Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98742 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faridah Tulhotimah
"ABSTRAK
Sampah plastik menjadi masalah yang cukup rumit untuk diselesaikan, terutama di kota-kota besar yang padat penduduk. Kota Jakarta misalnya, produksi sampah plastic telah mencapai 1.870 m3/hari dan merupakan kandungan kedua terbesar setelah sampah kertas. Sedangkan plastik sulit didgradasi oleh mikroorganisme di dalam tanah.
Beberapa cara telah dilakukan untuk menangani limbah plastik, namun masih banyak menemui masalah. Akhirnya para ahli membuat plastik atau polimer yang dapat terdegradasi, dimana salah satunya adalah dengan memodifikasi pati. Penelitian ini bertujuan membuat kopolimensasi cangkok suatu polimer sintetik (metil akrilat) dengan polimer alam (pati singkong). Hasil kopolimerisasi tersebut diharapkan dapat menggantikan plastik petrokimia yang ramah Iingkungan..
Pembuatan kopolimerisasi cangkok dilakukan dengan cara inisiasi secara kirnia menggunakan inisiator ceric ammonium nitrat, dimana ion Cc akan mengoksidasi molekul pati melalui pembentukan kompleks yang stabil. Pada reaksi tahap lambat, kompleks tersebut akan membentuk radikal bebas pati. Radikal bebas molekul pati akan bereaksi dengan monomer metil akrilat membentuk kopolimer cangkok. .
Proses pembuatannya dilakukan dengan menggunakan dua metoda yang berbeda, yaitu pada penambahan inisiator. Untuk metoda A, inisiator ditambahkan sesudah monomer MA direaksikan dengan suspensi pati, sedangkan metoda B sebaliknya. Reaksi kopolimerisasi dengan metoda A berjalan sangat cepat, maka penambahan inisiator dilakukan secara bertahap. Untuk metoda B reaksinya lebih lambat dan menggunakan inisiator berlebih. Hasil kopolimerisasi dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif dengan mengidentifikasi menggunakan spektrofoto meter FT-1R serta pengujian sifat termal menggunakan DSC (Differential Sanning Calorimeter).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kopolimerisasi cangkok dengan metoda B menghasilkan persentase konversi metil krilat (MA) menjadi polimetil akrilat (PMA) lebih besar dari metoda A, yaitu di atas 70%, sedangkan untuk metoda A dibawahnya Begitu pula dengan persentase PMA yang tercangkok pada rantai molekul pati. Untuk homopolimer PMA yang tidak tercangkok, kedua memberikan perbedaan yang tidak berarti, yaitu sekitar 11% - 12%.
Pengukuran dengan Spektrofotometer FT-liR, kopolimer cangkok MA dan pati dan kedua metoda membenikan daerah serapan yang tidak berbeda. Daerah serapan yang muncul pada spektrum kopolimer menunjukkan perbedaan dengan daerah serapan spektrum pati awal clan PMA. Pengujian sifat termal menggunakan DSC, menunjukkan bahwa termogram dani hasil pengukuran tidak memberikan puncak. Hasil kopolimer baik dan metoda A maupun metoda B Iebih bersifat amorphous."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu cara penanganan limbah plastik adalah secara biodegradasi. Untuk mendapatkan polimer termoplastik yang dapat terbiodegradasi, telah dilakukan modifikasi dari pati yang hidrofil menjadi hidrofob, lewat kopolimerisasi cangkok dengan metilmetakrilat (s-g-PMMA). Sintesa dilakukan dengan inisiator garam Ce4+ dalam suasana N2. Data FITR, uji Benedict, dan analisa TGA menunjukkan terjadinya kopolimer dengan komposisi pati : PMMA = 35 : 65.
Kopolimer s-g-PMMA kemudian dibuat film dan dibiodegradasi sebagai fungsi waktu dengan jamur Aspergillus niger. Karakterisasi dilakukan secara FTIR, SEM, ESR, dan penentuan Mv. Data menunjukkan bahwa degradasi hanya membiodegradasi pati sebagai tulang punggung, sedangkan PMMA sebagai rantai samping tak terbiodegradasi."
