Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34024 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arifin Musthafa
"Efektifitas ECCT Electrical Capacitive Cancer Tomography untuk terapi kanker paru diselidiki dalam penelitian ini ECCT merupakan teknik terapi kanker menggunakan medan listrik statis dengan frekuensi 100 kHz dari sumber arus listrik bolak balik. ECCT menggunakan tegangan input 3V dan menghasilkan tegangan output 20 Vpp Rekonstruksi citra 2D dilakukan menggunakan software MATLAB R2009a Simulasi dilakukan berdasarkan metode elemen berhingga dengan menggunakan software COMSOL Multiphysics 3 5 untuk mengetahui besar nilai medan listrik yang efektif untuk terapi kanker paru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat ECCT efektif pada daerah permukaan kanker paru paru karena terjadi peningkatan rasio permitivitas yang signifikan pada daerah interface antara 2 medium dan dipengaruhi juga oleh perubahan frekuensi dan tegangan. Sehingga pembunuhan sel kanker paru dapat dimulai dari permukaan Kata kunci ECCT medan listrik frekuensi tegangan kanker paru.

In this study the effectiveness of Electrical Capacitive Cancer Treatment ECCT in lung cancer therapy is being investigated ECCT is a technique of cancer treatment that uses electrostatic field from an AC current source with a frequency 100 kHz ECCT produces an AC output voltage of 20 Vpp from a DC input voltage of 3V 2D image reconstruction is done using MATLAB R2009a software. The simulation is carried out based on finite element method FEM using COMSOL Multyphysics 3 5 software to determine the optimal amount of electrical field for an effective lung cancer treatment. The simulation results show that ECCT device is effective at the surface area of lung cancer due to the significant increase of permittivity ratio at the interface between 2 medium and the change of frequency and voltage. So the killing of lung cancer cell can start from the surface of tissue Key words ECCT electric field frequency voltage lung cancer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S44842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Markus Handriyanto
"Efektivitas terapi kanker kapasitansi listrik (ECCT : Electro-Capacitive Cancer Treatment) pada penderita kanker otak bergantung pada intensitas distribusi medan listrik pada area target yang dipengaruhi oleh konfigurasi elektroda, tegangan dan frekuensi medan listrik. Intensitas medan listrik dan densitas energi listrik yang timbul pada jaringan kanker diupayakan mampu menciptakan efek elektrodestruksi yaitu sebesar <200 V/m atau <1,77 x10-7 J/m3. Pada penelitian ini, intensitas medan listrik dan densitas energi listrik pada jaringan kanker otak di lima posisi yang berbeda di analisis untuk sepuluh parameter dengan enam konfigurasi elektroda (apparel A, B, C, D, E, dan F), dua tegangan (20 Vpp dan 30 Vpp) dan dua frekuensi medan listrik yang berbeda (100 kHz dan 200 kHz). Lima posisi jaringan kanker otak yang dianalisis yaitu berada di otak tengah, otak kanan, otak kiri, lobus frontal, serta lobus occipital dan otak kecil. Penelitian dengan simulasi dilakukan dengan menggunakan Comsol Multiphysics 3.5 berbasis Metode Elemen Hingga. Sedangkan penelitian eksperimen menggunakan sensor microstripline patch antenna (MPA) yang dikembangkan dan terhubung ke sistem akuisisi data dan komputer. Keenam konfigurasi elektroda diterapkan pada vessel prisma rectangular dan model kepala. Hasil simulasi dan eksperimen untuk vessel kotak pada medium udara menunjukkan distribusi medan listrik yang sebanding. Sedangkan simulasi dengan model kepala menunjukan masing-masing apparel efektif secara spesifik pada posisi kanker tertentu. Apparel A efektif untuk posisi kanker pada otak tengah, lobus frontal dan occipital. Apparel B efektif untuk posisi kanker pada otak tengah. Apparel C efektif untuk posisi kanker pada otak kanan. Apparel D efektif untuk posisi kanker pada otak kiri. Apparel E efektif untuk posisi kanker pada lobus frontal. Apparel F efektif untuk posisi kanker pada lobus occipital dan otak belakang.

