Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51542 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Ardi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26621
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarji
"Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Tingginya prevalensi TB dan belum berhasilnya pelaksanaan program pemberantasan TB, menempatkan penyakit ini sebagai penyebab kematian nomor satu dari kelompok penyakit infeksi.
Salah satu komponen penting dalam program pemberantasan TB adalah adanya monitoring dan evaluasi program. Kegiatan tersebut dapat berjalan secara efektif jika pengelola program TB memiliki data dan informasi yang dapat diakses secara mudah, cepat, valid dan tepat waktu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan data dan informasi maka dibutuhkan sebuah sistem informasi yang tertata dan dapat dioperasionalkan dengan baik serta dapat menjawab kebutuhan program pemberantasan TB.
Kajian penelitian ini berjudul "Pengembangan Sistem Informasi Program Pemberantasan TB Paru Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung". Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah Terciptanya pengembangan aplikasi sistem informasi program pemberantasan TB di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalain dan telaah dokumen.
Pengembangan sistem informasi ini dilakukan di Seksi P2TB Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, dengan data input berasal dari Puskesmas, Balai Labkes dan BPS, sementara pengguna output sistem adalah Kepala Subdin P2P, Kepala Dinkcs Kota dan Propinsi. Sedangkan Feedback akan diberikan kepada Puskesmas.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan yang berjalan saat ini masih dilakukan secara manual, sehingga dalam proses akses data, pembuatan laporan dan analisis indikator masih banyak ditemui kendala, baik dari segi waktu, tenaga maupun tingkat kesalahan yang terjadi.
Kelebihan dari hasil pengembangan sistem informasi TB berupa report/laporan dan indikator program dapat diperoleh secara otomatis berdasarkan entri data yang dilakukan. Report yang dihasilkan antara lain TB 03, TB 06, TB 07, TB 08, TB 11, TB 12, Laporan efektivitas status pelaksana PM() terhadap hasil akhir pengobatan, Laporan Kedaluwarsa Reagensia ZN dan OAT. Sedangkan indikator yang dihasilkan berupa: proporsi suspek, angka konversi, angka kesembuhan, error rate, CDR dan CNR.
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung secara organisasi, SDM, sarana dan prasarana serta dana dinilai memiliki kesiapan dalam penerapan sistem informasi ini. Berdasarkan kemudahan dalam operasional dan output yang dihasilkan, sistem ini cukup aplikatif. Report dan indikator yang dihasilkan sistem dapat menjadi acuan dan sumber data bagi pengelola program TB dalam melakukan perencanaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan program pernberantasan TB di Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.

TB Paru is disease of infection which still became the problem of health in Indonesia. Still height of prevalence disease of TB and not yet succeeded him various program eradication of TB, placing-this disease as cause of death of first one of faction disease of infection.
One of cause still lower him efficacy of program eradication of TB is record-keeping system and reporting which uniform net yet each every unit service of health Affect from not yet good of record-keeping system him and reporting for example, organizer of program do not have instrument to conduct planning, program evaluation and monitoring. Without supported by good data source, hence big of problem which in fact difficult also in order to be known. Thereby the existence of information system able to be accessed easily, valid, on schedule and can give the image of program indicator is a requirement for organizer of TB program in the Health District of Bandar Lampung City.
Target of this research is creation development of application of system information in Health District of Bandar Lampung City. Information System Program Eradication of TB Paru is a designed application program by automatic.
This application program aim to give amenity for organizer of TB Program in Health District of Bandar Lampung City in making of report and calculation of indicators, is which during the time conducted by manual.
Research conducted qualitative, while data collecting through interview and document study. Circumstantial interview isn't it to Kasubdin P3P, Kasie P2ML and Staff/Vice Supervisor of program of TB Paru in the Health District of Bandar Lampung City.
Development of scheme of information system of TB Paru in the Health District Bandar Lampung City through some phases, for example pre study analyses with activity form identify problem and opportunity of system development. In this phase in after is systems analysis in the form of system model, instrument model and conversion -between old with new system. The stage of system design is to yield device of logic, system organization and procedure.
The Health District of Bandar Lampung City pursuant to study which have been conducted to readiness of SDM, material, organizational, expense and-also-technology, owning opportunity for the applying of this TB Paru information system.
Pursuant to data of entry at form which have been designing, -application program of TB Paru can give indicator and report automatically. Report yielded by system other : summarize TB 03, TB06, TB 08, TB-i-I; TB--I-2; the effectiveness of PMD and also important indicator which needed by organizer of Program TB Paru in the Health District of Bandar Lampung; City.
