Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mufti Petala Patria
"Penelitian fototaksis post larva-22 udang windu
CPenaeus mdnodon F.abricius) pada perubahan salinitas
dari 50 ppt ke 5 ppt, 15 PPt, 50 ppt» dan 40 ppt, Juga
pada perubahan suhu dari 29°. 0 (suhu kamar) ke 20° 0,
29° 0,. dan 55° 0, serta pelaparan O hari, 1,hari, dan
2 hari, dilakukan pada pipa PVG dengan panj'ang 70 Gm dan'
diameter 1,5 i^ci, .yang telah dibelah'dua. Pada salah
satu ujung pipa diletakkan lampu pijar 6 Volt dengan
intensitas cahaya 500 lux.
. Fototaksis yang,diteliti meliputi, (1) prosentase
respon fototaksis positif, yaitu prosentase dari sejumlah
larva yang berjarak 10 Cm dari sumber cahaya, (2) periode
lag, yaitu waktu senjang sebelum larva bergerak merespon ■
cahaya, (5) arah fototaksis, yaitu banyaknya larva yang
menjauhi atau mendekati sumber. cahaya setelah diberi
rangsangan cahaya, (4),kecepatan, yaitu waktu yang dibutuhkan
larva' untuk menempuh, Jarak ■ 10 Cm ketlika menoauhi atau
mendekati sumber cahaya, c
Hasil uji statistik menunjukkan, bahwa perubahan
salinitas dan suhu mempengaruhi seluruh kemampuan fototaksis,
kecuali kecepatan fototaksis'negatif, sedangkan perbedaan
pelaparan hanya mempengaruhi periode lag dan kecepatan
fototaksis positif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrastiti Sri Wijayanti
"Pengaraatan kelulushidupan dan pertumbuhan post larva-15 sampai post larva-39 udang windu (Penaeus monodon Fabricius) yang diberi makan Brachionus plicatilis Muller dengan kuali- tas yang berbeda, dilakukan di Laboratorium Ilmu-ilmu Kelautan UI-IPB, Ancol, yaitu pada bulan Juli sampai Oktober 1985. Untuk mendapatkan B. plicatilis yang berbeda kualitas- nya, dilakukan pembudidayaan dengan memberikan khamir sebanyak 0,05 gram/liter medium/hari, butir darah merah kelinci sebanyak 247 X 104 butir/liter medium/hari, dan bakteri. Bakteri diperoleh dari pemupukan air laut 14 permil yang diberi telur ayam sebanyak 1 ml/liter medium. Penghitungan kelulushidupan dilakukan setiap 3 hari sekali, yaitu dengan menghitung banyaknya larva udang yang tetap hidup, dan pengukuran pertumbuhan (panjang total larva) dilakukan setiap 3 hari sekali. Basil uji statistik menunjukkan bahwa pemberian B. plica- yang diberi makan khamir, butir darah merah, dan bakteri tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap kelulus hidupan dan pertumbuhan post larva-15 sampai post larva-39 P. monodon."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1980
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulhasri
"ABSTRAK
Udang windu (Penaeus monodon Fab.) mempunyai pertumbuhan yang baik pada salinitas 10-25 ppt. Tetapi di Indonesia hanya sedikit tambak yang selama setahun penuh dengan kisaran salinitas tersebut. Pada musim hujan, salinitas tambak cenderung turun menjadi 5-10 ppt dan di musim panas salinitas tambak naik menjadi 34-70 ppt.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Mortalitas dan batas toleransi udang windu stadium juwana terhadap salinitas; (2) Kisaran preferensi udang windu stadium juwana terhadap salinitas; (3) Pengaruh salinitas terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan lamanya pakan berada dalam tubuh udang windu stadium juwana.
Dari grafik Lethal Dose 50 % (LD50) diketahui bahwa udang windu stadium juwana pada salinitas rendah mempunyai batas toleransi 3,6 ppt dan salinitas tinggi pada 44,5 ppt. Dari hasil uji preferensi dapat disimpulkan bahwa udang windu stadium juwana menyenangi kisaran salinitas 19-23 ppt. Sedangkan dari hasil uji anava satu faktor menunjukkan bahwa salinitas tidak berpengaruh terhadap jumlah pakan yang dikonsumsi dan lamanya pakan berada dalam tubuh udang windu stadium juwana.
ABSTRACT"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rauf Achmad Sue
"ABSTRAK
Suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium basah, Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Bogor, dimulai tanggal 20 Agustus sampai dengan 1 Desember 1991. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh bahan organik dalam air terhadap pertumbuhan bakteri bercahaya pada pemeliharaan larva udang windu. Juga untuk rnengetahui Pertumbuhan jumlah bakteri dan mortalitas larva udang windu.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan enam perlakuan konsentrasi bahan organik dan tiga kali ulangan. Perlakuan tersebut adalah 0 ppm(A) sebagai kontrol, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm (D), fi0 ppm (E) dan 75 ppm (F.).
