aromaticum (RPI = 0,2453 ; RPBI = 0,1551) dan kelompok Plasebo (RPI = 0,1456 ; RPBI = 0,1573). Berkumur dengan ekstrak Syzygium aromaticum (minyak cengkeh) dapat menurunkan skor PI dan skor PBI secara klinis, namun tidak terdapat perbedaan bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (plasebo).

Gingivitis is a periodontal disease which is mainly caused by dental plaque accumulation. Although toothbrushing as mechanical cleansing can reduce most of the dental plaque, additional theraphy (i.e. chemical cleansing) is still needed to clean the plaque thoroughly, such as the use of mouthwash. The extract of Syzygium aromaticum (clove oil) is considered effective in inhibiting plaque formation, thereby help in healing gingivitis.
The aim of this research is to investigate the efficacy of mouthwash containing the extract of Syzygium Aromaticum on the reduction of PI score and PBI score. This research is carried out using double-blind method and a before-after clinical trial as research design. 60 men with gingivitis between the age of 18-44. These subjects are then divided evenly into 2 groups, those in the control group gargle with aquadest while those in the experimental group gargle with mouthwash containing Syzygium aromaticum. All the subjects gargle for 30 seconds every morning and evening after toothbrushing. The PI and PBI score of the subjects were examined on the first and the fifth day. The data are analyzed using Paired T-test and Unpaired T-test with 95% reliability.
The statistical result shows no significant differences in the reduction of PI and PBI score between the experimental group (RPI = 0,2453 ; RPBI = 0,1551) and the control group (RPI = 0,1456 ; RPBI = 0,1573). Gargling with mouthwash containing Syzygium aromaticum(clove oil) can reduce the PI and PBI score in patient with gingivitis clinically, but there?s no significant differences compared with the control group (placebo)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S44813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Indah Salsalina
"Latar Belakang: Gingivitis merupakan penyakit periodontal dengan prevalensi paling tinggi di Indonesia. Penyebab utama terjadinya gingivitis adalah akumulasi plak dan tingkat kebersihan rongga mulut yang rendah. Manifestasi klinis gingivitis dapat berupa eritema, edema, perdarahan, dan ulserasi pada gingiva tanpa disertai adanya kehilangan perlekatan periodontal. Secara mikroskopis, ditemukan perubahan flora normal dan infeksi bakteri nonspesifik pada gingivitis. Kerusakan jaringan pada gingivitis bersifat reversibledengan adanya penghilangan plak dan peningkatan kebersihan rongga mulut. Mekanisme penghilangan plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis seperti scalingdan menyikat gigi merupakan metode utama penghilangan plak. Metode kimiawi seperti penggunaan obat kumur yang mengandung bahan aktif merupakan terapi tambahan yang efektif, terutama dalam membersihkan area di rongga mulut yang tidak terjangkau oleh pembersihan secara mekanis. Propolis merupakan salah satu bahan alami di bidang kesehatan yang memiliki sifat antiplak dan antibakteri. Obat kumur propolis dinilai memberikan efek terhadap plak dan gingivitis secara klinis serta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak. Tujuan: Mengetahui efek obat kumur yang mengandung propolis terhadap plak dan gingivitis secara klinisserta jumlah koloni bakteri nonspesifik pada plak.
Metode: Penelitian ini dilakukan menggunakan metode eksperimental klinis. Sebanyak 20 orang sukarelawan gingivitis berusia 18-30 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Subjek dibagi menjadi kelompok uji dan kelompok kontrol dengan pembagian 10 orang kelompok uji berkumur dengan obat kumur propolis dan 10 orang kelompok kontrol berkumur dengan obat kumur tanpa bahan aktif. Pada awal penelitian, dilakukan scaling, penyuluhan, pengukuran awal PI dan PBI, serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri. Setelah berkumur selama 14 hari, dilakukan kembali pengukuran PI dan PBI serta pengambilan sampel plak untuk penghitungan jumlah koloni bakteri.
