Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resti Aysiani Dewi
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang keahlian instruktur dalam meningkatkan kemampuan
siswa penyandang disabilitas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan desain eksploratif. Penelitian menunjukkan bahwa menjadi seorang
instruktur pelatihan vokasional bagi para penyandang disabilitas selain memiliki
keahlian dasar, keahlian manajerial, keahlian administratif, keahlian direct
training, dan keahlian konsultatif, seorang instruktur perlu memiliki keahlian
dalam memberikan motivasi yang intens, memberikan bimbingan mental dan
menerapkan praktek pendekatan sosial agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Keahlian yang dimiliki oleh instruktur tersebut diakui oleh para siswa penyandang
disabilitas telah dapat meningkatkan kemampuan mereka sehingga siap untuk
memasuki dunia kerja.

ABSTRACT
This thesis discusses the expertise of instructor to improve the ability of students
with disabilities. This research is a qualitative exploratory design. Research shows
that a vocational training instructor for persons with disabilities needs the basic
skills, managerial skills, administrative skills, direct trainer skills, and consultative
expertise. Furthermore this research also shows that an instructor needs to have
expertise in providing intense motivation, providing mental assistance and
implementing social welfare approach to ensure that learning objectives can be
achieved. The expertise of the instructors is acknowledged by students with
disabilities have supported them in improving their skills so they are ready to
enter the workforce."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T34775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Mursalin
"ABSTRAK
Persaingan di dunia kerja mengharuskan para penyandang disabilitas mempunyai kemampuan yang baik. Untuk itu dibentuklah Balai Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa yang memfokuskan dalam pemberian pelatihan keterampilan kepada penyandang disabilitas. Namun pelaksanaan dilapangan dihadapkan pada tugas dan peran pekerja sosial beserta instruktur, keterbatasan anggaran sosialisasi sampai keterbatasan pengajar adalah masalah yang ditemukan. Untuk itu dilakukanlah penelitian tentang peran pekerja sosial dan instruktur dalam program pelayanan di balai rehabilitasi, menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, group discussion dan observasi. Wawancara dilakukan terhadap pimpinan panti, group discussion dilakukan kepada kelompok informan pekerja sosial, siswa, dan instruktur, dengan jumlah informan sebanyak enam belas informan. Didapatkan temuan bahwa peran pekerja sosial belum berjalan sesuai dengan standard operational procedure SOP terutama pada tahapan rekrutmen, assesment, dan pelatihan vokasional. Kurangnya jumlah instruktur menyebabkan pekerja sosial mengisi di bidang pelatihan keterampilan. Sementara pada perekrutan masih ditemukan adanya siswa yang tidak memenuhi persyaratan. Saran yang diberikan antara lain, menjalin koordinasi yang baik dengan dinas provinsi/daerah dalam hal sosialisasi dan perekrutan, pemanfaatan teknologi dan informasi dalam kegiatan sosialisasi, penambahan anggaran sosialisasi, penambahan tenaga instruktur, dan pelatihan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan oleh pekerja sosial beserta instruktur.

Competition in the world of work requires that persons with disabilities have good skills. For this purpose, a Bina Daksa Vocational Rehabilitation Center was established which focuses on providing skills training to persons with disabilities. But the implementation of the field faced with the duties and roles of social workers and instructors, the limitations of socialization budget to the limitations of teachers is a problem found. Therefore, research on the role of social workers and instructors in service programs in rehabilitation centers, using qualitative approach and descriptive research type. Data collection techniques through interviews, group discussion and observation. Interviews were conducted with the leaders of the orphanage, group discussions were conducted to informant groups of social workers, students, and instructors, with a total of sixteen informants. It was found that the role of social workers has not been run in accordance with standard operational procedures SOPs , especially in the stages of recruitment, assessment, and vocational training. Lack of number of instructors leads social workers to fill in the field of skills training. While the recruitment is still found the existence of students who do not meet the requirements. Suggestions provided include good coordination with provincial local agencies in terms of socialization and recruitment, utilization of technology and information in socialization activities, the addition of socialization budget, the addition of instructors, and skills and skills training needed by social workers and instructors."
