Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Pneumonina pada balita merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini terkait dengan tingginya morbiditas dan mortalitas akibat pneumonia. Salah satu upaya pengendalian adalah mengetahui menekan faktor determinan terjadinya pneumonia pada balita, sehingga penanggulangan dan pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan tepat. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan beberapa faktor determinan terjadinya pneumonia pada balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur meliputi status imunisasi, status gizi dan rumah sehat. Metode: Data yang digunakan adalah data sekunder Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2012 meliputi data jumlah kasus, status gizi, status imunisasi, ASI Ekslusif dan rumah sehat kemudian dianalisis. Hasil: Menunjukkan cakupan penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita pada tahun 2012 sebesar 19,2%, faktor determinasi yang berkaitan dengan kejadian pneumonia adalah status imunisasi lengkap 59%, status gizi kurang sebesar 12,6%, gizi buruk 1,4%, cakupan pemberian ASI eksklusif 49,7%, dan cakupan rumah sehat 61,1%. Kesimpulan: Penemuan dan penanganan kasus pneumonia pada balita di Provinsi NTT mengalami peningkatan pada tahun 2012. kondisi faktor status imunisasi, cakupan ASI Ekslusif, status gizi balita menjadi faktor pendukung terjadinya pneumonia pada balita. Saran: Peningkatan penyuluhan tentang penyakit pneumonia, ASI eksklusif, gizi balita dan pentingnya imunisasi serta menggerakkan masyarakat dalam kegiatan posyandu dengan cara peningkatan partisipasi kader posyandu sehingga dapat sehingga dapat meningkatkan status imunisasi dan perbaikan status gizi pada balita."
BULHSR 17:4 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Atmadika Rahim
"Balita merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan mengalami masalah status gizi. Di Indonesia, prevalensi balita kekurangan gizi, pendek, dan kurus cukup tinggi, terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain masalah status gizi, sebagian besar balita di Provinsi NTT juga mengalami kekurangan asupan protein. Asupan protein merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status gizi balita dan hubungannya dengan tingkat pola asupan protein di Provinsi NTT. Desain penelitian yang digunakan adalah desain potong lintang analitik dengan jumlah sampel sebesar 564 balita berusia 12-59 bulan. Hasilnya menunjukkan bahwa sebesar 47 subjek kekurangan gizi, 62,8 subjek pendek, dan 14,9 subjek kurus. Setengah dari jumlah subjek juga memiliki tingkat pola asupan protein yang kurang 50,4. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pola asupan protein dengan status gizi menurut BB/U p=0,001 dan TB/U p=0,041. Selain itu, juga terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat penghasilan keluarga dengan status gizi menurut BB/U p=0,019 dan TB/U p=0,002 serta tingkat pendidikan ibu dengan status gizi menurut TB/U p=0,011. Kesimpulannya, prevalensi kekurangan gizi, pendek dan kurus pada balita di Provinsi NTT tinggi dan secara signifikan berhubungan dengan tingkat pola asupan protein.

