Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183665 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nindya Nugerahdita
"ABSTRAK
Kelurahan Petamburan khususnya RW 01, 02 dan 03 sebagian besar wilayahnya merupakan daerah rawan banjir dengan keadaan sosial ekonomi rendah sehingga memungkinkan tingginya prevalensi penyakit kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit pada beberapa RW di kelurahan Petamburan dan pengobatan serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Data didapatkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan responden yang mewakili keluarganya. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kulit sebesar 47,57% dari 103 keluarga yang diamati, dengan jenis yang terbanyak adalah penyakit kulit akibat jamur (71,43%) dan sisanya adalah infeksi kulit oleh bakteri (28,57%). Tindakan pengobatan terbesar yang dilakukan penderita penyakit kulit adalah swamedikasi dengan obat modern (37,50%), sedangkan lainnya berobat ke fasilitas kesehatan (33,93%), tidak melakukan pengobatan (21,43%), dan swamedikasi dengan obat tradisional (7,14%). Uji statistik korelasi Spearman dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05 menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat ekonomi dengan kejadian penyakit kulit dan tindakan pengobatan penyakit kulit namun tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian penyakit kulit dan tindakan pengobatan penyakit kulit.

ABSTRACT
Most of area in Kelurahan Petamburan particularly in RW 01, 02 and 03 was flood area with low socio-economic condition, which cause possibility of high prevalence of skin diseases. The aim of this study was to determine prevalence of skin diseases in several RWs in Kelurahan Petamburan, the treatment and factors affecting them. The data was collected by interviewing the respondents whom represent their families using questionnaire. The result showed that skin diseases accounted for 47.57% of 103 families, with the largest number of spesific skin disease was fungal infections (71.43%) and the rest were bacterial infections (28.57%). The most often method of treatment that used by respondents was self treatment with modern medicine (37.50%) while the other methods were treatment in public health care (33.93%), no action (21.43%) and self treatment with traditional medicine (7.14%). Statistical test (Spearman's correlation) with level of significance (a) 0.05 showed that there was an association between economic level and skin disease and method of treatment but no association between education level and skin disease and method of treatment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32403
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irsalina Rahmawati
"Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit infeksi yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sp Angka Kejadian DBD di Kelurahan Cempaka Putih Barat tergolong tinggi sehingga perlu dilakukan pengendalian vektornya salah satunya dengan pemberantasan container tempat perkembangbiakan Aedes sp Jenis container dibagi menjadi dua yaitu TPA keperluan sehari hari dan TPA bukan keperluan sehari hari Penelitian ini merupakan studi cross sectional bertujuan mengetahui persebaran jenis container dan keberadaan larva Aedes sp pada berbagai jenis container di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat yang memiliki karakteristik yang berbeda Pemukiman RW 03 adalah pemukiman yang tidak padat sedangkan RW 07 adalah pemukiman padat penduduk Data diambil menggunakan single larva method dan dianalisis menggunakan Chi Square Pada RW 03 didapatkan HI CI dan BI berturut turut 17 7 6 dan 23 dan 20 9 5 dan 22 di RW 07 Di RW 03 ditemukan 302 container dan di RW 07 ditemukan 230 container bak mandi merupakan jenis container terbanyak pada kedua RW Uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva Aedes sp pada jenis container TPA keperluan sehari hari pada kedua RW p 0 321 dan terdapat perbedaan bermakna antara keberadaan larva Aedes sp pada jenis container TPA bukan keperluan sehari hari pada kedua RW p 0 006 Disimpulkan kepadatan dan penyebaran vektor DBD di RW 03 dan RW 07 Cempaka Putih Barat tinggi dan keberadaan larva Aedes sp berhubungan dengan jenis container TPA bukan keperluan sehari hari Kata kunci Cempaka Putih Barat container DBD larva Aedes sp RW 03 RW 07

