Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rita Arbianti
"Pertumbuhan produksi sampah kertas yang pesat merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini perlu dipikirkan karena lingkungan memiliki keterbatasan dalam menampung sampah, dan dampak buruk dari pembakaran sampah terhadap lingkungan dan kesehatan. Salah satu metode penanganan sampah adalah mengubahnya menjadi etanol. Kandungan selulosa dalam kertas dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan. Untuk sampel kertas tanpa tinta dan kertas bertinta tanpa proses pemisahan tinta, tahap awal adalah proses dekristalisasi selulosa melalui pengolahan awal dengan asam sulfat teknis 10% berat, dilanjutkan reaksi hidrolisis dengan katalis asam sulfat teknis 5% berat, dan tahap akhir adalah fermentasi. Adapun untuk sampel kertas bertinta dengan proses pemisahan tinta, sebelum mengalami proses dekristalisasi sampel terlebih dahulu menjalani proses pemisahan tinta melalui pengolahan awal dengan NaOH dan sabun asam lemak. Hasil penelitian untuk sampel kertas bertinta tanpa proses pemisahan tinta menunjukkan bahwa sampel kertas jenis HVS bertinta warna deskjet menghasilkan produk etanol tertinggi yaitu 0,0485 gram etanol/gram kertas. Sedangkan untuk sampel dengan proses pemisahan tinta, produk etanol terbesar juga diperoleh dari sampel kertas jenis HVS bertinta warna deskjet yakni 0,0754 gram etanol/gram kertas.

The growth of paper waste generation has been becoming our oncern. This issue needs to be addressed since an environment has limitation to accommodate the waste, and the incineration of it gives the negative impact to our health. One of methods to deal with it is by converting to ethanol. The cellulose content in paper can be hydrolyzed to glucose, and eventually this would become ethanol after fermentation process. This research consists of several processes. For paper waste without deinking process, initial process is cellulose decristallization using 10%wt sulfic acid, followed by hydrolysis reaction with 5% wt sulfic acid catalyst, and ended with fermentation process. Meanwhile, for paper waste with deinking process, deinking process conduct with pretreatment using NaOH and fatty acid soap, before decristallization of cellulose. The result shows that with or without deinking process HVS paper waste containing desk jet ink, produces higher ethanol: 0.0485 gr ethanol/gr paper waste without deinking process, and 0.0754 gr ethanol/gr paper waste with deinking process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vasko Ruseimy
"Penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia menimbulkan ancaman serius, yaitu jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang dan polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Kesadaran terhadap ancaman tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Salah satu energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah kertas yang banyak mengandung lignoselulosa. Penelitian pembuatan etanol dari kertas intinya adalah dengan proses Sakarafikasi dan Fermentasi Serentak (SSF). Enzim selulase dan yeast Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk hidrolisis dan fermentasi dalam proses SSF tersebut. PH yang digunakan adalah pH 5 karena pada penelitian konversi etanol sebelumnya pH 5 adalah pH optimum. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama 6, 12, 24, 36, 48, 72, 96 jam. Aktifitas yang digunakan adalah 0,2; 0,3; dan 0,5gr. Sebelum dilakukan proses hidrolisis dan fermentasi perlu adanya proses Pada penelitian ini jenis limbah kertas yang diuji adalah hanya limbah kertas HVS bertinta, HVS kosong dan kertas koran. Penelitian konversi limbah kertas menjadi etanol dengan dengan menggunakan enzim selulase yang akan dilakukan diharapkan mampu membantu riset-riset selanjutnya dan dikembangkan ke arah komersial untuk mendukung konservasi energi dan penggunaan energi alternatif bioetanol sebagai pensubstitusi minyak bumi yang ketersediaannya mulai terbatas, serta diharapkan limbah-limbah khususnya limbah kertas yang menjadi permasalahan bagi beberapa Negara dapat tertangani dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol tidak dapat dihasilkan tanpa enzim selulase. Pada kertas HVS kosong kandungan selulosanya adalah sekitar 60,5 %, pada HVS bertinta kandungan selulosanya adalah sekitar 58,3 %, dan pada kertas koran kandungan selulosanya sekitar 49,1%. Pada kertas HVS bertinta, HVS kosong dan kertas koran diperoleh konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 1238,9 ppm, 669 ppm, 1428 ppm.

