Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 159956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian dilakukan pada ruang semi bebas gema (semi-anechoic room) menggunakan metode yang mengacu kepada ISO 3745. Desain yang digunakan adalah hemisfer dengan sumber kebisingan yang dianalogikan dengan mesin dalam suatu industri. Nilai penurunan tingkat daya bunyi diperoleh dengan membandingkan tingkat daya bunyi sebelum dan sesudah dikendalikan. Material uji pengendali kebisingan yang digunakan terdiri dari lapisan plywood, busa, sabut dan tray (boks telur). Pengujian keefektifan bahan-bahan tersebut dilakukan dengan pengukuran sound transmission loss (STL). Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat daya bunyi (Lw) pada sumber suara menghasilkan Lw yang besar pada frekuensi 8000 Hz yaitu 99,6 dB. Pengukuran Lw sumber bunyi yang ditutup kotak plywood menghasilkan Lw total sebesar 78,66 dB dengan pengurangan Lw sebesar 21,02%. Pengukuran sumber bunyi dengan penggabungan
bahan plywood dan busa menghasilkan Lw total sebesar 47,79 dB dengan pengurangan Lw sebesar 52,02%. Pengukuran Lw dengan penggabungan plywood, busa dan tray menghasilkan Lw total sebesar 33,02 dB terjadi pengurangan Lw sebesar 66,84%. Pengukuran Lw total setelah ditutupi dengan penggabungan bahan plywood, busa,
tray dan sabut menghasilkan Lw total sebesar 31,94 dB dengan pengurangan Lw sebesar 67,93%.

Abstract
Research was conducted in a semi-anechoic room using a method referring to the ISO 3745. The design used is the Hemisphere in which the source of noise is analogous to engines in an industry. The value reduction in the rate of sound power is obtained by comparing the sound power level before and after control is given. The noise control test materials used consist of layers of plywood, foam, fiber and tray (egg box). The effectiveness of these materials is tested by measuring the sound transmission loss (STL). Test results reveal that the sound power level (Lw) of the source of noise produces a high Lw which is 99.6 dB. at a frequency of 8000 Hz. The measurement of Lw on the source of noise which is covered by plywood produces a total of 78.66 dB Lw with an Lw reduction of 21.02%. The measurement on the
sound source covered by plywood and foam materials produces a total of 47.79 dB Lw with an Lw reduction of 52.02%. The measurement of Lw by combining plywood, foam, and tray produces a total of 33.02 dB Lw with an Lw reduction of 66.84%. The measurement of the total Lw after being covered by plywood, foam, fiber, and tray is a total
of 31.94 Lw dB with an Lw reduction of 67.93%."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Trisakti. Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kartika Ulfa
"Skripsi ini membahas tentang keluhan nonauditory terhadap tingkat kebisingan di Dept. Cor Unit II PT. X. Keluhan nonauditory meliputi gangguan komunikasi, gangguan psikologis dan gangguan fisiologis. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan semikuantitatif, cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2016. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kebisingan di Departemen Cor Unit II di PT. X berkisar antara 80,1 - 99,3 dB (A) dan gambaran tingkat kebisingan dengan keluhan yang dirasakan oleh para pekerja, keluhan yang paling banyak dirasakan adalah lelah (76,2%), tidak nyaman (71,4%), harus berteriak (61,9%) dan harus memperkeras suara (61,9%).