Dengue Haemorrhagic Fever DHF is an infectious disease which is transmitted by Aedes sp Incidence of DHF in Kelurahan Cempaka Putih Barat is one of the highest so it is necessary to control vectors rsquo breeding place Container is divided into two types daily necessity container and non daily necessity container This cross sectional study aimed to identify the distribution of container and the presence of Aedes sp larvae on types of container in RW 03 and RW 07 which have different characteristic RW 03 is not densely populated residential different with RW 07 which is a densely populated residential The data was taken with single larval method and analyzed by Chi Square test In RW 03 House Index 17 Container Index 7 6 and Breteau Index 23 while in RW 07 House Index 20 Container Index 9 5 and Breteau Index 22 In this study there were 302 containers in RW 03 while in RW 07 there were 230 containers Tube is the most frequent container in RW 03 and RW 07 Statistically there were no significant difference between the presence of larvae with daily necessity container in RW 03 and RW 07 p 0 321 and there were significant difference between the presence of larvae with non daily necessity container in RW 03 and RW 07 p 0 006 In conclusion the distribution and density of DHF vector in RW 03 and RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat are considered high and the presence of Aedes sp larvae is related with non daily necessity container Keywords Cempaka Putih Barat container DHF Aedes sp larvae RW 03 RW 07 "
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artasya Karnasih
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit tular vektor oleh virus dengue dengan vektor Aedes sp. Cempaka Putih Barat tergolong salah satu kelurahan dengan jumlah kasus DBD yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengendalian vektor dengan memberantas tempat berkembangbiak nyamuk Aedes sp., yaitu container luar rumah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui sebaran container luar rumah dan keberadaan larva Aedes sp di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat. RW tersebut dipilih karena homogenitas karakteristik pemukiman, dimana RW 03 dihuni oleh rumah besar dengan jarak rumah yang lebar dan RW 07 dihuni oleh rumah kecil, padat dengan jarak rumah yang sempit. Penelitian menggunakan desain cross sectional dan survei larva menggunakan single larva method. Di RW 03 ditemukan enam puluh container luar rumah dengan empat belas jenis container dan terbanyak ember. Larva paling banyak ditemukan di tong. Di RW 07 ditemukan 31 container luar rumah dengan sepuluh jenis container dan terbanyak kolam/akuarium. Larva paling banyak ditemukan di drum dan kaleng bekas. Dengan demikian container luar rumah lebih banyak ditemukan di RW 03 tetapi berdasarkan uji statistik didapatkan container luar rumah positif larva lebih banyak di RW 07 (25,8%) daripada di RW 03 (8,3%) dengan (p=0,024), dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna keberadaan larva Aedes sp. pada container luar rumah di RW 03 dan RW 07 Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a vector-borne disease by dengue virus and Aedes sp. as vector. West Cempaka Putih as one of district that the number of dengue cases are high. Therefore it is necessary to control the vector by eradicating potential breeding ground for Aedes sp. mosquitoes, container outside the house.The aim of study to identify the distribution of outdoor container and the presence of Aedes sp. larvae in RW 03 and RW 07 Cempaka Putih Barat. These was chose because homogenity of settlement characteristic that RW 03 is populated by people with big house and distance between houses are far. RW 07 is populated by people with small house and distance between houses are quite close. This study used cross sectional design and survey of larvae used single larvae method. In RW 03 was found sixty outdoor containers, fourteen types of container with most frequent container is bucket and larvae most commonly found in cans. In RW 07 was found thirty one outdoor containers, ten types of container with most frequent container is pond/aquarium and larvae most commonly found in the drums and tin cans. Thus the outdoor container is more commonly found in RW 03, but based on statistic test found that the number of containers with larvae in RW 07 (25,8%) is higher than in RW 03 (8.3%) with (p = 0.024). It can be concluded that there are significant differences in the existence of Aedes sp. larvae in the outdoor container between RW 03 and RW 07 West Cempaka Putih."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratu Lucky Indah Baskara Putri
"Penyakit kulit sering kali muncul pada komunitas padat penghuni dan prevalensi penyakit kulit masih tergolong tinggi di negara berkembang terutama di Indonesia. Di sebuah Pesantren yang terletak di Jakarta Timur, prevalensi penyakit kulit dilaporkan tinggi. Perilaku higienis diduga menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi penyakit kulit di Pesantren tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi penyakit kulit di Pesantren yang terletak di Jakarta Timur serta hubungannya dengan perilaku higienis murid Pesantren atau Santri. Studi cross sectional ini dilakukan terhadap 184 santri sebagai subjek dari penelitian. Kuesioner yang berkaitan dengan perilaku higienis diisi oleh Santri, selanjutnya Santri akan diperiksa status kesehatan kulitnya oleh dokter spesialis kulit.
