Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risma Muthia
"Latar belakang: Skor SAPS 3 (Simplified Acute Physiology Score 3) merupakan sistem skor mutakhir yang dikembangkan untuk memprediksi mortalitas pasien di unit perawatan intensif (UPI). Sebelum suatu sistem skor dapat diterapkan pada populasi yang berbeda maka harus dilakukan penilaian kesahihannya terlebih dahulu. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kesahihan skor SAPS 3 dan persamaan baru SAPS 3 pada pasien UPI RSCM.
Metode: Studi kohort retrospektif menggunakan data rekam medis pasien yang dirawat di UPI RSCM Januari-Juli 2012 dengan metode pengambilan sampel konsekutif. Dilakukan analisis bivariat dilanjutkan dengan analisis multivariat dengan persamaan regresi logistik metode stepwise backward. Kemampuan kalibrasi skor SAPS 3 dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow sedangkan kemampuan diskriminasi dianalisis dengan nilai AUC.
Hasil: Selama penelitian terkumpul 550 pasien yang dirawat di UPI RSCM. Persamaan baru SAPS 3 didapatkan y = -4,765 + (0,319 x total skor) dengan 7 variabel sebagai prediktor kuat. Skor SAPS 3 baru dan Australasia memiliki kemampuan kalibrasi dan diskriminasi yang baik dengan uji Hosmer-Lemeshow p = 0,383 dan p = 0,123 dengan nilai AUC 0,901 dan 0,945.
Kesimpulan: Skor SAPS 3 memiliki kemampuan yang baik (sahih) dalam memprediksi mortalitas pasien di UPI RSCM.

Background: Simplified Acute Physiology Score 3 (SAPS 3) has been developed to estimate mortality in intensive care unit. However, this model need to be validated before it use in different populations. The aim of this study was to validate the performance of SAPS 3 score in the intensive care unit (ICU) Cipto Mangunkusumo Hospital population and to find new equation of SAPS 3 for ICU Cipto Mangunkusumo Hospital population.
Methods: A retrospective cohort study with consecutive sampling was done to patients hospitalized in the ICU Cipto Mangunkusumo Hospital from January to July 2012. Bivariate analysis was performed, continued with multivariate analysis with stepwise backward method of logistic regression equation. Calibration was assessed by Hosmer-Lemeshow test while discrimination was analyzed using the area under the receiver operator curve (AUC).
Results: A total of 550 patients were included in this study. New equation of SAPS 3 score is y = -4,765 + (0,319 x total score) with 7 variable found as strong predictor. Both new and Australasia SAPS 3 equation have a good calibration and discrimination performance with Hosmer-Lemeshow test p = 0,383 and p= 0,123 with AUC = 0,901 and 0,945.
Conclusion: SAPS 3 score has a good performance in predicting mortality of intensive care unit patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anggraeni
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang menempati posisi pertama dari sepuluh besar penyaldt berdasarkan Laporan Tahunan Puskemas. Hal ini berhubungan dengan kondisi fisik rumah, kualitas udara dalam rumah antara lain PM10, dan karakteristik balita penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar PM10 dan faktor lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan populasi balita di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang yang menjadi sampel adalah balita yang terpilih dengan sampel acak secara sistimatika dari Laporan Bulanan (LB1) Puskesmas dengan sampel 195 balita, terdiri Bari kasus 65 dan kontrol 130 dimana sampel kasus adalah balita ISPA sedangkan sampel kontrol adalah tetangga kasus yang tidak menderita ISPA dan berjenis kelamin sama. Data yang dikumpulkan dengan pengukuran adalah kadar PM10, kelembaban, suhu dan pencahayaan sedangkan data variabel lainnya dengan observasi dan wawancara mengg unakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil analisis chi square terdapat empat variabel yang berbeda bermakna pada balita yang tinggal di rumah memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat yaitu kadar PM10 kelembaban, pencahayaan dan suhu pada tingkat kemaknaan 5% dengan kejadian ISPA balita, yaitu PMIQ dengan nilai p = 0,000 (5,21:2,7 - 10,04), kelembaban dengan nilai p = 0,001 (3,02: 1,57 - 5,81), pencahayaan dengan nilai p = 0,000 (15,06: 6,77 - 33,49), dan suhu dengan nilai p = 0,000 (36,49:10,85 -122,71).