Limitation of this information system, for example do not be yielded by report form him of TB Health Centre, analyses OAT which still globally and also there is no medium him watch medium condition and availability related to Program Eradication of TB Paru.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naipospos, Nila
"Penyakit Tuberculosis (TB Paru), masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tuberculosis merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit cardiovasculer dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Di Kota Bogor telah dilaksanakan upaya-upaya untuk menunjang tercapainya Kebijakan operasional baru Pelita VI yang dimulai tahun 1995, tetapi masih ditemukan permasalahan-permasalahan dalam pencapaian target program pemberantasan TB Paru.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja Puskesmas dalam program pemberantasan TB Paru di Kota Bogor tahun 2000. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan Cross- Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian ini adalah 23 Puskesmas untuk mengukur faktor masukan, sedangkan untuk mengamati faktor proses dilakukan dengan Diskusi Kelompok Terarah pada 6 Puskesmas yang mempunyai kinerja baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya fasilitas laboratorium dan dukungan dana amat diperlukan untuk menunjang keberhasilan Puskesmas dalam melaksanakan program pemberantasan TB Paru. Juga ditemukan bahwa proses pelaksanaan yang baik sesuai dengan protap program dapat diamati pada Puskesmas yang mempunyai kinerja baik mempunyai kegiatan yang innovatif dan pengendalian yang kuat pada setiap penderita TB Paru.
Melihat hasil penelitian maka disarankan untuk meningkatkan keberhasilan cakupan program, setiap Puskesmas dapat dilengkapi fasilitas laboratorium yang memadai, alokasi dan pemanfaatan dana yang optimal untuk program TB Paru serta pelaksanaan proses diharapkan sesuai dengan protap program.

Factors Related With Community Health Center Performance In National Lung TB Control In Bogor City 2001Tuberculosis disease (lung TB), still becomes public health problem. Tuberculosis stands as the second death cause after cardiovascular disease and as the first death cause in the group of infectious disease. In the city of Bogor there had some efforts to support the new operational policy of Pelita VI that had been applied since 1995. However, there are still some problems to achieve target of National lung TB control.
The goal of this research is to analyze the influence of factors that are related to the performance of community Heath Centre in National lung TB control in the city of Bogor. This research is a cross-sectional study design, which applies a Quantitative approach. To measure the incoming factors, twenty-three Community Health Centers has been taken as the samples of this research: and to analyze the process factors, Focus Group Discussion have been applied in six Community Health Centers which have good performance.
The result of this research shows that the existence of adequate laboratories facilities and provision financial support are needed to realize the success of National lung TB control. Furthermore, it could be analyzed that the good operational process happens in the Community Health Centers which have good performance; in those centers, they have innovative program and strong control towards every lung patient.
Analyzing the result of the research, it is suggested that to improve the scope of the successful program, every Community Health Centre need to be supported by adequate laboratory facilities, adequate financial budget allocation, optimum budget operation and appropriate performance of personal in applying the process of national lung TB control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5222
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aila Karyus
"Penyakit Tuberkulosis masih merupakan niasalah kesehatan masyarakat, dimana 75% penderita adalah kelompok usia produktif, ekonomi lemah dan berpendidikan rendah.
Di Kota Bandar Lampung telah dilakukan upaya-upaya untuk menanggulangi penyakit TB dengan mengadopsi strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) dan pengembangan Kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP) Program P2TB. Sehingga 22 Puskesmas yang ada telah melaksanakan program TB. Tetapi hasil pencapaian program sampai tahun 2002 belum efektif, hanya 3 Puskesmas yang mencapai target yaitu Puskesmas Kedaton, Satelit dan Kampung Sawah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang fungsi manajemen dalam program TB Paru yang dibhat dari masukan, proses dan keluaran di 3 Puskesmas yang telah mencapai target program.
Rancangan penelitian adalah kualitatif, berupa wawancara mendalam, observasi dan pemanfaatan data sekunder. Informan adalah Kepala Puskesmas, petugas TB, petugas laboratorium, Wasor TB, Pengawas Menelan Obat (PMO) dan penderita.
