Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132803 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Aryani Hayuningtyas
"Latar belakang: Prevotella intermedia terdapat pada implan gigi diduga mengekspresikan mRNA ClpB yang merupakan tanda terjadinya peri-implantitis.
Tujuan: Mendeteksi dan membandingan rata-rata ekspresi mRNA ClpB Pi pada implan gigi sehat dan periodontitis kronis.
Metode: Plak implan gigi sehat dan periodontitis kronis dikultur dan diekstraksi RNAnya. Kemudian dideteksi dan dilakukan semi-kuantifikasi dengan PCR.
Hasil: Ekspresi ClpB implan gigi sehat inkubasi 6x24 jam 117,24%, inkubasi 11x24 jam 98,4%, periodontitis kronis inkubasi 6x24 jam 93,36%, dan inkubasi 11x24 jam 97,86%.
Kesimpulan: Rata- rata ekspresi ClpB Pi lebih tinggi pada subjek implan gigi sehat.

Background: Prevotella intermedia which found on dental implant suspected to express ClpB mRNA as a sign of peri-implantitis.
Objectives: To detect and compare the mean expression of ClpB mRNA Pi on healthy dental implant and chronic periodontitis.
Methods: Healthy dental implant and chronic periodontitis plaque cultured and the RNA extracted. Then, detection and semi-quantification of ClpB mRNA using PCR.
Result: ClpB expression on healthy dental implant incubated for 6x24 hours 117,2%, incubated for 11x24 hours 98,4%, on chronic periodontitis incubated for 11x24 hours 93,36%, and incubated for 11x24 hours 97,86%.
Conclusion: The means expression of ClpB mRNA Pi are higher in healthy dental implant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Karenina
"Latar belakang: Prevotella intermedia merupakan bakteri patogen periodontitis kronis yang berasosiasi dengan plak dental implan. Lingkungan yang stres dapat memicu ekspresi mRNA dnaJ bakteri.
Tujuan: Analisis semikuantitatif mRNA dnaJ P.intermedia yang diisolasi dari plak dental implan sehat dan periodontitis kronis.
Metode: P.intermedia dikultur selama 6 dan 11 hari, mRNA dnaJ dikuantifikasi secara Reverse-Transcription PCR.
Hasil: Hasil semikuantifikasi intensitas ekspresi mRNA dnaJ P.intermedia isolat dental implan sehat [6 hari;91,09%] dan [11 hari;88,42%], pada periodontitis kronis [6 hari;87,03%] dan [11 hari;76,94%].
Kesimpulan: Terdapat perbedaan intensitas ekspresi mRNA dnaJ P.intermedia pada isolat dental implan sehat dengan periodontitis kronis, namun tidak signifikan secara statistik.

Background: Prevotella intermedia is a pathogenic bacteria in chronic periodontitis, which is associated with dental implant plaques. A stressed environment can trigger the expression of bacteria dnaJ mRNA.
Objectives: Semiquantitative analysis of dnaJ mRNA of Prevotella Intermedia isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis plaques.
Methods: P.intermedia was cultured during 6 and 11 days, then dnaJ mRNA was quantified by using Reverse-Transcription PCR.
Result: The result of dnaJ mRNA of P.intermedia expression intensity semiquantification from isolated healthy dental implant [6 days;91,09%] and [11 days;88,42%], in chronic periodontitis [6 days;87,03%] and [11 days;76,94%].