Sebanyak 100 ekor larva udang windu stadia nauplius di masukkan ke dalam bak akuarium yang telah diberi perlakuan konsentrasi bahan organik. Isolasi bakteri bercahaya juga dinokulasikan ke dalam bak akuarium dengan kepadatan 103 sel per ml.
Pengarnbilan contoh bakteri dan air dilakukan setiap hari selama lima hari. Idetifikasi bakteri menurut metoda Cowen & Steel 1974: 17-20) ; West & Colwell (1984: 285-289). Fisika dan kirnia air seperti oksigen terlarut, karbondioksida, total bahan organik, ammonia, pH, salinitas dan temperatur air di ukur dengan menggunakan metoda standar.
Hasil penelitian menuniukkan bahwa konsentrasi bahan organik dalam air meningkat sesuai dengan rataan konsentrasi bahan organik yang dimasukkan ke dalam bak percobaan saat awal. Peningkatan konsentrasi bahan organik dalam air ternyata rata-rata meningkat. Puncak konsentrasi bahan organik perlakuan E dan F dicapai pada hari kedua sedngkan perlakuan A dan S terjadi pada hari kelima. Konsentrasi bahan organik dalam air berbeda sangat nyata terhadap pertumbuhan bakteri, bercahaya dalam air dan pada larva udang windu (P> 0.01). Jumlah total bakteri dan bakteri bercahaya lebih tinggi pada konsentrasi bahan organik yang lebih besar.
Rataan jumlah kaloni bakteri pada masing-masing konsentrasi bahan organik adalah 103.44; 99.4; 82.81 dan 82.32. Mortalitas larva udang windu lebih tinggi pada perlakuan konsentrasi bahan organik yang lebih besar. Mortalitas tersebut berturut-turut adalah 80.33%; 68.66%; 22.3%; 15.0% dan 2.3% untuk perlakuan F, E, D, C, B dan A.
Karakteristik fisika dan kimia air adalah sebagai berikut : oksigen terlarut 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8 ppm; temperatur air 30-31°C dan salinitas 30-32%.

ABSTRACT
An experiment was conducted at the Research Institute for Freshwater Fisheries's wet laboratory in Bogor from 20 August to 1 December, 1991. This study was done to evaluate the effect of organic matter in water to the population growth of luminescent vibrio on Penaeus monodon larval. The total number of bacterial population and the mortality of the shrimp larvae were also evaluated.
In this study a complete randomized design (CRD) was used with six different concentrations of organic matter as treatments and three replication. The treatments were 0 ppm(A) as a control, 15 ppm(B), 30 ppm(C), 45 ppm(D), 60 ppm(E) and 75 ppm(F).
One hundred shrimp larvae at nauplius stage were stocked in each aquarium contained the respective organic matter concentration.
The luminous vitro isolate were also inoculated in each aquarium at a concentration of 10 cell per ml. Sample of bacteria and water were taken every day for 5 days. The bacteria were identified according to Cowan & Steil method (1974:17-20): West & Colwell (1984:285-289). Physical and chemical of the water such as dissolved oxygen, carbon dioxide. total organic matter, ammonia, pH, salinity and water temperature were examined by the standard water measurement method.
The results indicated that the concentration of organic matter in water increased proportionally relative to the rate of initial concentration used. The higher the initial organic matter concentration applied the higher increase rate of its concentration in the water. The peak of the concentration was reached faster at the higher concentration than the lower one. The peak of E and F treatment were at the second day while A and S treatment were at the fifth day. Organic matter content in water significantly effect on the population growth of bacteria both in water and in shrimp larvae (P>0.01). The number of total bacteria and the luminous vibrio were higher at a higher concentration of organic matter. The average number of bacterial colony count at the respective organic matter concentration were 103.44; 99.4; 82.81; and 82.32.
The shrimp larvae mortalities were also higher at the higher concentration of organic matter. The percent mortality rate were : 80.33%; 68.86%; 22.3%, 15.0%, and 2.3% for F,E,D,C,B and A treatments respectively.