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter spesialis kulit menunjukkan, 144 Santri 78,3 memiliki berbagai jenis penyakit kulit dengan 69 Santri di antaranya 37,5 memiliki penyakit kulit infeksius sementara 75 Santri lainnya 40,8 memiliki penyakit kulit non-infeksius. Jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong baik adalah 107 Santri 81,7 , sementara jumlah Santri yang memiliki penyakit kulit dengan perilaku higienis yang tergolong kurang baik adalah 37 Santri 69,8 . Tes Chi-Square menunjukkan perbedaan yang signifikan antara prevalensi penyakit kulit infeksius dengan perilaku higienis p = 0.008 . Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prevalensi penyakit kulit dengan perilaku higienis Santri.

Skin diseases often arise among crowded community and the prevalence of skin diseases is still high in developing country particularly in Indonesia. In a Pesantren that is situated in East Jakarta, a high prevalence of skin diseases is reported. Hygienic behavior of the individuals evidently plays a role in the prevalence of skin diseases. The objective of this research is to know the prevalence of skin diseases in a Pesantren in East Jakarta and its relation with hygienic behavior of the Pesantren students or called Santris. This cross sectional study was conducted among 184 Santris as the subjects of this research. The questionnaires regarding hygienic behavior are completed by the Santris and thereafter the Santris are examined by dermatologists.
The examination result by dermatologists reveals approximately 144 Santris 78.3 experience various kinds of skin disease 69 Santris 37.5 with infectious skin disease while the other 75 Santris 40.8 experience non infectious skin disease. The number of Santris with infectious skin disease in poor hygiene is 107 Santris 81.7 and the number of Santris with skin disease in good hygieneis 37 Santris 69.8 . Chi Square test indicates significant difference between the prevalence of skin diseases and hygienic behavior p 0.008 . Therefore, there is a relation between the prevalence of skin diseases and the Santris rsquo hygienic behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soenarto
"ABSTRAK
Arus urbanisasi yang masuk ke kota Jakarta dalam tiga dasawarsa terakhir ini dirasakan meningkat dengan pesat.. Sedangkan perencanaan kota Jakarta belum secara rinci tertata, di samping itu perangkat pengawasan pembangunan kota juga masih dirasakan kurang memadai. Ketiga hal tadi mengakibatkan tumbuhnya banyak kawasan tak terencana (unplanned area). Kawasan ini kekurangan fasilitas umum namun padat penduduknya, sehingga menjadi kawasan kumuh dan telah melampaui batas daya dukung lingkungannya.
Program perbaikan Kampung Proyek Muhamad Husni Thamrin merupakan upaya Pemerintah dalam menaikkan kualitas lingkungan yang telah cenderung menurun akhir-akhir ini serta meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya. Dalam bidang sanitasi lingkungan, Pemerintah telah banyak membangun MCK.
Tujuannya adalah untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya mudah dikendalikan dan pencemaran lingkungan dapat dibatasi, serta memudahkan pengadaan air bersih (PAM).Di samping itu juga untuk melestarikan budaya mandi bersama, seperti di daerah asal mereka.
Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas hunian baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur maupun kakus. Kawasan itu terutama dihuni oleh warga masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang cenderung tidak dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun kakus atau kamar mandi sendiri. Apalagi mereka belum mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, yang mempunyai kaitan erat dengan kualitas air tanah.
Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan pengamatan dan wawancara yang terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan sarana komunal pembuangan tinja dan kaitannya dengan kepadatan, pendapatan, pembuangan limbah sabun serta pola penggunaan air.
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah :
(i) Bagaimana warga masyarakat mengelola MCK untuk mencapai sasaran pembangunannya ? (ii) Apakah MCK yang dimaksud telah sesuai dengan upaya untuk peningkatan kesejahteraan warga masyarakat ?
Untuk itu dirumuskan suatu hipotesis bahwa
1. Pola pemanfaatan sarana komunal pembuangan tinja akan bermanfaat apabila berada di tengah lingkungan permukiman yang padat dan masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Pola pembuangan limbah sabun tidak akan berbeda antara sebelum dengan setelah pembangunan MCK.
3. Pola pengambilan air tanah dangkal oleh penduduk akan berbeda antara sebelum dengan setelah pembangunan MCK. Hipotesis dimaksud perlu diuji dan dianalisis secara statistik.dengan menggunakan Chi-square, guna membuktikan kebenaran hipotesis dimaksud.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (i) dari 19 MCK yang diteliti telah dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat; (ii) tingkat kepadatan, tingkat pendapatan serta tingkat pendidikan warga masyarakat di sekeliling MCK mempengaruhi pemanfaatan aarana komunal pembuangan tinja; (iii) tingkat pendidikan dan penghasilan warga masyarakat mempengaruhi pengambilan air tanah dangkal, tetapi tidak berpengaruh terhadap kebutuhan akan kakus perorangan; (iv) adanya MCK tidak mempengaruhi pengadaan sumur pampa disekelilingnya serta tidak mengurangi pencemaran air permukaan akibat pembuangan limbah sabun.
Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembuatan MCK telah menunjukkan hasilguna walaupun belum berdayaguna secara optimal. Untuk mendapatkan dayaguna yang optimal dirasakan perlu untuk meninjau kembali rancang bangun MCK dan mengajak masyarakat ikut berperan serta dalam rekayasanya. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang rekayasa tangki terpadu untuk menampung limbah sabun dan tinja. Upaya ini bertujuan mencari alternatif mengurangi dan menghilangkan pencemarannya terhadap air permukaan dan lingkungan hidup.

ABSTRACT
The very rapid growth of the Jakarta population within the last three decades necessitates solutions to accommodate them in the form of decent settlement including infrastructure and new employments. However, appropriate detailed city planning is not yet available. Those factors led to unplanned accommodations in areas lacking in public facilities. Hence, it became densely populated areas and finally degraded into slum area that had exceeded its carrying capacity.
The Jakarta city government had introduced Kampung Improvement Program (KIP), as one of a number of activities for improving the deteriorating environmental quality in the slum areas and for the improvement of total human development. In the sector of environmental sanitation, a lot of public latrines (MCK's) have already been built, both by the Municipal Government of DKI Jakarta and by self-help of the community.
The objectives of these MCKs is to communalize public bathing, washing and toilet facilities under one roof and also localizing human and detergent waste disposal to mini mite ground water and soil pollution. The MCK's have been provided with treated water and also used as a place for communication with one another by all users of the facility.
At the densely populated slum area, the floors of most of the houses are below the standard. That is why it is hard to find an open space to build a sanitary latrine and to install a shallow well pump. This slum area is inhabited by the low-income people, so they are not able to save part of their income to build a toilet, and also unable to install a private shallow well pump. They have not got any health education concerning environmental sanitation including ground water quality.