The effectiveness of ECCT for brain cancer depend on the intensity of the electric field distribution on the target area that is affected by the configuration of electrodes, voltage and frequency of the electric field. The intensity of the electric field and the electric energy density arising on the cancerous tissue have to be able to create the effect of the electrodestruction <200 V/m or <1,77 x10-7 J/m3. In this study, the intensity of electric field and density of electric energy on the brain cancer tissues at five different positions in the analysis to ten parameters with six electrodes configuration (apparel A, B, C, D, E, dan F), two voltage (20 Vpp and 30 Vpp) and two different electric field frequencies (100 kHz and 200 kHz). The five positions of the brain cancer tissues were analyzed which is in mid brain, right hemisphere, left hemisphere, frontal lobe, occipital lobe and cerebellum. In this research, the simulation performed using Comsol Multiphysics 3.5-based Finite Element Method. While the experiments using sensor microstripline patch antenna (MPA) developed and connected to the data acquisition system and computer. The sixth configuration of electrodes applied to the rectangular prism vessel and head models. Simulation for experiment and experimental results for rectangular prism vessel on the medium of the electric field distribution of the air shows are comparable. While simulations with models of the head showed each apparel specifically effective in cancers at the certain position. Apparel A effective for cancer of the mid brain, the frontal lobe and the occipital lobe. Apparel B effective for brain cancer in the mid brain. Apparel C effective for brain cancer in the right hemisphere. Apparel D effective for cancer of the left hemispehre. Apparel E effective for cancer in the frontal lobe. Apparel F effective for cancer of the occipital bone and cerebellum."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46188
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Kusuma Handayani
"Pengaruh medan listrik terhadap sel kanker ada dua macam yaitu menghambat pertumbuhan tumor dan menghancurkan sel kanker yang sedang mengalami pembelahan. Penelitian ini menggunakan Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) vest tipe A dan tipe B dengan frekuensi 50 - 500 KHz dari sumber arus listrik bolak-balik dengan tegangan 2,4 ? 3 V. Pemberian medan listrik dilakukan secara in vivo selama 16 jam secara kumulatif terhadap pasien bersel kanker payudara stadium II dengan atau tanpa metastase ke axilla dengan posisi sel kanker di lima kuadran yang berbeda pada payudara, yaitu medial superior, medial inferior, central, lateral superior dan lateral inferior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat terapi Electro Capacitive Cancer Treatment sangat efektif untuk menghambat pembelahan sel kanker dan membunuh sel kanker yang terletak pada kuadran lateral superior.

Abstract
The influence of an electric field of cancer cell there are two kinds of which inhibits tumor growth and destroy cancer cells that are undergoing fission. This research uses Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) vest type A and type B with frequency of 50 - 500 KHz of the electric current source back and forth with voltage 2,4 - 3 volt. Award of the electrical field conducted in in vivo for 16 hours cumulatively on patients with breast cancer-celled ferocity stadium level II with or without metastase to the axilla to the position of cancer cells in five different quadrants of breast medial superior, inferior, medial, central, lateral superior and inferior lateral. The results showed that Electric therapy very effective Capacitive Cancer Treatment to inhibit cell division and cancer kill cancer cells that are located on the superior lateral quadrant."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amdanita
"Medan listrik dengan frekuensi 100-200 kHz dan tegangan 10-15 volt memiliki pengaruh terhadap sel yang sedang mengalami pembelahan. Electrical Capacitive Cancer Treatment (ECCT) adalah perangkat terapi kanker yang menghancurkan sel kanker dengan menggunakan efek medan listrik statis. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi desain elektroda kapasitif untuk meningkatkan efektivitas ECCT pada terapi kanker payudara dengan menganalisis intensitas dan energi distribusi medan listrik di jaringan payudara. Analisis distribusi medan listrik dilakukan dengan simulasi menggunakan Comsol Multiphysics 3.5 berbasi metode elemen hingga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain elektroda kapasitif yang dikembangkan efektif pada semua posisi kanker di jaringan payudara (kuadran lateral superior, lateral inferior, medial superior, medial inferior, central).

Electric field with a frequency of 100-200 kHz and a voltage of 10-15 volts has an influence on the cell division. Electrical Capacitive Cancer Treatment (ECCT) is a cancer therapy device that destroys cancer cells using static electric field effects. This study aimed to evaluate the capacitive electrode design to improve effectiveness of ECCT on breast cancer therapy by analyzing intensity and energy distribution of electric field in breast tissue. Analysis of electric field distribution was done by simulation using COMSOL Multiphysics 3.5 based on the finite element method. The results showed that the developed capacitive electrode design effective for all cancers position in the breast tissues (lateral superior quadrant, lateral inferior, medial superior, medial inferior, central)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yulianto
"Penggunaan medan listrik untuk terapi pengobatan kanker dengan frekuensi 100 kHz dari sumber arus listrik bolak-balik dengan tegangan -8,5 V sampai 8,5 V cukup efektif untuk membunuh sel kanker payudara namun tidak efektif untuk membunuh sel kanker nasofaring. Nilai permitivitas pada daerah nasofaring bervariasi karena terdiri dari otot, tulang keras, otak, dan udara (rongga) sehingga distribusi medan listrik yang dihasilkan oleh alat ECCT akan mengalami pembelokkan. Pada simulasi ini menggunakan 2 elektroda dengan variasi frekuensi sebesar 100 kHz, 150 kHz, dan 200 kHz dengan tegangan 6 V, 10 V, dan 14 V. Hasil simulasi menunjukkan bahwa frekuensi 100 kHz dan tegangan 14 V memiliki daya tembus yang optimal pada karsinoma nasofaring.

