Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156355 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Sulistyo
"Penelitian ini mengarah pada pendirian institusi pendidikan tinggi asing di Indonesia melalui konsep hukum investasi serta mekanisme dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Penelitian ini mengidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu diantaranya terkait dengan kajian hukum investasi secara umum, disparitas antara perguruan tinggi lokal dengan perguruan tinggi lembaga negara lain terkait kompetisi dan peningkatan kompetensi, kemudian aksesibilitas terhadap pendidikan yang berkualitas dari perguruan tinggi lembaga negara lain, konstruksi hukum bagi pendirian lembaga negara lain tersebut, serta konsekuensi hukum seperti apa yang kemudian muncul dalam penyelenggaraannya. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif yang menggambarkan gejala-gejala serta fakta-fakta yang timbul, kemudian melakukan analisis permasalahan yang ada dengan perspektif hukum. Maka konsekuensi yang lahir kemudian adalah perguruan tinggi lembaga negara lain tersebut harus mendapatkan akreditasi dari badan pendidikan di negaranya, yayasan sebagai bentuk badan hukum, institusi asing tersebut harus menjalin kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi lokal di Indonesia, mereka harus mempekerjakan tenaga pengajar serta staf administrasi asal Indonesia, studi yang ditawarkan merupakan kajian keilmuan yang merupakan program studi unggulan yang belum ada atau jarang diselenggarakan oleh institusi pendidikan dalam negeri, dsb.

This legal review leads to the establishment of foreign higher education institutions in Indonesia through the concept of investment law and legalization of Law Number 12 Year 2012 of the Republic of Indonesia regarding Higher Education. The problems arising are related to the disparity between local colleges and foreign higher education institutions on the subject of competition and competency improvement,, accessibility to the qualified education from foreign higher education institutions, the possibility of legal construction for the establishment of the said foreign higher education institutions, as well as the legal consequences in the implementations. This is a qualitative descriptive study describing all symptoms and facts then analyzing the existing problems with legal perspective. Then the consequences shall arises that the foreign universities shall have officially accreditated from their national educational board, foundation as a basis legal body, they shall establish partnerships with Indonesian universities, they have to employ lecturer and administration staff of Indonesian citizens, the type of courses offered shall be a flagship study programs which are not specified available in Indonesia, etc."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T32779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Faisal Merdekawan Susanto
"Dewasa ini keberadaan penanaman modal asing (foreign direct investment) memainkan peran yang signifikan bagi suatu negara. Selain untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan modal negara, penanaman modal asing (foreign direct investment) juga dapat mendorong peningkatan kesejahteraan suatu masyarakat, Oleh karenanya dalam pengaturan Foreign Direct Investment harus dilakukan secara tepat yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional suatu negara. Pada umumnya praktik kepentingan nasional dalam pengaturan Foreign Direct Investment adalah dalam bentuk negative list (daftar negatif investasi). Namun daftar negatif investasi suatu negara juga dapat berubah-ubah tergantung arah kebijakan penanaman modal yang diambil oleh negara. Seperti Negara Indonesia yang ditemukan perbedaan dalam daftar bidang usaha tertutup penanaman modal sebelum berlakunya Undang-Undang Cipta dan Setelah berlakunya Undang-Undang Cipta Kerja. Telebih dengan dibukanya investasi asing minuman beralkohol di Indonesia yang kemudian menuai pro dan kontra di masyarakat. Hal ini memberikan pemahaman bahwa tarik-menarik konsepsi kepentingan nasional dalam pengaturan Foreign Direct Investment masih terus terjadi. Dalam penelitian ini juga menganalisis contoh kepentingan nasional dalam Foreign Direct Investment Minuman Beralkohol di Negara Malaysia. Penelitian ini dipaparkan untuk mengetahui bahwa tidak ada pengaturan khusus yang standar dan spesifik dalam mendefinisikan suatu kepentingan nasional dalam kaitannya Foreign Direct Investment. Kepentingan nasional merupakan bentuk untuk mempertahankan pengendalian atas sebuah negara, sehingga kepentingan nasional digunakan untuk mempertahankan integritas teritorialnya (physical), mempertahankan rezim ekonomi-politiknya (political), serta memelihara sosial budaya sebagai bentuk dari identitas kulturalnya (cultural identity). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan konseptual dan pendekatan perbandingan. Adapun bahan-bahan penelitian yang terdiri atas bahan hukum dan nonhukum dilakukan dengan cara studi dokumen hukum dan studi kepustakaan.