MPI 2:2 (1999)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gunung Pambudi
"Kopolimerisasi propena/1-butena dan propena/1-heksena dilakukan pada reaktor autoclave skala laboratorium 4 liter, dengan variasi kadar komonomer yang dimasukkan antara 0.5 – 10 %, dengan menggunakan sistem katalis Zigler-Natta MgCl2/TiCl4/DIBP, donor eksternal CHMMS dan kokatalis TEA pada suhu 70°C dan tekanan 30 bar selama 2 jam. Kenaikkan kadar komonomer 1-butena dari 0,6 % ke 6 % mol dalam umpan tidak mempengaruhi produktifitas polimerisasi. Sebaliknya, terlihat terjadi penurunan produktifitas oleh efek dari kenaikkan kadar komonomer 1-heksena dari 0,9 % ke 9,9 % mol dalam umpan. Diperoleh kadar komonomer dalam kopolimer sebesar 0,9 % sampai 3,2 % mol untuk propena/1-butena dan 0,6 % sampai 2,3 % mol untuk propena/1-heksena. Densitas, kristalinitas, titik leleh, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus dan sifat optik haze menurun sejalan dengan meningkatnya kadar komonomer (1-butena dan 1-heksena) dalam kopolimer. Meningkatnya kadar komonomer dalam kopolimer tidak berpengaruh terhadap melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk karaterisasi morfologi permukaan cuplikan kopolimer pada kadar komonomer yang berbeda. Ditemukan bahwa kekasaran permukaan dan pori-pori kopolimer dipengaruhi oleh kadar komonomer.

Copolymerization of propene/1-butene and propene/1-hexene was carried out in 4 liters laboratory bench-scale autoclave reactor with various concentrations of comonomer between 0.5 and 10 % mol in the feed using Ziegler-Natta catalyst system of MgCl2/TiCl4/DIBP, external donor CHMMS and TEA as cocatalyst at polymerization temperature 70°C and pressure 30 bar for 2 hours. A increase 1-butene comonomer from 0.6 % to 6 % mol in the feed had no effect on the polymerization productivity. On the other hand, the drop in productivity could be seen to be an effect of the increase in concentration of the 1-hexene comonomer.from 0.9 % to 9.9 % mol. Comonomer incorporation from 0.9 to 3.2 % mol for propene/1-butene and 0.6 to 2.3 % mol for propene/1-hexene copolymer were obtained. As the content of comonomer (1-butene and 1-hexene) increased in the copolymer, the density, crystallinity, melting temperature, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus and optical properties haze decreased linearly. A increase comonomer content (1-butene and 1-hexene) in the copolymer had no effect on the melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) has been used to characterize the surface morphology of copolymer particles at different comonomer content. It is found that a coarse and pores of copolymer particles is influenced by comonomer content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rida Hasna Fadhilah
"Kopolimer blok responsif pH dan temperatur poli(N-isopropilakrilamida)-blok-poli(2- (dimetilamino)etil metakrilat) (PNIPAM-b-PDMAEMA) disintesis menggunakan polimerisasi reversible addition-fragmentation chain transfer (RAFT) dengan variasi panjang rantai blok PDMAEMA, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap temperatur transisi fasa (Tc). Karakterisasi menggunakan instrumen proton nuclear magnetic resonance (1H-NMR) dan fourier transform infrared (FTIR) menandakan produk berhasil terbentuk, didapatkan kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA2 dan PNIPAM21-b-PDMAEMA7. Analisis makro-CTA PNIPAM menggunakan instrumen gel permeation chromatography (GPC) menunjukkan Mn dan PDI sebesar 3475 g/mol dan 1,15 serta dihasilkan distribusi berat molekul yang sempit. Perilaku responsif pH dan temperatur kopolimer blok diamati dalam larutan buffer fosfat pada variasi pH dan temperatur menggunakan instrumen spektrofotometer UV-Visible, hasil menunjukkan gugus ujung karboksil yang bersifat hidrofilik dan gugus ujung dodesil yang bersifat hidrofobik turut serta memberikan pengaruh terhadap Tc yang dihasilkan. Terjadi tren peningkatan Tc saat pH meningkat dari pH 5 ke pH 7,4 sementara dihasilkan Tc yang konstan pada pH 7,4 dan 9 akibat pengaruh blok PNIPAM dan PDMAEMA yang responsif pH. Pengujian menggunakan particle size analyzer (PSA) pada kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA2 pH 5 dan 9 menunjukkan terjadi peningkatan diameter partikel seiring meningkatnya suhu. Kopolimer blok PNIPAM21-b-PDMAEMA7 menunjukkan responsivitas terbaik pada pH 5 dengan Tc 42 °C berpotensi untuk dimanfaatkan dalam bidang pengobatan penyakit kanker.