The use of fossil fuel by humans threatens serious problems for the future such as the availability of fossil fuel for further decades and pollution to the environment by emissions from the burning of fossil fuel. Awareness of these problems has increased the intensity of research to produce an alternative energy resource that is both sustainable and environmentally friendly. One example of a sustainable alternative energy resource that is relatively cheap and environmentally friendly is the development of bio-ethanol from waste paper that contains large amounts of lignocelluloses. The point of this research deals with the production of ethanol from paper using the simultaneous process of saccharification and fermentation (SSF.) The Cellulose enzyme and Saccharomyces cerevisiae were used to hydrolyse and ferment during the SSF process. The pH level used was pH 5 because previous research on ethanol conversion had shown that pH 5 is the optimum level. The SSF process was done with an incubation period of 6, 12, 24, 36, 48, 72, and 96 hours. The activity used was 0.2, 0.3, and 0.5gr. Before the hydrolyse and fermenting processes are done we need another process (''') For this research the type of waste paper tested was HVS paper with ink, blank HVS paper and newspaper. Research about converting waste paper to ethanol using the cellulose enzyme will hopefully be used to help future research and commercial development to support energy conservation and the use of the alternative bio-ethanol as a substitute for a limited supply of oil. Also we hope that garbage specifically waste paper which has become a problem for so many countries can be handled in a positive way. The results of this research show that blank HVS paper's cellulose content is around 60.5%, HVS paper with ink has a cellulose content of 58.3% and with newspapers the content is around 49.1%. In regards to blank HVS paper, HVS paper with ink, and newspaper, the highest ethanol concentration in succession is 1238.9ppm, 669 ppm, and 1428 ppm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2008
S52224
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia adalah negara dengan sumber daya melimpah dan kaya akan biomass. Dengan kekayaan sumber daya alam dan biomass, maka banyak dihasilkan limbah sisa agrikultur yang pemanfaatannya bisa rneningkatkan nilai keekonomisan dari limbah tersebut. Salah satu surnber yang bisa dimanfaatkan adalah limbah pisang (Mussa spp), yang buahnya meniadi konsumsi di negeri ini sebagai buah dan panganan populer. Pisang digunakan secara luas oleh masyrakat dan limbah pisang pun banyak ditemukan disentra penjualan buah pisang dan penjualan panganan berbasis pisang.
Pisang sebagai salah satu f'>iomcf.s‘s merupakan sumber potensial karena mengandung karbohidrat sebesar 20-30% (Sharrock & Lusty, 1999) yang merupakan sumber glukosa. Glukosa dapat difermentasi untuk dijadikan etanol. Pada penelitian ini untuk menghasilkan etanol dari limbah pisang digunakan hidrolisis dengan asam H3804 4% wt selama 1 _jam pada ?5°C dan dilanjutkan dengan fcmentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerc'vi.s'eae. Karbohidrat yang terkandung dalam pisang adalah pan. Pali merupakan polisakarida paling melimpah kedua setelah selulosa. Pati yang merupakan polisalcarida akan dipecah menj adi glukosa. Untuk itu dilakukan hidrolisis dengan menggunakan katalis asam_ Penggunaan asam kuat H3804 dikarenakan bahan tersebut murah dibandingkan katalis lainuseperti enzim_
Setelah dihidrolisis dilakukan fermcntasi menggunakan ragi Saccharomyces ccreviseae.