Hasil: Hasil penilaian statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rata-rata penurunan PBI antara kelompok uji dan kelompok kontrol. (sig< 0,05 , selisih RPBI= 0.3724). Rata-rata penurunan PI kelompok uji lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (selisih RPI= 0.3665), begitu juga dengan rata-rata penurunan jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob (selisih RAerob = 90.6 , selisih RAnaerob= 40) walaupun tidak bermakna secara statistik (sig> 0,05).
Kesimpulan: Berkumur dengan obat kumur propolis efektif terhadap perdarahan papilla dibandingkan dengan berkumur dengan obat kumur tanpa aktif. Berkumur dengan obat kumur propolis dapat menurunkan rata-rata PI serta rata-rata jumlah koloni bakteri aerob dan anaerob pada plak, walaupun tidak bermakna secara statistik.
Kata kunci: Gingivitis, propolis, obat kumur, bakteri nonspesifik pada plak

Background: Gingivitis has the highest prevalence among the other periodontal diseases in Indonesia. The main causes of gingivitis are dental plaque accumulation and low oral hygiene level in patients. Clinically, gingivitis could appear as edema, bleeding, and ulceration without any loss of attachment. There are shifting of normal floras and certain periodontal pathogens found in gingivitis microscopically. Tissue damage in gingivitis is reversible with the presence of adequate plaque removal and an increase in patientsoral hygiene level. Dental plaque removal could be done mechanically and chemically. The mechanical methods like toothbrushing and scaling are the main method, whereas the use of chemical like mouthwash is an adjunctive therapy which shows efficacy. The use of mouthwash with active ingredients could cleanse area in the mouth that could not be reached through mechanical methods. Propolis is one of the natural ingredients commonly studied and used in dentistry because of the antibacterial and antiplaque effects it has. Propolis containing mouthwash could give effects on dental plaque and gingivitis clinically, along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque.
Objectives: To assess the effect of propolis containing mouthwash on dental plaque and gingivitis clinically along with the total count of nonspecific bacteria present in dental plaque.Methods:This study is completed using clinical experimental method. There are 20 volunteers with age interval 18-30 years old who participated in this research. Twenty subjects are divided into two groups with the same numbers, which is 10 subjects each groups. The first group is the test group which use propolis containing mouthwash, whereas the other one is placebo group which use mouthwash without any active ingredients. Scaling, dental health education, measurement of plaque index and papillary bleeding index, and plaque sample collection for bacteria assessment were done in the beginning of this study. After using mouthwash for 14 days, there were second measurement of plaque index and papillary bleeding index along with plaque sample collection for bacteria assessment.
Results: Statistic showed there is significant difference (sig< 0.05, mean differences = 0.3724) of papillary bleeding index among the two groups. Mean score of plaque index in the test group showed greater reduction than the placebo group (mean differences = 0.3665) and nean score of total bacteria count in the test group showed higher reduction than the placebo group (mean differences of aerob bacteria = 90.6 , mean differences of anaerob bacteria = 40) though there werent any significant difference present statistically (sig>0.05).
Conclusion: The use of propolis containing mouthwash showed better effect on papillary bleeding index compared to the use of mouthwash without any active ingredients. The use of propolis containing mouthwash could reduce mean scores of plaque index and the numbers of aerob and anaerob bacteria present in dental plaque, though there werent any statistical significance shown.