Conclusion: There are differences in the expression intensity of dnaJ mRNA P.intermedia between isolated healthy dental implants and chronic periodontitis, but it is not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44744
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bonang Basuki Suroyudho
"GroEL merupakan faktor virulensi Prevotella intermedia (Pi), khususnya pada patogenesis infeksi oral. Namun, kualitas dan kuantitas ekspresi mRNA GroEL Pi (EMGP) pada infeksi periodontal (SPK) dan periimplan sehat (SIGS) belum diketahui. Penelitian ini menganalisis intensitas EMGP isolat plak pada dua subjek kondisi oral tersebut. Pi pada plak dari dua subjek tersebut dideteksi dan disemikuantifikasi secara PCR, berdasarkan hasil kultur (6 dan 11 hari). Hasil menunjukkan EMGP dari dua sumber klinis terdeteksi dengan kualitas setara dan kuantitas EMGP pada SPK lebih tinggi daripada SIGS serta EMGP kultur 11 hari lebih tinggi daripada kultur 6 hari, walaupun tidak berbeda bermakna (p>0,05).

GroEL is Prevotella intermedia (Pi) virulence factor, especially in oral infection pathogenecity. Nevertheless, quality and quantity of mRNA GroEL Pi expression (MGPE) in periodontal infection (CP) and healthy periimplant (HDI) aren't well-studied. This research analyzed MGPE intensity within plaque-isolates in those oral-conditions subjects. Pi from subjects is detected and semiquantified by PCR, regarding to culture-time (6 and 11 days-old). Data shown that MGPE from two subjects are detected within the same quality and MGPE quantity in CP is higher than in HDI, furthermore MGPE quantity of 11 days-old culture is higher than 6 days-old culture, even it's not significant (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S44772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Laras Chitadianti
"Latar belakang: Prevotella intermedia (Pi) dapat diisolasi dari plak jaringan periimplan dan periodontal. Salah satu faktor virulensi Pi adalah GroES.
Tujuan: Membandingkan ekspresi mRNA groES Pi yang diisolasi dari dental implan sehat dan periodontitis kronis.
Metode: Ekspresi mRNA groES Pi dianalisis dengan semikuantifikasi RT-PCR dan diuji statistik menggunakan Mann-Whitney.
Hasil: Pi yang diisolasi dari dental implan sehat dan periodontitis kronis mengekspresikan mRNA groES dengan intensitas berbeda. Pada kedua kelompok, semikuantifikasi intensitas pada waktu kultur 6 hari lebih tinggi daripada 11 hari. Namun, perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan: Analisis semikuantitatif dapat digunakan untuk menentukan intensitas ekspresi mRNA groES Pi.

Background: Prevotella intermedia (Pi) can be isolated from periimplant and periodontal tissue plaques. One of Pi virulence factors is GroES.
Objective: Comparing groES mRNA expression of Pi isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis.
Methods: Pi groES mRNA expression was analyzed with semiquantitative RT-PCR and statistically tested with Mann-Whitney.
Results: Pi isolated from healthy dental implant and chronic periodontitis, expressed groES mRNA with different intensity. In both groups, intensity semiquantification of 6 days culture period was higher than 11 days, but it was not significantly different.
Conclusion: Semiquantitative analysis can be used to determine Pi groES mRNA expression intensity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Setyadarma Loviamanda
"Prevotella intermedia and Porphyromonas gingivalis are two of the specific microorganisms that frequently occurs in chronic periodontitis. As protein plays an important role in bacteria's life and it's virulence factor, we tried to explore variation in P. imtermedia and P. gingivalis were identified using Polymerase Chain Reaction (PCR) technique, and it's protein profile were evaluated using Sodium Dodecyl Sulfate - Polyacrylamide Gel Electrophoresis (SDS-PAGE). SDS-PAGE result showed that there were significant difference between protein profile of P. intermedia cell which isolated from shallow and deep pocket with dominant proteins of molecular weight 200 kDa, 110 kDa, 40 kDa, and 25 kDa, however, relationship between pocket depth and P. intermedia cell protein profile could not be concluded because unrepresentative number of P. intermedia colonies. In the other hand the variation in P. gingivalis cell protein profile was not influenced by pocket depth with dominant protein called hemin binding protein (HbBp)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sammy Fajar Nugraha