Variabel ventilasi, jenis lantai, kepadatan hunian, bahan bakar, asap rokok, that nyamuk bakar, status gizi dan imunisasi tidak bermakna secara statistik karena mempunyai nilai p > 0,05.
Hasil analisis regresi logistik secara stafistik tidak ditemukan adanya interaksi antara variabel yang diteliti, tetapi suhu rumah ditemukan sebagai faktor pengganggu antara PM10 dengan kejadian ISPA.
Dari penelitian ini sangat penting disarankan untuk mengurangi sumber pencemaran kualitas udara dalam rumah terutama bagi Dinas Kesehatan Kabupaten agar secara rutin memantau secara kondusif kondisi dan standar kualitas udara dalam ruang dan saran bust Puskesmas agar mengaktilkan klinik sanitasi untuk memberikan penyuluhan dan pendidikan tentang hubungan kondisi lingkungan rumah dengan ISPA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Saut Horas H
"ABSTRAK
Pendahuluan
Studi sebelumnya menunjukkan tebal adiposa epikardial pasien sindrom koroner akut (SKA) berhubungan dengan cardiovascular adverse event dalam tiga puluh hari.
Tujuan
Mengetahui peran tebal adiposa epikardial dalam memprediksi cardiovascular adverse event pada pasien SKA di ICCU RS Cipto Mangunkusumo.
Metode
Dilakukan studi kohort prospektif berbasis studi prognostik pada seratus dua puluh satu pasien SKA. Tebal adiposa epikardial dinilai dengan ekokardiografi transtorakal pada fase sistolik akhir (end-systole) tampilan parasternal long axis dari tiga siklus jantung. Dilakukan follow-up dalam tiga puluh hari pada semua pasien.
Hasil
Nilai median tebal adiposa epikardial adalah 2,23 mm (kisaran 0,37 – 10,8 mm). Cardiovascular adverse event terjadi pada 23 pasien (19%) dalam 30 hari; 9 subjek mengalami syok kardiogenik, 3 subjek mengalami infark miokard berulang, 4 subjek mengalami stroke iskemik, dan 7 subjek meninggal. Titik potong terbaik tebal adiposa epikardial dalam memprediksi cardiovascular adverse event adalah 2,95 mm dengan sensitivitas 65%, spesifisitas 70%, nilai duga positif 34%, nilai duga negatif 90% dengan AUC sebesar 0,690 (IK 95% 0,564-0,816, p=0,005).
Simpulan
Tebal adiposa epikardial 2,95 mm dapat digunakan untuk memprediksi cardiovascular adverse event dalam tiga puluh hari pada pasien SKA dengan sensitivitas 65%, spesifisitas 70% dan AUC 0,690.

ABSTRACT
Background
Previous study showed that epicardial adipose thickness in acute coronary syndrome (ACS) patients was associated with cardiovascular adverse events during thirty days.
Objective
To determine the role of epicardial adipose thickness in predicting cardiovascular adverse events in ACS patients at ICCU of Cipto Mangunkusumo Hospital
Method
A prospective cohort prognostic study was conducted on one hundred twenty-one ACS patients. Epicardial adipose thickness was measured with transthoracic echocardiography at end-systole from parasternal long-axis view of three cardiac cycles. 30 days follow-up was obtained in all patients.
Results
Median value of epicardial adipose thickness was 2.23 mm (range 0.37-10.8 mm). Cardiovascular adverse events were developed in 23 patients (19%) during 30 days; 9 cases of cardiogenic shock, 3 of recurrent myocardial infarction, 4 of ischemic stroke, and 7 of death. Best cut-off point of epicardial adipose thickness in predicting cardiovascular adverse events was 2.95 mm with a sensitivity of 65%, specificity 70%, positive predictive value 34%, negative predictive value 90% and AUC of 0.690 (95% CI 0.564 - 0.816, p = 0.005).