This research was done to gather information on the correlation between usage of communal human waste disposal and the population characteristics, level of spatial density, income and formal education, detergent waste and pattern of water usage by the people_
Main research problems investigated are: (i) how the slum dwellers manage the MCKs in order to achieve the objective? (ii) Whether the MCK are appropriate for the improvement welfare of the slum dwellers ?
Based on those problems, the research hypotheses were formulated as follows:
1. Usage of the MCKs can be obtained and optimal zed, if the MCKs were placed around houses of those with low income.
2. There is no difference in the condition of deter-gent waste, before and after the MCKs were built.
3. There were differences concerning the pattern of surface water use by the slum dwellers before and after the MCKs were built.
This research is designed as a descriptive research. Primary data were gathered using structured questionnaire from those people who are using the 19 MCKs located in Kelurahan Petamburan, the administrative area of Central Jakarta. Analysis were done statistically using the Chi-square methods to test the above mentioned hypotheses.
Several important results of the analysis, were as follows:
1. The 19 MCKs had fulfilled their objective, based on the answers from the majority of respondents, who had expressed satisfaction in using the MCKs.
2. The level of MCK's usage was affect by the spatial density and their level of formal education and in-come.
3. Exploitation of groundwater was affect by the level of income and formal education of the slum dwellers.
4. Needs for private toilets were not affect by the level of income and formal education of the dwellers.
5. The existence of the MCKs had not affected the building of the well around the MCKs.
6. The existence of the MCKs didn't affect groundwater pollution caused by detergent waste.
In general, the results of the research analysis indicated that the MCK was very useful for the slum dweller. To obtain the optimum results, the MCK still needs improvement in its design. In this matter, more involvement of the slum dwellers as MCK`s users is required in the design phase which would be a helpful input. To seek other alternatives in order to eliminate the groundwater pollution, further research is needed in the future on the design of tanks for both the detergent waste and human feces container.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Bela Dina
"Indonesia khususnya DKI Jakarta adalah daerah endemis DBD. Pemberantasan Aedes sp. paling efektif dilakukan pada stadium larva. Larva Aedes sp. banyak ditemukan pada container tempat penampungan air (TPA) terutama di daerah padat penduduk.
Penelitian ini berdesain cross sectional analitik observasional dan bertujuan mengetahui keberadaan larva Aedes sp. pada berbagai container TPA dan sebaran jenis container TPA di RW 03 (daerah dengan ukuran rumah besar dengan jarak berjauhan) dan RW 07 (daerah dengan ukuran rumah kecil dan jarak berdekatan) Kelurahan Cempaka Putih Barat.
Penelitian dilakukan pada Maret 2010 dengan single larval method pada seratus rumah warga RW 03 dan RW 07. Pada RW 03 ditemukan 232 TPA, tujuh jenis TPA (terbanyak bak mandi), dan sembilan belas TPA positif larva. Pada RW 07 ditemukan 177 TPA, delapan jenis TPA (terbanyak bak mandi), dan sepuluh TPA positif larva. Uji Chi square menunjukkan nilai p = 0,321.
Jumlah TPA positif larva lebih banyak di RW 03 (8,18%) dibandingkan di RW 07 (5,64%) tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna pada keberadaan larva Aedes sp. di TPA pada kedua RW. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara kepadatan penduduk dan keberadaan larva Aedes sp.

Indonesia, especially DKI Jakarta is an endemic area of dengue haemorrhagic fever. Eradication of Aedes sp. is most effectively done in larvae stadium. Aedes sp. larvae is commonly found in water reservoirs especially in densely populated areas.
This analytical observasional cross sectional study is conducted to examine the presence of Aedes sp. larvae inside of various water reservoirs in RW 03 (low densed populated area) and RW 07 (high densed populated area) Kelurahan Cempaka Putih Barat.
The study is conducted on March 2010 using single larval method in 100 houses of RW 03 and RW 07. In RW 03 there are 232 water reservoirs and 7 types of water reservoir (most common found is tub). Nineteen water reservoirs are larvae positive. In RW 07 there are 177 water reservoirs and 8 types of water reservoir (most common found is tub). Ten water reservoirs are larvae positive. Chi square test results in p = 0,321.