The use of electrical field from an AC source with frequency of 100 kHz and voltage range between -8.5 V and 8.5 V in cancer treatment is effective enough to kill breast cancer cells. However, it is not effective enough to kill nashopharing cancer cells. Permittivity distribution of nasopharing area varies because it contains muscle, compact bone, brain, and cavity (cellom). Therefore, the electrical field which is produced by ECCT device will be deflected. In this simulation, 2 electrodes were used, and frequencies of 100 kHz, 150 kHz and 200 kHz and voltages of 6 V, 10 V and 14 V were applied. The results of this research have shown that electrical field from a source with frequency of 100 kHz and voltage of 14 V has the optimal penetration for carcinoma nasopharing."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44677
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurzannah
"Kekacauan akan terjadi pada sistem sel yang sedang membelah ketika diberikan medan listrik eksternal dengan frekuensi 100 kHz dan intensitas < 200 V/m sehingga mampu menghambat dan menghancurkan sel kanker. Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) dikembangkan berbasis medan listrik statis untuk terapi kanker. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi ECCT pada kanker payudara jenis infiltrating Ductal Carcinoma (IDC) dan Infiltrating Lobular Carcinoma (ILC). 10 pasien kanker payudara dengan jenis IDC dan ILC diterapi dengan ECCT selama 3 bulan kemudian dianalisis dan dimonitor dengan alat diagnostik kanker payudara berbasis Electical Capacitance Volume Tomography (ECVT). ECVT memanfaatkan nilai kapasitansi jaringan payudara untuk memprediksi distribusi permitivitas jaringan kanker payudara. Intensitas permitivitas yang terukur oleh ECVT berbanding lurus dengan tingkat keganasan sel kanker. Hasil penelitian menunjukkan ECCT untuk kanker payudara lebih efektif untuk kasus kanker payudara jenis IDC daripada ILC. Range rasio pengurangan maksimum konsentrasi pada IDC adalah 0,015— 0,156 / bulan sedangkan pada ILC adalah 0,0177—0,1103 / bulan.

Cells division will be disturbed when given an external electric field with a frequency of 100 kHz and intensity of < 200 V/m, thus can be used to inhibit and destroy cancer cells. Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) was developed based on the static electric field for cancer therapy. This study aimed to determine the efficiency of ECCT for breast cancer of Infiltrating Ductal Carcinoma (IDC) and Infiltrating lobular carcinoma (ILC). 10 patients of breast cancer with a type of IDC and ILC treated with ECCT for 3 months analyzed and monitored by breast cancer diagnostic tool based on Electical Capacitance Volume Tomography (ECVT). ECVT utilizing capacitance value of breast tissue to predict the permittivity distribution of cancers. Permittivity intensity measured by ECVT directly proportional to the rate of cancer cell malignancy. The results showed ECCT for breast cancer is more effective for breast cancer cases type IDC than ILC. Range reduction ratio of the maximum concentration of the IDC is from 0.015 to 0.156 per month, while the ILC is 0.0177 to 0.1103 per month."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S45811
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Safira Aji
"Latar belakang: Pandemi COVID-19 membawa perubahan yang besar terhadap sistem pelayanan kesehatan, salah satunya pada terapi kanker paru. Berbagai keterbatasan yang dihadapi tenaga kesehatan dan risiko COVID-19 yang tinggi pada pasien kanker paru menyebabkan terjadinya perubahan terapi pada pasien kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan terapi dan tingkat kekhawatiran pada pasien kanker paru.
