Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56215 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yang Disa Karina
"Magnesium Askorbil Fosfat ( MAF ) sebagai antioksidan dan pelembab yang bersifat hidrofilik bila diformulasikan ke dalam lipstik dienkapsulasi terlebih dahulu menjadi liposom agar dapat mencapai lapisan dermis. Metode Reverse Phase Evaporation digunakan untuk membuat liposom MAF. Liposom dibuat tiga formula menggunakan lesitin dan kolesterol dengan perbandingan 10 : 1 (formula I), 10 : 2 (formula II), dan 10 : 3 (formula III) menghasilkan efisiensi penjerapan MAF sebesar 62,00 %, 67,26 %, dan 73,44 %. Formula III yang menghasilkan jerapan terbesar dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 0,496 μm diformulasikan ke dalam lipstik dan dibuat menjadi lima formula yang pengembangannya berdasarkan hasil evaluasi. Lipstik terbaik didapatkan dari formula V yang memenuhi kriteria penampilan fisik, tekstur polesan, homogenitas warna, kekerasan 152 1/10 mm, dan titik lebur 37,5°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32744
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yang Disa Karina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
FAR.028/09 Kar f
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachel Margareth
"Penggunaan MAF sebagai antioksidan dalam bentuk serbuk pada lipstik mengakibatkan rasa kurang nyaman sewaktu pemakaian serta penetrasi melewati stratum korneum akan lebih sulit. Diharapkan dengan menjerap vitamin C dalam liposom akan menghilangkan rasa tidak nyaman pada saat penggunaan lipstik dan dapat meningkatkan penetrasi vitamin C ke dalam stratum korneum. Liposom MAF dibuat dengan metode lapis tipis menggunakan lesitin dan kolesterol dalam perbandingan 200:80 dengan variasi lama sonikasi yaitu 10, 20 dan 30 menit dengan efisiensi penjerapan berturut - turut adalah 55.13%, 63.98%, 46.43%. Liposom dengan lama sonikasi 20 menit selanjutnya akan diformulasikan pada sediaan lipstik. Bentuk dan ukuran dari liposom yang dilihat dengan mikroskop optik dan particle size analyzer adalah bulat dengan ukuran 1,321 μm sebelum ekstruksi dan bulat dengan ukuran 1,204 μm setelah ekstruksi. Lipstik yang didapat memiliki suhu lebur pada 35.34°C dengan tekstur halus dan polesan yang homogen dengan warna merah marun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32745
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Septorini
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Deborah Valentia
"Penggunaan vitamin C pada kulit dapat memberikan efek antioksidan dengan cara memutuskan radikal bebas, yang merupakan zat yang berbahaya yang dibentuk dari pemaparan sinar uv, dimana bila tidak dicegah atau dikontrol, akan menyebabkan penuaan, pembentukan kanker, bahkan kerusakan sel. Dalam penelitian ini, natrium askorbil fosfat (NAF) yang merupakan salah satu derivat vitamin C yang stabil, dienkapsulasi ke dalam liposom untuk meningkatkan penetrasinya melalui stratum korneum ke bagian lapisan kulit yang lebih dalam. Pembuatan liposom ini menggunakan metode lapis tipis, dimana masing-masing formulanya dibuat dengan komposisi fosfatidilkolin:kolesterol yang berbeda (200:40 mg; 200:60 mg; 200:80 mg). Karakterisasi liposom yang diamati meliputi bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan persen penjerapan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjerapan obat dalam liposom dipengaruhi oleh jumlah kolesterol, dan persen penjerapan obat terbesar ialah pada liposom formula II dengan komposisi fosfatidilkolin:kolesterol 200:60 mg, yaitu menghasilkan penjerapan obat sebanyak 31,09%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardika Ardiyanti