"Latar belakang: Prevotella intermedia merupakan salah satu bakteri penyebab utama penyakit periodontitis, sebuah kondisi inflamasi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yang membuat kerusakan pada ligamen periodontal dan tulang alveolar. Metode eksperimen yang bervariasi membutuhkan evaluasi literatur secara sistematis untuk menjelaskan mekanisme P. intermedia dalam menyebabkan kerusakan tulang. Tujuan: Mengevaluasi secara sistematis berbagai literatur ilmiah dalam bentuk artikel dengan topik relevan untuk menganalisa mekanisme kerusakan tulang alveolar oleh P. intermedia pada penyakit periodontitis. Metode: Penyusunan systematic review dilakukan dari bulan Juli hingga November 2020, dengan mencari literatur pada dua electronic database, PubMed dan Scopus. Literatur harus memenuhi syarat kriteria inklusi berupa artikel harus berbahasa Inggris, diterbitkan dalam 10 tahun terakhir, tersedia dalam full-text article, serta merupakan research article. Penentuan literatur inklusi menggunakan alir PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Hasil: Didapatkan tiga artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan lolos pada tahap penilaian kelayakan. Artikel-artikel tersebut diterbitkan pada tahun 2010-2016. Ketiga artikel tersebut membahas mengenai pengaruh lipopolisakarida (LPS) P. intermedia terhadap sel-sel target dalam mekanisme kerusakan tulang. Sel-sel target tersebut adalah makrofag, human periodontal ligament fibroblasts (hPDLs), dan human dental follicle stem cells (hDFSCs). LPS P. intermedia mampu menginisiasi peningkatan jumlah mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel target seperti tumor necrosis factor  (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), IL-8, dan prostaglandin E2 (PGE2), sehingga mampu menyebabkan kerusakan tulang. Kesimpulan: P. intermedia memiliki peranan yang signifikan pada mekanisme kerusakan tulang, dengan meningkatkan mediator inflamasi. Mediator inflamasi tersebut menginduksi ekspresi receptor of nuclear factor-kappa ligand (RANKL) yang meningkatkan aktivasi dan diferensiasi osteoklas, sehingga terjadi peningkatan kerusakan tulang.

Background: Prevotella intermedia is one of the main bacteria that causes periodontitis, an inflammatory condition caused by specific microorganisms that cause destruction to the periodontal ligament and alveolar bone. Varied experimental methods in study of these bacteria related to periodontitis, require systematic literature evaluation to explain the mechanism of P. intermedia in causing bone destruction. Objective: To systematically evaluate and analyze the scientific literature in the form of articles with topics related to the mechanism of alveolar bone destruction by P. intermedia in periodontitis. Methods: This systematic review is conducted from July until November 2020, by searching the literature on two electronic databases, PubMed and Scopus. The literature must meet the inclusion criteria requirements in the form of literatures, must be in English, published in the last 10 years, available in full-text article, and a research article. Determination of the included literatures using the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses). Results: There are three articles that match the inclusion criteria and passed the eligibility assessment stage. These articles were published in 2010-2016. All of them discussed the effect of P. intermedia lipopolysaccharide (LPS) on target cells in the mechanism of bone destruction. The target cells are macrophages, human periodontal ligament fibroblasts (hPDLs), and human dental follicle stem cells (hDFSCs). LPS P. intermedia initiates an increase in the number of inflammatory mediators produced by target cells such as tumor necrosis factor  (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), IL-8, and prostaglandin E2 (PGE2), thus causing bone destruction. Conclusion: P. intermedia plays a significant role in the mechanism of bone destruction, by increasing inflammatory mediators. These inflammatory mediators induce expression of the receptor of nuclear factor-kappa ligand (RANKL) which increase osteoclast activation and differentiation, resulting in the increased bone destruction."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Ferry Pergamus
"Latar belakang : Penyakit periodontal baik periodontitis kronis maupun periodontitis agresif adalah manifestasi klinis dari interaksi agen, yaitu bakteri seperti A.actinomycetemcomitans ( Aa ) dan produknya antara lain Cytolethal Distending Toxin ( CDT ) dengan sel inang di jaringan periodontal seperti sel fibroblas dan osteoblas. Interaksi tersebut dan dampaknya dalam patogenesis penyakit periodontal belum sepenuhnya dipahami.