Stimuli responsive block copolymers of poly(N-isopropylacrylamide)-block-poly(2- dimethylamino)ethyl methacrylate) (PNIPAM-b-PDMAEMA) were successfully synthesized using reversible addition-fragmentation chain transfer (RAFT) polymerization by varying the chain length of the second block (PDMAEMA), and studied its effect on the phase transition temperature (Tc) as well as pH- and thermo- responsive behavior. Characterization using proton nuclear magnetic resonance (1H- NMR) and fourier transform infrared (FTIR) instruments indicate the product of block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA2 and PNIPAM21-b-PDMAEMA7 were successfully formed. Analysis using gel permeation chromatography (GPC) showed Mn 3475 g/mol and PDI 1.15 corresponding to PNIPAM macro-CTA with narrow molecular weight distribution. Thermo- and pH-responsive behavior of block copolymers was investigated in phosphate buffer of varying pH and temperature using UV-Visible spectrophotometer. The results showed that the hydrophilic carboxyl end group and the hydrophobic dodecyl end group had an effect on the resulting Tc. There was an increasing trend of Tc when pH increased from pH 5 to pH 7.4 while Tc was constant at pH 7.4 and 9 due to the effect of pH-dependent PNIPAM and PDMAEMA blocks. Diameter particle of block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA2 in pH 5 and 9 increased along with heating based on particle size analyzer (PSA) results. Moreover, block copolymers PNIPAM21-b-PDMAEMA7 with Tc 42 °C at pH 5, has the potential to be used in cancer treatment."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jayatin
"ABSTRAK
Pati adalah polimer alam yang memiliki sifat sebagai termoplastik. Kekurangan dari pati sebagai bahan plastik yaitu getas dan menyerap air. Guna meningkatkan sifat pati, dalam penelitian ini dilakukan proses grafting pati dengan methylacrylat, dengan inisiator ceric ammonium nitrat. Proses grafting dalam penelitian ini dilakukan pada konsentrasi inisiator 1x10-3, 3x10-3, 4x 10-3, dan 6x10-3, mol/L. Ekstraksi dan hidrolisa asam dilakukan pada hasil grafting untuk mengetahui prosentase polimethylacrylat homopolimer dan polimethylacrylat yang tergrafting.