The number of larvae positive water reservoirs is higher in RW 03 (8,18%) than in RW 07 (5,64%) but there is no significant difference of the presence of Aedes sp. larvae in water reservoirs in both RW. The conclusion is there is no correlation between density of populations and presence of Aedes sp. larvae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Mardiah
"Kasus Demam Berdarah Dengue DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya yaitu Jakarta Cempaka Putih merupakan salah satu zona merah kasus DBD yang terdapat di Jakarta Pusat Vektor penyakit DBD yaitu nyamuk Aedes sp dengan tempat perkembangbiakan terseringnya yaitu kontainer dalam rumah Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional melalui survey larva secara single larval method terhadap kontainer dalam rumah di dua RW Kelurahan Cempaka Putih Barat dengan karakteristik pemukiman yang berbeda RW 03 memiliki karakteristik pemukiman menengah ke atas dengan jarak antar rumah yang cukup jauh dan RW 07 dengan karakter pemukiman menengah ke bawah dan jarak antar rumah yang dekat
Hasil penelitian menunjukkan jumlah kontainer dalam rumah pada RW 03 242 kontainer lebih banyak dari RW 07 199 kontainer dengan jenis kontainer terbanyak yaitu bak mandi di kedua RW tersebut Begitu juga dengan jumlah kontainer dalam rumah positif larva pada RW 03 delapan belas kontainer lebih banyak dari RW 07 empat belas kontainer dengan jenis kontainer dalam rumah positif larva terbanyak juga bak mandi Hasil uji kemaknaan Chi square p 0 86 menunjukkan keberadaan larva Aedes sp antara kedua RW tersebut tidak memiliki perbedaan bermakna Ini menunjukkan bahwa keberadaan larva tidak berhubungan dengan karakteristik pemukiman kedua RW tersebut.

Dengue Hemorragic Fever DHF is still be one of the public health problem in Indonesia especially in Jakarta Cempaka Putih is one of the red zone of DHF in Central Jakarta DHF is a vector borne disease carried by Aedes sp mosquitos as the vector the most dominant breeding place of which is in indoor containers This research was using cross sectional method to identify the distribution of indoor containers and the existence of Aedes sp larvae in two regions in Kelurahan Cempaka Putih Barat which have different characteristic of settlement The characteristic of RW 03 is upper middle class settlement with distance between houses are far enough and RW 07 consists of lower middle class settlement with distance between houses are quite close
The result of this research showed indoor containers found in RW 03 242 containers more than RW 07 199 containers with bathtub as the most frequent types of containers Also the indoor containers with positive larvae larvae were found in RW 03 eighteen containers more than in RW 07 fourteen containers with bathtub as the most frequent types of containers with positive larvae In conclusion based on the results of statistical tests p 0 86 the existence of Aedes sp larvae in indoor containers in the two regions is not significantly different It means that the existence of larvae was not related to the characteristics of the two regions
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redidzia Hernandi
"Penelitian ini membahas dinamika politik identitas dan persepsi sense of place masyarakat di Kelurahan Petamburan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan mengelaborasi landasan teori sense of place, konsep sistem religi dan kategorisasi politik identitas. Hasil penelitian ditemukan politik identitas di Petamburan dipengaruhi oleh sistem religi masyarakat terkait sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan penganut keagamaan yang kuat. Kultur masyarakat yang religius membuat pimpinan keagamaan mendapatkan peran dominan dalam penyebaran pandangan politik keagamaan di Petamburan. Faktor pendukung lainnya persepsi sebagai pihak yang terdampak secara langsung dari kebijakan BP terkait aturan hewan kurban dan digencarkannya program pembangunan rumah susun yang menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Dua faktor tersebut menumbuhkan emosi keagamaan yang mengarah ke politik identitas. Selanjutnya, dimensi sense of place masyarakat di Kelurahan Petamburan merasakan adanya sense of place dengan faktor yang paling dominan adalah place attachment, place dependence dan place identity. Sense of place yang dirasakan para informan sangat kuat yang membuat mereka memilih untuk tetap bermukim di Petamburan.