Conclusion
Epicardial adipose thickness with cut-off point 2.95 mm could be used to predict cardiovascular adverse events during thirty days in ACS patients with a sensitivity of 65%, specificity 70% and AUC of 0.690."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T32758
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Kurnia Mulyadi
"Latar Belakang: Pneumonia komunitas berat (severe community acquired pneumonia atau SCAP) merupakan salah satu bentuk penyakit kritis yang sering dijumpai dengan angka mortalitas jangka pendek yang tinggi. Pelbagai model prediksi klinis general telah banyak dievaluasi memiliki performa yang baik dalam memprediksi luaran klinis untuk penyakit kritis, namun evaluasi performa SAPS 3 sebagai salah satu sistem skor yang luas digunakan dalam perawatan intensif terhadap SCAP hingga saat ini belum memadai untuk memandu klinisi dalam menangani kasus tersebut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi mortalitas SCAP serta mengevaluasi performa kalibrasi dan diskriminasi dari SAPS 3 terhadap mortalitas rawat inap.
MetodeL Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dan mengambil data rekam medis dari pasien dengan SCAP yang masuk rawat di instalasi gawat darurat, ruang perawatan high care maupun intensive care di RSUPN Cipto Mangunkusumo selama 3 tahun (Maret 2019-Maret 2021). Dilakukan penilaian mortalitas rawat inap selama 30 hari perawatan. Data terkumpul dianalisis dengan uji Hosmer-Lemeshow goodness-of-fit untuk mengetahui performa kalibrasi dan pembuatan kurva Receiver Operating Curve (ROC) untuk mengetahui performa diskriminasi skor SAPS 3 terhadap luaran mortalitas rawat inap.
Hasil: Diperoleh 484 subjek SCAP dengan proporsi mortalitas 49,2%. Sebanyak 73,8% adalah infeksi viral (COVID-19) dan sisanya bakterial (25,6%) dan campuran fungal-bakterial (0,6%). Performa kalibrasi adalah baik (p=0,519, koefisien korelasi r=0,993). Performa diskriminasi tampak sangat baik untuk skor total SAPS 3 dengan nilai AUC 0,921 (IK95% 0,898-0,944).
Kesimpulan: Performa kalibrasi dan diskriminasi SAPS 3 dalam memprediksi mortalitas rawat inap SCAP adalah baik."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan Mokoagow
"Latar Belakang: Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) berkontribusi terhadap masalah kesehatan yang bermakna selama penyelenggaraan haji. Kementerian Kesehatan RI mendokumentasikan PPOK sebagai penyebab ketiga terbesar perawatan jemaah haji yaitu sebesar 7,2% pada tahun 2010. Identifikasi individu yang berisiko lebih tinggi untuk mengalami eksaserbasi akut PPOK selama pelaksanaan haji menjadi penting. Oleh karenanya, penggunaan skor CAT dalam memprediksi risiko eksaserbasi akut pada populasi khusus ini perlu diteliti lebih lanjut.
Tujuan: Mengevaluasi skor CAT sebagai prediktor kejadian eksaserbasi akut pada jemaah haji dengan PPOK.
Metode: Penelitian kohort prospektif ini dilakukan pada jemaah haji Embarkasi Provinsi DKI Jakarta tahun 2012. Sebelum keberangkatan, subyek diminta mengisi CAT dan diberikan kartu pencatatan harian untuk mencatat gejala eksaserbasi akut selama pelaksanaan haji. Kartu serupa juga diberikan pada dokter kelompok terbang (kloter) mereka. Saat kedatangan di tempat disembarkasi, subyek diwawancarai dan dilakukan pemeriksaan kesehatan serta pengumpulan kartu pencatatan harian dari pasien maupun dokter kloter. Eksaserbasi akut ditentukan dari kartu pencatatan harian dan buku kesehatan haji yang dibawa oleh tiap jemaah.