Today, a country's ability to attract foreign direct investment (FDI) is critical. In addition to fulfilling the interests and needs of state capital, foreign direct investment can also encourage an increase in the welfare of a society. In general, the practice of national interests in managing foreign direct investment is in the form of a negative list (negative investment list). However, a country's negative investment list can change depending on the direction of the country's investment policy. Like the State of Indonesia, differences were found in the list of investment-closed business fields before the entry into force of the copyright law and after the entry into force of the job creation law. Especially with the opening of foreign investment in alcoholic beverages in Indonesia which then reaped the pros and cons in society. This provides an understanding that the tug-of-war between the conception of national interests and the regulation of foreign direct investment is still going on. This study also analyzes examples of national interests in foreign direct investment alcohol drink in the Malaysia Country. This research is presented to find out that there are no special standards or specific arrangements for defining a national interest in relation to foreign direct investment. National interest is a form of maintaining control over a country, so national interest is used to maintain its territorial integrity (physical), maintain its political-economic regime (political), and maintain social culture as a form of its cultural identity (cultural identity). The research method used in this study is normative-juridical, using a statue approach, a conceptual approach, and a comparative approach. The research materials, which consist of legal and non-legal materials, are carried out by studying legal documents and literature studies."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assila Amelia
" ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Paket Kebijakan Ekonomi XII yang dikeluarkan Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemudahan melakukan usaha di Indonesia. Peningkatan kemudahan melakukan usaha dalam hal ini diukur melalui peringkat dalam indeks Ease of Doing Business yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Selain itu, untuk melihat kegunaan dan keberhasilan Paket Kebijakan Ekonomi XII, dilakukan perbandingan hukum terkait prosedur pendirian perseroan terbatas serta insentif yang diberikan Pemerintah kepada penanam modal dengan negara Singapura dan Jerman yang merupakan negara-negara dengan sistem hukum dan level perkembangan yang berbeda. Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dan keseluruhan proses penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menunjukan bahwa Paket Kebijakan Ekonomi XII berhasil meningkatkan kemudahan melakukan usaha di Indonesia yang dibuktikan dengan adanya kenaikan peringkat Indonesia dalam indeks Ease of Doing Business, namun apabila dibandingkan dengan Singapura dan Jerman sebagai negara-negara dengan tingkat kemudahan usaha yang lebih baik, masih terdapat beberapa hal yang dapat diperbaiki Indonesia terutama dalam hal kompleksitas prosedur pendirian perseroan terbatas.
ABSTRACT This thesis is made to show the enforcability of Indonesia 39 s 12th Economic Policy Package issued by the goverment in order to improve the ease of doing business in Indonesia. In this case, the Ease of Doing Business Index made by World Bank is used as one of the benchmarks to measure Indonesia 39 s ease of doing business level. Moreover, to see the usefulness and the success of the 12th Economic Policy Package, a law comparison is done in this research regading the procedure of establishing a limited liability company and the incentives provided by the government for investors between Indonesia, Singapore, and Germany. These countries were chosen as the subjects of comparison due to the difference in legal system as well as levels of development. The entire process of research is conducted through a qualitative normative juridical method. This study shows that Indonesia 39 s 12th Economic Policy Package has managed to improve the ease of doing business in Indonesia as proven by the increase in Indonesia 39 s rangking in the Ease of Doing Business Index. However, when compared with Singapore and Germany as countries with better ranks in ease of doing business, there are some things that can and should be improved by Indonesia, especially in regards to its complexity in the procedures of establishing a limited liability company."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S66180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immanuel Patuan Mangaraja
"ABSTRAK
Investasi asing dalam bentuk portofolio dibedakan dengan definisi penanaman
modal dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penamanam Modal. Hal ini diatur
dalam pasal 2 yang berbunyi: “Ketentuan dalam undang-undang ini berlaku bagi
penanaman modal di semua sektor di wilayah Negara Republik Indonesia.”