Penelitian ini menemukan bahwa tiga Puskesmas ini memiliki kecukupan input untuk pelaksanaan program TB, kekurangan biaya diatasi dengan dana JPSBK Puskesmas. Proses manajemen Puskesmas yang terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan, Pelaksanaan), P3 (Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian) dengan menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas, Lokakarya mini Puskesmas dan Evaluasi Kinerja Puskesmas telah berjalan, sehingga pengelolaan program TB di 3 Puskesmas ini dapat mencapai hasil yang diharapkan. Bahkan Puskesmas Kedaton melakukan pencarian aktif penderita baru TB di Kampung Bayur yang merupakan kantong TB. Puskesmas Satelit menyelenggarakan Penyuluhan Kesehatan Terpadu dengan melibatkan Camat, Lurah, PKK dan tokoh masyarakat sebagai panitia penyelenggara. Sedangkan Puskesmas Kampung Sawah menetapkan jadwaI pengambilan obat bagi penderita TB untuk memudahkan pemantauannya.
Lokakarya mini tribulanan sebagai forum yang membahas pelaksanaan dan monitoring kegiatan Puskesmas yang melibatkan lintas sektor, organisasi masyarakat dan tokoh masyarakat belum ditaksanakan dengan optimal karena kurangnya koordinasi Puskesmas dan kecamatan.
Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dipertimbangkan peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas Unit Swadana, agar Puskesmas melakukan koordinasi dengan Camat tentang pelaksanaan lokakarya mini tribulanan, penemuan penderita secara aktif dapat dilakukan sesuai situasi dan kondisi, Dinas Kesehatan Kota perlu melakukan sosialisasi dan advokasi ke berbagai pihak untuk mendapatkan dukungan dalam penanggulangan TB.

Tuberculosis (TB) disease has been a public health problem in which there are 75% of the patients are productive age group, short of economy, and having low education.
In the City of Bandar Lampung had been conducted the efforts to alleviate TB disease using DOTS (Directly Observed Treatment Short course) Strategy and the development of Worker Health Center Group for P2TB Program. There were 22 health centers that had conducted TB program. However, the result of program until 2002 was not effective yet. There were only three Health Centers that had reached the target namely Kedaton Health Center, Satelite Health Center, and Kampung Sawah Health Center.
The objective of the study was to obtain the description of management function of Lung TB Program that assessed from input, process, and output in three Health Centers that had reached the program target.
The study used qualitative research design that conducted through in-depth interview and observation. In this study, collecting secondary data was also done. The informants of the study were the head of health center, TB program staff, laboratory staff, vice supervisor, taking TB medicine controller, and TB patients.
The study resulted that three health centers had the adequacy input to conduct the TB program; and the lack of fund was covered by Social Safety Net in Health Division for health center. The process of health center management that consisted of P1 (planning), P2 (actuating, implementing), P3 (monitoring, controlling, and evaluating) using the instrument for health center level planning, health center mini workshop, and health center performance evaluation. Even the Kedaton Health Center actively conducted the search for new TB patients in Kampung Bayur where the TB patients were more exist. Satelit Health Center carried into integrated health education that involved the sub district head, village head, and community leaders as steering committee, while Kampung Sawah Health Center set the schedule of getting drugs for TB patients to monitor them easier.
Three-monthly mini workshop was used as forum to discuss the implementation and monitor of health center activities that involved inter sector, community organization, and community leader, had not been applied optimally due to lack of coordination between health center and sub district office.
From the result of the study, it is recommended to maintain health center status as self-funding unit health center. In order to health center could carry out the coordination with sub district office about implementing three-monthly mini workshop and finding the patients that conducted appropriate with situation and condition, the City Health Office should socialize and advocate toward many important sides to obtain the encouragement on alleviating TB.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyadi
"Basis Data Program Kesehatan Lingkungan yang berjalan selama ini belum tertata dengan baik dan benar. Hal tersebut dikarenakan masih belum dioptimalkannya pemanfaatan teknologi komputer sebagai solusi memecahkan masalah di bidang kesehatan.
Program Kesehatan Lingkungan di Kabupaten Bekasi dalam memperoleh data menggunakan formulir inspeksi sanitasi. Formulir ini digunakan untuk memantau kualitas kesehatan iingkungan baik itu masalah perumahan, kualitas air, air limbah, pengamanan pestisida, industri, tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan. Banyaknya formulir inspeksi sanitasi di puskesmas menjadi beban bagi petugas kesling, sehingga mengakibatkan pelaporan tidak lengkap, tidak tepat waktu dan adanya duplikasi data.