Tujuan penelitian : Untuk mengungkapkan peran CDT-like protein Aa yang diisolasi dari periodontitis kronis dan agresif dalam patogenesis penyakit periodontal, dengan cara memaparkan lisat bakteri yang mengandung CDT-like protein dengan fibroblas dan osteoblas. Dampak dari interaksi tersebut dievaluasi berdasarkan analisis viabilitas dan ekspresi mRNA IL - 1, IL - 6, TNF - α dan RANKL dengan menggunakan metode MTT assay dan Real Time PCR.
Metoda : Digunakan tiga macam konsentrasi CDT-like protein dari lisat bakteri Aa hasil isolasi dari periodontitis kronis dan agresif yaitu 2 g / l, 10 g / l dan 20 g / l untuk uji viabilitas fibroblas dan osteoblas hasil kultur. Untuk uji ekspresi mRNA, digunakan konsentrasi 2 g / l CDT-like protein dari lisat bakteri yang sama dan diaplikasikan ke sel fibroblas dan osteoblas.
Hasil : Terdapat kecenderungan berbeda pada viabilitas dan ekspresi sitokin antara sel fibroblas dan osteoblas setelah diberi pemaparan dengan CDT-like protein Aa, baik yang diisolasi dari periodontitis kronis maupun dari peridontitits agresif.
Kesimpulan : CDT-like protein yang diproduksi oleh dua isolat Aa yang berbeda yaitu dari periodontitis kronis dan periodontitis agresif mengakibatkan respons biologis yang berbeda terhadap sel fibroblas dan osteoblas. Hasil ini mencerminkan perbedaan mekanisme patogenesis kedua penyakit periodontal tersebut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
D1398
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Annisa Sophia
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan alat ortodonti cekat dapat mempersulit pembersihan gigi karena komponen alat ortodonti cekat mampu melindungi plak gigi dari pembersihan mekanis. Akibat dari buruknya oral hygiene, lingkungan rongga mulut dapat berisiko mengalami kondisi patologis pada jaringan periodontal, salah satunya periodontitis kronis. Tujuan penelitian: Mengetahui evaluasi gigi geligi yang mengalami periodontitis kronis pada kasus pemakai alat ortodonti cekat. Metode: Penelitian deskriptif retrospektif pada 76 subjek yang mengalami periodontitis kronis serta memakai alat ortodonti cekat, menggunakan data kartu status rekam medik Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI tahun kunjungan 2008-2017. Hasil: Frekuensi periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah (51,3%), khususnya regio rahang bawah posterior (28,1%). Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif (31,3%), khususnya elemen gigi 11 (4,6%). Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal (32,6%). Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal (32,6%). Kesimpulan: Periodontitis kronis pada pemakai alat ortodonti cekat lebih sering pada gigi-gigi rahang bawah, khususnya regio rahang bawah posterior. Kelompok gigi dengan frekuensi periodontitis kronis tertinggi pada pemakai alat ortodonti cekat adalah kelompok gigi insisif, khususnya elemen gigi 11. Sisi dengan frekuensi poket periodontal dan kehilangan perlekatan klinis tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi distal. Sisi dengan frekuensi resesi gingiva tertinggi pada penderita periodontitis kronis yang memakai alat ortodonti cekat adalah sisi bukal.

