Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77526 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki Nurmaya Oktarina
"ABSTRAK
Dongeng putri yang diproduksi oleh Disney telah menjadi salah satu jenis cerita yang membuat perusahaan Disney sangat terkenal. Stereotip putri-putri yang diproduksi oleh Disney pada awalnya berkulit putih. Seiringnya waktu, Disney mulai memfilmkan sebuah film animasi dengan putri yang lebih berwarna. Pada tahun 2009, Disney mengeluarkan putri ras Afrika-Amerika bernama Tiana melalui film The Princess and the Frog (2009). Namun ada ambiguitas yang tercermin dalam penggambaran karakter black dalam film ini. Untuk membantu menganalisis film ini, teori semiotikanya Barthes akan digunakan. Dengan teori tersebut penulis akan melihat bahwa di satu sisi Disney ingin menunjukan Amerika sudah “buta warna”. Film ini terlihat seperti sebuah cerminan yang dipercaya Disney benar dan ideal tentang masyarakat Amerika. Disisi lain, dalam cerminan masyarakat yang ideal ini, black masih tergambarkan dalam strata sosial bawah. Dari sini kita dapat melihat bahwa gagasan “semua manusia diciptakan sederajat” yang tertuliskan dalam deklarasi kemerdekaan Amerika, tidak sepenuhnya diterapkan dalam masyarakatnya.

ABSTRACT
Disney princess fairytales have been one of the genres that made the Disney company so famous. At first, Disney princesses were stereotyped as white skinned. As time goes by, Disney started filming animated movies with more colored princesses. In 2009, Disney released a movie based on an African-American princess named Tiana through the movie „The Princess and the Frog‟ (2009). Ambiguities that tends to be racist are still deplicted in the film. To help analyzing this movie, Barthes‟ semiotics theory will be used. By using that theory, the writer will see that in one hand Disney is trying to convey that America has become “color blind”. This movie tends to picturize a reflection what Disney believe is true and ideal about the American society. On the other hand, inside that ideal society, blacks are still pictured as lower class. Here we see that the notion “all men are created equal” which is written in the declaration of Independence, is not fully implemented in the American society."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Abhyanti
"Dalam The Blind Side (2009), representasi new racism atau rasisme baru digambarkan dalam film persahabatan antar-ras yang menggambarkan hubungan dekat antara orang kulit hitam dan kulit putih. Penelitian ini mencari tahu bagaimana representasi orang kulit hitam dan putih berhubungan ke isu ras lainnya, yaitu aversive racism, dominasi kulit putih, dan acting white. Menggunakan metode kualitatif dalam analisis visual dan transkrip, hasil penelitian menunjukkan meskipun The Blind Side adalah film persahabatan yang menekankan kesetaraan perlakukan terhadap orang kulit hitam dan putih, representasinya menunjukkan bahwa orang kulit hitam masih di bawah orang kulit putih karena orang kulit hitam tidak mendapat kesempatan untuk membuat keputusan mereka sendiri. Representasi ini digambarkan melalui karakterisasi dan interaksi antara orang kulit hitam dan kulit putih dalam film ini.

In The Blind Side (2009), the representation of new racism is depicted in the interracial buddy movie which portrays the close relationship between black and white people. This study seeks to find how the representation of black and white relates to other racial issues, which are aversive racism, white domination, and acting white. Using the qualitative method of visual and transcript analysis, the research results show that although The Blind Side is a buddy movie that emphasizes the equal treatment between black and white people, the representation shows that black people are still below white people because black people do not get opportunity to make their own decision. This representation is depicted by their characterization and interaction between black and white people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Tinezia Hanny
"Get Out 2017 adalah film Hollywood yang mengungkap elemen-elemen dari rasisme kulit putih white racism di dalam kisah mengenai Chris, seorang tokoh Afrika-Amerika, ketika ia pertama kali datang mengunjungi keluarga kekasih kulit putihnya. Get Out menempatkan fokus utamanya pada objektifikasi orang kulit hitam blackness mdash;dengan mengambil pendekatan yang berbeda dari film-film bertema rasisme lainnya melalui sebuah cerita horor. Dengan melakukan analisis tekstual dan menggabungkan beberapa kerangka teori, studi ini bertujuan untuk mencapai sasaran utama, yaitu menyelidiki bentuk-bentuk rasisme yang terjadi di film ini melalui sudut pandang seorang pemeran utama Afrika-Amerika.

