Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32652
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Handayani
"Kompleks poliion (KPI) diperoleh melalui interaksi antara polimerpolimer dengan muatan yang berlawanan. Penelitian ini dilakukan antara kitosan dan natrium alginat dengan perbandingan 1:1, 3:7, 7:3, 1:9, dan 9:1 pada pH 4 dan 4,5. Berdasarkan studi pendahuluan, kondisi terbaik untuk menghasilkan KPI adalah pada pH 4,5 dengan perbandingan antara larutan kitosan-natrium alginat=1:1. KPI mempunyai karakter yang berbeda bila dibandingkan dengan kitosan dan natrium alginat. Perbedaan ini ditunjukkan dengan analisis gugus fungsi, analisis termodinamika, dan daya mengembang. Selanjutnya matriks padat KPI dibuat dengan cara cetak langsung menggunakan atenolol sebagai model obat untuk mengetahui profil disolusi. Uji disolusi ini dilakukan dalam medium dapar fosfat pH 7,2 dan asam klorida 0,1 N pada 37±0,5oC selama 8 jam. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa KPI dapat memperlambat disolusi atenolol lebih baik dalam medium asam daripada dalam medium basa.

Polyions complex (PIC) is gained by interaction between oppositely charged polymers. This research was carried out between chitosan and sodium alginate in ratio 1:1, 3:7, 7:3, 1:9, and 9:1, as well as pH 4 and 4,5. Based on the preliminary study, the best condition to produce PIC was in pH 4,5 with ratio 1:1. PIC has different characteristics compared with chitosan and sodium alginate. It was shown by functional groups analysis, thermodynamic analysis, and swelling ability. Solid matrix was made by direct compression using atenolol as a model to observe the dissolution profile. Dissolution test was done in phosphate buffer pH 7,2 and hydrochloric acid 0,1 N solution at 37±0,5oC for 8 hours. The dissolution profile showed that PIC could retard the release of atenolol in acid medium better than in alkaline medium."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Ul Haqie
"Saat ini, eksipien koproses sedang mendapat perhatian dalam aplikasi farmasetik. Tidak adanya perubahan kimia, kombinasi untuk mendapatkan sifat yang diinginkan banyak, dan efisiensi penggunaan eksipien tunggal dibandingkan campuran eksipien menjadi alasan tingginya minat terhadap eksipien koproses. Pada penelitian ini dibuat eksipien koproses (EK) antara kitosan dan sodium starch glycolate (SSG) dengan cara melarutan kitosan 5% b/v dalam asam asetat 0,5 N dan mendispersikan SSG 5% b/v dalam akuades 70°C kemudian keduanya dicampur dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 1:3. Campuran dikeringkan menggunakan double drum dryer. Eksipien koproses yang diperoleh dikarakterisasi meliputi karakterisasi kimia, fisik dan fungsional. EK 1:1 dipilih untuk digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet lepas lambat karena menunjukkan hasil karakterisasi yang paling baik. Selain itu, dibuat juga tablet dengan kombinasi matriks antara EK dan hidroksipropil metilselulosa (HPMC). Tablet dibuat dengan metode granulasi basah dan atenolol digunakan sebagai model obat. Matriks EK menunjukkan profil pelepasan obat yang tertahan selama 8 jam. Penambahan HPMC sebagai kombinasi matriks dengan perbandingan EK-HPMC 1:1 dan 2:1 menunjukkan profil pelepasan obat yang tertahan selama 16 jam sementara matriks EK-HPMC 3:1 menunjukkan profil pelepasan obat yang tertahan selama 12 jam."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S32724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alawiyah Aswar
"Eksipien koproses merupakan kombinasi dua atau lebih eksipien yang memiliki keuntungan penampilan yang tidak dapat dicapai oleh pencampuran secara fisik biasa dengan eksipien yang sama. Kombinasi eksipien yang dipilih dapat melengkapi satu sama lain untuk menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien sekaligus dapat mempertahankan atau meningkatkan sifat eksipien yang diinginkan. Pregelatinisasi pati singkong (PPS) sebagai matriks hidrofilik belum menghasilkan laju disolusi obat yang konstan, oleh sebab itu pada penelitian ini dikombinasikan dengan karboksimetilselulosa (CMC). Sifat pembentuk gel dari CMC diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pembentukan gel dari pati, sebagai matriks dalam sediaan lepas terkendali sehingga mampu menahan pelepasan obat dari sediaan.