Sejalan dengan era desentralisasi, maka Dinas Kesehatan Kabupaten mempunyai kewenangan dalam pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Daerah. Sistem Informasi Basis Data Program Kesling Puskesmas merupakan pengembangan dari SIMKESLING, sehingga diharapkan menghasilkan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan program di Dinas Kesehatan Kabupaten, baik perencanaan, monitoring dan evaluasi program.
Pengembangan sistem informasi basis data program kesehatan lingkungan puskesmas ini, menghasilkan informasi, indikator dibutuhkan, disain sistem pengumpulan, pengolahan dan penyajian data, disain format input dan output laporan, serta program aplikasinya. Program aplikasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembuatan laporan dan pengambilan keputusan untuk program kesehatan lingkungan dipuskesmas. Laporan yang dihasilkan berupa laporan bulanan dan tahunan yang disampaikan ke Dinas Kesehatan.
Daftar Bacaan : 30 (1981 - 2003)

Development of Data Based Environmental Health Programme of Primary Health Care in Bekasi DistrictData based environmental health program which been talking until now have not arranged well. That is un optional use computer technology as a solution in solving health problem.
Environmental health program in Bekasi district taking data by using sanitary inspection form. This form is use to control environmental health quality such as housing, water quality, liquid waste, pesticide safety, industry, public places and food management process. Such a lot of sanitary inspection forms in local government clinic becoming burden to the environmental health officers, and caused uncompleted report, inappropriate time, and data duplication.
In the decentralization era, district health department has authority to develop local health information system. Data based information system of environmental health program in primary health care is developed from SIMKESLING, and expected to produce information that can fulfill program necessity in district health department in planning, monitoring, and program evaluation.
Development of data based information system in environmental health program in primary health care starts with determining information, indicator, designing collection system, data processing and presenting, designing input and output report form and also designing application program. Result of application program can be use for making report and taking decision of environmental health program in primary health care. Result of report form monthly and annually for health District.
References : 30 (1981 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dalimunthe, Nurmaini
"Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang kini muncul kembali (re-emerging). Untuk menanggulangi penyakit ini, sejak tahun anggaran 1995/1996 Program Pemberantasan Tuberkulosis (P2TB) melaksanakan strategi baru yaitu DOTS (Directly Obsertied Thecumem Shot-course) yang telah direkomendasikan oleh WHO.
Guna mencapai tujuan tersebut dibutuhkan sarana berupa obat-obatan, alat dan bahan laboratorium yang menunjang. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem informsi mengenai ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium, khususnya di tingkat kabupaten. Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan dapat membantu proses evaluasi terhadap ketersediaan sarana-sarana tersebut.
Sistem informasi yang dikembangkan ini merupakan suatu model, dengan mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Serang. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem informasi ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium untuk program TB Paru di Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, termasuk pembuatan solfivareidentifikasi kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak, sumberdaya pengguna dan prosedur operasional standar.
Penelitian ini menggunakan disain penelitian riset operasional dengan tahapan pengembangan sistem diawali dengan kebijakan dan perencanaan sistem, analisis sistem hingga disain sistem terinci.
Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kesehatan Kabupaten Serang memiliki kebutuhan perangkat keras, perangkat lunak serta sumber daya pengguna yang cukup memadai untuk menjalankan aplikasi sistem informasi yang based-on computer. Ketersediaan komputer bukan merupakan hal yang baru bagi tenaga di kabupaten khususnya Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) yang menangani program TB Paru.
Dari hasil penelitian juga dibuat suatu rancangan alur informasi ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium untuk Program TB Para, dimana pengumpulan data di lakukan di puskesmas oleh petugas gudang obat dan programmer TB Paru, sedangkan pemasukan, pengolahan dan penyajian data dilakukan di Seksi P2P Dinas Kesehatan Kabupaten oleh Wakil Supervisor (Wasor) Kabupaten.
Sistem informasi yang dirancang ini ditujukan untuk program TB Paru. Untuk program penyakit menular lainnya seperti demam berdarah, malaria, kusta dan Iain-lain kebutuhan. informasi mengenai ketersediaan obat dan alat/bahan laboratorium juga semakin dirasa perlu. Oleh karena itu diusulkan untuk mengkaji model rancangan sistem informasi yang terintegrasi antar program tersebut (integrasi lintas program) daiam proses monitoring dan evaluasi sebagai upaya efisiensi kerja dan dana.