Keywords: Gingivitis, propolis, mouthwash, nonspecific bacterial plaque"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shaffa Amalia
"ABSTRAK
Zinc Zn merupakan mineral yang terkandung dalam salah satu enzim alkaline phosphatase dalam cairan krevikular gingiva. Volume cairan krevikular gingiva ini diketahui berhubungan berat dengan gingivitis. Gingivitis pada anak disebabkan oleh akumulasi plak dan bakteri. Plak merupakan lapisan di permukaan gigi yang mengandung bakteri. Bakteri Streptococcus mutans S. mutans paling banyak ditemukan di plak dan berkoloni pada permukaan gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kadar Zn dalam cairan krevikular gingiva dengan terjadinya gingivitis dan pertumbuhan koloni S. mutans pada anak di wilayah DKI Jakarta. Subyek penelitian berusia 12-14 tahun, sebanyak 30 anak. Sampel penelitian berupa kadar Zn yang terdapat di dalam cairan krevikular gingiva. Kadar Zn diukur dengan menggunakan metode spektofotometri serapan atom. Terdapat hubungan lemah dan tidak bermakna dengan arah korelasi positif antara kadar Zn dalam cairan krevikular gingiva dengan terjadinya gingivitis
"hr>"
"b>ABSTRACT
"
Zinc Zn is a mineral that is contained in one of the enzyme alkaline phosphatase in gingival crevicular fluid. The volume of gingival crevicular fluid are considered to have a relationship with gingivitis. Gingivitis in children is caused by the accumulation of plaque and bacteria. Plaque is a layer on the surface of the tooth that contains bacteria. Streptococcus mutans S. mutans is the most commonly found on plaque and colonize on the tooth surfaces. This research was conducted to determine relationship Zn levels in gingival crevicular fluid to gingivitis and S. Mutans colony growth in children. Subjects aged 12 14 years old, 30 children. Zn levels were measured using atomic absorption spectrophotometry method. There is weak and no significant relationship with positive correlation between Zn levels in gingival crevicular fluid and gingivitis p"
2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti Soeroso
"ABSTRAK
Air garam hangat dan H2O2 3% sating digunakan sebagai obat kumur untuk terapi keradangan Gingiva. Belum pernah dilakukan penelitian dibagian perio FKG UI mengenai efektivitas kedua bahan obat kumur tersebut terhadap keradangan gingiva. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan'efektivitas air garam hangat dengan larutan H2O2 3% sebagai obat kumur, terhadap penurunan keradangan gingiva secara klinis. Penelitian dilakukan pada 90 penderita gingivitis yang datang ke klinik periodonsia FKG UI, berusia antara 18-40 tahun, terdiri dari 52 wanita 39 pria. Sampel dibagi atas 3 kelompok dengan randomisasi. Kelompok I berkumur dengan air garam hangat 1,2%, kelompok II berkumur dengan lantan H202 3°/g kelompok III merupakan kelompok kontrol berkumur dengan air hangat. Konsentrasi air garam hangat 1,2% ditetapkan berdasarkan pemilihan beberapa takaran berat garam yang dianjurkan dan rasa yang paling dapat diterima didalam mulut. Masing-rnasing kelompok menggunakan obat kumur 2x 1 hari selama 5 hari, pagi dan malam.
Kumur-kumur dilakukan selama 1 menit. Pencatatan skor pink (Loa dan Silness) clan skor PBI (Modifikasi Papillae Bleeding Index dari Muhlemann) dilakukan pada hari ke 1 dan hari ke 5. Perubahan skor indeks plak dan skor PBI antara sebelum dan sesudah kumur-kumur air garam hangat 1,2%, H202 3% dan air hangat, diuji dengan "Paired Sample T Test" pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas air garam hangat 1,2% dan H2O2 3% terhadap perubahan skor indeks plak dan skor PBI (keradangan gingiva) dilakukan uji "Anova" pada tingkat kepercayaan 950/0. Hasilnya menunjukkan terdapat penurunan skor indeks plak yang bermakna sesudah berkumur air garam hangat 1,2% clan H2O2 3% (P < 0,05 ), sedang pada kelompok kontrol tidak terdapat penurunan skor indeks plak yang ber makna ( P > 0,05 ). Terdapat penurunan skor PBI atau keradangan gingiva yang sangat bermalcna setelah berkumur dengan air garam hangat 1,2%, H202 3% dan air hangat (p > 0,001 ). Antara ketiga bahan obat kumur tidak terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna dalam menurunkan skor indeks plak (p > 0,05 ). Terdapat perbedaan efektivitas yang sangat bermakna antara ketiga bahan obat kmur didalam menurunkan skor PBI atau keradangan gingiva (p < 0,001 ). Air Karam hangat 1,2% lebih efektif dari H2O2 3% dalam menurunkan skor PBI. Air garam hangat 1,2% dan 102 3% lebih efektif dari kelompok kontrol dalam menurunkan skor PBI. Dapat diambil kesimpulan bahwa air garam hangat 1,2% lebih efektif dari H2O2 3% dalam menurunkan keradangan gingiva. Hal ini kemungkinan karena sifatnya sebagai antiseptik dan ada peran temperatur hangat terhadap vaskularisasi gingival."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Amira