Untuk mengukur berat molekul polimethylacrylat yang tergrafting digunakan GPC. Untuk menganalisa kualitas dari hasil grafting maka dilakukan beberapa pengujian antara lain spectra mapping dengan FTIR microspectroscopy, Uji tarik dengan alat uji tarik instron, dan sifat ketahanan terhadap air dengan uji sudut kontak. Proses grafting dilakukan dalam sebuah labu dengan 5 leher. Pati sebanyak 20 gram direaksikan pada temperatur kamar dengan 40 gram methylacrylat dalam 500 ml air dengan dialiri nitrogen dan digunakan ceric ammonium nitrat sebagai inisiator. Hasil grafting setelah dilakukan ekstraksi dan hidrolisa asam menunjukkan bahwa pada konsentrasi ceric ammonium nitrat yang meningkat menghasilkan meningkatnya persentase PMA homopolirner, sedangkan persentase PMA tergrafting, dan berat molekul dari PMA tergrafting menurun. Hasil ini berpengaruh terhadap sifat mekanik produk S-g-PMA, dimana untuk S-g-PMA yang dihasilkan dengan konsentrasi ceric ion 4x 10-3 mol/L memiliki sifat mekanik yang mirip elastomer. S-g-PMA yang dihasilkan pada konsentrasi ceric ion yang lain polimer yang dihasilkan merupakan plastik yang kuat dan ulet. Proses grafting jugs meningkatkan kwalitas pati dalam ketahanannya terhadap air, dari hasil uji sudut kontak menunjukkan bahwa pati setelah grafting pada kontak dengan air tidak mengalami penggelembungan (swelling).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25129
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sebayang, Melya Dyanasari
"Saat ini banyak dikembangkan dengan teknologi pencangkokan material non polar Poletilene (PE) dengan material polar seperti poliamid (PA), maleic anhydride (MA) untuk mendapatkan pelembut yang mempunyai karakteristik yang stabil. Pada pencangkokan PA pada PE masih terbentuk gumpal gumpalan dan butir-butiran. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan pencangkokan MA dalam bentuk MA 25% solution pada PE 25% solution dengan menggunakan katalis ammonium persulfate (APS) dan penetral amino-metil-propanol (AMP) dalam kemurnian 95%, sehingga menghasilkan pelembut yang stabil tanpa terjadi penggumpalan dan butiran. Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi perubahan ikatan karbon dengan menggunakan Fourier Transform Infra-Red (FTIR). Dengan instrumen FTIR terlihat adanya perubahan ikatan PE dari C-O menjadi C-N yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??1090 cm-1 pada MA 7% dan 9%, serta terbentuknya ikatan baru pada PE setelah dicangkok dengan MA yaitu N-H yang ditandai dengan puncak intensitas gelombang ??2000 cm-1. Selain analisis perubahan ikatan PE-g-MA, juga dilakukan pengukuran derajat keasaman, ukuran partikel, kekentalan larutan, kadar padat, dan kelembutan bahan. Dari karakterisasi tersebut terlihat PE-g-MA 9% pada suhu 95??C adalah PE-g-MA yang paling stabil. Hal ini ditandai dengan terbentuknya perubahan ikatan dari ikatan C-O menjadi ikatan C-N, C=O, C O dan ikatan baru yaitu N-H serta tidak terjadinya penggumpalan dan pemisahan larutan pada saat pendinginan.

Recent development in the technology of fabric softener involves grafting of non polar poyethylene ( PE) with polar substances like polyamide ( PA) and maleic anhydride (MA). One of the problems associated with this grafting process is the formation of lumps and granules. To overcome this problem, ammonium persulphate ( APS) as catalyst together with amino- metil- propanol (AMP) having 95% purity as neutralizing agent will be used in grafting 25% MA solution with 25% PE solution. Characterization of the synthesized product includes chemical, bonds identification using Fourier Transform Infra-Red ( FTIR) spectroscopy, viscosity, solid content and softness. The information obtained from FTIR spectroscopy shows that C-O bonds have been replaced by C-N, C=O, C O bonds and that previously absent N-H bonds are formed. As a whole , this study also shows that PE-g-MA 9% synthesized at 950C is the most stable solution without the formation of lumps nor separation upon cooling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sulasminingsih
"In order to find an alternative method for the physical properties improvement of rayon sheet, a chemically graft copolymerization of acrylamide to rayon sheet by using cerric ammonium nitrate as an initiator under nitrogen atmosphere had been, successfully, carried out. Several circumstances that influence the degree of grafting and physical properties of rayon sheet were studied at various concentration of initiator, concentration of monomer (acrylamide), period of pre-initiation time, temperature and time of grafting process. The occurrence of acrylamide grafted to rayon sheet was evaluated by measuring the increase in weight of the treated rayon sheet and by the appearance of specific IR spectrum. Moreover, mechanical and physical property e.g. tensile strength unit, rigidity unit, and color absorption of the original rayon and grafted rayon were also evaluated.