Dari hasil penelitian dihasilkan jumlah maksimum etanol pada variasi komponen limbah pisang adalah dari fermcntasi pulp cfavcndish sclama 5 hari dcngan yield etanol sebanyak 0.053 l/kgjiesh wt atau 0.254 l/kg dzy wr. Pada campuran pulp dan kulit pisang buah, jumlah etanol terbanyak didapatkan dari fermentasi selama 6 hari sebesar 0.023 I/kg fresh wt atau 0.129 Ukg dry wt. Sedangkan pada komponen pisang sayur adalah dari fmmentasi pulp I-:epok selama 6 hari dengan menghasilkan etanol sebanyak 0.076 I/kgjiesh wr atau 0.361 Ukg dzy wr. Pada campuran pulp dan kulit pisang sayur, jumlah etanol terbanyak didapatkan dari fermentasi selama 6 hari sebesar 0.058 1/l
Untuk variasi kulit pisang, _iumlah maksimum etanol dihasilkan dari fCI'I1'l6fll3Si>kU|il piusang kepok sélarna 4 hari dengan yield etanol s¢bafiya1<'o.o17 mg dalarn #esh wt dan 0.156 I/kg dalam dry wt. Yield etanol per massa bahan pada variasi komponen pulp pisang buah dibanding kulit adalah 5.22 pada basis _#ssh dan 2.72 pada basis kering (dry wr). Sedangkan pada pulp pisang sayur dibanding kulit adalah 4.44 pada basis jiesh dan 2.31 pnda basis kering (dry wt)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulis Aswar Hermawan
"Penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia menimbulkan ancaman serius, yaitu jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang dan polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Kesadaran terhadap ancaman tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Salah satu energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah perkotaan yang mengandung banyak lignoselulosa seperti kertas (limbah kertas). Kertas mengandung sekitar 85% selulosa, 8% hemiselulosa, 5% lignin dan sisanya berupa senyawa abu.
Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan untuk membuat etanol dari limbah kertas dengan proses Sakarafikasi dan Fermentasi Serentak (SSF). Kombinasi enzim selulase + selobiase dan yeast Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk hidrolisis dan fermentasi dalam proses SSF tersebut. Variasi kertas yang digunakan adalah koran, HVS tinta, HVS kosong dengan masing-masing pH 5. sedangkan variasi enzim yang digunakan adalah 0,2 gr ;0,3 gr ;0,5 gr. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama 6,12, 24, 36, 48, 72, 96 jam. Perlakuan dengan enzim 0,2 gr , 0,3 gr , 0,5 gr yang masing - masing pH 5 menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 831,6 ppm pada HVS kosong, 831,56 ppm pada HVS kosong, 1531,33 ppm pada HVS tinta. Kandungan etanol yang terbaik dihasilkan oleh HVS tinta pada 0,5 gr enzim dengan kadarnya sebesar 5,17 %.

The use of fossil fuel by human can cause seriously threat likes available of fossil fuel for further decade and pollution to the environment by emission from fossil fuel. Consider of that threats, caused intensify many researches to produce sustainability alternative energy resources and more environments friendly. One of the sustainable alternative energy is relatively cheap production and environment friendly was development bio ethanol from waste residue. It does contain many lignocelluloses like paper (waste paper residue). Paper contains approximately 85% cellulose, 8% hemicelluloses, 5% lignin and the other such as ash compound.
This research deals with ethanol production from sugar cane paper using Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF) process. Cellulase and Cellobiose combination enzyme and Saccharomyces cerevisiae was used to hydrolyse and fermentation in SSF process. Variation of waste paper was used such as newspaper, ink HVS, and blank HVS. Which each other used pH 5, with it does used enzyme like 0,2 gr ; 0,3 gr ; 0,5 gr . The SSF process was done with 24, 48, 72, and 96 hour's incubation time for fermentation. As a treatment enzyme 0,2 gr ; 0,3 gr ; 0,5 gr which its for pH 5 can be produce merely following is 831,6 ppm blank HVS, 831,56 ppm blank HVS , 1531,33 ppm pada ink HVS. The best result from them is ink HVS for 0,5 enzym, with percentage is 5,17%
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49713
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Konsumsi kertas dalam beberapa tahun ini semakin meningkat dan pengelolaan dari limbah kertas itu sendiri belum diolah dengan baik. Limbah kertas yang dihasilkan, sebagian dijual kembali sebagai kertas bekas dan Sisanya dibakar.