"Latar Belakang: Sindroma Down merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh terjadinya trisomi pada kromosom 21.  Penyandang sindroma Down memiliki karakteristik fisik dan kondisi sistemik tertentu. Hal ini berhubungan dengan kondisi rongga mulutnya, terutama jaringan periodontal (gingiva) serta kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi gingivitis dan OHIS (Oral Hygiene Index-Simplified) pada penyandang sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB tipe C di Jakarta. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang. Subjek penelitian adalah 174 penyandang sindroma Down usia 14 tahun ke atas yang bersekolah di SLB tipe C di Jakarta. Gingivitis diukur menggunakan Indeks Gingiva oleh Loe dan Sillness, sementara kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHIS oleh Greene dan Vermillon. Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan distribusi frekuensi gingivitis sebagai berikut; 3,45% bebas gingivitis, 47,13% gingivitis ringan, 40,80% gingivitis sedang, dan 8,63% gingivitis berat. Sementara, untuk distribusi frekuensi OHIS adalah sebagai berikut; 28,16% memiliki OHIS baik, 49,43% memiliki OHIS sedang, dan 22,41% memiliki OHIS buruk. Kesimpulan: Penyandang sindroma Down memiliki distribusi frekuensi gingivitis yang dominan pada gingivitis ringan dan sedang, sementara mayoritas memiliki OHIS sedang.

Background: Down syndrome is a genetic disorder caused by trisomy in chromosome 21. Individuals with Down syndrome have specific physical characteristics and systemic conditions. This may relate to their oral condition, such as periodontal tissues (gingiva) as well as their oral hygiene. Objective: The aim of this study is to know the frequency distribution of gingivitis and OHIS (Oral Hygiene Index-Simplified) in 174 individuals with Down syndrome aged 14 and above in SLB type C in Jakarta. Method: This study used a cross-sectional descriptive method. Research subjects were 174 individuals with Down syndrome aged 14 and above who went to school in SLB type C in Jakarta. Gingivitis was measured using Gingival Index by Loe and Sillness, while oral hygiene was measured using OHIS by Greene and Vermillon. Result: The result of this study showed a frequency distribution of gingivitis as follows; 3.45% were free of gingivitis, 47.13% had mild gingivitis, 40.80% had moderate gingivitis, and 8.63% had severe gingivitis. Frequency distribution of OHIS were as follows; 28.16% had good OHIS, 49.43% had fair OHIS, and 22.41% had poor OHIS. Conclusion: Individuals with Down syndrome had frequency distribution of gingivitis mainly in mild and moderate category, while the majority the subjects had fair OHIS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"ABSTRAK
Penelitian secara "double blind" dilakukan terhadap 108 orang percobaan umur antara 10-15 tahun untuk menentukan efektifitas obat kumur yang mengandung 0,27. Chlorhexidine dan 0,17. Hexetidine terhadap radang gingiva secara klinis. Orang percobaan dibagi 3 kelompok; kelompok yang menggunakan Chlorhexidine, kelompok yang menggunakan Hexetidine dan kelompok plasebo sebagai kelompok kontrol. Masing-masing orang percobaan kumur-kumur 2 kali sehari pagi sesudah gosok gigi dan malam hari sebelum tidur dengan menggunakan 10 ml obat kumur/plasebo selama 30-60 detik setiap kali kumur. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara Chlorhexidine dengan hexetidine dalam menurunkan derajat keradangan gingiva pada hari ke 3 dan pada hari ke 7 (p < 0.05). Peningkatan kesehatan gingiva pada Chlorhexidine sebanyak 32% pada hari ke 3 dan 777. pada hari ke 7, sedang pada kelompok Hexetidine sebanyak 25% pada hari ke 3 dan 37% pada hari ke 7."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Leo Saputra
"ABSTRAK