The results from the mentioned study, briefly, can be reported as follow. In general, the degree of grafting (%grafting) increases with the increasing or initiator concentration, monomer concentration, temperature and time period of grafting process. Coincidentally, in all cases the value of rigidity unit and the ability to absorb particular dyes increase in line with the increasing in the degree of grafting. The tensile strength unit of the grafted rayon, however, does not show the similar trend. It was observed that the tensile strength unit showed an improvement only up to certain value of the degree of grafting, then become worst on farther increasing in the degree of grafting.
The degree of grafting that result the best tensile strength unit (optimum) was found to be in the values in of 11 to 12 % . The experimental condition that results the mentioned degree of grafting can be achieved by combination of initiator concentration, acrylamide concentration, pre-initiation time, grafting process time, and grafting temperature at 0.5 %; 4%; 5minutes; 35 minutes; and 60° C, respectively. The occurrence of grafted acrylamide to rayon sheet was also evidenced by appearing IR signal at 1684 cm 1 (for the indication of the introduction of carbonyl group). Although not very clear, due to absorption band overlapping from hydroxyl group, the IR signal at 3362 cm-1 and 3373 cm " (for the indication of amide group introduction) provide another evidence for the successful of grafting process.

Pencangkokan akrilamida pada kain rayon secara kimiawi dengan menggunakan inisiator ceric ammonium nitrat didalam atmosfir nitrogen, sebagai upaya alternalif untuk memperbaiki sifat-sifat fisik rayon, telah berhasil dilakukan. Pengaruh beberapa faktor terhadap-besarnya kadar pencangkokan dan sifat-sifat fisik rayon dipelajari dengan memvariasikan, antara lain, konsentrasi inisiator, konsentrasi monomer, waktu pra inisiasi, temperatur dan waktu pencangkokan. Keberhasilan terjadinya pencangkokan akrilamida pada kain rayon ditandai atau diarnati dengan kenaikan berat rayon (persen pencangkokan) dan perubahan spesifik spektrum infra merahnya. Terhadap rayon asli dan rayon tercangkok dilakukan beberapa evaluasi sifat fisik yang meliputi uji kekuatan tarik, uji kekakuan, dan daya scrap terhadap zat warna.
Dari penelitian yang lelah dilakukan dapat dilaporkan bahwa harga persen pencangkokan semakin besar dengan semakin tingginya konsentrasi inisiator, konsentrasi monomer, temperatur dan waktu pencangkokan. Sementara itu dari uji sifat fisik ditemukan bahwa dengan semakin besarnya harga persen pencangkokan maka daya serap terhadap zat warna dan kekakuannya semakin besar. Namun tidak demikian dengan kekuatan dari kain rayon yang tercangkok. Ditemukan bahwa kekuatan tarik kain rayon naik sejalan dengan besarnya persen pencangkokan hanya sampai pada harga persen pencangkokan tertentu, kemudian turun lagi meskipun harga persen pencangkokannya bertambah hesar.
Besarnya persen pencangkokan tertentu tersebut, yang memberikan kekuatan tarik paling besar (optimum), dicapai pada persen pencangkokan sebesar 11 sampai dengan 12 %. Sedangkan kondisi-kondisi untuk memperoleh persen pencangkokan tersebut dapat dicapai dengan konsentrasi irisiator, konsentrasi monomer , waktu pra inisiasi, waktu pencangkokan, dan suhu pencangkokan masing masing sebesar 0,5 %, 4 %, 5 rnenit, 35 menit dan 60° C. Disamping itu dapat dilaporkan bahv,ra keberhasilan pencangkokan akrilamida pads kain rayon ditandai dengan munculnya puncak serapan 1R pada bilangan gelombang 1684 cm-' sebagai indikasi terintroduksikannya gugus karbonit [C=D] dan, meskipun tidak terlalu nyata karena adanya tumpang suh dengan pity serapan gugus hidroksi, kecenderungan adanya puncak serapan pada bilangan geloinbang 3362 cm"' dan 3373 cm-' sebagai indikasi terintroduksinya gugus amida pada kain rayon."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S29659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>