"Magnesium askorbil fosfat (MAP) merupakan derivat dari asam askorbat yang lebih stabil dan berfungsi sebagai antioksidan. Dikarenakan sifatnya yang hidrofilik, MAP sulit berpenetrasi ke dalam kulit. Oleh karena itu, digunakan transfersom yang merupakan pembawa vesikel berbasis lipid yang memiliki kemampuan untuk berdeformasi sehingga dapat meningkatkan penetrasi dari MAP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan formulasi transfersom magnesium askorbil fosfat (MAP) dengan menggunakan Tween 20 dan Tween 80 sebagai surfaktan, serta membandingkan daya penetrasi MAP dari sediaan gel transfersom dan sediaan gel konvensional. Pembuatan transfersom dilakukan dengan menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Formula TMAP20 memiliki ukuran partikel rata-rata 588,37 nm, zeta potensial -25,8±4,19 mV, efisiensi penjerapan 68,276 % (metode ultrasentifugasi) atau 68,527 % (metode dialisis), dan indeks deformabilitas 759,869; sedangkan formula TMAP80 memiliki ukuran partikel rata-rata 582,68 nm, zeta potensial -22,3±5,01 mV, efisiensi penjerapan 66,830 % (metode ultrasentrifugasi) atau 60,734 % (metode dialisis), dan indeks deformabilitas 733,407. Jumlah kumulatif MAP yang terpenetrasi dari gel transfersom adalah 5293,575±9,99 μg/cm2 atau 35,271±0,76 % dengan fluks 618,53±2,57 μg cm-2 jam-1; sedangkan jumlah kumulatif MAP yang terpenetrasi dari sediaan gel konvensional adalah 632,441±6,23 μg/cm2 atau 4,316±0,05 % dengan fluks 56,83±0,43 μg cm-2 jam-1

Magnesium ascorbyl phosphate is a more-stable derivative of ascorbic acid that is used as antioxidant. Due to its hydrophiilicity, MAP is difficult to penetrate accross the skin. Therefore, it is used transfersome which is deformable lipid based vesicle carrier to enhance penetration of MAP. The purpose of this research is to obtain formulation of Magnesium ascorbyl phospate (MAP)-loaded tranfersome using Tween 20 and Tween 80 as surfactant; and to compare the penetration ability of MAP between tranfersomal gel and conventional gel. Preparations of transfersome is using thin film hydration method. Formula TMAP20 has average particle size 588,37 nm, zeta potential -25,8±4,19 mV, entrapment efficiency 68,276 % (ultracentrifugation method) or 68,527 % (dialysis method), and deformability index 759,869; meanwhile formula TMAP80 has average particle size 582,68 nm, zeta potential -22,3±5,01 mV, entrapment efficiency 66,830 % (ultracentrifugation method) or 60,734 % (dialysis method), and deformability index 733,407. Total cumulative penetration of MAP from transfersomal gel is 5293,575 ± 9,99 μg/cm2 which is equivalent to 35,271±0,76 % and its flux is 618,53±2,57 μg cm-2 hour-1; meanwhile total cumulative penetration of MAP from conventional gel is 632,441±6,23 μg/cm2 which is equivalent to 4,316±0,05 % and its flux is 56,83±0,43 μg cm-2 hour-1.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Thohiroh
"Warna gelap pada bibir disebabkan oleh adanya paparan oksidan yang dapat diatasi dengan senyawa antioksidan. Xanton merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Namun, xanton bersifat semi-hidrofilik dengan log P 3,39, yang membuat xanton sulit untuk bercampur dengan basis lipstik yang bersifat lipofilik. Oleh karena itu, xanton dibuat dalam bentuk transfersom agar dapat bercampur dengan basis lipstik serta dapat mencapai lapisan dermis bibir sehingga mampu mengatasi masalah kerusakan bibir akibat bahan-bahan pengoksida. Transfersom xanton dibuat menggunakan fosfatidilkolin dengan tiga surfaktan non-ionik, yaitu Span 20, Span 60, dan Span 80 dengan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom xanton menggunakan span 20 menghasilkan indeks deformabilitas 47,04 dengan efisiensi penjerapan xanton sebesar 89,90 %. Pada penggunaan span 60, dihasilkan indeks deformabilitas 23,19 dengan efisiensi penjerapan 63.84 % dan pada span 80 dihasilkan indeks deformabilitas 25,98 dan efisiensi penjerapan 74.80 %. Transfersom xanton dengan span 20 yang menghasilkan jerapan terbesar serta karakterisasi yang terbaik, diformulasikan ke dalam lipstik dan dibandingkan dengan lipstik yang mengandung xanton serbuk. Lipstik transfersom yang dihasilkan memiliki kekerasan senilai 65 (1/10 nm) dengan suhu lebur 53,8 °C, bersifat tidak iritatif, dan memberikan polesan yang homogen dengan warna merah muda.

