Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74233 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irhantoro Eko
"ABSTRAK
Keberadaan TI di dalam perusahaan adalah hal yang penting. Perusahaan memandang bahwa ada nilai (value) yang diraih melalui penerapan solusi bisnis berbasis TI. Meskipun dianggap penting dan strategis, pada kenyataannya banyak perusahaan yang memandang organisasi TI mereka hanya sebagai unit bisnis yang bersifat sebagai cost center, dan bukan sebagai bagian yang ikut serta secara langsung mengalirkan pendapatan bagi perusahaan atau dengan kata lain sebagai profit center.
Untuk melakukan perubahan organisasi TI dari cost center menjadi profit center bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan pertimbangan dalam melakukan kajian transformasi termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi penerapannya, manfaat dan tantangan penerapannya, bagaimana model konseptual penerapannya, dan juga bagaimana proses transformasi itu sendiri dapat berlangsung.
Penelitian ini akan membahas tentang model konseptual organisasi TI sebagai profit center. Konsep profit center untuk organisasi TI dapat dibangun melalui penerapan intrapreneurship di dalam organisasi TI dan adanya penetapan kebijakan IT chargeback. Pemetaan model konseptual organisasi TI sebagai profit center dilakukan dengan alat bantu Business Model Canvas (BMC), yang terdiri dari sembilan elemen, yaitu: customer segments, value proposition, channels, customer relationship, revenue stream, key resources, key activities, key partners, dan cost structure. Pemetaan dilakukan dengan membandingkan antara penerapan organisasi TI sebagai cost center dengan penerapannya sebagai profit center. Penelitian ini juga membahas aspek-aspek lain yang terkait dengan penerapan organisasi TI sebagai profit center, yaitu aspek manajemen, organisasi, sumber daya manusia, produk dan layanan, dan pemasaran.

ABSTRACT
The presence of IT in the company is important. The company considers that there are values achieved through the implementation of IT-based business solutions. Although considered to be strategic and important, in fact, many companies are looking at their IT organizations as cost center not as part of business unit that gives revenue stream for the company or in other word as a profit center.
It is not easy to transform the IT organization from a cost center into a profit center. There are some things to be considered in the assessment of the transformation including the factors that affect the implementation, benefits and challenges of implementation, how the conceptual model of the application, as well as how the process of transforming itself can take place.
This study discusses the conceptual model of the IT organization as a profit center. The concept of a profit center for the IT organization can be built through the application of intrapreneurship within the IT organization and the establishment of IT chargeback policy. Mapping the conceptual model of the IT organization as a profit center is done with Business Model Canvas (BMC) which consists of nine elements which are customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, and cost structure. Mapping is done by comparing the implementation of the IT organization as a cost center and as a profit center. This study also discusses other aspects related to the implementation of the IT organization as a profit center including the aspects of management, organizational, human resources, products and services, and marketing."
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyani Faradilla Assauri
"SBU Garuda Sentra Medika (SBU GSM) pada awalnya hanyalah merupakan suatu unit penunjang yang memberikan layanan kesehatan kepada karyawan PT Garuda Indonesia (GA) dan keluarganya serta diberlakukan sebagai suatu pusat biaya (cost center). Namun seiring dengan ketatnya persaingan dalam industri penerbangan nasional, GA menerapkan strategi efisiensi di berbagai bidang, termasuk juga dalam bidang kesehatan. Untuk itu, GA berusaha mengalihkan GSM menjadi suatu pusat keuntungan (profit center). Pengalihan tersebut tentunya memerlukan pemikiran dan pertimbangan secara cermat, agar bisa memberikan basil sesuai yang diharapkan. Karenanya perlu dilakukan berbagai analisis baik eksternal maupun internal untuk mengetahui berbagai peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang sedang dihadapi dan dimiliki perusahaan, sebagai dasar pemilihan strategi yang akan dijalankan oleh perusahaan.