Information System Development Model Of Medicine And Laboratory Equipmentimaterial Availability For Lung Tuberculosis Program In The Health Service Of The Regency Of Serang, West Java In The Year 2000Lung tuberculosis is a re-emerging disease that still causes health problems to people, To fight this disease, the Tuberculosis Elimination Program applies a new strategy since 1995/1996 fiscal year, named DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) as recommended by WHO.
To achieve this goal, supporting facilities like medicine, equipment and laboratory materials are needed. Therefore, an information system of medicine and laboratory equipment/material availability is required, particularly at the level of regency. The existence of this information system is expected to help evaluation process of those facilities availability.
The developed information system was a model resulted from a research located in the Regency of Serang. The research aimed to design an information system of medicine and laboratory equipment/material availability for Lung Tuberculosis Program in the Health Services of the Regency of Serang, including software development, hardware and Software requirement identification, user resources and standard operational procedure.
The research applied operational research design which system development began with policy and system design, system analysis, to a detailed system design.
According to the research results, the Health Services of the Regency Of Serang has adequate hardware, software and user resource requirement to run an information system application which based on computer. Computer provision is not new for human resources in the regency, particularly for the Disease Prevention and Cure Section in charge of the Lung Tuberculosis Program.
An information flow design of medicine and laboratory equipment/material availability was also developed based on the research results with data collected from community health services by medicine warehouse officer and Lung Tuberculosis Programmer. Whereas, data entry, processing and presentation were conducted in the Disease Prevention and Cure Section by the District Vice-Supervisor.
The designed information system aimed for Lung Tuberculosis Program. For other infectious disease such as dengue DHF, malaria, leprosy etc., the need of information on medicine and laboratory equipment/material availability is increasing. Therefore, it is proposed to assess an integrated information system design model (inter Program integration) in the process of monitoring and evaluation as an effort for task and fund efficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zatalini Zahra Irawan
"Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit infeksius yang menyebabkan kematian terbesar di dunia yang berasal dari satu agen infeksius. Prevalensi TB di Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia menempati posisi lima tertinggi. Kompleksitas penularan TB, kepadatan penduduk, dan kemiskinan menjadi salah satu faktor penghambat untuk memutus rantai penyebaran TB di Indonesia. Dibutuhkan penanganan dari tenaga professional yang beragam untuk dapat menangangi permasalahan TB yang kompleks di Indonesia.
Pada penelitian sebelumnya telah ditemukan bahwa kolaborasi antarprofesi terbukti menunjukan hasil yang baik pada berbagai layanan kesehatan. WHO juga menyatakan adanya keterkaitan antara kolaborasi antarprofesi dengan penyelenggaraan program penanggulangan penyakit infeksius yang lebih baik. Maka dari itu, pendekatan kolaborasi antarprofesi tenaga kesehatan diharapkan bisa menjadi salah satu solusi untuk memutus rantai penularan TB di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kolaborasi antarprofesi dengan kesuksesan program penanggulangan TB di Puskesmas sebagai salah satu layanan kesehatan primer di Indonesia. Penelitian dilakukan di 34 Puskesmas di Kota Depok dengan responden tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim penanggulangan TB di Puskesmas  yaitu dokter, perawat/petugas TB, dan analis laboratorium. Desain penelitian menggunakan pendekatan potong lintang dengan sampel sebesar 95 responden (total sampling). Hasil uji chi square menunjukan adanya hubungan antara kolaborasi antarprofesi dengan kesuksesan program penanggulangan TB (p value: 0,003; OR: 3,518; 95% CI: 1,511-8,195).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kolaborasi antarprofesi memiliki pengaruh positif pada penyelenggaraan program penanggulangan TB di Puskesmas Kota Depok. Kolaborasi Antarprofesi diharapkan dapat diterapkan dalam berbagai setting kesehatan oleh berbagai tenaga kesehatan agar dapat tercipta pelayanan kesehatan yang lebih baik yang berorientasi pada pasien.

Tuberculosis (TB) is one of the most infectious disease in the world caused by a single infectious agent. Indonesia’s prevalence of TB is amongst the highest ranking the top five in the world. Breaking the chain of TB transmission in Indonesia is still a complex challenge with the high population density and poverty. Various professionals contribution is needed to solve the complex dynamic of TB problem in Indonesia.
From previous researches, it has been proven that interprofessional collaboration results in a positive implementation of various healthcare services. WHO has also stated a positive link between interprofessional collaboration and infectious prevention programs. Interprofessional collaboration approach towards Indonesia’s TB problem is expected to be a solution.