ABSTRACT
Background: Usage of fixed orthodontic appliances could cause difficulty on oral cleansing because its components could protect dental plaque from mechanical cleansing. The consequence of bad oral hygiene leads to an oral environment that could be at risk for pathological conditions in periodontal tissues, such as chronic periodontitis. Objective: To understand the dental evaluation of chronic periodontitis in cases of fixed orthodontic patients. Method: This retrospective descriptive study was conducted on 76 subjects that have chronic periodontitis and also using fixed orthodontic appliances, by using medical records of Klinik Periodonsia RSKGM FKG UI in period of 2008 - 2017. Result: The frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in the mandibular teeth (51.3%), especially the posterior mandibular region (28.1%). The group of teeth with the highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances was the incisors (31.3%), especially the 11 tooth element (4.6%). The side with highest frequency of periodontal pocket and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the distal side (32.6%). The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis who use fixed orthodontic appliances is the buccal side (32.6%). Conclusion: Chronic periodontitis in users of fixed orthodontic appliances is more frequent in mandibular teeth, especially the posterior mandibular region. The group of teeth with highest frequency of chronic periodontitis in users of fixed orthodontics is the incisor tooth group, especially the 11 tooth element. The side with highest frequency of periodontal pockets and clinical attachment loss in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the distal side. The side with highest frequency of gingival recession in patients with chronic periodontitis using fixed orthodontic appliances is the buccal side."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Nurul Aziziah
"Latar belakang: Periodontitis kronis merupakan jenis penyakit periodontal yang umum ditemukan pada orang dewasa, dengan prevalensi mencapai angka 74,1% di Indonesia menurut Riskesdas 2018. Tantangan utama pada perawatan periodontitis adalah waktu dan ketepatan dari diagnosis. Periodontitis kronis tidak menyebabkan timbulnya rasa sakit, sehingga pasien sering tidak mencari perawatan untuk penyakit tersebut. Menurut penelitian Grover et al. (2013), keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang datang untuk perawatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, berkaitan dengan estetik, serta berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut. Melalui penelusuran berbagai penelitian, ditemukan berbagai macam keluhan utama pada pasien dengan periodontitis kronis dengan proporsi yang berbeda-beda, dan belum pernah dilakukan studi serupa di Indonesia.
Tujuan: Mendapatkan distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis di RSKGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deksriptif untuk distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang didapat dari data sekunder berupa 588 rekam medis RSKGM FKG UI dalam rentang tahun kunjungan 2016 - 2018. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat menggunakan SPSS untuk menggambarkan distribusi.
Hasil: Secara umum, keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang paling sering ditemukan adalah keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (39,8%), diikuti dengan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik (39,1%), dan keluhan utama yang berkaitan dengan kegawatdaruratan pada gigi dan mulut (0,9%). Ditemukan kelompok keluhan utama lainnya sebesar 20,2% yang sebagian besar meliputi rujukan (6,8%) dan sakit gigi (5,6%). Pada jenis kelamin laki-laki, keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal (20,2%), sedangkan pada jenis kelamin perempuan adalah keluhan yang berkaitan dengan estetik (21,6%). Pada kelompok usia remaja awal, lansia awal, dan lansia akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan gejala penyakit periodontal, dan pada kelompok usia remaja akhir, dewasa awal, dan dewasa akhir, paling sering ditemukan keluhan utama yang berkaitan dengan estetik.
Kesimpulan: Terdapat gambaran distribusi keluhan utama pada pasien periodontitis kronis yang berbeda menurut usia dan jenis kelamin. Keluhan berkaitan dengan gejala penyakit periodontal paling sering ditemukan pada laki-laki, serta pada kelompok usia remaja awal dan lansia, sedangkan keluhan berkaitan dengan estetik paling sering ditemukan pada perempuan, serta pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa. Keluhan berkaitan dengan kegawatdaruratan ditemukan di beberapa kelompok usia dan kedua jenis kelamin.