This research discusses the dynamics of identity politics and perceptions of the sense of place community in Petamburan Village. The research method used is descriptive qualitative by elaborating the theoretical basis sense of place, the concept of a religious system, and the categorization of identity politics. The results of the study found that identity politics in Petamburan was influenced by the community's religious system related to belief systems, religious ceremonial systems, and strong religious adherents. The religious culture of society makes religious leaders get a dominant role in spreading religious-political views in Petamburan. Another supporting factor is the perception of being a party directly affected by BP's policy regarding the rules for sacrificial animals and the intensification of the apartment development program which has raised public concern. These two factors foster religious emotions that lead to identity politics. Next, dimensions of sense of place The people in the Petamburan Village feel this sense of place with the most dominant factor being place attachment, place dependence, and place identity. The sense of place that the informants felt was very strong which made them choose to stay in Petamburan."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Fitri Islami
"Pesantren, asrama islam di Indonesia, mempunyai risiko yang cukup tinggi dalam penyebaran penyakit kulit infeksius karena sanitasi yang kurang dan tempatnya yang ramai. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui prevalensi dari penyakit kulit infeksius dan menganalisa hubungannya dengan pengetahuan mengenai kebersihan. Riset ini dilakukan di sebuah pesantren yang bertempatkan di Jakarta Timur dan menggunakan desain pembelajaran cross sectional. Data yang dibutuhkan diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tim dokter kulit dari RSCM serta pengisian kuisioner oleh santri dan santriwati. Riset ini dilakukan dari bulan Januari 2013 hingga Juli 2014. Data yang terkumpul diolah menggunakan SPSS 21 dan diuji menggunakan uji Chi-square serta uji Kolmogorov Smirnof.
Hasil dari riset ini menunjukkan bahwa prevalensi dari penyakit kulit infeksius di antara santri dan santriwati di sebuah pesantren di Jakarta Timur adalah 37.5% dengan tidak adanya hubungan yang signifikan antara penyakit kulit infeksius dan pengetahuan mengenai kebersihan.

Pesantren, an Islamic boarding school in Indonesia, has a high risk of infection because it has low sanitation and is very crowded. The objective of the study is to know the prevalence of infectious skin disease in a pesantren in East Jakarta and analyze its relation with one of the contributing factors, which is knowledge about hygiene. The cross sectional study was done at a pesantren, located at East Jakarta. The data were obtained from all students by anamnesis and dermatological examinations done by dermatologists. Students were also asked to fill out some questionnaires to know their knowledge about hygiene. Data collection was done from January ? May 2014, processed using SPSS 21, tested with Chi-square and Kolmogorov Smirnof Test.
Result showed that the prevalence of infectious skin disease in male and female students of a pesantren in East Jakarta was 37.5% with no significant relationship between infectious skin disease and knowledge about hygiene both in male and female students."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahju Tri Susilawati
"Kejadian luar biasa diare di Indonesia angkanya cukup tinggi lebih kurang 26 per 1000 penduduk per tahun. Prevalensi penyakit diare berkisar antara 20-49 penderita per 1000 anggota rumah tangga dan angka kematian pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 134 per 100.000 penduduk dan merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah pnemonia.