Metode: Penelitian potong lintang yang melibatkan pasien rawat jalan kanker paru dilakukan di Poli Onkologi RSUP Persahabatan. Pemilihan sampel dilakukan menggunakan metode consecutive sampling. Perubahan terapi pasien kanker paru selama pandemi dinilai menggunakan survei daring yang disusun oleh Dutch Federation of Cancer Patients Organisations dan Dutch Multidisiplinary Oncology Foundation yang dimodifikasi dan diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Karakteristik subjek yang meliputi karakteristik demografi, karakteristik kanker paru, jenis terapi, dan riwayat infeksi COVID-19 turut dinilai dalam penelitian ini.
Hasil: Sebanyak 68,2% pasien kanker paru mengalami perubahan terapi selama pandemi COVID-19. Tidak ditemukan adanya korelasi antara karakteristik dan tingkat kekhawatiran subjek dengan perubahan terapi selama pandemi COVID-19. Kekhawatiran terhadap perubahan terapi ditemukan pada 77,3% subjek penelitian.
Kesimpulan: Penelitian ini menemukan tingginya proporsi pasien kanker paru yang mengalami perubahan selama pandemi COVID-19. Perubahan terapi selama pandemi sebaiknya mempertimbangkan dampak psikologis pasien dan efektivitas terapi. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi perubahan terapi selama pandemi COVID-19.

Introduction: The COVID-19 pandemic has brought major changes to the health care system, one of which is lung cancer treatment. Various limitations faced by health workers and the high risk of COVID-19 in lung cancer patients led to changes in lung cancer treatment. This study aims to assess changes in therapy and level of concern in lung cancer patients.
Method: A cross-sectional study involving lung cancer outpatients was conducted in Thoracic Oncology Outpatient Clinic in Persahabatan National Respiratory Referral Hospital Jakarta, Indonesia. Sample recruitment was done using consecutive sampling method. Changes in therapy for lung cancer patients during the pandemic were assessed using an online survey by the Dutch Federation of Cancer Patients Organizations and the Dutch Multidisciplinary Oncology Foundation which was modified and translated into Bahasa. Patients characteristics, including demographic characteristics, lung cancer characteristics, type of therapy, and history of COVID-19 infection were also assessed in this study.
Result: A total of 68.2% of lung cancer patients reported changes in therapy during the COVID-19 pandemic and 77,3% were concerned about treatment changes. No correlation was found between the characteristics and level of concern of the subjects with changes in treatment during the COVID-19 pandemic.
Conclusion: This study found a high proportion of lung cancer patients who experienced changes during the COVID-19 pandemic. Changes in therapy during a pandemic should take into account the psychological impact of the patient and the effectiveness of therapy. Further research is needed to determine the factors that influence the changes during the COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Abdul Aziz
"Durasi yang lama dan prediksi dosis distribusi yang kurang optimal sering menjadi permasalahan utama dalam treatment planning kanker paru-paru secara manual. Model machine learning berbasis Gradient-Boosted Trees dapat dimanfaatkan untuk mempercepat proses dan menstandarisasi distribusi dosis treatment planning. Penelitian ini memanfaatkan 60 set data treatment planning kanker paru-paru yang diamati dan dikumpulkan oleh MRCCC Siloam Hospitals Semanggi yang dijadikan sebagai set data klinis. Set data yang telah diperoleh dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu, 42 set data sebagai data training model machine learning dan 18 set data sebagai data testing model machine learning. Dalam penelitian ini, proses treatment planning memprediksi distribusi dosis yang telah dinormalisasi untuk organ PTV dan OAR. Organ PTV memiliki fitur dosis D2, D50, dan D98. Sementara itu, OAR terdiri atas paru-paru kanan, paru-paru kiri, jantung, dan sumsum tulang belakang. Setiap OAR memiliki fitur dosis yang terdiri atas dosis rata-rata (Dmean) dan dosis maksimum (Dmax). Data prediksi treatment planning menggunakan machine learning kemudian dibandingkan dengan data treatment planning klinis. Perbandingan hasil treatment planning tersebut ditampilkan menggunakan diagram boxplot nilai dosis distribusi PTV dan OAR yang telah dinormalisasi. Kemampuan Gradient-Boosted Trees dalam memprediksi dosis distribusi untuk PTV dan OAR dilihat dari nilai kesalahan mutlak rata-rata terhadap data klinis. Prediksi dosis distribusi PTV memiliki nilai kesalahan mutlak rata-rata sebesar 0,015 (D2), 0,017 (D50), dan 0,022 (D98). Setiap OAR memiliki nilai kesalahan mutlak rata-rata untuk masing-masing fitur dosis rata-rata dan maksimumnya, yaitu sebesar 0,153 (Dmean) dan 0,254 (Dmax) untuk paru-paru kanan, 0,167 (Dmean) dan 0,294 (Dmax) untuk paru-paru kiri, 0,1 (Dmean) dan 0,252 (Dmax) untuk jantung, serta 0,044 (Dmean) dan 0,136 (Dmax) untuk sumsum tulang belakang. Oleh karena itu, prediksi model Gradient-Boosted Trees bekerja lebih baik untuk PTV karena memiliki nilai kesalahan mutlak rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan OAR.