This thesis discusses complaints nonauditory against the noise level in Dept. Cast Unit II PT. X. Complaints nonauditory are physiological disorders, psychological disorders, and communication disorders. This research is descriptive research by using a semiquantitative, cross-sectional. This study was conducted in May and June 2016. The results show the noise level in the Department of Cor Unit II PT. X ranged from 80,1 to 99,3 dB (A) and the description of the noise level with subjective complaints felt by workers, complaints are the most widely perceived fatigue (76.2%), discomfort (71, 4%), had to shout (61.9%) and should amplify the sound (61.9%).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edifar Yunus
"Kebisingan adalah merupakan salah satu potensi bahaya yang ada dilingkungan tempat kerja di area produksi PKS 1 PT. X, dimana hampir seluruh line produksi mempunyai intensitas kebisingan di atas 85 dBA. Kondisi lingkungan kerja seperti ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja pada pekerja, yakni terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Penelitian ini berjudul "Hubungan Kebisingan Terhadap Penurunan Fungsi Pendengaran Pada Pekerja Pabrik Kelapa Sawit 1 PT. X Tahun 2014". Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah ada hubungan antara kebisingan dengan terjadinya penurunan fungsi pendengaran pada pekerja. Faktor yang berhubungan dengan kebisingan yang diteliti adalah intensitas bising, dan faktor yang berhubungan dengan karakteristik individu yakni: umur pekerja, masa kerja, jumlah jam kerja perhari. Untuk faktor intensitas bising didapat dengan melakukan pengukuran pada area produksi diamana pekerja beraktifitas, sementara faktor yang berkaitan dengan individu tentang umur pekerja, masa kerja, lama pajanan perhari, dan pemakaian APT di peroleh dari hasil kuesioner. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan potong lintang di mana seluruh variabel dalam penelitian ini diukur satu kali pada waktu yang sama dengan tujuan menganalisis hubungan antara kebisingan terhadap penurunan fungsi pendengaran pada pekerja PKS 1 PT. X tahun 2014. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 55,17% responden bekerja di area dengan intensitas kebisingan lebih dari 85 dBA, 82,76% responden berumur kurang dari 40 tahun, 70,11% dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, dan 75,86 bekerja12 jam perhari. Pada pemeriksaan audiometri didapatkan 54,0% responden mengalami ketulian sensorineural. Setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat pada peneitian ini penulis menyimpulkan faktor-faktor intensitas bising, umur pekerja, masa kerja, dan jumlah jam kerja perhari berhubungan erat dengan penurunan fungsi pendengaran. Hubungan pemakaian APT dengan penurunan fungsi pendengaran tak dapat dinilai karena seluruh pekerja tidak memakai APT.

Noise is one of the risk factors at POM 1 production site environment of PT. X where most of its production lines retain noise intensity above 85 dBA. This noise intensive jobsite is a risk factor that could give rise to hearing loss as occupational disease among workers. ?The Correlation of Noise and Hearing Loss among Workers at Palm Oil Mill 1 (POM 1) of PT. X. in The Year of 2014? is the title of this study. The aim of this study is to analyse the correlation of noise and evidence of hearing loss among workers. Noise intensity is noise related factor; meanwhile age, length of service, and number of working hours per day are worker?s individual characteristics in this study. Noise intensity factor is obtained by noise measuring at production site where employees use to work, while worker?s individual factors such as age, length of service, number of working hours per day, and use of personal protective equipment (PPE) are acquired by questionnaire. This is a cross-sectional analyses study design where all the variables are measured once at the same time to enable noise and hearing loss correlation analyses on workers at POM 1 of PT X in the year of 2014. This study involved as many as 55.17% respondents who worked at jobsite with noise intensity more than 85 dBA, 72,8% aged less than 40 years, 70.11% with length of service less than 5 years, and 75.86% worked 12 hours per day. Measurement results revealed that 54.0% respondents developed sensor-neural hearing loss. Upon univariate and bivariate analyses done on this study, the researcher concludes that noise intensity, worker?s age, length of service, and number of working hours per day are factors that have close correlation to hearing loss among workers. The use of PPE is the factor that could not be analysed because none the workers wear any PPE. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latar Muhamad Arif
"Dalam rangka untuk meningkatkan pembinaan dan perlindungan tenaga kerja, keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana terrnuat dalam Undang Undang no,14 tahun 1969 dalam Bab IV pasal 9 dan pasal 10, dan Undang - Undang no.1 tahun 1970, tentang keselamatan kerja. Untuk mengetahui besarnya niliai intensitas getaran dan kebisingan pada ruang kamar yang bersumber dari motor induk motor diesel 4- langkah di kapal ferry, maka dilakukan , 'study' cross sectional yang mencoba melihat kedudukan masing faktor yang mempengaruhi seperti : jumlah silinder, putaran motor, berat jenis motor induk, volume jenis ruang kamar mesin, umur pakai motor, dan jumlah daun propeller yang digunakan untuk mendorong kapal, terhadap besarnya tingkat getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin.