Pemukiman pinggir Sungai Ciliwung adalah salah satu wilayah yang potensial terjangkit penyakit diare akibat penduduknya padat, kumuh serta memilikki sarana air bersih buruk. Salah satu pemukiman Sungai Ciliwung adalah RW 10, 11 dan 12 Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi dan hubungan kualitas Mikrobiologis sumber air bersih responden dan faktor lain seperti sarana kesehatan lingkungan, higiene ibu, imunisasi balita, kualitas gizi balita dan karakter sosial ekonomi responden terhadap terjadinya penyakit diare balita di lokasi penelitian. Desain penelitian responden terhadap terjadinya penyakit diare balita di lokasi penelitian. Desain penelitian ini adalah kasus-kontrol dengan perbandingan 1:1 dan jumlah 125:125. Kasus dipilih adalah balita yang datang ke posyandu dan menderita diare, sedangkan kasus dipilih adalah balita datang ke posyandu tidak diare dan berlokasi dekat dengan balita diare sebagai kasus. Analisis yang digunakan uji univariat, bivariat dengan uji chi-square dan uji multivariat dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna dengan p<0,05 pada higiene ibu, kualitas gizi balita, sarana kesehatan lingkungan dan kualitas mikrobiologis sumber air bersih responden. Hasil uji multivariat dihasilkan model akhir yaitu: Logit y = 2,193 + (-1,248 Sarana Pembuangan Sampah)+(-2364 Sarana Jamban)+(-3831 Sarana Mnecuci) + 2,890 Sarana PAL + (-1,189 higiene ibu)+(-0,718 Kualitas Mikrobiologis Sumber Air Responden). Dalam model tersebut jika semua variabel kondisinya bagus akan memberikan resiko logit y 2,193 atau sebesar 0,78. Variabel dominan yaitu Sarana PAL dengan OR 17,987 pada CI 95% 2,514-127,295
Disimpulkan bahwa 86,5% kualitas mikrobiologis sumber air bersih responden buruk, namun tidak menjadi faktor dominan terhadap terjadinya penyakit diare balita karena dimungkinkan responden memasak airnya secara benar. Saran sebaiknya pihak-pihak terkait yang turut membantu pembangunan sarana kesehatan lingkungan pemukiman kumuh dan padat di perkotaan supaya mengikutkan warganya agar memiliki kepedulian dan pembangunan sarana tersebut tidak sia-sia.

Diarhoe diseease outbreak in Indonesia is very high, aroun 26 per 1000 people per year (Indonesia Health Profile, 2000). Diarhoe disease prevalence is around 20-49 per 1000 household member and moralitiy at age 1-4 years old ara 134 per 100.000, which is the second highest disease that causes death.
The diarhoe at children under 5 years old still high because there one still a lot of unhealthy resident in the urban area, like resident Ciliwung river, Kelurahan Bukit Duri RW 10, 11, and 12 which resident a crowded, dirty, and a few facilitu clean water cause poluted from microbiologis Ciliwung river.
The purpose of this study is to know the condition and the association of quality microbiologis source clean water, another factor ex; facility environment health, higiene mother children, imunisasi chiren, quality nutrition chidren and social economi household. This study is case-control with 125 case and 125 control. Case is children at age 1-5 years old and disease diarhoe. Control is children at age 1-5 years old which living near children disease diarhoe. This study did two weeks. Result of this study from univariat analysis, bivariat analysis with chi-square and multivariat analysisi with regresion logistic.
Bivariat analiysis test showed that there is significant relation between using of higiene mother children, quality nutrion children, facility environment health and quality water microbiologis, with OR 17,987 CI 95% of variabel dominant SPAL Finisihing model multivariat analysis showed logit y = 2,193+(-1,248 Facility garbage)+(-2,364 Facility latrien)+(3,831 facility wash)+2,890 Fasility gutter+(-1,189 higiene mother children)+(-0,718 quality microbiologis sourcer water respondent). It means good variability, which variabilt give point zero then prediction diarhoe disease children 0,78
It is concluded that quality mcrobiologis water with risk 0,448 althought 85,6% quality microbiologis water bad. This is cause respondent understand good cooking drinking water.
Need to be continuing study about quality microbiologis water by season to know spread diarhoe disease chidren at age 1-5 years old"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>