Under five children are one of group which is very vulnerable to nutritional status problem. In Indonesia, prevalence of underweight, stunting, and wasting among under five children is high, especially in Nusa Tenggara Timur. Besides nutritional status problem, most of under five children in NTT also had low protein intake. Protein intake is one of many factors that may influence nutritional status. The aim of this study is to determine nutritional status of under five children and its association with protein intake in NTT. Study design applied is analytical cross sectional with. sample of 564 under five children aged 12 59 months. The results showed that 47 subjects were underweight, 62.8 subjects were stunting, and 14.9 subjects were wasting. Half of subjects had insufficient protein intake 50.4. Bivariate analysis using Chi square test showed significant association between protein intake and nutritional status index of weight for age. 0.001 and height for age. 0.041. In addition, there were significant association between family income and nutritional status index of weight for age. 0.019 and height for age. 0.002. as well as mother rsquo. education and nutritional status index of height for age. 0.011. In conclusion, prevalence of underweight, stunting, and wasting among under five children in NTT was high and it significantly associated with protein intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Damayanti
"Di Indonesia, masalah gizi buruk masih sangat memprihatinkan dan salah satu daerah dengan status gizi buruk terbanyak adalah Nusa Tenggara Timur NTT. Salah satu desa di NTT yang juga merupakan desa miskin dan sulit air adalah Desa Pero Konda di Sumba Barat Daya. Oleh karena itu, diduga banyak kejadian kekurangan gizi pada daerah tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan asupan protein pada anak usia 2-12 tahun di Desa Pero Konda. Desain penelitian ini adalah potong lintang analitik. Data yang digunakan adalah data primer. Data diambil melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta dengan bantuan instrumen kuesioner food recall 24 jam. Status gizi ditentukan berdasarkan Kurva CDC-2000 dengan indeks berat badan menurut usia BB/U, tinggi badan menurut usia TB/U, dan berat badan menurut tinggi badan BB/TB. Setelah itu, data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square. Terdapat 99 responden pada penelitian ini. Hasilnya menunjukkan terdapat 52 orang responden perempuan 52,5 dan 47 orang responden laki-laki 47,5. Dari hasil pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB didapatkan 57 responden 57,6 berperawakan kurus, 33 responden 33,3 berperawakan pendek, dan 34 responden 34,3 memiliki status gizi kurang. Sebanyak 34 responden 34,3 memiliki asupan protein yang cukup dan 65 responden 65,7 memiliki asupan protein kurang. Berdasarkan anamnesis food recall, asupan protein terbanyak didapat dari protein hewani cumi dan ikan. Pada uji chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi berdasarkan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB. Disimpulkan, status gizi pada anak di Desa Pero Konda tergolong kurang dan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dengan asupan protein.

In Indonesia, undernourished is still become a concern problem and province which has the most undernourished children is Nusa Tenggara Timur NTT. One of its village where poverty and lack of water are common is Pero Konda at Sumba Barat Daya. Based on the data, a study needs to be done. This study aims to evaluate the association between protein intake with the nutritional status of children age 2-12 years old in Pero Konda. Analytic cross sectional studies using primary data was used in this study. The weight and height of the children were measured, and the 24 hour food recall was gathered through questionnaire. Nutritional statuses were assessed using curve of CDC 2000 grow chart with weighth for age index W/A, height for age index H/A, and weight for height index W/H. After that, the data processed using SPSS version 20 and analyzed with chi square test. There were 99 respondent in this study. The results showed there were 52 girl respondents 52,5 and 47 boy respondents 47,5. Based on the results of nutritional statusses rsquo measures using W/A, H/A, and W/H index, there were 57 respondent 57,6 wasting, 33 respondent 33,3 stunting, and 34 respondent 34,3 undernourished. A total of 34 respondents 34,3 had adequate protein intake and 65 respondents 65,7 have poor protein intake. Based on the anamnesis food recall, the highest protein sources were from animal protein squid and fish. In the chi square test, there are no significant differences between the protein intake and nutritional status based on W/A, H/A, and W/H index. In conclusion, the nutritional status of children in Pero Konda was considered undernourished and there was no statistically significant association with protein intake."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Zahraini
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) dengan status gizi balita 12-59 bulan. Data sekunder yang digunakan bersumber dari data Riskesdas 2007 untuk wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar (60,9%) keluarga balita di DI Yogyakarta sudah KADARZI, sedangkan di NTT baru 12,2% keluarga balita yang termasuk KADARZI. Uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan yang bermakna antara status KADARZI, keteraturan menimbang, makan beraneka ragam, penggunaan garam beryodium, dan kejadian diare dengan status gizi balita (p<0,05). Akhirnya disarankan bahwa masih perlu dilakukan sosialisasi secara merata tentang KADARZI serta indikator perilakunya kepada masyarakat untuk mencegah dan mengurangi terjadinya masalah kurang gizi pada balita khususnya di provinsi NTT.