Populasi penelitian ini adalah sebanyak 23 kapal ferry yang menggunakan motor diesel 4- langkah sebagai alat pengerak utama di pelayaran selat sunda dan selat madura. Cara pengumpulan data variabel dependen, yaitu untuk getaran diukur dengan Vibration Meter ' standard ISOMDS 5349 dan untuk kebisingan diukur dengan ` Sound Level Meter standard JIS, sedangkan varibel - varibel Independen dengan cara observasi dan pengisian questioner, dengan analisa univariate, bivarite, multivariate dengan uji statisk ANOVA.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa besarnya tingkat intensitas getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin dengan percepatan 9,18 m/det 2 dan kebisingan 121,14 dBA. Besar tingkat getaran pada ruang kamar mesin, melalui, kedudukan katub 11,95 m/det 2, kedudukan pondasi 5,17 m/det 2, sistim transmisi 9,72 m/det 2 dan lantai ruang kamar mesin 3,69 m/det 2. Besar tingkat kebisingan pada ruang kamar mesin melalui hasil pembakaran motor melalui turbo ke stage gas buang 112,7 dBA dan kedudukan katub buang 112,3 dBA.
Dari hasil evaluasi bahwa adanya hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara jumlah silinder, putaran motor, berat jenis motor dan umur pakai motor terhadap tinggi rendahnya tingkat getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin, sedangkan volume jenis ruang kamar mesin dan jumlah daun proppeller tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan tinggi rendahnya tingkat getaran dan kebisingan pada ruang kamar mesin. Dimana pemakaian jumlah silinder, putaran motor, berat jenis motor induk, dan umur pakai motor sangat menentukan besarnya tingkat intensitas getaran dan kebisingan."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : McGraw-Hill, 1979
R 620.2 HAN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Fader, Bruce
New York: John Wiley & Sons, 1981
620.2 FAD i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, 1991
R 620.23 Han
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartati Agoes
"ABSTRAK
Derau (noise) yang terjadi pada proses pembentukan atau pengiriman suatu informasi berupa gambar (image) sangat mempengaruhi hasil yang diterima. Karena itu menghilangkan atau mengurangi adanya derau pada gambar merupakan suatu cara agar diperoleh gambar hasil rekonstruksi yang lebih baik. Thresholding adalah salah satu cara untuk menghilangkan atau mengurangi adanya derau pada gambar dengan algoritma Donoho dan menggunakan beberapa jenis fungsi dasar wavelet telah menghasilkan gambar rekonstruksi berdasarkan nilai threshold dari harga standard deviasi distribusi koefisien setiap subband. Signal to Noise Ratio (SNR) menyatakan baik atau buruknya suatu gambar hasil rekonstruksi dengan menggunakan suatu algoritma tertentu. Harga SNR yang tinggi menunjukkan gambar hasil rekonstruksi yang baik atau sebaliknya. Analisis proses simulasi ini menggunakan transformasi wavelet dengan algoritma modifikasi sehingga menghasilkan harga Signal to Noise Ratio (SNR) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan algoritma Donoho dengan menggunakan fungsi dasar wavelet yang sama.

ABSTRACT
In the recent wavelets literature, there has been considerable interest in the use of wavelet transform for removing noise from images. Various techniques have been attempted to reject noise, one of their methods is Donoho method's. This method is the use of transform based thresholding. The application of thresholding in Donoho method's is merely based on the size of transformed subbands. We proposed similar to the Donoho method's but the size of transformed subbands are replaced by their energy subbands. The simulation results show that the proposed method gave the best SNR compared to the Donoho method's.;In the recent wavelets literature, there has been considerable interest in the use of wavelet transform for removing noise from images. Various techniques have been attempted to reject noise, one of their methods is Donoho method's. This method is the use of transform based thresholding. The application of thresholding in Donoho method's is merely based on the size of transformed subbands. We proposed similar to the Donoho method's but the size of transformed subbands are replaced by their energy subbands. The simulation results show that the proposed method gave the best SNR compared to the Donoho method's.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lunardi Rusli
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S36273
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Budi Christina
"Latar belakang. Bising merupakan salah satu stresor individu di tempat kerja. Untuk lingkungan kerja KEPMENAKER RI no 51 tahun 1999 telah menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising yaitu sebesar 85 dBA. Penetapan NAB tersebut perlu dievaluasi, karena baru memperhitungkan efek terhadap terjadinya ketulian, sedangkan efek lain berupa stres akut belum di pertimbangkan.