2018
T51094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Indrianty
"[ABSTRAK
Pelatihan Vokasional merupakan suatu rangkaian kegiatan pelatihan yang berpengaruh pada peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk suatu pekerjaan bagi penyandang disabilitas agar kompeten dalam dunia kerja dan memiliki dayasaing yang tinggi. Penelitian evaluasi ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan disajikan secara deskriptif sehingga dapat diketahui dan digambarkan dengan mudah apa yang terjadi dalam bidang penjahitan pelatihan mulai dari input, proses, dan output yang merupakan capaian hasil tujuan jangka pendek pelatihan vokasional bidang penjahitan angkatan XV tahun 2012 terhadap kompetensi alumni yang bekerja di Perusahaan X serta faktor-faktor pendukung dan penghambat pelatihan vokasional.

ABSTRACT
Vocational tranning is a series of tranning activities that affect the improvement of knowledge, skills, and attitudes required for employment for persons with disabilities to be competent in the world of work and have high competitiveness. The evaluation study conducted by qualitative approach and presented descriptively so that it can easily be identified described what is happening in the field of tailoring tranning ranging from input, process, output and outcome result are short-term goals of vocational tranning in tailoring force XV in 2012 competence alumni who work at company X as well as factors supporting and obstacles vocational tranning.
, Vocational tranning is a series of tranning activities that affect the improvement of knowledge, skills, and attitudes required for employment for persons with disabilities to be competent in the world of work and have high competitiveness. The evaluation study conducted by qualitative approach and presented descriptively so that it can easily be identified described what is happening in the field of tailoring tranning ranging from input, process, output and outcome result are short-term goals of vocational tranning in tailoring force XV in 2012 competence alumni who work at company X as well as factors supporting and obstacles vocational tranning.
]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Agus Marzuki Prihantoro
"Pelayanan rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas yang diselenggarakan oleh panti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu kekurangan adalah kecil daya tampung panti dengan jumlah penyandang disabilitas yang ada. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa input pelayanan rehabilitasi sosial berupa klien, sumber daya manusia, sarana prasarana, budaya, teori/metode dan umpan balik relatif sudah terpenuhi. Konversi operasi didukung komponen struktural dan proses fungsional terlaksana namun belum optimal. Output pelayanan rehabilitasi sosial, beberapa klien sudah mandiri baik bekerja secara mandiri maupun bekerja di perusahaan. Faktor pendukung berupa kelembagaan, personil, sarana dan prasarana, pembiayaan. Sedangkan faktor penghambat berasal dari klien dan sistem sosial.

Social rehabilitation services for disability-based organized home has advantages and disadvantages. One drawback is the small capacity of the home with the existing number of persons with disabilities. Results of this study revealed that the social rehabilitation input in the form of client services, human resources, infrastructure, culture, theory / methods and relative feedback has been fulfilled. Conversion operations are supported structural components and functional processes implemented but not optimal. Output social rehabilitation services, some clients have good self to work independently as well as working in the company. Factors such as institutional support, personnel, facilities and infrastructure, financing. While the limiting factor from the client and the social system."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35076
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suminto
"Penelitian ini menyoroti tentang pelaksanaan peranan para pekerja sosial dalam proses rehabilitasi sosial penyandang cacat tubuh di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta. Permasalahannya adalah bahwa di dalam proses rehabilitasi sosial, para pekerja sosial memiliki posisi yang sangat strategis bagi terbentuknya penyandang cacat tubuh yang mandiri. Posisi strategis dimaksud adalah bahwa para pekerja sosial berwenang penuh untuk melakukan intervensi terhadap klien melalui berbagai peranan yang dimiliki. Peranan pekerja sosial itu sendiri dalam penerapannya mencakup berbagai aspek kehidupan yang sangat luas, yaitu meliputi: individu, keluarga, kelompok dan organisasi sosial masyarakat.
Konsep/istilah "peranan pekerja sosial" yang dipakai dalam penelitian ini, secara operasional pengertiannya mengacu pada ketentuan buku panduan pekerja sosial terbitan Departemen Sosial yang sampai sekarang masih dijadikan pegangan seluruh Pekerja Sosial di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" Surakarta.