The reseach is aimed to know the relationship between nutritional family awareness and nutritional status of child 12-59 month. The data was used from Riskesdas 2007 for DI Yogyakarta and NTT. The result of this research show that 60,9% family who has child 12-59 month in DI Yogyakarta has nutritional awareness status, but in NTT there was only 12,2%. The result of statistical test shows that the family nutritional awareness, continiously child weighing, consumption of combine food, used of iodine salt, and diarrhoea were associated with nutritional status of child 12-59 month.(p<0,05). This finding may be used to inform future intervention aimed at increasing nutritional family awareness status specially in NTT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S5749
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anastacia Patricia Novlina Nurak
"Penelitian ini menganalisis tentang konflik antara Bupati dan DPRD Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur dalam penyusunan APBD tahun anggaran 2019. Pada Pilkada 2018 untuk pertama kalinya Kabupaten Sikka dipimpin oleh bupati terpilih dari pasangan calon jalur perseorangan. Permasalahan muncul ketika pembahasan anggaran daerah terkait tunjangan perumahan dan tunjangan transportasi anggota DPRD dalam APBD tahun anggaran 2019. Hal ini menimbulkan konflik dengan anggota DPRD, terutama Badan Anggaran, yang menyusun angka tunjangan lebih tinggi dengan berpatokan pada peraturan bupati sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data primer bersumber dari wawancara mendalam dengan sejumlah informan terkait. Temuan penelitian ini menunjukkan konflik kepentingan antara Bupati dan DPRD Sikka merupakan bentuk perebutan sumber daya ekonomi, yaitu APBD. Kesimpulan ini sejalan dengan teori konflik dari Maswadi Rauf yang menyatakan bahwa konflik disebabkan oleh kelangkaan posisi dan sumber daya. Selain itu, diketahui terdapat kepentingan dari Bupati maupun DPRD yang berkonflik. Kepentingan bupati terkait pelemahan karakter DPRD yang sedang berkampanye menuju pemilihan anggota legislatif  tahun 2019. Hal ini berkaitan dengan bupati terpilih dari jalur perseorangan, sehingga sangat minim dukungan dari anggota legislatif yang menolak mendukung bupati sewaktu mencalonkan diri pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2018. Sementara kepentingan DPRD adalah mempertahankan nilai tunjangan perumahan dan transportasi serta menolak tuduhan mark up tunjangan.

This research analyzes the conflict between the Local Leader and Local Legislative Assembly (DPRD) of Sikka Regency, East Nusa Tenggara in the preparation of the 2019 Local Government Budget year (APBD). In the 2018 Local Leader Election for the first time, Sikka Regency was led by an elected regent from an individual candidate pair. The problem arise when discussing regional budgets related to housing allowances and transportation allowances for DPRD members in the 2019 APBD. This led to conflicts with DPRD members, especially the Budget Agency, which compiled a higher allowance figure based on previous regent regulations. This study uses qualitative methods with primary data sourced from in-depth interviews with a number of related informants. The findings of this study indicate that the conflict of interest between the Regent and DPRD Sikka is a form of struggle for economic resources, namely the APBD. This conclusion is in line with Maswadi Rauf's conflict theory which states that conflict is caused by a scarcity of positions and resources. In addition, it is known that there are conflicting interests of the Local Leader and the DPRD. Local Leader’s interest is related to the weakening of the character of the DPRD who is campaigning towards the election of legislative members in 2019. This relates to the elected regent from an individual route, so there is very little support from legislative members who refuse to support the regent when running for the 2018 local leader election (Pilkada). Meanwhile, the DPRD's interest is to maintain the value of housing and transportation allowances and reject accusations of mark-up allowances."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Panji Wiratama Natsir
"Masalah gizi buruk di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan
dan salah satu daerah dengan status gizi buruk tertinggi adalab NTT. Salah satu desa di NTT adalah Desa Pero Konda di Sumba Barat Daya yang terletak di tepi pantai. Desa ini merupakan desa yang miskin dan sulit air. Berdasarkan data dari BPS, rata-rata jumlah anggota kelarga di NTT pada tabun 2014 adalah 4,7 sehingga dianggap setiap keluarga memiliki dua orangtua dan tiga anak.