Hasil: Sebanyak 61 pasien PPOK direkrut dengan subyek laki-laki sejumlah 57 orang (93,4%) dan rerata usia 58,8±8,5 tahun. Eksaserbasi akut terjadi pada 35 pasien (57,4%). Skor CAT berkisar antara 0–25 dengan rerata 8,2±5,5. Persentase kelompok kategori CAT rendah (skor<10) sebesar 63,9% sementara 36,1% memiliki kategori CAT sedang-berat (skor CAT 10-30). Didapatkan Risiko Relatif sebesar 1,33 (IK95% 0,875–2,020), Nilai Duga Positif: 0,68 (IK95% 0,47–0,84), dan AUC 0,773 (IK95% 0,647-0,898). Median skor CAT 9 (nilai minimum 1; maksimum 25) untuk kelompok eksaserbasi akut dan median 4 (nilai minimum 0; maksimum 17) untuk kelompok tidak eksaserbasi akut yang bermakna secara statistik (p<0.0001, Uji Mann-Whitney).
Simpulan: Terdapat peningkatan kejadian eksaserbasi akut pada jemaah haji dengan CAT kategori sedang-berat dibandingkan kelompok CAT kategori ringan namun belum terlihat perbedaan risiko yang bermakna pada penelitian ini dan skor CAT memiliki kemampuan untuk memprediksi terjadinya eksaserbasi akut.

Background: COPD contributes to significant health problems during pilgrimage for moslems. Indonesian Ministry of Health COPD as the third leading causes of hospitalization pilgrims with percentage of 7.2% in 2010. Identifying individuals with higher risk to have acute exacerbation during the pilgrimage is essential. Therefore, the use of CAT scores in predicting the risk of acute exacerbation in this special population merits further investigation.
Objective: To evaluate CAT score as predictor of acute exacerbation event in pilgrims with COPD.
Methods: This propective cohort study was conducted to pilgrims from DKI Jakarta Province in 2012. Prior to departure, subjects were asked to complete CAT and given diary card to record any symptoms of exacerbation during pilgrimage. Similar observation card were also given to their pilgrims groups’ doctors. On arrival at disembarkation point, subjects underwent interview and health examination while diary cards were collected from both patients and their doctors. Acute exacerbation were determined from the diary cards and individual health record book carried by every pilgrim.
Results: Sixty one COPD patients were recruited comprising 57 male subjects (93.4%) and mean age for this study is 58.8 ± 8.5 years. Acute exacerbation occurred in 35 patients (57.4%). CAT scores range from 0–25 with a mean of 8.2±5.5. Percentage of low CAT category group (score <10) was 63.9% while the 36.1% of subjects were in medium to high CAT category group (score 10-30). Relative Risk for acute exacerbation was 1.33 (95% CI 0.875 – 2.020), Positive Predivetive Value: 0.68 (95%CI 0.47–0.84), and AUC 0.773 (95% CI 0.647-0.898) and median CAT scores were 9 (minimum value 1; maximum 25) for acute exacerbation group and 4 (minimum value 0; maximum 17) for and non acute exacerbation group which was statistically significant (p<0.0001, Mann-Whitney U test).
Conclusion: An increasead numbers of acute exacerbation was observed in moderate-severe category CAT score compared to those in mild category nevertheless a significant risk difference was not demonstrated in this study and CAT score has the ability to predict acute exacerbation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Fransiska
"Jumlah penderita diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Makasar mengalami kenaikan dari tahun 2014 sampai 2016. Kelurahan Kebon Pala menjadi penyumbang terbanyak dari keseluruhan kasus diare. Jumlah penderita diare balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala tahun 2014 sebesar 182 kasus kemudian naik tahun 2015 sebesar 251 kasus dan mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 238 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kebon Pala. Disain penelitian yaitu case control, kasus adalah penderita diare yang tercatat dalam register puskesmas selama 14 hari terakhir waktu penelitian berlangsung dan kontrol adalah tetangga kasus. Jumlah sampel masing-masing kontrol dan kasus 60 responden. Pengumpulan data dengan wawancara langsung dan observasi menggunakan kuesioner. Kuesioner berisikan pertanyaan perilaku cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, sumber air bersih, sarana jamban dan sarana pembuangan sampah. Penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara perilaku cuci tangan pakai sabun nilai p 0.005; OR 5,107 , pemberian ASI eksklusif nilai p 0,005; OR 4,030 , sarana jamban nilai p 0,022; OR 2,993 dan sarana pembuangan sampah niali p 0,003; OR 3,406 dengan kejadian diare pada balita.