The dark color in lips is caused by exposure to oxidants that can be overcome by antioxidant compounds. Xanthone has strong antioxidant activity. However, xanthone as semi-hydrophilic compound with log P value is 3,39, is difficult to mix with lipstick bases which are lipophilic. Therefore, xanthone made in the form of transfersome to be mixed with lipstick bases and also reach the lips dermis layer so that it can overcome the problem of lips damage as a result of oxidizing materials. Transfersomal xanthone made using phosphatidylcholine with three non-ionic surfactants, Span 20, Span 60, and Span 80 with a thin layer hidration method. Transfersomal xanthone using span 20 produces deformability index 47,04 and entrapment efficiency 89,90 %. On the use of span 60, resulting deformability index 23,19 and entrapment efficiency 63.84 % while on the use of span 80 shown deformability index 25,98 and entrapment efficiency 74.80 %. Transfersomal xanthone using span 20 which generate the highest entrapment efficiency and the best characterization, is formulated into a lipstick and compared with lipstick that contains xanthone powder. The transfersomal lipstick has rigidness 65 (1/10 nm) with melting point temperature 53,8 °C, non-irritative, and provide a pink homogeneous polish texture.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Priyo Yunianto
"Curcumin, suatu polifenol yang berasal dari rhizoma kunyit yang digunakan sebagai obat herbal dan bumbu masak, memiliki banyak efek farmakologis yang menguntungkan, diantaranya sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikarsinogenik dan hepatoprotektif. Selain itu juga merupakan suatu antiradikal bebas yang poten dan memiliki aktivitas menghambat peroksidasi lipid. Meskipun memiliki efek farmakologi yang menguntungkan, curcumin memiliki bioavailabilitas yang buruk apabila diberikan per oral, sehingga penggunaannya terbatas. Disamping itu, curcumin mengalami transformasi selama absorpsi melalui usus. Dalam penelitian ini, formulasi liposom curcumin dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan absorpsi dan untuk melindungi curcumin dari biotransformasi. Liposom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis, dimana setiap formula memiliki komposisi soluthin MD:kolesterol:curcumin yang berbeda (700:30:10 dan 525:30:10). Liposom diperiksa bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan penjerapan obat dalam liposom. Hasil menunjukkan bahwa curcumin dari liposom formula I terinkorporasi dalam fase lipid dan memiliki penjerapan 84,55%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Purnamasari
"Magnesium dan paduannya memiliki sifat biokompatibilitas yang baik dan karakteristik mirip dengan tulang, sehingga baik digunakan sebagai implan tulang di bidang ortopedi. Namun, reaktivitas yang tinggi menyebabkan magnesium dan paduannya mudah mengalami korosi. Salah satu modifikasi permukaan untuk meningkatkan ketahanan korosi pada magnesium dan paduannya adalah plasma elektrolisis atau disebut juga plasma electrolytic oxidation (PEO). Meningkatnya ketahanan korosi yang drastis pada paduan Mg menyebabkan sulitnya terbentuk mineral tulang apatit. Pada penelitian ini, proses PEO pada paduan Mg seri AZ31B dimodifikasi dengan penambahan serbuk nano apatit di dalam elektrolit Na3PO4-KOH. Penyisipan apatit di dalam lapisan diamati dengan memvariasikan waktu proses PEO yaitu 10, 15, dan 20 menit. Sel elektrolisis diberi perlakuan ultrasonikasi selama proses PEO (UPEO) untuk meningkatkan jumlah penyisipan apatit ke dalam lapisan. Berdasarkan hasil XRD, fasa Mg, Mg3(PO4)2, dan MgO terdeteksi pada semua lapisan, dan tambahan fasa Ca5(PO4)3OH terdeteksi pada lapisan UPEO. Hal ini didukung dengan komposisi Ca yang lebih tinggi pada hasil analisis EDS di lapisan UPEO dibandingkan lapisan PEO. Perlakuan ultrasonikasi menghasilkan permukaan lapisan dengan porositas 44% lebih tinggi. lapisan PEO dan UPEO menghasilkan kekerasan 3-5 kali dari substrat. Uji polarisasi menunjukkan nilai rapat arus korosi (Icorr) terendah dimiliki oleh sampel yang dilapisi selama 20 menit. Demikian pula data EIS menunjukkan nilai hambatan total (Rp) paling tinggi pada sampel yang dilapisi selama 20 menit. Analisis EDS setelah uji bioaktivitas di larutan ringer laktat termodifikasi, konsentrasi Ca pada lapisan PEO dan UPEO meningkat.