The physical and chemical characteristic of the water are as follows: dissolved oxygen 4.8-7.4 ppm; CO2 0-19.36 ppm; NH3 0.025-0.175 ppm; pH 7-8; temperature 30- 31°C and salinity 30-32%.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi limbah pengeboran minyak berupa lumpur bor bekas (used mud) yang dapat menyebabkan kematian 50% (LC50) post larva (PL) 19 Udang Windu (Penaeus monodon) melalui bioassay. Nilai LC50 selanjutnya dapat memberikan gambaran sifat toksik dari limbah pemboran minyak. Data toksisitas limbah tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperlakukan limbah selanjutnya, apakah boleh dibuang langsung ke lingkungan atau harus dilakukan pengelolaan lebih lanjut untuk menurunkan sifat toksiknya. Pengelolaan limbah pemboran ini mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No.45 Tahun 2006. Limbah pengeboran berasal dari daerah Babelan,Bekasi Utara. Benur udang windu diperoleh dari Hatchery di Tanjung Pasir, Tangerang. Penentuan nilai LC50 dilakukan dengan metode probit menggunakan software EPA Probit Program Version 1.5. Setelah pengamatan 72 hingga 96 jam, sebagian besar benur udang pada seluruh media uji terkecuali kontrol mulai mengalami kematian. Gejala dari benur udang sebelum mati adalah sangat lemah dalam pergerakan dan sangat lemah dalam merespon rangsangan dari luar. Kematian ditandai dengan adanya lendir dan perubahan pada warna tubuh. Berdasarkan hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 limbah hasil pengeboran minyak terhadap benur udang Windu (P. monodon) pada pemaparan waktu 24, 48, 72 dan 96 jam adalah berturut-turut 154.333 ppm, 139.862 ppm, 107.169 ppm dan 91.706 ppm. Limbah hasil pengeboran minyak diduga bersifat tidak toksik karena nilai LC50 - 96 jam masih dalam batasan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu ≥ 30.000 ppm. Oleh karena itu, limbah pengeboran minyak diperkenankan dibuang langsung ke badan air, tanpa keharusan untuk melakukan pengolahan. "
540 LTR 4:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suci Trisnaeni
"Nanopartikel perak memiliki kemampuan untuk mendeteksi Cu2+ dan Hg2+ hingga konsentrasi 500 ppm, dimana nanopartikel berubah warna dari coklat menjadi tidak berwarna. Pada penelitian ini, nanopartikel perak dimodifikasi dengan polietilen glikol dan rhodamin B untuk mengetahui pengaruh kedua modifikator tersebut terhadap nanopartikel perak. Nanopartikel disintesis menggunakan daun Diospyros discolor (Willd.), lalu dimodifikasi dengan polietilen glikol 1%; 2%; dan 5% dan rhodamin B 0,01; 0,05; 0,1; dan 1 mM. Nanopartikel termodifikasi diamati stabilitasnya hingga beberapa minggu.
Penelitian ini menunjukkan bahwa polietilen glikol berperan sebagai penstabil larutan nanopartikel perak, sedangkan rhodamin B berperan untuk mempermudah pengamatan terjadinya perubahan warna pada waktu pengujian logam dimana perubahan warna yang terjadi yaitu dari coklat menjadi merah muda. Nanopartikel perak termodifikasi rhodamin B 0,1 mM dapat mendeteksi Cu2+ dan Hg2+ pada 100 ppm. Penambahan NaCl 1 M meningkatkan sensitivitas nanopartikel hingga dapat mendeteksi Cu2+ pada 1 ppm dengan LOD 0,153 ppm. Selanjutnya, nanopartikel perak termodifikasi yang ditambahkan NaCl diaplikasikan untuk mendeteksi Cu2+ dalam udang windu (Penaeus monodon). Sebelum logam diuji dengan nanopartikel perak termodifikasi tersebut, sampel udang windu perlu didestruksi menggunakan asam pekat. Hasilnya filtrat udang hasil destruksi yang ditambahkan logam memberikan perubahan warna yang sama dengan larutan analit Cu2+ pada konsentrasi 1 ppm atau lebih.

Silver nanoparticles can detect the presence of Cu2+ and Hg2+ at 500 ppm, that color of silver nanoparticles changes from brown to clear. In this study, silver nanoparticles were modified with polyethylene glycol and rhodamine B to investigate the effect of that modifiers on silver nanoparticles. Nanoparticles synthesized with Diospyros discolor (Willd.) leaves and modified with polyethylene glycol 1%; 2%; dan 5% and rhodamine B 0,01; 0,05; 0,1; and 1 mM. Stability of modified nanoparticles observed in some weeks.
This study shown that polyethylene glycol plays a part as stabilizer of silver nanoparticles. Rhodamine B facilitates in observing change of color that occurs at analysis of metal ion, that color of silver nanoparticles changes from brown to pink. Nanoparticles modified with rhodamine B 0,1 mM can detect the presence of Cu2+ and Hg2+ at 100 ppm. Addition of NaCl 1 M increases sensitivity of nanoparticles, which can detect the presence of Cu2+ and Hg2+ at 1 ppm, which LOD is 0,153 ppm. Then, modified silver nanoparticles were applied to detect metal in giant tiger prawn (Penaeus monodon). Before metal analyzed with the modified silver nanoparticles, samples of giant tiger prawn were destructed with concentrated acid. The result is products of destruction containing metal cause color change which is same with metal solutions at 1 ppm or more.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42745
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>