Tujuan. Diperolehnya data mengenai tingkat bising dibawah nilai ambang yang dapat meningkatkan kadar adrenalin sebagai tanda akut stres.
Metode. Desain studi adalah analitik eksperimental yang membandingkan 6 kelompok, (pajanan 85 dBA, 80 dBA, 75 dBA, 70 dBA, 0 dBA dan kontrol). Pemilihan sampel dilakukan dengan blok randomisasi yang dilakukan secara single blind. Subjek adalah laki laki usia kerja di lingkungan Universitas Indonesia. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan mulai 23 Mei 2011 sampai 28 September 2011.
Hasil penelitian. Jumlah data yang dianalisis adalah 89. Dengan uji repeated anova didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar adrenaline pre dan pasca di semua kelompok yang diperbandingkan (p>0,05). Didapatkan terjadi penurunan kadar adrenalin pasca pajanan. Perubahan sistol, diastol, frekuensi nadi dan frekuensi nafas juga tidak memberikan perbedaan bermakna secara statistic terhadap pajanan masing masing kelompok dibandingkan kelompok kontrol. Penurunan kadar adrenalin dapat disebabkan karena subjek penelitian telah mengetahui bahwa pajanan bising akan berakhir (15 menit) serta kadar adrenalin yang mungkin meningkat pada awal intervensi sudah menurun pada akhir intervensi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hans Selye, dimana seseorang cenderung untuk mengalami kegelisahan untuk suatu hal yang tidak pasti (uncertainty). Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Ursin dan Eriksen bahwa ketidakpastian dapat memberikan ketakutan dan kegelisahan.
Simpulan. Terjadi penurunan kadar adrenalin pada kelompok 0 dBA, kontrol, 75 dBA, 80 dan 85 dBA. Singkatnya pajanan bising yang diberikan menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah pajanan pada tiap kelompok pajanan dibandingkan dengan kontrol.

Background. Noise can be stressors for individual. Indonesian regulation for the workplace No. 51 in 1999, has defined the threshold value for noise is at 85 dBA. This value should be evaluated, since it was determined for hearing protection, while other effect (acute stress) was not taken into consideration.
Objective to obtain data on noise level that increases adrenaline level as a sign of acute stress. This data will be used to recommend efforts to improve the quality of health and the prevention of occupational diseases through occupational health and safety programs.
Method. An analytical study design was used comparing 6 experimental groups, (85 dBA, 80 dBA, 75 dBA, 70 dBA, 0 dBA and control). Samples were selected by block randomization and single blind allocation. All subjects were men working in the University of Indonesia.. Data collection and processing was conducted from 23 May 2011 until 28 September 2011.
Results. Data from 89 subjects were analyzed. Repeated ANOVA test was used to analyzed the results of this. The results showed that there was no significant difference between pre and post adrenaline levels in all groups (p > 0.05). As a result, there is decresing level of adrenaline in post exposure. There are no significantly differences between systolic pressure, diastolic blood pressure, heart rate, breathing rate in every exposure groups compared with control. The decreased levels of adrenaline can be explained because the subjects were informed about the length of the exposure (15 minutes), the adrenaline level might has already increased before exposure and getting lower at the end of intervention. This is consistent with the theory proposed by Hans Selye, which a person tends to experience anxiety for a matter that is uncertain (uncertainty), this is also consistent with the theory expressed by Ursin and Eriksen that uncertainty can give fear and anxiety.
Conclusion. There are a decreasing level of adrenaline at 0 dBA, the control, 75 dBA, 80 and 85 dBA groups. The short period of exposures given can cause no significant difference before and after exposure in each exposure group compared with the control.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59125
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>