Pengelolaan Iimbah kertas dengan Cara tersebut tentunya belum dapat mengatasi permasalahan akan Iimbah kertas, terutama dari segi atau dampak terhadap lingkungan. Selulosa yang merupakan komponen utama dari limbah kertas, dapat dikonversi menjadi etanol. Perubahan selulosa menjadi gula dapat dilakukan menggunakan mikroorganisme yang berupa jamur Trichoderma harzianum.
Penggunaan jamur Trichoderma harzianum ini memiliki beberapa keuntungan yaitu ekonomis dan tidak berbahaya terhadap lingkungan.
Penelitian ini mencoba untuk menghidrolisis limbah kertas menggunakan Trichoderma harzianum untuk memecah molekul-molekul selulosa menjadi glukosa, yang selanjutnya dapat diferrnentasikan menjadi etanol. Penelitian ini terbagi rnenjadi 2 tahap, yaitu percobaan awal rnenggunakan H2804 dan percobaan utama rnenggunakan Trichoderma harzianum.
Penelitian awal dengan menggunakan H2304 dilakukan dengan 2 variasi, yaitu variasi preparasi kertas dan variasi jenis kertas. .Iumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi preparasi kertas adalah 0,06 ml EtOH/gram kertas atau 4,7 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi jenis kertas adalah 0,2036 mL EtOH1'gram kertas atau 16,1 % berat etanol.
Penelitian utama dengan menggunakan Trichoderma harzianum dilakukan dengan variasi lama hidrolisis dan lama fermentasi. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama hidrolisis diperoleh pada hidrolisis selama 12 jam, yaitu 0,1424 mL EtOH/g kertas atau 11,23 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama ferrnentasi diperoleh pada lama fermentasi selama 5 hari, untuk Trichoderma harzianum yang dibeli rnenghasilkan 0,1555 mL EtOH/gram kertas atau 12,27 %
berat etanol, sedangkan untuk Trichoderma harzianum yang dibiakkan sendiri menghasilkan 0,2346 mL EtOI-I/gram kertas atau 18,51 % berat etanol.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Iqbal
"ABSTRAK
Setiap tahun jumlah limbah organik padat selalu bertambah dengan pesat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, perkembangan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Limbah organik tersebut beium bisa ditangani karena dari waktu ke waktu terus meningkat jumlahnya, sementara lahan tempat penampungannya semakin terbatas.
Berbagai upaya untuk mengatasi menumpuknya limbah padat, cair dan gas serta cara penangananya masih terbatas. Penanganan limbah organik padat pada umumnya didasarkan pada tiga sistem yaitu pembuangan, pembakaran dan pengomposan. Dari ketiga cara tersebut, yang paling baik dan secara teknis memang sangat cocok untuk menangani limbah organik padat adalah melakukan daur ulang dengan cara pengomposan.
Mendaur ulang sampah dengan cara pengomposan akan dapat mengurangi jumlah sampah di perkotaan, dengan demikian biaya pengangkutan pun akan berkurang. Dalam proses pembuatan kompos, cacing tanah juga dapat digunakan dalam membantu proses perombakan bahan-bahan organik. Sebagai akibat dari perombakan secara biologis yang dilakukan oleh cacing tanah dan mikroorganisme adalah dihasilkannya casting yang mempunyai kandungan unsur hara.
Untuk mengetahui seberapa jauh peranan cacing tanah dalam proses dekomposisi bahan organik, maka dilakukan penelitian yang secara umum bertujuan untuk mengetahui karekteristik casting hasil pengomposan, dan secara spesifik bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara limbah organik padat dari pasar (sisa sayuran) dengan limbah RPH (isi rumen) yang optimal agar proses pengomposan dengan menggunakan cacing tanah berjalan baik dan casting yang dihasilkan mengandung unsur hara yang tinggi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah kombinasi antara limbah pasar (sisa sayuran) dengan limbah RPH (isi rumen) yang dibuat bervariasi dalam volumenya dalam 250 gram cacing tanah, yang terdiri dari: (1) PRi - perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 100 . 0 dalam 250 gram racing tanah. (2) PR2 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 75 : 25 dalam 250 gram cacing tanah. (3) PR3 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 50 : 50 dalam 250 gram cacing tanah, (4) PR4 perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 25 .: 75 dalam 250 gram cacing tanah dan (5) PR5 = perbandingan antara limbah pasar dengan limbah RPH 0 100 dalam 250 gram cacing tanah. Rancangan yang digunakan dalam percobaan adalah rancangan acak lengkap ORAL) yang diulang tiga kali.