Pada penelitian ini dilakukan berbagai analisis baik eksternal maupun internal SBU GSM yang diperlukan dalam pemeilihan strategi peralihan tersebut. Hasil analisis tersebut diantaranya memperlihatkan adanya berbagai peluang bagi perusahaan, terutama yaitu adanya peningkatan kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan, perkembangan transportasi udara serta perkembangan perkantoran yang cukup pesat. Ancaman yang saat ini sedang dihadapi adalah meningkatnya kompetitor baik dari inovasi produk baru dengan adanya kemajuan sistem informasi maupun berbagai jenis pengobatan alternatif.
Kekuatan perusahaan dapat dilihat dari hasil analisis internal perusahaan dan dari analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini terlihat bahwa kekuatan utama perusahaan saat ini tampaknya adalah reputasi perusahaan sebagai penyedia layanan kesehatan penerbangan yang cukup baik. Sedangkan kelemahan perusahaan adalah pada masalah keuangan yang sedang dihadapi dan cukup berat hingga menggangu jalannya operasional perusahaan. Berdasarkan analisis lebih lanjut terhadap hasil tersebut, tampaknya strategi yang sebaiknya dijalankan perusahaan adalah strategi fokus, baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Dalam operasionalnya, strategi fokus dapat dijalankan dengan memfokuskan berbagai sumber daya yang saat ini dimiliki perusahaan untuk menjalankan layanan yang memberikan kontribusi paling baik bagi perusahaan, yaitu layanan kesehatan penerbangan. Pemilihan jenis layanan ini didasarkan adanya peluang yang cukup baik serta kesesuaian dengan sumber daya (kekuatan) yang dimiliki perusahaan.

Years ago SBU Garuda Sentra Medika (SBU GSM) just was a support division as an health facility to PT Garuda Indonesia (GA) employee and family and treat as a cost center. But with increasing competition in airlines industry, GA adopt efficiency strategy in all divisions, include in health division. So GA tries to transform GSM from cost to profit center. Of course, to have a good result the transformation need careful/ analysis. For that, we need external and internal analysis to know the opportunities, threats, strengths and weakness that organization faces today as a basis to chose best strategy that will done by the organization.
In this study, we will do much analysis, external and internal from SBU GSM that will helpfully in chasing the transformation strategy. One of result analysis show that the organization have many opportunities, such as increasing demand for health services, growth in airlines industry and business development. Beside that, the organization must face threats from many competitors such as product innovation and alternative treatment. Organization strength can be seen from internal analysis, and analysis in this study has shown that major organization nowadays is organization reputation as good health aviation facility and the organization weakness especially in financial problem that have annoyed operational activities.
From deep analysis to those results it seems that the best strategy for the organization is to focus in short, medium and long run. Operationally, this strategy can be done with focusing organization resources to product that give best contribution for organization, that is health aviation services. This decision is made based on good opportunities in industry and match with organization resources.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T18423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shiddiq Sugiono
"Reputasi organisasi yang positif mampu memberikan berbagai manfaat bagi suatu organisasi. Salah satu manfaatnya adalah mendorong terbentuknya kelebihan kompetitif (competitive advantage). Persaingan dalam layanan inkubasi bisnis menjadi bagian yang urgen dalam pembahasan mengenai manajemen reputasi. Puspiptek merupakan salah satu organisasi sektor publik yang memberikan layanan inkubasi bisnis ditengah maraknya inkubator bisnis yang didirikan oleh perusahaan-perusahaan bonafide. Organisasi sektor publik dalam hal ini memiliki tantangan tersendiri dalam membangun reputasi karena secara umum terbentuk stereotip negatif di masyarakat. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka muncul dugaan bahwa model manajemen reputasi tidak dapat diaplikasikan di organisasi sektor publik. Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif bertujuan untuk menguji pengaruh antara reputasi organisasi terhadap intensi WOM dengan identifikasi organisasi sebagai mediator dalam konteks organisasi sektor publik. Adapun analisis kualitatif dilakukan untuk menggambarkan aktvitas corporate branding pada layanan inkubasi bisnis di Puspiptek. Paradigma penelitian ini adalah post-positivistik dan menerapkan desain convergent parallel mixed method. Analisis kuantitatif dilakukan dengan melalui metode survei terhadap 86 responden (respond rate 93%) dan menggunakan teknik PLS-SEM dalam menganalisis data. Pada analisis kualitatif, data dikumpulkan melalui wawancara dengan empat representasi manajemen inkubator bisnis Puspiptek dan studi dokumentasi. Temuan utama dalam analisis kuantitatif adalah signifikannya pengaruh mediasi parsial dari identifikasi organisasi sehingga meskipun reputasi organisasi mampu mendorong intensi WOM ada rasa terikat dengan organisasi turut memberikan kontribusi pada pengaruh tersebut. Temuan utama pada analisis kualitatif menyebutkan bahwa Puspiptek menunjukan identitasnya sebagai taman sains dan teknologi melalui pemberian layanan yang relevan untuk menumbuhkembangkan jiwa technopreneurship. Puspiptek dinilai perlu merumuskan kembali budaya organisasinya dan mentransformasikan dirinya sebagai organisasi pembelajar sehingga pegawainya dapat terus meningkatkan kompetensi dalam pengembangan bisnis start-up. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa organisasi sektor publik yang masuk dalam kompetisi bisnis harus memiliki identitas yang kuat dan terus mengomunikasikannya sehingga terbangun reputasi yang positif serta turut mendorong hadirnya manfaat positif bagi organisasi.

Positive organizational reputation can provide various benefits for an organization. One of the benefits is to encourage the competitive advantages. Competition in business incubation services is an urgent part of the discussion on reputation management. Puspiptek is one of the public sector organizations that provide business incubation services amid the rise of business incubators established by bonafide companies. Public sector organizations in this case have their own challenges in building a reputation because in general negative stereotypes are formed in society. Departing from these problems, there is a suspicion that the reputation management model cannot be applied in public sector organizations. This study uses two analyzes namely quantitative and qualitative. Quantitative analysis aims to examine the effect of the reputation of the organization on the intention of the WOM with the identification of the organization as a mediator in the context of public sector organizations. The qualitative analysis was carried out to illustrate the activities of corporate branding in business incubation services in Puspiptek. The paradigm of this research is post-positivistic and applies the convergent parallel mixed method design. Quantitative analysis was carried out through a survey method of 86 respondents (93% respond rate) and using the PLS-SEM technique in analyzing data. In qualitative analysis, data was collected through interviews with four Puspiptek business incubator management representations and documentation studies. The main finding in quantitative analysis is the significant influence of partial mediation from organizational identification so that even if the reputation of the organization is able to encourage the intention of WOM there is a sense of being bound to the organization contributing to that influence. The main finding in the qualitative analysis states that Puspiptek shows its identity as a science and technology park through the provision of relevant services to foster technopreneurship. Puspiptek is considered necessary to reformulate its organizational culture and transform itself as a learning organization so that its employees can continue to improve competence in the development of business start-ups. This research has the implication that public sector organizations that enter in business competition must have a strong identity and continue to communicate it so as to build a positive reputation and also encourage the presence of positive benefits for the organization."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galila Ilma
"ABSTRAK
Industri elektronika Indonesia saat ini mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari
beralihnya aktivitas perusahaan yang pada awalnya hanya sekedar merakit berubah
menjadi pabrikasi komponen elektronik. Disamping itu meningkatnya jumlah investor
yang menanamkan modalnya dibidang elektronika.
Untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan diperlukan penyusunan Grand
Strategy yaitu rencana yang berorientasi ke masa yang akan datang, yang mempunyai
cakupan yang luas dan berinteraksi dengan Iingkungan yang bersaing.
Implementasi strategi terdiri atas serangkaian sub kegiatan yang bersifat adminis
tratif. Agar dapat mencapai kegiatan secara efektif diperlukan penyusunan struktur
organisasi yang tepat melalui sistem informasi dan koordinasi dan aktivitas sub divisi.