Dalam penjelasannya berbunyi ”Yang dimaksud dengan penanaman modal di
semua sektor di wilayah Negara Republik Indonesia adalah penanaman modal
langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.”
Dengan demikian, investasi portofolio atau foreign portfolio investment
dikecualikan dari batasan kepemilikan asing di Indonesia. Namun pada
pelaksanaanya tidak seluruh investasi asing berbentuk portofolio dikecualikan, hal
ini disebabkan adanya kepentingan nasional yang harus dijaga. Skripsi ini
dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normatif melalui studi dokumen
serta tinjauan terhadap norman tertulis yang mencakup penelitian mengenai
perbandingan pengaturan penanaman modal asing antara Indonesia dengan negara
lain. Hasil dari penelitian ini adalah masih terdapatnya kelemahan pengaturan di
Indonesia, khususnya dalam hal foreign portfolio investment.
ABSTRACT
Foreign Portfolio Investment is distinguished from the definition of foreign
investment on Investment Law Number 25/2007. Article 2 reads “The provisions
in this law apply to investments in all sectors in the territory of the Republic of
Indonesia. The explanation reads "shall mean investment in all sectors in the
territory of the Republic of Indonesia is a direct investment and does not include
indirect investment or portfolio." It means that foreign portfolio investment does
not govern in Investment Law. Therefore, foreign portfolio investment does not
have to comply with maximum foreign ownership regulation (negative list). But,
in fact, this condition does not apply to all foreign investment cases, because
Government is trying to protect national interest. This thesis is conducted by using
the method of juridical normative through study of documents and review of the
written legal norms to discover the comparison of Foreign Investment Regulation
Towards Foreign Portfolio Investment between Indonesia and another countries.
The result of this research is Indonesia still has weak regulations regarding foreign
portfolio investment."
2014
S59952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Aulia Ulfah
"Pembangunan perpustakaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan memainkan peran kunci dalam mempromosikan lingkungan yang lebih sehat, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan memastikan bahwa tindakan generasi saat ini tidak membahayakan generasi mendatang. Perpustakaan hijau berfungsi sebagai pengaruh pendidik, dan pendukung untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial, dengan menerapkan agenda keberlanjutan. Untuk lebih mendorong rencana keberlanjutan perpustakaan akademik di Indonesia, prinsip ramah lingkungan penting untuk digabungkan dalam pelaksanaan program kerja, pertumbuhan, pemeliharaan, dan layanan perpustakaan. Penelitian ini menggunakan standar Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) yang dikembangkan oleh United States Green Building Council (USGBC) dan daftar kontrol yang dirilis oleh Environment, Sustainability and Libraries Section, International Federation of Library Associations and Institutions (ENSULIB IFLA) sebagai patokan dan panduan untuk instrumen penelitian. Penelitian ini dilakukan di 10 perpustakaan akademik di Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) Indonesia. Temuan menunjukkan bahwa penerapan perpustakaan ramah lingkungan di Indonesia masih sangat terbatas. Pustakawan juga menunjukkan kurangnya keakraban dengan konsep perpustakaan hijau dan berkelanjutan ini. Namun demikian, perpustakaan di Indonesia merespons positif dan menunjukkan niat baik terkait konsep perpustakaan hijau, meski keterlibatan mereka saat ini masih terbatas.