Berdasarkan hal tersebut dipikirkan adakah hubungan antara kejadian gizi kurang maupun gizi buruk dengan jumlab anak dalam keluarga. Penelitian iill bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan jumlab anak dalam keluarga pada anak dengan usia 2-12 tahun di Desa Pero Konda. Desain penelitian adalab potong lintang analitik menggunakan data primer. Pengambilan data dilakukan melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan dan wawancara orangtua melalui kuesioner. Status gizi ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BBIU), tinggi badan menurut usia (TBIU), dan be rat badan menurut tinggi badan (BBfTB) yang dihitung berdasarkan kurva Staturefor-age and weight for-age percentiles CDC-2000. Data diolah dengan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square. Besar sampel adalah III responden. Hasil didapatkan dalam satu keluarga sebagian besar memiliki anak 3-4 orang pada masing-masing 13 keluarga. Pada uji chi-square, tidak terdapat perbedaan berrnakna antara jumlah anak dalam satu keluarga dengan status gizi berdasarkan indeks BBIU, TBIU, dan BBfTB. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa status gizi anak di Desa Pero Konda kurang dan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik dengan jumlab anak dalam keluarga."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Cinantya Ramadani
"Penelitian ini membahas tentang kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kekurangan gizi berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) dan indeks konvensional serta diketahuinya hubungan karakteristik anak, asupan energi dan protein, ASI eksklusif, inisiasi MP-ASI, karakteristik ibu serta karakteristik keluarga dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010 yang analisisnya dilakukan selama bulan Februari ? Juni 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan sampelnya adalah anggota rumah tangga yang berumur 0 ? 59 bulan yang berjumlah 445 anak.
Hasil penelitian mendapatkan prevalensi kekurangan gizi pada anak balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) sebesar 62,7%. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara asupan energi, ASI eksklusif, wilayah tempat tinggal dan status sosial ekonomi dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). Namun, tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara kelompok umur balita, jenis kelamin, berat lahir, asupan protein, inisiasi MP-ASI, pendidikan ibu, serta status pekerjaan ibu dengan kekurangan gizi pada balita berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
This study discusses malnutrition based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) in West Nusa Tenggara Province in 2010. The purpose of this study is known picture of malnutrition based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) and conventional indices as well as knowing the characteristics of child relationships, energy and protein intake, exclusive breastfeeding, initiation of complementary feeding, maternal characteristics and family characteristics with nutritional deficiencies in toddlers based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
The study design used was cross sectional using a secondary data analysis Riskesdas 2010 during the month from February to June 2012. This study population is all households that represent the province of West Nusa Tenggara, while the sample was of household members aged 0-59 months, amounting to 445 children. The results of a study on the prevalence of malnutrition among children under five based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF) of 62.7%.
The results of statistical tests showed no significant association between intake of energy, exclusive breastfeeding, residential areas and socio-economic status with nutritional deficiencies in infants based Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF). However, do not get a significant association between toddler age group, gender, birth weight, protein intake, initiation of complementary feeding, maternal education, and employment status of mothers with malnourished children under five by Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmi Zega
"Penelitian ini membahas mengenai gambaran status gizi dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran status gizi balita, karakteristik orangtua, karakteristik keluarga dan karakteristik kemiskinan pada balita di Indonesia tahun 2010. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 povinsi di Indonesia, sedangkan sampel penelitian adalah anggota rumah tangga yang termasuk dalam rentang usia balita (0 ? 59 bulan) yang berjumlah 18.743 anak. Penelitian menemukan prevalensi gizi kurang 14,8%, balita pendek 18,2%, balita kurus 6,9%.
This study discusses about the picture of nutritional status and poverty in Indonesia in 2010. The purpose of this study is to know the picture of nutritional status of children, parental characteristics, family characteristics and the characteristics of poverty on children under five in Indonesia in 2010. The design of the study is a cross-sectional using secondary data from Riskesdas 2010. This study population is all households representing 33 provinces in Indonesia, while the study sample was a member of the household who is included in the toddler age range (0-59 months), amounting to 18 743 children. The study found the prevalence of malnutrition was 14.8%, short toddler was 18.2%, skinny toddler was 6.9%."