Timeconsuming duration and suboptimal distribution dose prediction become the frequently-happened problems during the manual treatment planning for lung cancer. Gradient-Boosting model can be used for easing treatment planning’s process and standardising its distribution dose. This research uses 60 clinical datasets of lung cancer’s treatment planning that has been collected and processed by Semanggi Siloam Hospitals’ MRCCC. Those datasets are divided into two groups, the training data with 42 datasets and the testing data with 18 datasets. In this research, treatment planning predicts the distribution doses that have been normalised for each PTV’s and OARs’ features. The PTV dose features consist of D2, D50 and D98. Meanwhile, OARs consist of right lung, left lung, heart and spinal cord. Each OAR has mean dose (Dmean) and maximum dose (Dmax) as its dose features. The comparison is shown using boxplot diagrams with normalised dose as its value. The results of the treatment planning prediction using Gradient-Boosting model are then compared to the clinical data. The ability of the Gradient-Boosting model in predicting the distribution dose is calculated based on every Mean Absolute Error (MAE) of the PTV’s and OARs’ dose features. The PTV has 0,015 (D2), 0,017 (D50) and 0,022 (D98) as its MAEs. The OARs’ MAEs consist of 0,153 (Dmean) and 0,254 (Dmax) for right lung, 0,167 (Dmean) and 0,294 (Dmax) for left lung, 0,1 (Dmean) and 0,252 (Dmax) for heart, also 0,044 (Dmean) and 0,136 (Dmax) for spinal cord. In conclusion, Gradient-Boosting model works better for predicting PTV’s distribution dose than the OARs since MAEs for PTV dose features are much smaller compared to the OAR."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrial Male
"ABSTRAK
Elektron biasanya digunakan untuk pengobatan kanker payudara sebagai dosis
tambahan. Pengukuran dosis yang diterima pasien pada rentang energi 6 MeV, 10
MeV dan 12 MeV dari kepala linac, lapangan aplikator 14 x 14 cm2, SSD 95 cm
disimulasikan. Dosis pada paru disimulasikan dengan sistem EGS monte carlo.
Distribusi dosis yang dikalkulasi dengan teknik monte carlo berbeda dengan hasil
TPS. Hal ini karena adanya koreksi dari densitas jaringan (inhomogenitas)
disekitar paru pada simulasi monte carlo sedangkan pada kalkulasi TPS ISIS tidak
memperhitungkan hal tersebut. Dosis 10% di paru hasil kalkulasi simulasi monte
carlo diperoleh pada kedalaman 4.22 cm sedangkan pada TPS 2.98 cm untuk
energi 6 MeV. Sedangkan untuk 10 MeV dan 12 MeV dosis 10% untuk simulasi
monte carlo dan TPS berutur-turut adalah 4.69 cm, 5.72 cm dan 5,79 cm dan 6.95
cm.

ABSTRACT
Treatment option by using electron beam is always done after surgery as booster
doses. Dose measurement in patient lung in energy range 6 MeV, 10 MeV and 12
MeV, filed size 14 x 14 cm2 and SSD 95 cm was simulated. The modelings in
Monte Carlo simulation are modeling treatment head and water phantom by using
BEAMnrc and DOSXYZnrc based on EGSnrc codes. The result from
measurement and simulation is diffrent because correction factors of
inhomogenity lung not included in the TPS ISIS. Depth Dose 10% in lung from
calculation with monte carlo simulation is 4.22 cm and TPS is 2.98 cm with
energy of 6 MeV. For energy of electron 10 MeV and 12 MeV, depth dose 10%
from simulation monte carlo and TPS 4.69 cm, 5.72 cm and 5,79 cm, 6.95 cm."