Koproses PPS - CMC dibuat dengan mendispersikan PPS dalam air (1:5) dan CMC dengan konsentrasi 5% b/v, keduanya dicampurkan dengan berbagai perbandingan yaitu 4:1, 3:1, dan 2:1. Eksipien koproses 4:1 dan 2:1 digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet serta dilakukan perbandingan dengan matriks PPS dan CMC sebagai eksipien awal penyusunnya. Tablet dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan teofilin sebagai model obat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa eksipien koproses yang dihasilkan memiliki sifat fisik lebih baik dibandingkan eksipien awal penyusunnya (PPS dan CMC), namun sebagai matriks belum mampu menahan pelepasan obat dengan baik."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33151
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Hidayati
"Sediaan obat lepas terkendali merupakan sediaan yang dapat melepaskan kandungan obatnya secara terkendali. Kopolimerisasi poli(vinhl alkohol)(PVA) 10% dengan N-isopropitakrilamida (NIPAAm) 5% meriggunakan radiasi sinar gamma C060 dosis 30 kGy dengan laju dosis 8 kGy/jam dapat menghasilkan hidrogel. Hidrogel PVA-ko-NIPAAm yang memiliki sifat fisik yang baik yaltu elastis clan peka suhu ml, dipelajari pula rasio 'swelling'nya pada berbagai suhu. Imobilisasi teofilin kedalarn hidrogel dilakukan dengan metode absorbsi clan simultan, dengan dosis 50, 100, clan 150 mg per sediaan hidrogel (berat 1 000 mg, diameter 30,67 mm pada 28°C) clan diuji penglepasannya pada pH 1,2; 6,8; 7,4; clan 10,0 menggunakan alat uji disolusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidrogel PVA-ko-NIPAAm memiliki pola raslo 'swelling' yang mengecil dengan meningkatnya suhu. Adanya variasi dosis teofilin clan pH media disolusi dapat mempengaruhi profil penglepasannya, yang pada suhu 37°C mengikutl model difusi non- Fickian orde satu clan menunjukkan suatu sistem matriks 'swelling'terkendali (kombinasi difusi-disolusi). Dari hasil penelitian liii dapat dikembangkan suatu sistem penyampahan obat yang memanfaatkan hidrogel PVA-ko- NIPAAm sebagai matniks sediaan dengan penglepasan terkendali.

Controlled release dosage form is a dosage form which , releases its contents in a controlled manner. Copolymerization of poly(vinyl alcohol) (PVA) 10% with N-isopropylacrylamide (NIPAAm) 5% by irradiated by C060 gamma-ray from with a dose of 30 kGy (dose rate 8 kGy/h) has been carried out, in order to obtain a hydrogel. Hydrogels PVA-co-NIPAAm have produced elastic properties and thermoresponsive properties. The swelling ratio of the PVA-co-NIPAAm hydrogels were measured in various temperatures. Immobilization of theophylline with doses of 50, 100, and 150 mg were loaded into hydrogel dosage form (weight 1000 mg, diameter 30.67 mm at 28°C) by absorption and simultaneous methods. The release of theophylline from hydrogels was tested using dissolution tester apparatus in pH 1.2; 6.8; 7.4; and 10.0. The results showed that hydrogels with increasing temperature will decrease their swelling ratio . The release profile of theophylline at 37 °C from hydrogel matrix was influenced by theophylline doses and the pH of dissolution media. The release profile followed first order non-Fickian diffusion model and represented as a swelling-controlled matrix system (combination by diffusion-dissolution). From those results, it is possible to develope drug delivery system that used PVA-co-NIPAAm hydrogel as a matrix for the controlled release dosage form. 'V"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Siti Sa`diah
"Chitosan is a natural cationic polymer that is non toxic,
biodegradabel and biocompatibel. This polymer is also able to form
hydrogel in aqueous medium but is only soluble in acidic medium and is
not soluble in basic medium. Therefore why chitosan is not suitable as a
matrix for sustained release dosage form. Chitosan can be modified
phisically and chemically to obtain its optimum useful as a matrix for
sustained release. It is preassumed that cationic properties of chitosan can
form a polyelectrolyte complex with other anionic polymers.
The aim of this study was to make polyelectrolyte complex of
chitosan – sodium carboxymethylcellulose as tablet matrix for prolonged
drug release system with atenolol as drug model.