The number of diarrhea sufferers in under five children in the working area of Puskesmas Kecamatan Makasar increased from 2014 to 2016. Kebon Pala village became the biggest contributor of all diarrhea cases. The number of diarrhea sufferers in the work area of Kebon Pala Public Health Center in 2014 amounted to 182 cases and then increased in 2015 by 251 cases and decreased in 2016 by 238 cases. This study aims to determine the risk factors of diarrhea occurrence in infants in the working area of Kebon Pala Public Health Center. The case study design was case control. The case was diarrhea sufferer recorded in the puskesmas register for the last 14 days while the study took place and the control was neighboring case. The number of samples of each control and case are 60 respondents. Data was collected by direct interview and observation using questionnaire. The questionnaire contains questions on handwashing behavior with soap, exclusive breastfeeding, clean water sources, toilet facilities and garbage disposal facilities. The results of this study showed that there was a significant relationship between handwashing with soap p 0.005, OR 5,107 , exclusive breastfeeding p value 0.005, OR 4.030 , toilet facilities p value 0.022, OR 2,993 and garbage disposal facilities Niali p 0,003 OR 3,406 with the incidence of diarrhea in infants."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Misbahul Fitri Hanifah
"COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang telah ditetapkan sebagai pandemik sejak tanggal 11 Maret 2020 oleh World Health Organization (WHO). Diketahui bahwa paru-paru yang terinfeksi langsung oleh virus dapat mengakibatkan manifestasi klinis berupa pneumonia virus. Sistem kekebalan tubuh dapat mengalami perubahan imunologis dalam tubuh seperti leukopenia, limfopenia, dan inflamasi badai sitokin, sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko infeksi lainnya. Maka dari itu, diperlukan adanya Pemantauan Terapi Obat (PTO) untuk mengoptimalkan efek terapi dan menekan angka morbiditas pasien COVID-19. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai PTO pada pasien COVID-19 dengan pneumonia, hipokalemia berulang, dan anemia defisiensi zat besi di ruangan Melati COVID di RSUD Tarakan, Jakarta. Hal ini diharapkan dapat menggambarkan peran apoteker klinis dalam Pemantauan Terapi Obat sehingga mampu meminimalisasi risiko masalah terkait obat, progresivitas penyakit, serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pengambilan data dilakukan dengan pemantauan data rekam medik pasien dari sejak pertama kali masuk rumah sakit hingga pasien dapat dipulangkan. Selanjutnya, dilakukan penetapan asesmen dan rencana yang akan didiskusikan bersama apoteker penanggung jawab ruangan tersebut. Hasil analisis PTO yang dilakukan terhadap pasien tersebut ialah terdapat satu obat yang tidak tepat dosis, yaitu urotractin. Selain itu, terdapat masalah terkait kegagalan penerimaan vitamin C yang diresepkan dan interaksi antarsuplemen kalsium karbonat dan vitamin D3 yang dapat meningkatkan risiko hiperkalsemia pada pasien.