This research aim to identify relationship between interprofessional collaboration and tuberculosis program success in public health center as one of Indonesia’s primary healthcare facility. The research is done in 34 public health centers in Depok City on healthcare providers that contribute in a TB collaboration team including doctor, nurse, and laboratorium analyst. The research design used was cross-sectional design on 95 respondents (total sampling). The result of the chi square test shows that there is a significant relationship between interprofessional collaboration and tuberculosis progam success (p value: 0,003; OR: 3,518; 95% CI: 1,511-8,195).
Based on this result, it can be concluded that interprofessional collaboration has a positive impact on tuberculosis prevention programs in Depok City public health centers. Awareness of interprofessional collaboration importance in creating a better patient-centered health services is hope to rise amongst stake holders such as government, educational institutions, health care centers, and healthcare provider to tackle the challenges of overcoming TB in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Meithyra Melviana
"Mycobacterium tuberculosis dilepaskan oleh penderita saat batuk, bersin bahkan ketika berbicara. Durasi dan lamanya paparan kuman TB merupakan faktor penting dalam penularan, terutama pada ruangan tertutup. Maka, orang yang paling rentan tertular adalah kontak serumah penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku dan kondisi lingkungan rumah terhadap adanya gejala TB pada kontak serumah penderita. Penelitian cross-sectional ini dilakukan dengan mewawancarai 73 penderita TB serta kontak serumahnya dan mengobservasi kondisi lingkungan rumahnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya gejala TB pada kontak serumah dipengaruhi oleh penderita yang tidak menutup mulut saat batuk/bersin, membuang dahak sembarangan dan kontak serumah yang tidur di ruangan yang sama dengan penderita. Adapun kondisi rumah yang berpengaruh meliputi pencahayaan dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat serta kepadatan hunian yang tinggi.
Kesimpulannya, perilaku dan kondisi lingkungan rumah berkaitan dengan adanya gejala tuberkulosis pada kontak serumah. Agar tidak terjadi penularan pada kontak serumah, penderita dianjurkan untuk menggunakan masker, kontak serumah tidak boleh tidur bersama penderita. Pencahayaaan dan ventilasi rumah juga harus sesuai syarat rumah sehat untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme di dalam rumah.

Mycobacterium tuberculosis bacteria exhaled by patients when coughing, sneezing, even speaking. Duration and frequency of exposure is important factor of TB transmission, especially in closed room. Therefore, household contact of TB patient is susceptible. This research aimed to find out the influence of behavior and house environment condition to tuberculosis symptoms existence at household contact of TB patient. This cross sectional research collected data by interviewed 73 TB patients and their household contact. Then, observation the house environment conditions.
Results showed that TB symptoms at household contact was affected by patient behavior to covered mouth when coughing sneezing, disposed sputum carelessly and household contact behavior who slept in the same room with the patient. While, house condition that affect was not eligible lighting and ventilation, then high population density.
In conclusion, behavior and house environment condition was influenced the existence of TB symptoms at household contact. To avoid tuberculosis transmission, patients is suggested to wear mask and their household contacts should not sleep with them in the same room. Lighting and ventilation also have to comply healthy house requirement to prevent the proliferation of microorganisms in the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijayanti
"Pada tahun 2012 penyakit gigi dan mulut menempati urutan empat besar penyakit utama di Kota Bogor , dalam proses pencatatan dan pelaporan program kesehatan gigi dan mulut Puskesmas Kota Bogor terdapat beberapa permasalahan yaitu keterlambatan saat melaporkan ke Dinas Kesehatan dikarenakan banyaknya penyalinan data, isi laporan masih ada tidak sesuai format laporan dan tidak memiliki basis data. Aplikasi SIKDA Generik menyediakan basis data dan pencatatan terintegrasi antar unit sehingga memudahkan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas, namun masih belum tersedia indikator pelaporan program kesehatan gigi dan mulut, sehingga diperlukan pengembangan modul sistem informasi kesehatan gigi dan mulut pada aplikasi SIKDA Generik . Telah dihasilkan modul sistem informasi kesehatan gigi dan mulut pada aplikasi SIKDA Generik berbasis komputer yang dapat mempermudah dalam pencatatan dan pelaporan program kesehatan gigi dan terintegrasi antar pelayanan tanpa terjadi data yang duplikasi, tidak valid, dan keterlambatan pelaporan . Sistem informasi kesehatan gigi dan mulut pada Aplikasi SIKDA Generik masih diperlukan perbaikan dalam penerapannya sehingga membutuhkan kerjasama antar pihak yaitu Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan dan Puskemas dalam penerapan aplikasi tersebut.