Depok: Unversitas Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Bernadethe Kurniawati Beyeng
"Malaria merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Kejadian Malaria pada balita dapat menimbulkan komplikasi khususnya pada infeksi oleh plasmodium falciparum, dapat menyebabkan malaria cerebral, malaria berat, gangguan pernapasan(acidosis) dan hipoglikemia. Kabupaten Lembata di Propinsi Nusa Tenggara Timur merupakan satu dari 21 kabupaten kota di Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan API tertinggi yaitu 137/ ‰ dan SPR mencapai 16% pada tahun 2012. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita di Puskesmas Lewoleba Kabupaten Lembata Propinsi Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan dengan kasus kontrol. Total populasi 3194, jumlah sampel sebesar 216.
Hasil penelitian menunjukan variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria pada balita adalah kebiasaan memakai kelambu secara rutin saat tidur malam hari nilai p=0,002 Odds Ratio= 3,085 dengan 95% CI=1,543-6,169, pengetahuan ibu tentang malaria nilai p=0,035 Odds Ratio=1,888 dengan 95% CI: 1,081-3,297 serta status gizi dengan nilai p=0,000 Odds Ratio=4,684 dengan 95% CI: 2,513-8,730. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah tempat perindukan nyamuk nilai p=0,059 dan OR=1,818 derajad kepercayaan 95% CI: 1,019-3,243, pendidikan ibu nilai p=0,411 dan OR=1,3 derajad kepercayaan 95% CI: 0,760-2,230, perilaku ibu nilai p=0,077 dan OR=1,685 derajad kepercayaan 95% CI: 0,884-2,886, pekerjaan ibu nilai p=0,149 dan OR=0,550 derajad kepercayaan 95% CI: 0,266-1,138, dan riwayat ibu sakit malaria, nilai p=0,237 dan OR=1,585 derajad kepercayaan 95% CI: 0,810-3,102. Saran atas hasil penelitian ini adalah kelambunisasi, meningkatkan status gizi balita, upaya promosi kesehatan yang berkesinambungan.

Malaria is one of the environmentally based diseases which is spread through a female anopheles mosquito bites. The incident of Malaria to the Children Under Five Years Old may cause specific complication particularly infection caused by plasmodium falcifarum which may cause Malaria Cerebral, severe Malaria, respiratory distress (acidosis) and hypoglycemia. Lembata Regency in Nusa Tenggara Province is one of 21 Regencies/Cities in the Nusa Tenggara Timur Province which has the highest API 137 ‰ and SPR reached 16% in 2012. The purpose of the research is to find out any Risk Factors connected with the incident of Malaria to the Children Under Five Years Old in the Local Government Clinic of Lewoleba of Lembata Regency of Nusa Tenggara Timur Province. The research has been conducted through case-control study. A number of population 3194 and the number of samples are 216.
The research result indicates that the variables connected with the incident of Malaria to the Children Under Five Years Old is the habits of using mosquito nets routinely at night with p value = 0.002 Odds Ratio = 3.085 with 95% CI = 1.543 to 6.169, mother's knowledge of Malaria with p value = 0.035 Odds Ratio = 1.888 with 95% CI: 1.081 to 3.297 and nutritional status with p = 0.000 Odds Ratio = 4.684 with 95% CI: 2.513 to 8.730. While unconnected variables are mosquito breeding places p value = 0.059 and OR = 1.818 95% CI: 1.019 - 3.243, mother’s education p value = 0.411 and OR = 1.3 CI: 0.760 to 2.230, the mother’s behavior with p value = 0.077 and OR = 1.685 CI: 0.884 - 2.886, mother’s occupancy with p value = 0.149 OR = 0.550 CI 0.266 - 1.138, and maternal history of malaria illness, with p value = 0.237 and OR = 1.585 95% CI: 0.810 to 3.102. The suggestions on the results of this research is that to have the mosquito net program, to increase the nutritional status of children under five years old and the sustainable health promotion efforts.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>