COVID-19 is a disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) which has been comes up as a pandemic since March 11, 2020 by World Health Organization (WHO). It is known that lungs directly infected by viruses can result in clinical manifestations in the form of viral pneumonia. The immune system can experience immunological changes in the body such as leukopenia, lymphopenia, and inflammatory cytokine storms, which can cause an increased risk of other infections. Therefore, there is a need for Monitoring Drug Therapy (MDT) to optimize the therapeutic effect and reducing the morbidity rate of COVID-19 patients. In this article, we will discuss MDT in COVID-19 patients with pneumonia, recurrent hypokalemia, and iron deficiency anemia in the Melati COVID room at Tarakan Hospital, Jakarta. It is hoped that this will illustrate the role of clinical pharmacists in MDT so that they can minimize the risk of drug-related problems (DRPs), disease progression, and can improve the patient's quality of life. Data collection is carried out by monitoring the patient's medical record data from the time they are first admitted to the hospital until the patient can be discharged. Next, an assessment and plan is carried out which will be discussed with the pharmacist in charge of the room. The results of the MDT analysis carried out on this patient were that one drug was not dosed correctly, urotractin. In addition, there are problems related to failure to receive prescribed vitamin C and interactions between calcium carbonate and vitamin D supplements which can increase the risk of hypercalcemia in patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syarif
"Luaran ibu dengan infeksi Covid-19 dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit dan peningkatan risiko komplikasi kehamilan. Penyebab mortalitas ibu dengan Covid-19 sangat bervariasi dan terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian ibu dengan infeksi Covid-19 di RSUD Pasar Rebo.
Penelitian terdiri dari 2 tahap. Tahap 1 merupakan systematic review untuk mendapatkan data penyebab kematian ibu dengan infeksi Covid-19. Tahap 2 merupakan studi deskriptif retrospektif dengan mengambil data rekam medis ibu dan wawancara pada keluarga ibu dengan infeksi Covid-19 yang meninggal di RSUD Pasar Rebo.
Penelitian tahap 1 menemukan etiologi kematian ibu dengan infeksi Covid-19 adalah pneumonia, kegagalan multiorgan, serangan jantung dan DIC. Penelitian tahap 2 menemukan ibu dengan infeksi Covid-19 yang meninggal rerata berusia 29,25 tahun dengan masa gestasi 24-39 minggu dengan gejala klinis demam, batuk dan sesak. Komorbiditas adalah obesitas (2 dari 4 kasus), hipertensi (1 dari 4 kasus) dan preeklampsia (1 dari 4 kasus). Hampir semua kasus dirawat di ICU. Semua ibu dengan infeksi Covid-19 meninggal karena ARDS. Sumber infeksi ditemukan pada 2 dari 4 kasus. Seluruh kasus mengalami kesulitan dalam mencari fasilitas Kesehatan tempat rawat khusus Covid-19 untuk ibu hamil di beberapa tempat sebelum datang ke RSUD Pasar Rebo.
Simpulan : Penyebab kematian ibu dengan infeksi Covid-19 adalah ARDS. Perlu mengidentifikasi ibu dengan infeksi Covid-19 yang memiliki komorbiditas atau komplikasi medis untuk penanganan lebih ketat dan memperbaiki sistem rujukan.

Maternal outcomes with COVID-19 infection were associated with disease severity and an increased risk of pregnancy complications. The etiology of maternal mortality with Covid-19 are varied and limited. This study aimed to determine the etiology of maternal death with Covid-19 infection at Pasar Rebo Hospital.
The research consisted of 2 phases. Phase 1 was a systematic review to obtain data on etiology of maternal death with Covid-19 infection. Phase 2 was a retrospective descriptive study by taking maternal medical records and interviewing with the families of maternal with Covid-19 infection who died at Pasar Rebo Hospital.