Get Out 2017 is a Hollywood film that discloses the elements of white racism within the story about Chris, the African-American protagonist, when he comes to visit the family of his white American girlfriend for the first time. Get Out presumes to put its main focus on the objectification of blackness mdash;while it goes in the opposite direction from most racism-themed films by using a horror genre to complement its storytelling. By conducting a textual analysis and incorporating several theoretical frameworks, this study focuses on its mark, that is, the aim of achieving a key objective to delve into how the acts of white racism are told through the viewpoint of the African-American lead in the movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisya Putri Shaliha
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji subtitle bahasa Indonesia film Zootopia 2016 dan pengaruhnya pada referensi-referensi yang membahas rasisme serta paradigma konstruktivis dalam film tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat perubahan arti yang terjadi selama proses penerjemahan. Penelitian ini mencoba menjawab apakah terjemahan yang salah menyebabkan hilangnya referensi-referensi rasisme dan mengubah makna konstruktivis yang ada. Terdapat tiga referensi yang dibahas menggunakan teori metode penerjemahan oleh Peter Newmark 1988 , dan hasil yang didapat selanjutnya dievaluasi menggunakan teori konstruktivisme oleh Vladimir Tatlin 1913 . Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam subtitle bahasa Indonesia film tersebut, referensi-referensinya diterjemahkan dengan metode harfiah, sehingga pemahaman rasismenya hilang. Sebagai konsekuensinya, paradigma konstruktivis filmnya berubah dari diskriminasi terhadap ras menjadi diskriminasi yang dapat terjadi pada siapa saja. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mengonfirmasi bahwa terjemahan-terjemahan yang salah di Zootopia 2016 menghilangkan pemahaman dari referensi-referensi yang membahas rasisme dan mengubah paradigma konstruktivismenya menjadi diskriminasi yang umum.

ABSTRACT
This research examines the Indonesian subtitle of Zootopia 2016 and its impact towards the racism references and the constructivist paradigm. It aims to see the change of meaning that occurs during the translation process. This research tries to answer the question whether mistranslations cause the removal of racism references in Zootopia and if they also change the constructivist purpose. Three references are studied using methods of translation theory by Peter Newmark 1988 , and the findings are further evaluated using constructivism theory by Vladimir Tatlin 1913 . The method used in analyzing them is qualitative. The results show that in the Indonesian subtitle, the references are translated using literal translation method, which eliminates the understanding of racism. As a consequence, the constructivist paradigm of the movie changes from racial discrimination to discrimination that can happen to anyone. It can be concluded that this research confirms that the mistranslations in Zootopia 2016 eliminate the meaning of the racism references and change the constructivist paradigm to mere discrimination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Mariska
"Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana film This Is England mendekonstruksi stereotipe-stereotipe yang sejak lama dipercaya ada pada para anggota skinhead dari gelombang kedua. Ketika sebagian besar orang masih percaya terhadap beberapa stereotipe mengenai skinhead gelombang kedua, film ini menawarkan perspektif yang berbeda mengenai subkultur ini. Analisis tekstual digunakan dalam penelitian ini guna mengobservasi perilaku, dialog, dan hubungan antar-karakter dan menghubungkannya dengan konteks historis berdasarkan latar waktu dan tempat dari film ini. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa stereotipe-stereotipe yang ada mengenai skinhead gelombang kedua tidak terdapat di semua grup skinhead karena film ini menunjukkan bahwa beberapa grup skinhead, bahkan yang berasal dari gelombang yang sama, memiliki tingkah laku yang berbeda.
This paper aims to see how the movie This Is England deconstructs the long-held stereotypes of skinheads coming from the second wave. While most people still believe some stereotypes about the second-wave skinhead, this movie offers a different perspective about the subculture. Textual analysis is used in the research to observe behaviors, dialogues, and relationships between characters in the movie and to look at the historical context of the year in which the movie is set in. This research results in the conclusion that the stereotypes of second-wave skinhead cannot be applied to all skinhead groups, as this movie shows that groups of skinheads, even from the same wave, act differently"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yania Humaira
"Rasisme merupakan salah satu masalah yang sempat terjadi dalam waktu yang lama di Prancis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperlihatkan gambaran rasisme dalam film Agathe Clèry karya Étienne Chatiliez serta kemunculan anti-rasisme dalam film tersebut. Penelitian dianalisis menggunakan teori rasisme M.J. Maher dan teori pengkajian film Joseph M. Boggs dan Dennis W. Petrie. Rasisme pada tokoh utama dalam film didasari oleh dua sudut pandang yaitu, pelaku tindakan rasisme dan korban tindakan rasisme secara bersamaan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kemunculan anti-rasisme yang disebabkan oleh efek rasisme dalam kehidupan sosial sehari-hari serta dunia pekerjaan.