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dukumentasi, wawancara dan observasi. Untuk setting penelitian ini dipilih sebanyak 41 orang sebagai informan yang terbagi dalam dua kategori, yaitu (1) 25 orang sebagai informan utama yang diambilkan dari para pekerja sosial di unit 1 seksi 1 instalasi yang secara teknis terlibat langsung di dalam proses rehabilitasi sosial, dan (2) 16 orang sebagai informan tambahan, yang terdiri dari 6 orang pejabat struktural (Kepala Seksi) yang terkait langsung dengan proses rehabilitasi sosial, serta ditambah 10 orang lagi informan dari klien yang sedang mengikuti rehabilitasi sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pekerja sosial di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" telah berusaha melaksanakan peranannya menurut ketentuan buku panduan, namun tidak semua peranan tersebut dapat terpenuhi. Hal ini disebabkan ada beberapa peranan di tingkat mikro (seperti: pencari informasi, evaluator, pembentuk opini, elaborator, pencatat teknisi prosedural, pengikut dan pengatur kompromi) dan di tingkat makro (peranan sebagai penggerak) tidak dapat/kurang relevan pelaksanaannya dalam kehidupan panti (seperti PRSBD). Peranan-peranan tersebut lebih relevan pelaksanaannya di luar panti. Misalnya, seperti yang dilaksanakan para pekerja sosial di kecamatan yang mendampingi kelompok masyarakat miskin dalam program Inpres Desa Tertinggal (IDT), atau Kelompok Usaha Bersama (KUBE) beberapa periode lalu.
Di dalam penelitian ini juga terungkap bahwa profesionalisme pekerja sosial di PRSBD "Prof. Dr. Soeharso" masih menjadi persoalan, karena sebagian besar dari mereka berlatar belakang pendidikan SLTP/SLTA/Sarjana Mudal Sarjana Non Profesi Pekerjaan Sosial (lihat Tabel 5). Di samping masalah ketidakprofesionalan, para pekerja sosial dalam melaksanakan peranannya juga dihadapkan berbagai kendala, seperti : faktor klien (tingkat kemampuar yang berbeda, sensitif, tidak disiplin, dll.), faktor birokrasi (kurang koordinasi), maupun sarana dan prasarana yang sudah tidak dapat mendukung kegiatan operasional dan belum mendapatkan ganti atau ditambah jumlahnya.
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka yang dapat disarankan adalah agar pihak-pihak yang berkompeten melakukan upaya peningkatan profesionalisme para pekerja sosial, meminimalisir prosedur birokrasi yang cenderung berbelit-belit, serta diberikannya aksesibilitas seluas-luasnya bagi para eks klien (penyandang cacat tubuh) sehingga mereka menjadi mandiri dan dapat menjalankan aktivitas kehidupan dan penghidupannya secara layak sesuai amanat Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1997, pasal 1."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasuki
"Pembangunan kesejahteraan sosial terhadap penyandang cacat (tubuh) dewasa ini telah banyak yang berhasil mengangkat harkat dan martabat sebahagian penduduk miskin dan rentan, khususnya bagi penyandang cacat Pembangunan itu dilaksanakan melalui program rehabilitasi vokasional baik oleh pemerintah maupun masyarakat pada lembaga sosial atau panti-panti sosial penyandang cacat. Upaya tersebut merupakan perjuangan untuk mewujudkan memperoleh hak yang sama dalam mendapatkan pekerjaan guna memperbaiki kesejahteraan dan kondisi kehidupan para penyandang cacat.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Jepang (IMCA) membangun Pusat Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (PRVBD) di Cibinong Bogor. Pusat ini merupakan salah satu lembaga di bawah Departemen Sosial RI yang melaksanakan program pemberdayaan para penyandang cacat berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Tujuan utama PRVBD adalah meningkatkan sumber daya manusia penyandang cacat di bidang keahlian maupun keterampilan dalam bidang tertentu seperti : elektronik, penjahitan, percetakan, komputer dan meta/ work.
Kegiatan evatuasi program rehabilitasi vokasional dalam pemberdayaan pelayanan dimaksudkan untuk mempelajari dan mendalami perencanaan strategis dan pelaksanaan manajemen kinerja, dalam upaya penyaluran pendayagunaan tenaga kerja penyandang cacat di masyarakat.
Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran sejauh mana keberhasilan kinerja pemberdayaan yang telah banyak dilakukan oleh lembaga pelayanan sosial dapat dimonitor. Pelaksanaan evaluasi dilakukan melalui beberapa cara antara lain dengan membandingkan rencana strategis dan rencana operasional dengan kenyataan yang terjadi. Berbagai indikator mengenai rencana strategis dan program ditentukan untuk mengukur kinerja agar dapat diketahui tingkat perkembangan maupun kemajuannya.