Limbah arganik padat dari pasar (sisa sayuran) dan limbah RPH (isi rumen) serta campuran antar keduanya dapat dirombak oleh cacing tanah menjadi casting. Limbah Organik padat yang telah berubah menjadi casting dicirikan oleh berubahnya limbah menjadi massa yang remah, berwarna caklat kehitaman, sulit dikenali lagi dari bahan asalnya dan terjadi perubahan sifat-sifat kimianya. Dilihat dari strukturnya, pada perlakuan PR1, PR2 dan PR3 casting yang diperoleh mempunyai struktur remah sedang pada perlakuan PR4 dan PR5 strukturnya padat.
Sifat-sifat biologi limbah yang telah difermentasikan selama dua minggu tetapi belum diberi racing tanah menunjukkan bahwa jenis mikroorganisme yang terdapat pada limbah pasar terdapat juga pada limbah RPH, namun jumlah totalnya berbeda. Sedangkan hasil panen cacing tanah menunjukkan bahwa perlakuan percobaan memberikan pengaruh yang nyata, dan perlakuan yang memberikan bobot cacing tanah paling tinggi adalah pada perlakuan campuran antar limbah pasar dengan limbah RPH dengan perbandingan 50:50.
Sifat-sifat kimia casting yang ditunjukkan oleh kandungan logam beratnya menunjukkan bahwa pada semua perlakuan menghasilkan casting yang mengandung logam berat sangat rendah, jauh di bawah standar lingkungan hidup yang diterapkan di Amerika Serikat (EPA Standard). Demikian juga terhadap kandungan unsur-unsur hara makro (N,P,K.) dan mikro (Fe, Mn, Al, Cu dan Zn) semua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua variabel yang diamati, kecuali terhadap unsur nitrogen.

ABSTRACT
Solid Organic Waste Utilization Into Casting Through CompostingEvery year the amount of solid organic waste always increase rapidly parallel with increased number of resident, income improvement, industrial development and other activities. Organic waste mentioned can not yet be handle because from time to time always rises its amount, while its receiver site land is more and more limited. Various attempt for overcoming accumulated solid waste, liquid and gaseous waste its handling manner is still limited. Solid organic waste its waste in general is based on three system i.e disposal, burning and composting. Whereas from the three manner mentioned, so the best one and technically is really very suitable for handling of solid organic waste namely making recycle by way of composting.
Recycling waste by means of composting will be able to reduce the amount of waste in urban, thus its transport cost will also decrease. In the compost making process, earthworm can also be used in helping the organic matters 'process of decomposition. So the result of biological decomposition that is made by earthworm and microorganism namely produced casting which has nutrient element content.
To identify what extent is the role of earthworm in the organic matter process of decomposition, then it is made a research which in general aims to know the characteristic of composting product casting, and specially aims to know the ratio between solid organic waste from market (vegetable remnant) to butcher's waste (rumen content) that is optimal so that process of fertilization by using the earthworm runs well and casting that is produced contains high nutrient element.
Materials used in the experiment is the combination between market waste (vegetable remnant) with butcher's waste (rumen content) that is made various in its volume The biological properties of waste that has been fermented during two weeks but not yet given earthworm indicate that type of microorganism which occurs on the market waste occurs also in butcher's waste, yet its total number differs. While earthworm harvest indicates that trial treatment gives obvious effect, and treatment which gives the highest earthworm is in the mixed treatment between market waste and butcher's waste with ratio 50 : 50.