Kemudian diperlukan suatu proses yang meliputi pengukuran kinerja, kompensasi, dan
pengembangan manajemen yang semuanya diarahkan terhadap perilaku yang sesuai
dengan tujuan organisasi. Untuk pencapaian strategi tersebut diperlukan peranan Leader
ship.
Semakin besar suatu perusahaan, semakin diperlukan adanya pendelegasian
wewenang kepada unit-unit organisasi dibawahnya. Dengan adanya pendelegasian terse
but unit organisasi akan lebih beradaptasi terhadap lingkungan sehingga lebih fleksibel di
dalam pengamblan keputusan.
Walaupun penjualan perusahaan secara keseluruhan menunjukkan adanya
kenaikan 54% pada tahun 1991 dan 1 % pada tahun 1992, letapi keadaan ìni masìh belum
menunjukkan keberhasilan perusahaan jika tidak dìhubungkan dengan keadaan industri
saat ini. Sebagai contoh untuk produk tetevisi penjualannya naik tetapi market sharenya
menurun.
Untuk menghadapi tingkat persaingan ini strategi yang diterapkan perusahaan
adalah perluasan pasar, dan dengan meningkatkan kualitas yang lebih baik. Hal ini
dicerminkan dengan peningkatan masa garansi dari 1 tahun menjadi 3 tahun.
Untuk implementasi strategi ini PT National Gobel menyusun struktur organisasi
berbentuk fungsional yang meliputi Finance, General Affair Quality Assurance, Research
& Development dan Manufacture. Struktur yang disusun seperti ini sudah sesuai dengan
strategi perusahaan, karena disini sudah menggambarkan adanya fungsi yang selalu
melakukan riset dan pengembangan model-model produk baru untuk memenuhi permin
taan pasar. Disamping itu Fungsi Manufacturing atau Divisi Manufacturing membawahi
beberapa sub divisi menurut jenis produk dan diberi kebebasan dalam mengelola sumber
dayanya. Di masing-masing sub divisi ada bagian Production Planning and Control dan
Quality Control, yang masing-masiflg berperan dalam menangani material dan menjamin
tingkat kualitas.
Dari beberapa jenis produk yang dihasilkan ada perbedaan dalam melakukan
penjualan. Untuk produk komponen 67% dipakai oleh sub divisi yang lain sedang sisanya
dijual keluar secara langsung dimana manajer Sub Divisi Komponen diberi kewenangan
penuh dalam menentukan harga dan pasarnya. Sedang penjualan produk yang lain mela
lui distributor, dan manajernya tidak mempunyai wewenang periuh dalam menentukan
harganya.
OIeh karena manajer Sub Divisi Televisi tidak mempunyai wewenang dan tang
gung jawab penuh dalam menentukan pasar sehingga tidak tepat jika diperlakukan seba
gai Profil Center, tetapi hanya dapat disebut sebagai Cost Center. Dan manajernya dinilai
atas effisiensi biaya yang dapat dikendalikan. Mengingat biaya material merupakan
Unsur yang terbesar dan biaya keseluruhan yaitu 82%, maka unsur biaya ini harus
meniadi perhatian utama bagi manajer Sub Divisi Televisi.
Manajer Sub Divisi Komponen mempunyai kebebasan dalam menentukan pasar
eksternalnya, tetapi tidak mempunyai kebebasan dalam menentukan pasar internal.
Disamping itu mempunyai kebebasan dalam melakukan pembelian baik untuk menentu
kan suplier maupun menentukan harga beli, kecuali untuk pembelian material yang
merupakan kebutuhan bersama (common material). OIeh karena pembelian material yang
dikelola sub divisi Purchasing hanya sebesar 5% dari total biaya material, sehingga tidak
mengurangi penilaian sub divisi ini sebagai Profil Center, Komponen yang dijual secara
internal sebesar 67%, sedang yang dijual secara eksternal 33%. Oleh karena sub divisi
Komponen dinilai atas prolit yang dapat dikendalikan (Controllable Contribution), maka
perlu ditentukan transfer price yang sesuai dengan tujuan sub divisi Komponen dan
perusahaan secara keseluruhan.