Latar belakang: Pada pemakai gigi tiruan cekat dapat ditemukan gingivitis karena adanya peningkatan akumulasi plak yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kekasaran permukaan, letak margin, dan kontur mahkota. Untuk mencegah akumulasi plak dapat dilakukan kontrol plak. Minyak kelapa murni merupakan bahan herbal yang dapat digunakan sebagai obat kumur yang memiliki sifat antibakteri. Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan skor indeks plak pada pemakai GTC sebelum dan sesudah berkumur dengan obat kumur minyak kelapa murni 12,5 . Bahan dan cara: Pengukuran indeks plak pada gigi abutment dengan gigi tiruan cekat pada 40 subjek yang terdiri dari kelompok uji dan kontrol. Subjek berkumur dengan obat kumur minyak kelapa murni 12,5 atau akuades selama 4 hari sebanyak 2 kali sesudah menyikat gigi. Analisis statistik skor indeks antara sebelum dan sesudah berkumur dilakukan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: Ada perbedaan skor indeks plak yang bermakna pada pemakai GTC antara sebelum dan sesudah berkumur obat kumur minyak kelapa murni 12,5 dengan penurunan skor indeks plak yang berbeda bermakna berdasarkan letak tepi restorasi dan kebiasaan sikat gigi, sedangkan tidak berbeda bermakna berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kesimpulan: Obat kumur minyak kelapa murni 12,5 dapat menurunkan indeks plak pada pemakai GTC.
ABSTRACT
Gingivitis could be found among fixed prosthetic denture FPD users due to plaque accumulation which is affected by several factors, such as surface roughness, margin location, and crown contour. To prevent or diminish plaque accumulation, plaque control should be done. Virgin coconut oil is a herbal substance that could be used as an antibacterial mouthwash. This study aims to find out the difference in plaque index score of FPD users before and after using 12,5 virgin coconut oil mouthwash. Plaque index measurement on abutment tooth with FPD was done on 40 subjects from test and control groups. Subjects use 12,5 virgin coconut oil mouthwash or aquades twice a day for 4 days after brushing their teeth. Statistical analysis of the measurement result of plaque index score before and after mouthwashing was done using Wilcoxon test. There is a statistically significant difference in plaque index score of FPD users before and after using 12,5 virgin coconut oil mouthwash with a statistically significant difference in decrease of plaque index score between restoration margin locations and tooth brushing habits, but not between age and gender groups. 12,5 virgin coconut oil mouthwash could decrease the plaque index of FPD users."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: Chlorhexidine (CHx) mouthrinse was the first choice for gingivitis. The loss of taste and tooth discolorisation was motivated the clinician to dilute CHx 0.2% to 1:1. Aims: To compare the effectiveness of CHx 0.2% and diluted CHx 1:1 as mouthrinse on gingivitis and evaluate tooth discoloration. Method: Ninety nine students with mild and moderate gingivitis at SMU Labs School jakarta age between 14-15 years had participated. The subjects were randomised selected and double-blind method was applied. The subjects were divided into 3 groups. The first group was instructed to rinse with CHx 0.2%, the second group rinsed with diluted CHx 1:1, and the third group as a control without rinsing. The first and the second groups were rinsing the regimen for one minute, twice a day in 7 days, in the morning and night. Plaque and bleeding were scored using Plaque Index (Loe and Silness), and modified Papilla Bleeding Index (Muhleman) on the first and seventh day of the study. The changes of scores (PII and PBI) before and after rinsing were analyzed using "paired t test". The differences of the effectivity of CHx 0.2%. CHx 1:1 and control groups using "ANOVA test" with 95% probability. Differences of tooth discolouration after rinsing were analyzed by "independen t test". Probabilities of less than 5 percents were taken to be statistically significant. Result: The results showed at day 7, not significant difference between CHx groups for plaque (CHx: 0.74, CHx 1:1: 0.66), and gingival bleeding (CHx: 1.02, CHx 1:1: 0.83). The proportion of tooth discolouration was not significant in the diluted CHx group (4.8%) and in the CHx group (7.3%). Conclusion: Diluted CHx 1:1 effectively on gingivitis. The clinician can be used in the clinic whereas the lost the taste were reduced. No differences significant of tooth discolourisation between rinsing regimens on seventh days."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>