2012
T30854
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulaika Rosalin
"Pendahuluan: Kanker ginekologi adalah kanker yang dimulai pada organ reproduksi wanita. Lima jenis utama kanker ginekologi adalah kanker serviks, kanker ovarium, kanker rahim, kanker vagina, dan kanker vulva. Nyeri kanker merupakan gejala yang umum terjadi pada pasien kanker, lebih dari 70% individu dengan kanker stadium lanjut menderita nyeri sedang hingga berat (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) sehingga menimbulkan kesulitan dalam merawat diri sendiri dalam melanjutkan aktivitas hidup sehari-hari dan stress. Penggunaan opioid pada pasien yang mengalami nyeri kanker diketahui memberikan efek analgesia yang memadai untuk nyeri yang lebih berat, namun memiliki efek samping dan dapat menimbulkan kecanduan. Elektroakupunktur dapat berfungsi sebagai terapi komplementer untuk menghilangkan rasa sakit terkait kanker dan pengobatan kanker.
Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal multisenter dilakukan pada 54 pasien nyeri kanker ginekologi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak sesuai kriteria eksklusi. Subjek penelitian dirandomisasi menjadi 2 kelompok, yaitu 27 subjek kelompok elektroakupunktur dan terapi standar dan 27 subjek kelompok terapi standar. Kelompok elektroakupunktur dan terapi standar akan mendapatkan terapi satu kali sehari selama tiga hari berturut-turut, terapi selama 30 menit dengan gelombang continuous, frekuensi 2 Hz, titik akupunktur yang digunakan adalah LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Intensitas nyeri dengan skor VAS, kualitas hidup pasien dengan EORTC QLQ-C30 dan dosis analgetik merupakan luaran primer yang dinilai.
Hasil: Perbandingan rerata penururnan skor VAS hari pertama lebih besar pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dengan nilai p = 0,009, Perbaikan skor kualitas hidup pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar lebih baik daripada kelompok terapi standar saja pada status fungsi fisik, fungsi model diri, fungsi emosi, fungsi kognitif, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Sedangkan penilaian pada kelompok terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar pada hari pertama dan hari ketujuh didapatkan hasil bermakna pada status kesehatan menyeluruh, fungsi fisik, fungsi emosi, fungsi sosial, kelelahan, mual dan muntah, nyeri, insomnia, konstipasi, perbaikan nafsu makan dengan nilai p < 0,05. Serta penurunan total dosis anlagetik harian lebih besar pada kelompok terapi elektroakupunktur dan terapi standar.
Kesimpulan: Terapi kombinasi elektroakupunktur dan terapi standar dapat menurunkan skor VAS serta dosis analgetik harian disertai perbaikan pada kualitas hidup pasien.

Introduction: Gynecological cancer is cancer that starts in the female reproductive organs. The five main types of gynecological cancer are cervical cancer, ovarian cancer, uterine cancer, vaginal cancer, and vulvar cancer. Cancer pain is a common symptom in cancer patients, more than 70% of individuals with advanced cancer suffer from moderate to severe pain (Numeric Rating Scale, NRS ≥ 4) which causes difficulty in caring for themselves in continuing daily life activities and stress. . The use of opioids in patients experiencing cancer pain is known to provide adequate analgesia for more severe pain, but has side effects and can cause addiction. Electroacupuncture may serve as a complementary therapy for cancer-related pain relief and cancer treatment.
Methods: A multicenter single-blind randomized clinical trial was conducted on 54 patients with gynecological cancer pain who met the inclusion criteria and did not meet the exclusion criteria. The research subjects were randomized into 2 groups, namely 27 subjects in the electroacupuncture and standard therapy group and 27 subjects in the standard therapy group. The electroacupuncture and standard therapy groups will receive therapy once a day for three consecutive days, therapy for 30 minutes with continuous waves, frequency 2 Hz, the acupuncture points used are LI4, PC6, ST36, SP6, LR3. Pain intensity with VAS score, quality of life of patients with EORTC QLQ-C30 and analgesic dose were the primary outcomes assessed.
Results: Comparison of the mean reduction in VAS score on the first day was greater in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy with a p value = 0.009, Improvement in score The quality of life in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy was better than the standard therapy group alone in the status of physical function, self-model function, emotional function, cognitive function, social function, fatigue, nausea and vomiting, shortness of breath, appetite with a p value < 0.05. Meanwhile, the assessment in the combination therapy group of electroacupuncture and standard therapy on the first day and the seventh day showed significant results on overall health status, physical function, emotional function, social function, fatigue, nausea and vomiting, pain, insomnia, constipation, improvement in appetite with values p < 0.05. And the reduction in total daily analgesic dose was greater in the electroacupuncture therapy and standard therapy groups.
Conclusion: Combination therapy of electroacupuncture and standard therapy can reduce VAS scores and daily analgesic doses accompanied by improvements in the patient's quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>