The chemical properties of casting that is indicated by its heavy metal content indicate that in all treatment it produces casting that contain very low heavy metal, far under life environment standard that is practiced in the United States (EPA Standard). Similarly on the macro (N, P, K) and micro (Fe, Mn, Al, Cu and Zn) nutrient elements content all treatments give obvious effect to all variables observed, except to the nitrogen element.
in 25 grams earthworm, which consists of : (1) PR1 = the ratio between market waste to butcher's waste 100 : 0 in 250 grams earthworm; (2) PR2 = ratio between market waste to butcher's waste 75 : 25 in 250 grams earthworm; (3) FR3 ratio between market waste to butcher's waste 50 : 50 in 250 grams earthworm; (4) PR4 = ratio between market waste to butcher's waste 25 : 75 in 250 grams earthworm and (5) PR5 = ratio between market waste to butcher's waste 0 : 100 in 250 grams earthworm. The design used in experiment is completely Randomized Design (CRD) that is repeated three times.
Solid organic waste from market (vegetable remnant) and butcher's waste (rumen content) and the mixture between both can be decomposed by earthworm into casting. Solid organic waste that has changed into casting is characterized by changed waste into crumbed mass, blackish brown in color, hard to be known again from its original material and it occurs the change of its chemical properties. Observed from its structure, in the treatments PR1, PR2 and PR3 casting that is gain has moderate crumb structure and in the treatment PR4 and PR5 its structure is solid or compact.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dan Mugisidi
"Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah padat kertas rokok untuk digunakan sebagai bahan pengganti papan gypsum pada langitlangit rumah. Limbah padat kertas rokok di tambah dengan 25 ppm tapioka sebagai bahan pengikat. Penelitian dilakukan dengan mengadakan pengujian sebagian besar sesuai dengan ASTM C-473. Hasil pengujian limbah padat kertas rokok dibandingkan dengan papan gypsum yang telah diproduksi secara komersial. Hasil perbandingan antara papan dengan bahan baku limbah padat kertas rokok dengan papan gypsum menunjukkan bahwa kekakuan dan kekuatan fleksural limbah padat kertas rokok lebih tinggi. Oleh karena hasil pengujian fisik menunjukkan bahwa limbah padat kertas rokok layak dipergunakan sebagai bahan pengganti gypsum pada langit-langit rumah. Akan tetapi, pengujian biologis menunjukkan bahwa pada limbah padat kertas rokok banyak terdapat bakteri dan jamur.

The aim of this research to use solid waste of cigarette paper for replacement of gypsum for ceiling material. Solid waste of cigarette paper will be added with 25 ppm tapioca, as a binder agent. Most testing of material conducted follow ASTM C-473. Results of material testing compare to gypsum board, which is already, produce commercially. Comparison shows that solid wastes of cigarette paper have better properties in fleksural strength and Young's modulus. As a result physical testing, solid waste of cigarette paper can consider as a proper material to replace gypsum boards as ceiling material. At other hand, biological test shows that solid waste of cigarette paper contain bacteria and fungi.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian digestasi anaerobik telah dilakukan selama 3 tahun dalam 3 sistem percobaan yaitu digestasi
anaerobik satu tahap sistem batch; digestasi anaerobik dua tahap sistem batch dan sistem kontinyu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa teknologi digestasi anaerobik dua tahap lebih efektif untuk mengolah lumpur biologi IPAL industri kertas. Hasil yang diperoleh dari proses digestasi lumpur biologi adalah dapat mereduksi jumlah lumpur sampai 88% dengan kadar padatan meningkat dari 2% ke 6% serta sisa efluen yang lebih mudah diolah. Berdasarkan kajian teknoekonomi pengolahan lumpur dengan digestasi anaerobik dua tahap, dapat
menghemat biaya operasional sebesar 18% dan diperoleh keuntungan lain dari produk samping biogas
sebanyak 1,75 L/g VS.hari dan pupuk organik sebanyak 25 kg/g VS.hari."
620 JSI 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>