Racism is one of the problems that had occurred for a long time in France. This study has the objective to present a picture of racism in the movie Agathe Clery by Étienne Chatiliez as well as the emergence of antiracism in the film. The study was analyzed using the racism theory of M.J. Maher and film analysis theory Joseph M. Boggs and Dennis W. Petrie. Racism on the main character in the film is based on two perspectives, as the doer of racism and also the victim of racism. The results obtained in this study is the emergence of antiracism caused by the effects of racism in social life and work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fatahillah Dudayev
"This Is England 2006 adalah sebuah film inggris yang mengungkapkan permasalahan terhadap apayang dipercayai orang banyak mengenai cabang kebudayaan skinhead. Film ini sendiri berceritamengenai anak berumur 12 tahun bernama Shaun yang bergabung ke beberapa kelompok skinhead.Tidak seperti film bertema rasis kebanyakan, This Is England 2006 tidak hanya menampilkan satutipe kelompok. Film ini mempermasalahkan kepercayaan tentang seperti apa skinhead itu denganmerepresentasikan dua kelompok yang berbeda dalam cabang kebudayaan tersebut. Dengan melakukananalisis tekstual dan menggunakan beragam kerangka konsep, makalah penelitian ini bertujuan untukmenjawab pertanyaan terhadap apakah identitas cabang kebudayaan skinhead bersifat tunggal, danbagaimana film tersebut merepresentasikan hal ini. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa tidaksemua anggota skinhead berbagi identitas tunggal yang sama, dimana identitas ini biasanya mendapatpengasosiasian dengan stereotip penampilan fisik, tendensi rasis mereka, dan pandangan merekamengenai politik.

This Is England 2006 is a British film that discloses the problematization of what many believe theskinhead subculture is. The film itself tells the story of 12-year-old Shaun who joins several skinheadgroups. Unlike most racism-themed films, This Is England 2006 does not only shows one kind ofgroup. The film problematizes the belief of what skinhead is by representing two different kinds ofgroups within the subculture. By doing textual analysis, and using various conceptual frameworks, thisresearch paper aims to achieve the answer on whether skinhead subculture rsquo;s identity is singular, andhow the movie represents this. The findings of this research show that not all skinhead members sharethe same singular identity, in which identity commonly associated with stereotypical physicalappearances, their racist tendencies, and their views on politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riezca Biastami Radaini
"Di dalam artikel ini dipaparkan tema rasisme yang ditampilkan melalui analisis alur dalam cerita pendek Les Deux Nègres karya Gabrielle Roy. Cerita pendek ini menceritakan tentang dua keluarga kulit putih yang tinggal di jalan bernama Rue Deschambault. Kehadiran seorang negro bernama Jackson menimbulkan banyak perdebatan dan pembicaraan, baik di dalam keluarga Roy maupun keluarga Guilbert. Sangat asing melihat seorang pria berkulit hitam tinggal di lingkungan tersebut.Kedatangan Jackson menimbulkan banyak pergunjingan dan masalah antara Nyonya Roy dan Nyonya Guilbert karena adanya stereotip negatif orang berkulit hitam.Cerpen ini juga memiliki sub-tema seperti stereotip dan integrasi.

This article presents racism theme that is shown through the plot analysis in the short story Les Deux Nègres by Roy. This short story tells about two white families who live on Rue Deschambault. The presence of Negro named Jackson causes series of debate and discussion, both in the Roy family and Guilbert family. It is very strange to see a Negro living in the neighbourhood. Jakcson arrival causes many gossip and trouble between Mrs. Roy and Mrs. Gulibert due to negative stereotype of black people. The short story also has sub-themes such as stereotypes and integration."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana Devi Saraswati
"Gerakan Black Lives Matter yang digalakkan pada tahun 2020 menjadi salah satu bukti bahwa upaya masyarakat untuk menghapus rasisme sangat tinggi. Keberadaan rasisme hingga saat ini masih dirasakan dan kerap dijumpai dalam media, salah satunya media iklan. Dalam media iklan, rasisme biasanya disisipkan dalam interpretasi yang dapat dipahami penontonnya. Iklan Der neue Golf dari Volkswagen serta iklan Der Sixt WM-Tipp dari Sixt merupakan contoh dari iklan asal Jerman yang mengandung rasisme dan akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana identitas orang kulit hitam digambarkan dalam kedua iklan tersebut melalui elemen-elemen yang mencakup audio, visual, dan sinematografi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif, di mana penulis akan memaparkan unsur rasisme yang muncul pada sumber data dan menggunakan teori sebagai pendukung. Untuk melakukan penelitian ini penulis menggunakan teori Representasi dari Stuart Hall. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa dalam iklan Der neue Golf dari Volkswagen terdapat adanya penggambaran subordinasi terhadap orang kulit hitam. Sementara itu, dalam iklan Der Sixt WM-Tipp dari Sixt terdapat stereotip negatif yang diberikan terhadap orang kulit hitam Ghana. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggambaran identitas orang kulit hitam dalam kedua iklan Jerman tersebut tidak lepas dari kelompok masyarakat yang inferior bila dibandingkan dengan orang kulit putih.