Background: Chronic periodontitis is one of the common periodontal diseases found on adults. The prevalence of chronic periodontitis in Indonesia is 74,1% according to Indonesian Health Survey 2018. The main challenge on treating chronic periodontitis is a proper time of diagnosis. Chronic periodontitis is a painless disease and is often undiagnosed until it has reached moderate to advanced stage, and many patients rarely seek care. A research by Grover et al. describes the common chief complaint in chronic periodontitis patients based on three major groups; periodontitis symptoms related, esthetic related, and dental emergency related. Other researches describe different distribution on patients’ chief complaints, and currently there are no similar research in Indonesia.
Objectives: To describe the distribution of chief complaints in patients with chronic periodontitis in RSKGM FKG UI.
Methods: A descriptive study using secondary data from 588 periodontal medical records of chronic periodontitis subjects in RSKGM FKG UI throughout 2016 - 2018.
Result: The highest distribution of chief complaint found in patients with chronic periodontitis is periodontitis symptoms related (39,8%), followed by esthetic related (39,1%), and dental emergency (0,9%). Patients with other chief complaints (20,2%) found mainly came through referral (6,8%) and pain (5,6%). In male, the common chief complaint found is periodontitis symptoms related (20,2%), while in female is esthetic related (21,6%). According to age, periodontitis symptoms related complaints were mainly found in early adolescents and elderly, while esthetic related complaints were mainly found in late adolescents and adults.
Conclusion: There are different distributions of chief complaint in patients with chronic periodontitis according to gender and age. Periodontitis symptoms related complaints were mainly found in males, and found in early adolescents or elderly. Esthetic related complaints were mainly found in females, and found in late adolescents and adult. Dental emergency related complaints were found in various age group and both genders equally.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Rafini
"Latar Belakang: Perbaikan jaringan periodontal pasca splinting dapat ditinjau secara klinis atau radiografis. Evaluasi penyembuhan pada jaringan keras pada penelitian ini dianalisis dengan radiografis periapikal digital. Splinting periodontal adalah terapi pendukung perawatan periodontal untuk melindungi jaringan selama repair dan regenerasi pada terapi periodontal.
Tujuan: Analisis kehilangan dan kepadatan tulang alveolar serta keutuhan lamina dura setelah tiga bulan splinting pada gigi anterior mandibula dengan diagnosis periodontitis kronis dan kriteria kehilangan tulang alveolar 2/3 serviks secara radiografis digital.
Metode: Delapan puluh empat sisi sampel proksimal (mesial dan distal) dilakukan pengambilan radiografi periapikal digital dan di evaluasi perubahan keadaan tulang alveolarnya setelah di splinting (hari ke 1 dan 91).
Hasil: Hasil analisis statistika pada evaluasi setelah tiga bulan splinting untuk perubahan kehilangan-kepadatan tulang alveolar dan keutuhan lamina dura adalah 0,44; 0,256 dan 0,059 (p<0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat perubahan kehilangan dan kepadatan tulang alveolar serta keutuhan lamina dura pasca tiga bulan splinting pada gigi anterior mandibula dengan periodontitis kronis yang kehilangan tulangnya sampai 2/3 serviks.

Background: The healing of periodontal splinting can be detected both with clinical and radiographic examination. In this study, the alveolar bone was evaluated by radiographic digital periapical analysis. Periodontal tooth splinting is periodontal support theraphy used to prevent periodontal injury during repair and regeneration of periodontal theraphy.
Objective: Radiographic digital periapical analysis of alveolar bone in the mandibular anterior region with chronic periodontitis and 2/3 cervical bone loss after three months periodontal splinting.
Methods: Eighty four proximal site (43 mesial and 41 distal) from 16 patients were examined by taking periapical digital radiographic and the bone loss, bone density and utility of lamina dura were detected after splinting (day 1 and 91).
Results: The statistical analysis after three months evaluation using T-test for bone loss, Wilcoxon sign rank test for bone density and utility lamina dura showed no significantly differences(p<0,05)(p=0,44, 0,256 and 0,059).
Conclusion: No radiographic change in bone loss, bone density and utility of lamina dura from chronic periodontitis with 2/3 alveolar bone loss after three months splinting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T34994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>