Analisis SWOT dikerjakan untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan lembaga dalam mernanfaatkan peluang, dan kesempatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan dengan mengurangi ancamannya. Untuk melengkapi informasi juga dilaksanakan wawancarai, diskusi, dan observasi terhadap kinerja PRVBD.
Berdasarkan hasil kajian di lapangan diperoleh fakta bahwa posisi pelayanan sebagai petaksana kegiatan program rehabilitasi vokasional menunjukkan lancarnya pelaksanaan bimbingan dan keterampilan, dapat menyerap pengetahuan dan dapat mengembangkan kualitas diri secara integritas dengan kinerja, serta sistematis dalam proses pemberdayaan. Prinsipnya terietak pada faktor kekuatan dan hambatan diri dalam proses pemberdayaan itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyaluran pendayagunaan tenaga lokal selama empat angkatan pada umumnya dapat ditempatkan dalam pasar tenaga kerja.
Pada akhir pembahasan pelaksanaan hasil evaluasi program rehabilitasi vokasional bina daksa, untuk kegiatan tidak lanjut bagi arah perkembangan lembaga pelayanan sosial penyadang cacat di masa depan, dapat di rumuskan formulasi strategi kebijaksanaan berupa penetapan dari beberapa rekomendasi bagi kegiatan kinerja pelayanan. Penetapan kebijakan ini akan menjadi pola acuan pelaksanaan program dalam mencapai keberhasilan menghadapi masa depan organisasi, antara lain sebagai berikut :
1. Mendukung tersedianya peluang pasar tenaga kerja kelayan berdasarkan kompetensi manajemen.
2. Meningkatkan strategi manajemen organisasi dalam resosialisasi penyaluran penempatan tenaga kerja kelayan.
3. Meningkatkan soslalisasi program PRVBD terhadap Iembagal instansi/ perusahaan dalam upaya mengatasi kompetisi tenaga kerja di masyarakat.
4. Memperkuat kompetensi staff dan manajemen dalam mengantisipasi pengaruh giobalisasi.
5. Meningkatkan kemampuan kinerja kerjasama guna memanfaatkan UU Penyandang cacat dan PP UPKS Penyandang carat terhadap peluang pasar tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan.
6. Meningkatkan kepedulian program pemberdayaan penyandang cacat tubuh kepada perusahaan-perusahaan.
7. Meningkatkan kerjasama inter/ antar Iembagal perusahaan di dukung staf dan perlengkapan saranal prasarana kantor."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T1326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Herwina
"Saat ini Methamphetamine (shabu) menjadi tren narkotika di Indonesia, menggantikan heroin (putauw). Gejala psikiatri umum ditemukan pada pecandu dengan penggunaan methamhetamine (shabu), gejala afektif berupa depresi dan kecemasan. Terapi yang saat ini dianggap cukup baik secara umum adalah Therapeutic Community yang terdiri dari beberapa tahapan rehabilitasi. Salah satunya adalah tahap Primary, pada tahap ini seluruh tools of Therapeutic Community digunakan. Namun angka drop out pada tahap ini cukup tinggi yaitu 49,5%. Depresi yang terjadi pada saat mengikuti program rehabilitasi mengakibatkan pelaksanaan terapi adiksi kurang maksimal. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengumpulan data secara random sistematik. Jumlah sampel sebanyak 120 residen (penyalah guna methamphetamine) diambil dari tiap - tiap Primary. Primary Hope, Primary Faith, Primary HOC, dan Primary Care masing - masing sebanyak 30 residen. Selanjutnya dilakukan penyebaran kuesioner dengan menggunakan kuesioner kesehatan pasien PHQ-9. PHQ -9 merupakan instrumen untuk membuat kriteria diagnosis depresi berbasis DSM - IV yang telah di validasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian di sajikan secara analisis deskriptif dengan melakukan uji frekuensi dan chi - square untuk melihat hubungan antara program rehabilitasi dengan metode Therapeutic Community dan tingkat depresi pada penyalah guna Methamphetamine (shabu) menggunakan software SPSS versi 17.00.