Penyusunan anggaran dilakukan ditiap-tiap subdivisi yang melibatkan semua
bagian, dan informasi dasar penyusunan anggaran diterima dan manajer diatasnya. Oleh
karena ada partisipasi dalam penyusunan anggaran, maka masing-masing manajer dapat
diminta laporan pertanggungjawabannya. Kelemahan penyusunan anggaran dan laporan
pertanggung jawaban yang ada diperusahaan saat ini adalah tidak memisahkan antara
biaya yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Dengan adanya kea
daan ini akan menimbulkan kesalahan dalam penilaian manajernya, dan kesulitan dalam
menentukan siapa yang harus berlanggLmg jawab atas penyitnpangan yang terjadi. iii
Kelemahan yang Lain adalak tidak inenggunakan Fleksible Budgel, sehingga penyirnpan
gan yang terjadi tidak dapat diketahui apakah disebabkan penyimpangan volume atau
effisiensi.
Pemberian bonus yang didasarkan atas pencapaian target perusahaan secara kese
luruhan kurang memotivasi manajer masing-masing sub divisi. Agar pemberian bonus
lebih memberi motivasi, dan mencerminkan suatu keadilan maka pemberian bonus dida
sarkan atas pencapaian target sub divisi. Jika sub divisi sebagai Profit cerner, berdasar
kan pencapaian target conuvilable contribution, dan sub divisi sebagai cost corner
berdasarkan tingkat pencapaian effisiensi biaya yang dapat dikendalikan.
Adanya perubahan cara penilaian manajer, dan perubahan cara pemberiari bonus
maka akan mempengaruhi perilaku manajer sehingga menjadi ebìh effisien àaan
mengelola sumberdayaflYa yang pada akhirnya akan mendukung strategi.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fiona Esmeralda
"Saat ini, Indonesia sedang membutuhkan layanan kesehatan yang lebih memadai terutama menyangkul perempuan dan anak dengan penghasilan renrlah yang trnengalami kesulilan untuk memperoleh layanan kesehatan tersebut. Sebagian hesar ibu hamil tidak mampu melakukan pemeriksaan antenatal selama kehamilannya dan hal ini dapat mengakibatkan malnutrisi, proses persalinan yang panjang, dan kematian ibu atau anak saat persalinan. Sebagian lainnya menganggap program keluarga berencana terlalu dan menyebabkan mereka memiliki anak lebih banyak dari kemampuan mereka. Korban langsungnya adalah anak anak yang hidup dalam kekumngan. Banyak balita rnnengalanri malnutrisi beral dan terjangkit penyakil infeksi multipel. Oleh karena kita dapat menarik kesimpulan bahwa sistem layanan kesehatan kita masih kurang memadai untuk populasi ini. Hal ini yang menyebabkan pentingnya didirkan fasilitas kesehatan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Makalah ini membahas mengenai model bisnis fasilitas tersebut yang disebut The Salma Project dan proposal pojek yang sesuai untuk mendukungnya. Mode/ bisnis dalam buku Business Model, a Strategic Management Approach oleh Allan Afualr adalah kerangka kerja untuk menghasilkan uang dan terdiri dari serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh sebuah perusahaan sesuai dengan industrinya, bagaimana dan kapan melaksanakan aktivitas tersebut,untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan menempatkan perusahaan tersebut di posisi tertentu. Dalam kasus ini, fasilitas kesehatan bersifor nirlaba dan akan menggantungkan pada biaya yang dipungut untuk keberlangsungannya dan sumbangan untuk pendiriannya dan untuk menutupi besarnya biaya temp. Analisis ini juga mengikutsertakan competitor dan stakeholders. Klinik ini adalah klinik ibu dan anak yang memfokuskan pada pelayanan kesehatan preventif dengan meberikan layanan pemeriksaan antenatal untuk ibu hamil, layanan keluarga berencana, layanan kesehatan anak terutama vaksinasi dan konsultasi gizi. Klinik ini akan herada di daerah Tanjung Priok, Jakarta dan memberikan akses mudah bagi rnasyarakat setenrpat yang sebagian besa terdiri dari keluarga dengan penghasilan menengah ke hmti.ah. Klinik ini buka Senin sampai Jumat dari jam 9 pagi hingga 3 sore dengan lavcnnan bidan, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis otmk. Biaya yang dipungut berkisar atrtara Rp 5.000, 00 sampai Rp 10.000, 00, sudah termasuk obaiA-aksin/alat kontrasepsi. Klinik ini juga tnenriliki sesi konsultasi kesehatan gratis. Dari sudrrt parrclang ftnansial, klinik ini rnembutuhkan kurang lebih Rp 40.420.000 00 untuk biaya awal termasuk biaya. pengurusan izin, biaya fasilitas, peralatan, dan persalinan. Biaya tetap per bulan sebesar Rp 7.125.000, 00 yang terdiri dari gaji pegawai, biaya listrik, air, sewn bangunan, dan biaya telepon, biaya persediaan apotek, dan depresiasi. Pendanaan awal Klinik ini akan berasal dari sumbangan sebesar Rp 85.000.000.00. untuk tahun-tahun berikutnya dibutuhkan dana sebesar Rp 50.000.000,00 hingga Rp 60.000.000,00 pertahunnya. Dari proyeksi finansial, arus kas yang positif akan dipertahankan sepanjang tabula Pasien berkontribusi pada biaya tidak temp melolui besarnya biaya yang dipungut. Klinik ini optimis untuk merjalin kerja sama dengan berbagai organisasi, LSM, yayasan sosial, dan donator pribadi.