The development of environmentally friendly and sustainable libraries plays a key role in promoting a healthier environment, thereby improving the quality of life and ensuring that our actions do not endanger future generations. Such libraries serve as influences, educators, and supporters for ecological, economic, and social sustainability, by implementing a clear sustainability agenda. To further drive the sustainability plan of academic libraries in Indonesia, it is crucial to incorporate environmentally friendly principles into the implementation of work programs, growth, maintenance, and library services. This research uses the Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards developed by the United States Green Building Council (USGBC) and the checklist released by the Environment, Sustainability and Libraries Section of the International Federation of Library Associations and Institutions (ENSULIB IFLA) as benchmarks and guides for research instruments. This study was conducted in 10 academic libraries at Legal-Entity State Higher Education Institutions (PTN-BH) in Indonesia. The findings show that the implementation of environmentally friendly libraries in Indonesia is still very limited, with librarians showing a lack of familiarity with this concept of green and sustainable libraries. However, libraries in Indonesia respond positively and show goodwill towards the concept of green libraries, although their involvement is currently still limited."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Oktaria
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaturan mengenai investasi ketenagalistrikan di Indonesia, kemudian membandingkannya dengan pengaturan di India dan Thailand. Selain itu akan dianalisis permasalahan hukum dalam penerapan peraturan investasi ketenagalistrikan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tinjauan lapangan ke berbagai pihak terkait, antara lain PT PLN (Persero), PT Adaro Energy Tbk, PT Indika Energy Tbk, dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero).
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan kendala yang dialami yaitu kendala dalam pembebasan lahan, kendala dalam penjaminan, dan minimnya peraturan perundang-undangan yang mencukupi untuk hal-hal yang masih baru. Dengan demikian, pemerintah diharapkan lebih berpihak kepada masyarakat dan menjadi regulator yang tegas.

This research aimed to describe the regulation of electricity investment in Indonesia, then compare it with the settings in India and Thailand n addition to these legal issues will be analyzed in the application of investment regulations of electricity in Indonesia. The research was conducted by a review of the field to the various parties concerned, among others, PT PLN (Persero), PT Adaro Energy Tbk, PT Indika Energy Tbk, and PT (Persero) Indonesia's infrastructure.
Based on the results of the study, found that constraints are constraints in land acquisition, financing constraints in, and the lack of adequate legislation for things that are new. Thus, the Government expected more favor to the community and being an assertive regulators.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S46542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Subesar
"Penelitian yuridis normatif ini dengan menggunakan data utama UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal berikut peraturan pelaksanaannya dan UU No 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara berikut peraturan pelaksanaannya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian yang dilakukan yaitu mengenai kepastian hukum PMA bidang usaha pertambangan dan pemberian perijinan dalam rangka PMA bidang usaha pertambangan. Teori yang digunakan yaitu dari Lawrence M. Friedman yang berkaitan dengan substance, structure dan legal culture. Kepastian hukum atas regulasi berkaitan dengan penanaman modal asing bidang usaha pertambangan minerba yang ada dilihat dari aspek predictability, stability dan fairness. Bagaimana pula dengan kewenangan serta koordinasi dalam rangka pemberikan perizinan usaha pertambangan minerba, seperti izin investasi, pendirian perusahaan PMA dan pemberian izin usaha pertambangan (IUP), izin usaha jasa pertambangan (IUJP) dan izin usaha lainnya yang diperlukan. "
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T29296
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bianka Renzanova Kusuma
"Bilateral Investment Treaty (“BIT”) Indonesia dan Singapura yang dibentuk pada tahun 2005 diputuskan untuk tidak dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2016 karena Pemerintah Indonesia memilih untuk menegosiasikan BIT yang baru. Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura telah berhasil membentuk BIT dengan ketentuan yang jauh berbeda dibandingkan dengan BIT terdahulu. Penelitian ini mencoba untuk meneliti perbandingan ketentuan dalam BIT Indonesia dan Singapura tahun 2005 dengan BIT dan Singapura tahun 2018. Selain itu, penelitian ini mencoba untuk mengetahui dampak BIT terhadap penanaman modal asing langsung di Indonesia. Bentuk penelitian ini bersifat yuridis-normatif dengan tipologi deskriptif analitis yang didukung oleh studi bahan pustaka dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BIT Indonesia dan Singapura tahun 2018 dirumuskan secara lebih terperinci dan jelas dan memasukan banyak safeguard di dalamnya. Selain itu, BIT diketahui tidak memiliki dampak langsung untuk mendorong nilai investasi asing di Indonesia, tetapi kehadiran BIT tetap diperlukan untuk memberikan perlindungan dan meningkatkan kepercayaan investor Singapura, mendorong pembentukan iklim peraturan yang baik, dan pelengkap instrumen hukum perlindungan investasi. Saran yang dapat diberikan adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam merumuskan perjanjian investasi internasional kedepannya tetap mempertahankan rumusan perjanjian investasi yang jelas dan rinci demi menghindari penafsiran yang berbeda antara host state dengan penanam modal.