In the year 2012 oral disease ranks four major diseases in Bogor City, the process of recording and reporting oral health programs Bogor City health centers, there are several problems that may delay the time to report to the Health Department because many of duplicate the data, the contents of the report there is still no appropriate report format and do not have a database. application SIKDA Generic provides an integrated database and recording between the units so as to facilitate the recording and reporting at health centers, but is still not available indicator reporting program of oral health, so it requires the development of information systems module of oral health on the application SIKDA Generic. Has produced a module system of oral health information on the the application of computer-based SIKDA Generic to facilitate the recording and reporting of dental health programs and integrated inter-service without any data duplication, invalid, and reporting delays. System of oral health information on the application SIKDA Generic still needed improvement in its application that requires cooperation between the parties, namely the Ministry of Health, Department of Health and health centers in this application.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Mauizzati
"Produk-produk yang beredar di masyarakat belum tentu berkualitas baik dan aman bagi kesehatan. Pada satu sisi masyarakat diuntungkan dengan banyaknya pilihan yang tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhan namun di sisi lain kemampuan masyarakat masih belum memadai untuk memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Keadaan itu terus min dan berbagai pertanyaan, keluhan atau pun pengaduan masyarakat yang disampaikan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan melalui Unit Layanan Pengaduan Konsumen. Dalam tahun 2001 tercatat sejumlah 1152 pertanyaan/keluhan telah disampaikan ke Badan POM dalam berbagai aspek.
Tidak semua pertanyaan yang masuk tersebut dapat dijawab, tercatat sejumlah 192 (16,67%) yang tidak terjawub. Dari studi di ULPK diketahui bahwa tidak terjawabnya pertanyaan konsumen disebabkan belum tersedianya basis data produk.
Solusi yang ditawarkan adalah pengembangan sistem ULPK berupa penyusunan basis data dan peran t hmak program aplikasinya. Hasil yang diperoleh adalah pengembangan basis data pada masing-masing unit teknis yang dapat diakses langsung oleh ULPK melalui jaringan komputer sederhana (peer to peer LAN), Untuk mengambil data tersebut di ULPK dirancang form pengaduan konsumen dengan fasilitas searching, sementara outputnya adalah form informasi produk yang bersifat on screen, tidak dapat diedit oleh ULPK dan hanya digunakan untuk menjawab pengaduan konsumen secara langsung.
Dapat disimpulkan disini bahwa. dean upaya pengorganisasian basis data di berbagai unit teknis, ULPK dapat meningkatkan outputnya berapa informasi langsung kepada konsurnen sehingga tugas dan fungsinya sebagai pemberi layanan informasi kepada massyarakat dapat ditingkatkan. Agar sistem ULPK yang telah dikembangkan ini dapat berjalan dengan baik; diperlukan dukungan manajemen berupa Keputusan atau Ketetapan Sekretaris Utama Badan POM yang mewajibkan unit teknis untuk berbagi data/informasi kepada UI.PK. Untuk pengembangan sistem ini di masa mendatang dapat ditingkatkan ke arah aplikasi web yang dapat diakses langsung oleh masyarakat konsumen.

The technology advancement enable industries increase their productivity, but in fact there is no guarantee all product is save to be consumed, On site, people can find and choose their need in the market with various chosen but in the other side the people knowledge still poor to select the save and good product for their health.
According to ULPK annual report 2001, then: are 1152 questions addressed to ULPK but unfortunately 192 (16,67%) are not responded. The study in ULPK showed that the lack of product information is the failure resources.
The solution proposed is product database model development in each technical unit that can be accessed by ULPK computer. ULPK can access that data by customer service form completed with data searching facility. Output of this process is product information form on ULPIC computer screen. The on screen product information form can not be edited by ULPK, this limitation is designed to have data security for each technical unit. The input and output form designed to make the report task is easier for ULPK operator.
It is conclude that by developing database in each unit, the ULPK output could be increased. The management support is needed to enable the system run properly such as Sestama decree in other W guaranty the unit share the data with ULPK. In the future, this system could be develop by enabling consumer access the product information by web site,
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>