Indonesia is in deed of a heifer health service especially concerning women and children from low income bracket that often find difficulties to obtain good healthcare for themselves. Many women cannot have good antenatal care during their pregnancies and this leads to poor nutrition, prolonged labor, and maternal or infant death upon labor. Others find family planning as too expensive and this is the main cause of having more children than they can lake care of Children then felt the impact from the parents' inability to feed or clothe them. Many under-fives are severely malnourished and suffer from multiple infectious diseases. Therefore we can conclude that the present health care system is still inadequate to serve this part of the population. That is why it is important to build a health facility for this purpose. The paper reviews in details about the business model ideally used for such facility called The Salma Project and a sound project proposal to support it. More specifically the business model according to Allan Afuah in Business Model, A Strategic Management Approach, is a framework for making money and consisted of a set of activities which a firm performs, how it performs them, and when it performs them as it uses its resources to perform activities, given its industry, to create superior customer value and put itself in a position to appropriate the value. In this case, the facility is a not for profit one which will depend on the fee for service for its sustainability and donations for start up, other expenses, and further developments. The analysis also includes competitor and stakeholders' analysis. The clinic is basically a health care facility for women and children only focusing on preventive medicine by giving antenatal care for pregnant women, family planning for families, health service for children especially vaccination and nutrition counseling. The project will be located in Tanjung Priok, suburb of Jakarta giving an easy access for the local community which consisted of many middle to low income families. The project opens daily from Monday to Friday from 9 ant till 3 pm providing various services given by a midwife, an obstetrics and gynecology specialist, and a pediatrician. The fee ranged front Rp 5,000 to Rp 10,000 and is inclusive of medications, vaccines, or contraceptive devices, The project also has a free weekly health counseling session. From the financial point of view, the project needs approximately Rp 40, 420, 000 for setup cost including initial cost of paper works and clinic permit, cost of facilities, equipments, and supplies. The monthly fixed expenses are approximately Rp 7,125,000 which consisted of salary expense, utilities, rent and telephone expense, supplies, equipment cost, contraception and pharmacy inventory cost, and depreciation. The initial funding for the project will come from donation Rp 85,000,000. From the financial projections, positive cash flow will be maintained throughout the year. For the next years, it is projected that the Clinic will need RP 50, 000, 000 to Rp 60, 000, 000 funding. Patients contribute to the variable costs from the service fee they pay. The project is looking forward for many cooperations with organizations, NGOs, charity foundations, and philanthropists."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risnandi
"Globalisasi dalam berbagai segi, terutama dl bidang ekonomi maupun pandangan kimía yang mengarah pada Internaslonalisme, memberi makna tersendirl tentang pentingnya peranan transportasi udara dewasa ini maupun pada masa yang alcan datang. Keadaan ini tentunya akan berdampak semakin tlngginya pertumbuhan Industri angkutan transportasi udara termasuk Industri perawatan pesawat terbang.