Phase 1 research found the etiology of maternal death with Covid-19 infection was pneumonia, multiorgan failure, heart attack and DIC. Phase 2 research found mothers with Covid-19 infection who died an average age of 29.25 years with a gestation period of 24-39 weeks with clinical symptoms of fever, cough and shortness of breath. Comorbidities were obesity (2 out of 4 cases), hypertension (1 out of 4 cases) and preeclampsia (1 out of 4 cases). Almost all cases are admitted to the ICU. All mothers with Covid-19 infection died of ARDS. The source of infection was found in 2 out of 4 cases. All cases had difficulty finding health facilities for Covid-19 special care for pregnant women in several places before coming to Pasar Rebo Hospital
Conclusion : The cause of maternal death with Covid-19 infection is ARDS. It is important to identify mothers with Covid-19 infection who have comorbidities or medical complications for stricter treatment and improve the referral system.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Lunaesti
"Latar Belakang. Bulan Maret 2020, World Health Organization mengumumkan Covid-19 sebagai sebuah pandemi global. Hingga saat ini, kasus Covid-19 masih terus bertambah dengan angka kematian mencapai lebih dari 590.000 kasus di seluruh dunia. Covid-19 terutama mempengaruhi sistem pernapasan menyebabkan pneumonia dan dapat secara cepat bertambah berat dan masuk ke dalam kondisi acute respiratory distress syndrome (ARDS). Tingginya kebutuhan bantuan ventilasi mekanis pada pasien Covid-19 dengan ARDS membuat para petugas medis harus terus mencari tatalaksana yang paling tepat, termasuk moda ventilasi mekanis yang cocok digunakan pada pasien Covid-19. Moda airway pressure release ventilation (APRV) terus berkembang dan pengunaannya terus bertambah, terutama dalam tatalaksana gagal napas dan ARDS. Pada laporan kasus berbasis bukti ini, kami membahas efektivitas APRV dibandingkan ventilasi mekanis konvensional dalam manajemen gagal napas pasien tersangka Covid-19 dengan komplikasi ARDS.
Metode. Metode laporan kasus berbasis bukti ini mengikuti pedoman Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA). Pencarian sistematis dilakukan menggunakan database elektronik yaitu Pubmed®, Ebsco®, Cochrane Library® dan Science Direct® dengan menggunakan kata kunci airway pressure release ventilation, acute respiratory distress syndrome, dan Covid.
Hasil. Tiga artikel dengan desain studi randomized control trials (RCT) dan satu artikel studi observasional retrospektif didapatkan dari hasil pencarian. Keempat artikel menunjukkan adanya peningkatan rasio PaO2/FiO2 setelah intervensi dan dua artikel menyimpulkan bahwa APRV diasosiasikan dengan berkurangnya lama rawat di ICU.
Simpulan. Pada kasus pasien Covid-19 dengan komplikasi ARDS (tipe H), APRV dapat menjadi alternatif moda ventilator yang dapat digunakan sebagai tatalaksana bantuan ventilasi mekanis meskipun APRV tidak dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan moda ventilator konvensional.

Background. In March 2020, World Health Organization (WHO) stated that Covid-19 was a global pandemic. Currently, the number of case is still inclining with mortality rate more than 590,000 cases worldwide. This disease mainly affects the respiratory system that will lead to pneumonia, and quickly becoming worse so that will fall into acute respiratory distress syndrome (ARDS) condition. The high demand of mechanical ventilation in patients with Covid-19 and ARDS encourages medical workers to find the appropriate managements, including this mechanical ventilation mode. The airway pressure release ventilation (APRV) mode continuously develops and its utilization consistently increases, especially in the management of respiratory failure and ARDS. This evidence based case report elaborates the effectiveness of APRV compared to conventional mechanical ventilation in the management of respiratory failure in patients suspicious of Covid-19 with ARDS complications.
Methods. The method of this evidence based case report was performed based on Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses (PRISMA). Systematic exploration was conducted through electronic database, such as Pubmed, EBSCO, Cochrane Library, and Science Direct, with airway pressure release ventilation, acute respiratory distress syndrome, and Covid as the keywords.
Results. There were 3 randomized control trials (RCT) and 1 observational study revealed to be relevant to this study. There 4 articles mentioned the increasing of PaO2/FiO2 ratio following intervention. Two of those studies also stated that APRV was associated with the shorter length of hospitalization in Intensive Care Unit (ICU).
Conclusion. In patients with Covid-19 and ARDS complication (type H), APRV can be an alternative ventilator mode to assist mechanical ventilation, although APRV cannot be said more effective than conventional ventilator mode.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>