Hasil penelitian ini menunjukkan dari 120 residen yang merupakan pengguna methamphetamine (shabu) didapati sebanyak 3 orang residen (2,5 %) yang mengalami depresi minimal, sebanyak 49 orang residen (40,8%) mengalami depresi ringan, sebanyak 39 orang residen (32,5 %) mengalami depresi sedang, sebanyak 23 orang residen (19,2 %) mengalami depresi cukup berat dan sebanyak 6 orang residen (5,0 %) mengalami depresi parah. Dengan melihat hasil ini, dapat dikatakan terdapat hubungan antara program rehabilitasi dengan metode Therapeutic Community dan tingkat depresi pada penyalah guna Methamphetamine (shabu). Untuk itu sudah saatnya bagi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido untuk membuat arah kebijakan yang baru terkait program rehabilitasi khususnya untuk pengguna Methamphetamine (shabu). Karena penyakit jiwa atau depresi meskipun minimal akan dikaitkan dengan retensi dan tidak selesainya program rehabilitasi.

Currently Methamphetamine (shabu) into drug trends in Indonesia, replacing heroin (putauw). Common psychiatric symptoms in addicts with the use methamhetamine (methamphetamine), affective symptoms such as depression and anxiety. Therapies that are currently considered to be quite good in general is a Therapeutic Community is comprised of several stages of rehabilitation. One is the Primary stage, at this point all the tools of Therapeutic Community is used. But the dropout rate at this stage is quite high at 49.5%. Depression that occurs during the rehabilitation program resulted in the implementation of addiction therapy is less than the maximum. This study uses a quantitative method with random systematic data collection. The total sample of 120 residents (methamphetamine abuser) taken from each Primary. Primary Hope, Primary Faith, Primary HOC, and Primary Care each about 30 residents. Furthermore, the distribution of the questionnaire by using the patient health questionnaire PHQ-9. PHQ-9 is an instrument to make the criteria for a diagnosis of depression based on DSM - IV which has been validated. The data obtained in the field later served as a descriptive analysis with frequency test and chi - square to see the relationship between rehabilitation program with Therapeutic Community method and the rate of depression in abusers of Methamphetamine (shabu) using SPSS software version 17.00.
The results showed that a residents of 120 methamphetamine users (shabu) found as many as 3 people resident (2.5%) were depressed at a minimum, as many as 49 people resident (40.8%) resident suffered minor depression, as many as 39 people resident (32.5 %) had moderate depression, as many as 23 people resident (19.2%) had depression severe enough and as many as 6 people resident (5.0%) had severe depression. By looking at these results, it can be said there is a relationship between a rehabilitation program with the Therapeutic Community method and the rate of depression in abusers of Methamphetamine (shabu). It is time for the Lido BNN Rehabilitation Center to create a new policy direction related to the rehabilitation program, especially for users of Methamphetamine (shabu). Because of mental illness or depression although minimal would be associated with the retention and completion of rehabilitation programs.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Ruchimat
"Tesis ini membahas tentang fenomena burnout  dan aliensi dari petugas pelayanan dan rehabilitasi sosial di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, yang berada di KEcamatan Cigombong, Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fenomena burnout dan aliensi yang dilihat adalah selama mereka menjadi staf. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa Balai Besar Rehabilitasi BNN manajemen waktu kerja yang fleksibel, supervisi yang tepat dan berkala, melakukan upaya pengembangan profesi pekerjaan sosial di bidang rehabilitasi bagi pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahguna narkoba. Selain itu, dalam upaya meminimalisir terjadinya burnout dan alienasi dari petugas, perlu dikembangkan standar etika dan profesi pekerjaan sosial di bidang rehabilitasi adiksi narkoba, peningkatan kesejahteraan yang tidak hanya bersifat material saja, serta memberikan dukungan kepada para pegawai recovering addict yang sedang dalam proses pemulihan (recovery)

This thesis discusses the phenomenon of burnout and alienation from social services of social rehabilitation officer at the Center for Rehabilitation of the National Narcotics Agency, which is located in District Cigombong, Lido, Bogor, West Java. The phenomenon of burnout and alienation which seen was that happens to those who are assigned as a staff. This study is a qualitative research with descriptive design. Results of the study suggest that BNN Rehabilitation Center should provide flexible working time management, proper and periodic supervision, develop the social work profession in the field of rehabilitation for addicts, abusers, and victims of drug abusers. Additionally, in an effort to minimize the occurrence of burnout and alienation, BNN Rehabilitation Center should needs to be developed ethical standards and the social work profession in the field of drug addiction rehabilitation, improvement of well-being that is not merely material, as well as providing support to employees recovering addict who is in the process of recovery.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>