Pertumbuhan Industri angkutan udara antara tahun 1900 sampai 2002, ternyata yang tertinggl terjadi di Asia-PasilIc yaìtu mencapal rata-rata 10.2% pertahun. Sedangkan pertumbuhan dunia hanya mencapal rata-rata 6,6% pertahun. Sejalan dengan pertumbuhan industri perawatan pesawat terbang, Garuda Maintenance Facility (GMF) telab berhasli mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya dengan jalan memperluas hanggar beserta peralatannya. Disamping itu peningkatan
jumlah dan karena inipun seluruh personel baik teknis maupun manajerial masih terus dilakukan, baik Ini penting agar Garuda Maintenance Facility memiliki keunggulan daya saing.
Pertumbuhan organisasi GMF didalam lingkungan yang dinamis. sudah tentu akan memerlukan pengendalian manajemen yang lebih baik. Pengendallan manajemen yang terlalu sentralisasi sudah tidak layak diterapkan, karena kurang fleksibel dan tidak
Sensitif terhadap perubahan lingkungan. Oleh karena Itu perlu diberikan desentralisasi dulu di GMF. yaitu dengan jalan mengubah statusnya dari cost center
menjadi profit center.
perubahan suatu responsibility center akan membawa akibat penibaban manajemen secara keseluruhan. PerUbahan ini alcan meliputi infrastruktur seperti struktur organisasi, sistem informasi dan pengendalian manajemen.
Perubahan struktur organisasi sangat penting untuk dilakukan agar objektif GMF sebagai profit center yaitu maksimalisasi laba dapat tercapai. Struktur Organisasi yang disarankan adalah model struktur organisasi matrik yang dapat diterapkan selarna masa peralihan ke profit center. Selarijutnya seteläh manajemen mapan disarankan untuk diterapkan model struktur organisasi strategic business unit.
Sistem infomiasi yang ada saat ini ternyata sudah tidak memenuhi lagi tuntutan manajemen yang semakin kompleks. Sistem ini akan semakin tidak layak jika digunakan untuk melayani GMF. yang akan berubah menjadi profit center.
Didalam profit center dibuat kebijakan harga dari setlap unit bisnis yaitu harga standar untuk pelanggari ekstemal, maupun harga transfer untuk pelanggan internal. Kebijakan ini harus didukung oleh sistem Informasi akuntansi yang dapat menyajikan data-data biaya yang handal.
Bertumpuknya pekerjaan rumah untuk menejermadya, back log pekerjaan administratif dan tingginya tingkat persediaan di gudang merupakan beberapa Indikasi bahwa sistem informasi akuntansi sudah tidak layak.
Data-data yang ada di GMF, terutama yang menyangkut produksl secara tangsung ternyata banyak yang tidak handal untuk digunakan sebagai sumber dalam pengendalian manajemen. Hal ini terbukti dengan anailsis regresi terhadap data-data yang berhubungan dengan biaya dan Jam tenaga kerja langsung, ternyata output computer menunjukan besaran-besaran yang memberi indikasi bahwa biaya tldak dapat diasumsi oleh Jam tenaga kerja langsung yang dikonsumsi. Padahal menurut literatur dan hasil pengamatan perusahaan lain, suatu proses produksi padat seperti yang terjadi di Dinas perawatan Pesawat-GMF, total biaya produksi dapat diestimasl oleh tenaga kerja langsung
yang dikonsumsl.