Magnesium and its alloys exhibit good biocompatibility and similar characteristics to bone, making them suitable for use as bone implants in the orthopedic field. However, its high reactivity causes magnesium and its alloys easily corrode. One of the surface modifications to increase the corrosion resistance of magnesium and its alloys is plasma electrolysis or also known as Plasma Electrolytic Oxidation (PEO). The drastic increase in corrosion resistance in Mg alloys makes it difficult to form apatite bone mineral. In this study, the PEO process in the Mg alloy AZ31B series was modified by adding apatite nanopowder in the Na3PO4-KOH electrolyte. The insertion of apatite in the layer was observed by varying the PEO processing time, namely 10, 15, and 20 minutes. The electrolyzed cell was ultrasonicated during the PEO (UPEO) process to increase the amount of apatite insertion into the coating. Based on XRD results, Mg, Mg3(PO4)2, and MgO phases were detected in all layers, and additional Ca5(PO4)3OH phases were detected in the UPEO layer. This is supported by the higher Ca composition in the EDS analysis results in the UPEO layer compared to the PEO layer. The ultrasonication treatment resulted in a coating surface with 44% higher porosity. PEO and UPEO coatings produce a hardness of 3-5 times that of the substrate. The polarization test showed that the lowest corrosion current density (Icorr) was owned by the coated sample for 20 minutes. Similarly, the EIS data showed the highest total resistance value (Rp) in the samples that were coated for 20 minutes. EDS analysis after the bioactivity test in modified Ringer's lactate solution, the concentration of Ca in the PEO and UPEO layers increased compared to before the test."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Kristianto
"Salah satu metoda untuk mengurangi limbah fosfat adalah dengan menggunakan adsorben yang memiliki daya adsorpsi tinggi dan selektif. Adsorben seperti ini dapat disintesis dengan metode ion imprinted polymer. Mula-mula kitosan dimodifikasi membentuk kitosan suksinat dan ditambahkan ion besi, Fe (III) membentuk kompleks Fe (III) kitosan suksinat. Kemudian kompleks ini ditambahkan fosfat dan diikat silang dengan menggunakan MBA. Selanjutnya fosfat dikeluarkan dengan KOH, sehingga membentuk rongga selektif untuk ion fosfat. Selanjutnya ion imprinted polymer yang terbentuk diteliti kinerja adsorpsinya terhadap ion ortofosfat pada berbagai variasi eksperimen yang dilakukan dalam sistem SPE (Solid Phase Extraction). Adsorpsi fosfat optimum tercapai pada kondisi konsentrasi 4,0 ppm dengan % adsorpsi 84,865 % ; pH 3,0 dengan % adsorpsi 84,865 % ; kecepatan alir 0,5 mL/menit dengan % adsorpsi 85,936 % ; massa adsorben 0,2 gram dengan % adsorpsi 89,43 %. Selain itu gangguan dari ion bikarbonat dan sulfat tidak berpengaruh secara signifikan dalam proses adsorpsi ion fosfat, yang masing-masing penurunanya berkisar 8 % dan 5 %. Berdasarkan percobaan interaksi adsorbat-adsorben mengikuti pola isotherm adsorpsi Freundlich dengan R² = 0,9958 dan konstanta adsorpsi (k) yang diperoleh untuk adsorpsi ion fosfatsebesar 0,4075, sedangkan nilai konstanta n adalah 0,6985. Persen Recovery pada sistem ini sangat tinggi, yaitu 96 %.

One method to reduce phosphate waste is to use selective adsorbent. Such adsorbents can be synthesized by the method of ion imprinted polymer. Modified chitosan was used to adsorb phosphate existing in waste like any aquatic environment. Chitosan succinate, phosphate, MBA (Methylene Bis Acrylamide) is used as a monomer, mold and crosslinking agent. Initially established modified chitosan and chitosan succinate added iron ions, Fe (III) to form complexes of Fe (III) chitosan succinate. Then the complex Fe (III) phosphate and chitosan succinate was added subsequently issued with KOH phosphate to form cavities for ion selective phosphate. Once the cavity is formed, the complex Fe (III) crosslinked chitosan succinate by using the MBA. Phosphate absorption by polymers that have been printed with phosphate higher when compared with non-printed polymer and chitosan. Furthermore ion imprinted polymer studied the adsorption performance in the SPE (Solid Phase Extractionsystem). Phosphate adsorption is achieved at optimum conditions with the concentration of 4.0 ppm with % adsorption 84.865%; pH 3.0 with % adsorption 84.865%; flow rate of 0.5 mL / min with % adsorption 85.936%; adsorbent mass of 0.2 grams with % adsorption 89.43%. Besides disruption of bicarbonate and sulfate ions did not significantly in the process of adsorption of phosphate ions, each of which reduction around 8% and 5%. Based on the experimental adsorbate-adsorbent interactions follow the pattern of Freund lich adsorption isotherm with R² = 0.9958 and adsorption constants (k) obtained for the adsorption of phosphate ions at 0.4075, while the value of the constant n is 0.6985. Percent Recovery on the system is very high, at 96%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S54255
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>