Bilateral Investment Treaty (“BIT”) between Indonesia and Singapore that was signed in 2005 was discontinued by the Government of Indonesia in 2016 because the Government of Indonesia elected to renegotiate a new BIT. In 2018, the Government of Indonesia and the Government of Singapore successfully agreed on a new BIT with new and different provisions. This research tries to do a comparative analysis on the BIT Indonesia and Singapore 2005 and BIT Indonesia and Singapore 2018. This research also looks to determine the impact of BIT on foreign direct investment. The research method of this thesis is juridical-normative with a descriptive research approach through literature review and desk study, and key informant interviews as a tool for collecting data. This research concludes that BIT Indonesia and Singapore 2018 was formulated with more details, containing explicit clauses and safeguards. This thesis also argues that BIT does not have any direct impact on increasing foreign direct investment in Indonesia. Nevertheless, the presence of BIT is still necessary and effective to provide protection of investment and increase investor confidence, encourage the creation of favourable regulatory climate, and complement other legal instruments for investment protection. In the future, the Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM) should seek to establish international investment agreements that maintain
a clear and detailed clause of investment agreements in order to avoid different interpretations between the host state and investors.
"
Depok: Fakultas Hukum, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bianka Renzanova Kusuma
"Bilateral Investment Treaty (“BIT”) Indonesia dan Singapura yang dibentuk pada tahun 2005 diputuskan untuk tidak dilanjutkan oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 2016 karena Pemerintah Indonesia memilih untuk menegosiasikan BIT yang baru. Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Singapura telah berhasil membentuk BIT dengan ketentuan yang jauh berbeda dibandingkan dengan BIT terdahulu. Penelitian ini mencoba untuk meneliti perbandingan ketentuan dalam BIT Indonesia dan Singapura tahun 2005 dengan BIT dan Singapura tahun 2018. Selain itu, penelitian ini mencoba untuk mengetahui dampak BIT terhadap penanaman modal asing langsung di Indonesia. Bentuk penelitian ini bersifat yuridis-normatif dengan tipologi deskriptif analitis yang didukung oleh studi bahan pustaka dan wawancara sebagai alat pengumpul data. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa BIT Indonesia dan Singapura tahun 2018 dirumuskan secara lebih terperinci dan jelas dan memasukan banyak safeguard di dalamnya. Selain itu, BIT diketahui tidak memiliki dampak langsung untuk mendorong nilai investasi asing di Indonesia, tetapi kehadiran BIT tetap diperlukan untuk memberikan perlindungan dan meningkatkan kepercayaan investor Singapura, mendorong pembentukan iklim peraturan yang baik, dan pelengkap instrumen hukum perlindungan investasi. Saran yang dapat diberikan adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam merumuskan perjanjian investasi internasional kedepannya tetap mempertahankan rumusan perjanjian investasi yang jelas dan rinci demi menghindari penafsiran yang berbeda antara host state dengan penanam modal.