Sistem informasi akuntansi yang lebih sesuai mutlak diperlukan GMF saat InI baik untuk menangani kebutuhan sekarang maupun untuk menyongsong era profit center di GMF. Sistem ini harus dapat menyajikan thdlkator flnansial dan non finanslal yang terkalt dengan su-ategl perusahaan. termasuk ukuran-ukuran kunci yang menentukan keberhasilan berbagal fungsl seperti produksi, pemasaran, dan kerekayasaan. Dengan penerapan sistem informasi akuntansi yang memenuhi sarat dalam kerangka struktur organisasi yang sesual dengan objektif profit center, diharapkan analisis regresi dan perhitungan harga untuk beberapa unit dengan menggunakan activity based costing dapat dimplementasikan dngan baik Sehingga dapat dibuat kebijakan harga, dan penentuan bauran produk yang tepat.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Andreas
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ulfah
"Sistem informasi, infrastruktur, jaringan dan perangkat keras merupakan aset teknologi informasi di Pusdatin BKPM yang perlu dikelola dan dipelihara dengan baik untuk mengurangi terjadinya permasalahan di kemudian hari. Pemeliharaan aset TI, bukan hanya tentang bagaimana memperpanjang jangka hidup aset dan memastikan bahwa aset tersebut beroperasi secara efisien dan ekonomis tetapi juga mempertimbangkan aspek perencanaan dan strategi pengelolaan aset TI. Ketiadaan informasi mengenai aset-aset TI berdampak pada pengelolaan aset-aset TI yang kurang baik sehingga perlu dilakukan suatu pendataan aset TI yang terstruktur, terjadwal dan rutin.
Sistem Informasi Manajemen Aset TI (SMATI) digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan data dan informasi yang berkaitan aset TI. SMATI juga menyediakan kapabilitas pendukung keputusan melalui analisis data aset TI sebagai bahan pendukung keputusan pimpinan (bottom-up) dalam melakukan pengawasan, melakukan penilaian efektivitas pengelolaan aset, dan pemilihan teknologi di masa depan.
Penelitian ini melakukan perancangan spesifikasi kebutuhan sistem informasi dengan menggunakan Rational Unified Process (RUP) dengan disiplin Requirement pada Fase Inception dan Elaboration. Hasil dari penelitian ini adalah berupa dokumen artifak kebutuhan yang merepresentasikan kebutuhan Sistem Informasi Manajemen Aset TI di Pusdatin.

Information system, infrastructure, network, and hardware are information technology asset (IT Asset)s which have to be maintained and to be managed by Data and Information Center (Pusdatin) in order to minimize problems in the future. IT asset management, is not only about how to extend the lifecycle and to operate efficiently but also to consider in strategic aspect. The absence of IT assets information results poor IT asset management. Pusdatin requires a structured, scheduled, routine asset inventory to overcome this problem.
IT Asset Mangement System (SMATI) used by Pusdatin to collect and to reserve IT asset information. SMATI also provides decision support capability through analytical data. It can be used as a management decision support (bottom-up) in monitoring, assessing the effectiveness of asset management, and technology selection in the future.
This research is designing the system requirements specification information system using the Rational Unified Process (RUP) with Requirement discipline in Inception and Elaboration phase. The results of this study are in the form of a document artifacts that represent the needs of IT Asset Management Information System.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stueart, Robert D.
Wesport: Libraries Unlimited, 2002
025.1 STU l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Stueart, Robert D.
""This updated edition of the renowned library management textbook provides a comprehensive overview of the techniques needed to effectively manage a contemporary library or information center"--"
Santa Barbara, California: Libraries Unlimited, 2013
025.1 STU l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>