The polyelectrolyte was made by mixing 4% w/v chitosan solution in
acetic acid 1% and 4% sodium carboxymethylcellulose solution, with mixing speed is 5000 rpm for 15 minuted, centrifuge (15.000 rpm, 15
minuted) and then dried (50oC, 24 hours), grinded and sieved with 100
mesh sieving analyzer. Then It was evaluated using FTIR
spectrophotometer, SEM analyser, DSC analyser, swelling index and
dissolution test.
The results showed that the characteristic of chitosan – sodium
carboxymethil cellulose polyelectrolyte complex change physically and
chemically compared to chitosan and sodium carboxymethylcellulose. The
swelling index of chitosan – sodium carboxymethylcellulose polyelectrolyte
complex was better than chitosan.
Futher study was subjected to obtain optimum chitosan – sodium
carboxymethylcellulose polyelectrolyte complex concentration as a matrix
of sustained release dosage form. The study was done by making four (4)
tablet formulas with the chitosan – sodium carboxymethylcellulose
polyelectrolyte complex matrix concentration 40%, 50%, 60% and 70%.
The method of tablet preparation is wet granulation. The effect of various
formulation process veriables, such as pollyelectrolyte complex content,
harness of tablet and drug release from these tablet was examined. Drug
release studies were conducted in 37oC hydrochloric acid solution pH 1,2
(2 hours) and buffer phosphat pH 7,4 (6 hours), with UV
spectrophotometer.
Dissolution profiles showed that higher concentration matrix caused
more prolonged atenolol release. The mechanisms released were
diffusional and erosional. The 70% matrix polyelectrolyte chitosan sodium carboxymethylcellulose concentration released atenolol 49,21% in
8 hours, so it could prolong atenolol release for 16 hours"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Bristian Putra
"ABSTRAK
Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi non steroid digunakan untuk mengobati
gangguan muskoskeletat dan sendi seperti Osteoarthritis. Kelarutan ketoprofen
yang rendah dalam air menjadi masalah utama dalam adsorbsi obat didalam
tubuh. Salah satu cara untuk meningkatkan kelarutan ketoprofen adalah membuat
komplek inklusi dengan betasiklodekstrin dengan menggunakan metode semprot
kering (spray drying) dengan perbandingan 1:1 dan 1:2. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui peningkatkan laju disolusi ketoprofen dalam bentuk kompleks
inklusi, dan karakterisasi komplek inklusi menggunakan FTIR, XRD dan DSC.
Laju disolusi diuji dalam dua medium aquadest dan dapar fosfat 0,05 M pH 7,5.
Hasil laju disolusi komplek inklusi Ketoprofen- β- Siklodekstrin (1:1) meningkat
sebesar 17,6 kali pada menit ke-5. Komplek inklusi Ketoprofen- β- Siklodekstrin
(1:2) meningkat 21,3 kali pada menit ke-5 dari laju disolusi ketoprofen murni.
Medium dapar fosfat 0,05 M pH 7,5 menunjukan peningkatan laju disolusi
sebesar 1,15 kali pada kompleks inklusi Ketoprofen- β- Siklodekstrin (1:1), dan
1,17 kali pada komplek inklusi Ketoprofen- β- Siklodekstrin (1:2). Karakterisasi
FTIR,XRD,dan DSC menunjukan penurunan derajat kristalin dan terbentuknya
komplek inklusi.

ABSTRACT
Ketoprofen is a nonsteroidal anti-inflamatory drug that is used for treating
muskoskeletat and joints disorders like Osteoarthritis. Low solubility ketoprofen
in water becomes a major issue in the adsorption of drugs in the body. A way to
increase the solubility of ketoprofen is to make an inclusion complex with
betacylodextrin using spray dried methods with a ratio 1:1 and 1:2. This study is
aimed to determine the increasing of the dissolution rate of ketoprofen in the form
of inclusion complex and characterization od inclusion cosists of FTIR,XRD and
DSC. Dissolution rate was tested in a medium distilled water and phosphate buffer
0,05 m pH 7,5. Results of the dissolution rate ketoprofen-betacyclodextrin
inclusion complex (1:1) increased by 17,6 times in the 5th minute. ketoprofenbetacyclodextrin
(1:2) increased by 21,3 times in the 5th minute of the dissolution
rate of pure ketoprofen. In phosphate buffer 0,05 M pH 7,5 dissolution rate
showed an increase of 1,15 times in ketoprofen-betacyclodextrin inclusion
complex (1:1), and 1,17 times in ketoprofen-betacyclodextrin inclusion complex
(1:2). Characterization FTIR, XRD and DSC showed a decrease in the degree of"
2016
S62766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>