Bilateral Investment Treaty (“BIT”) between Indonesia and Singapore that was signed in 2005 was discontinued by the Government of Indonesia in 2016 because the Government of Indonesia elected to renegotiate a new BIT. In 2018, the Government of Indonesia and the Government of Singapore successfully agreed on a new BIT with new and different provisions. This research tries to do a comparative analysis on the BIT Indonesia and Singapore 2005 and BIT Indonesia and Singapore 2018. This research also looks to determine the impact of BIT on foreign direct investment. The research method of this thesis is juridical-normative with a descriptive research approach through literature review and desk study, and key informant interviews as a tool for collecting data. This research concludes that BIT Indonesia and Singapore 2018 was formulated with more details, containing explicit clauses and safeguards. This thesis also argues that BIT does not have any direct impact on increasing foreign direct investment in Indonesia. Nevertheless, the presence of BIT is still necessary and effective to provide protection of investment and increase investor confidence, encourage the creation of favourable regulatory climate, and complement other legal instruments for investment protection. In the future, the Indonesian Investment Coordinating Board (BKPM) should seek to establish international investment agreements that maintain a clear and detailed clause of investment agreements in order to avoid different interpretations between the host state and investors."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Hapsari Pramesthi
"Bahwa pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) sendiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan menjaga kesejahteraan generasi mendatang dari suatu negara. Indonesia Investment Authority (INA) sebagai lembaga SWF di Indonesia dimaksudkan untuk dapat meningkatkan dan mengoptimalisasi nilai aset secara jangka panjang guna mendukung pembangunan secara berkelanjutan Indonesia sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Pasal 165 ayat (2) UU Cipta Kerja. Urgensi pembentukan dari INA sendiri menjadi pertanyaan besar dikarenakan telah adanya lembaga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang telah dibentuk oleh Indonesia, namun dengan perbedaan yang mendasar seperti tujuan pembentukan INA dengan BUMN dan BKPM sendiri pun telah menjawab urgensi dari dibutuhkannya pembentukan INA sebagai suatu lembaga pengelola investasi di Indonesia. Kelembagaan INA diperkenalkan sebagai suatu sui generis atau kelembagaan yang memiliki karekter khusus. Dari sisi kebadanhukuman INA berbentuk sebagai badan hukum privat, dengan mekanisme perusahaan berbentuk badan hukum privat, modal pemerintah terpisah dari APBN dan bukan bagian dari keuangan negara. Dengan adanya Pasal 158 ayat (4) UU Cipta Kerja mengindikasikan apabila keuntungan dan kerugian INA hanya dihitung sebagai risiko bisnis dan tidak dapat dihitung sebagai keuntungan dan kerugian keuangan negara.

Whereas the formation of the Sovereign Wealth Fund (SWF) itself is one of the efforts made by the Government in order to increase sustainable economic growth and maintain the welfare of future generations of a country. The Indonesia Investment Authority (INA) as a SWF institution in Indonesia is intended to be able to increase and optimize asset values in the long term to support Indonesia's sustainable development as this is explained in Article 165 paragraph (2) of the Job Creation Law. The urgency of the formation of the INA itself is a big question because there have been State-Owned Enterprises (BUMN) and Investment Coordinating Boards (BKPM) that have been formed by Indonesia, but with fundamental differences such as the purpose of forming an INA with BUMN and BKPM itself has answered the urgency of the need to establish INA as an investment management institution in Indonesia. The INA institution was introduced as a sui generis or institution that has special characteristics. In terms of legal entity, INA is in the form of a private legal entity, with the company mechanism in the form of a private legal entity, government capital is separate from the state budget and is not part of state finances. The existence of Article 158 paragraph (4) of the Job Creation Law indicates that INA's profits and losses are only counted as business risks and cannot be counted as state financial gains and losses."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>