The Black Lives Matter movement that took place in 2020 is one of the proofs of how high the society’s attempts to end racism are. To this day, the existence of racism can be seen and often found in the media, such as advertisements. In advertisements, racism is usually inserted in interpretations that can be acknowledged by the
viewers. The Der neue Golf commercial from Volkswagen and the Der Sixt WM-Tipp ad from Sixt are examples of German advertisements that contain racism. These advertisements will be discussed further throughout this research. This research aims to find out how the identity of black people is depicted in both Volkswagen and Sixt
advertisements through their elements, including audio, visual, and cinematography. The method used in this research is qualitative descriptive, which is utilized by the author to explain the racism shown in the data sources with the help of a theory. To conduct the research, the author used Stuart Hall’s theory of representation. This
study finds that in Volkswagen’s Der neue Golf commercial there is a depiction of black people subordination. Meanwhile, Sixt’s Der Sixt WM-Tipp advertisement carries negative stereotypes given to black Ghanaians. In conclusion, black people’s identity in those two german advertisements is depicted as an inferior group in comparison to white people.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
Unggah4  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Illahi Ramadhan
"Max Havelaar: of de koffieveilingen der Nederlandsche handelsmaatschappij (1976) merupakan film hasil karya sutradara asal Belanda, Fons Rademakers, sekaligus film hasil adaptasi novel karya Multatuli dengan judul serupa yang terbit pada tahun 1860. Pada awalnya peluncuran film ini sempat menimbulkan kontroversi dari kalangan masyarakat Indonesia karena kesan yang muncul saat menonton bukanlah seperti menonton film anti-kolonialisme, melainkan sekadar kisah tentang seorang pejabat pemerintah Belanda yang baik dan konfliknya dengan Belanda. Seakan-akan hanya memperlihatkan orang Belanda yang digambarkan sebagai orang baik dan orang Indonesia sebagai penjahat. Kontroversi ini menimbulkan permasalahan bagaimana sebenarnya kolonialisme serta rasisme direpresentasikan pada film Max Havelaar. Penelitian ini ditujukan agar dapat mengetahui adanya nilai-nilai rasisme dalam film Max Havelaar yang merepresentasikan budaya kolonialisme pada masa Hindia Belanda. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik dokumentasi-observasi, dengan teori semiotika oleh Roland Barthes untuk menganalisis pemaknaan tanda rasisme melalui sistem pemaknaan denotatif (denotation), konotatif (connotation) dan meta-bahasa (metalanguage) atau mitos. Hasil dari penelitian ini berupa tiga fakta rasisme dalam film Max Havelaar yaitu; (1) perbudakan serta eksploitasi terhadap bangsa pribumi, (2) prasangka buruk antar bangsa Belanda dan pribumi, dan (3) diskriminasi terhadap bangsa pribumi.

"Max Havelaar: of de koffieveilingen der Nederlandsche handelsmaatschappij" (1976) is a film by Dutch director, Fons Rademakers, as well as a film adaptation of Multatuli's novel with the same title which was published in 1860. At first the release of this film caused controversy among Indonesian people because the impression that emerged when watching it was not like watching an anti-colonialism film, but simply a story about a good Dutch government official and his conflict with the Dutch. It's as if it only shows Dutch people as good people and Indonesians as criminals. This controversy raises the problem of how colonialism and racism are actually represented in Max Havelaar film. This research is aimed at finding out the existence of racist values in the Max Havelaar film which represents the culture of colonialism during the Dutch East Indies. The research method used is qualitative with documentation-observation techniques, with semiotic theory by Roland Barthes to analyze the meaning of signs of racism through denotative, connotative and metalanguage or myth systems. The results of this research are three facts about racism in the Max Havelaar film, namely; (1) slavery and exploitation of native peoples, (2) prejudice between Dutch and native peoples, and (3) discrimination against native peoples."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>