Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26814
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widiawati
"Pneumonia balita merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pemapasan akut yang disebabkan oleh peradangan atau ixitasi pada salah satu atau kedua pam akibat infeksi, ditandai dengan adanya batuk dan atau kesukaran bemapas disertai napas eepat.Puskemas Klapa Nunggal,menduduki urutan ke 2 terbesar penderita pneumonia (1?7,25%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor risiko kejadian pneumonia balita di wilayah keqja Puskesmas Klapa Nunggal Kabupaten Bogor.
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah kasus konlroi, perbandingan kasus : control adalah lzl. Kasus adalah balita yang datang dan berobat ke Puskesmas Klapa Nunggal selama bulan Nopember 2005 - April 2006 dan didiagnosa oleh dolcter/paramedic menderita pneumonia, sedangkan kasus adalah balita yang datang dan bcrobat ke Puskesmas Klapa Nunggal selama bulan Nopember 2005 - April 2006 dan hasil diagnosa dokter/paramedic bukan pneumonia. Jumlah sample dalam pcnelitian ini adalah 260 yang terdiri dari 130 kasus dan 130 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan ibu balita responden dan observasi dan pengukuran lingkungan tempat tinggal responden. Selanjutnya basil yang diperoleh dianalisa dengan analisa univariat, bivariat dan multivariate.
Hasil analisa bivariat adalah faktor risiko kejadian pneumonia balita : Status ekonomi keluarga (OR=2,35), Status gizi (0R=2,29), Pemberian ASI Eksklusif (OR=4,59), Jumlah hunian rumah (OR=1,7) dan jumlah hunian kamar (OR= 1,84). Hasil anaiisa multivariate menunjuukan bahwa factor~faktor dominan dengan kejadian pneumonia adalah tidak ASI eksklusif dengan jumlah hunian kamar padat (OR=2,91).
Kesimpulan : Faktor risiko dominan kejadian pneumonia balita di Puskesmas Klapa Nunggal Kab.Bogor adalah jumlah hunian kamar padat dengan tidak ASI Elcsklusifi Saran meningkatkan penyuluhan dan promosi kepada masyamkat khususnya ibu balita mengenai pentingnya memberikan ASI Ekslcusif, makanzm bergizi serta rumah sehat di wilayah keija Puskesmas Klapa Nunggal.

Under five pneumonia is one of the Acute Respiratory Infection (ARI) disease which is the inflammation or irritation to the one or both lung caused by infection, signed by cough and sort of breath. The purpose of this study is to know the risk factors of under tive pneumonia incidence in public health center at Klapa Nunggal area, Bogor district.
This study using case control study design. Comparison of case and control and using (lzl). The group case is children under tive that come to the public health center at Kjapa Nunggal from november 2005 until april 2006 which diagnosed by the doctors and paramedics with pneumonia cases, and the control is children under tive that come to the public health center at Klapa Nunggal from november 2005 until april 2006 which diagnosed by the doctors and paramedics with non pneumonia. Number of samples in this study is 260 which is consist of 130 cases and 130 control cases. The data is collected by interviewing the mother of respondent, measuring and observation the respondent residence. The data analyze with univariate , bivaiiate and multivariate analyzes.
Result bivariatc analizes shows that the variable which is the risk tactor variable for incidence of under five Pneumonia : Economic status of ,thc family ( OR=2,35), Nutrition status (OR=2,29), exclusive breast feeding (OR==4,59), The house population dencity (OR=l ,7), The room population dencity (OR=l,84).
It has conclude that the risk factors for incidence Pneumonia children under tive are children in the public health center Klapa Nunggal, Bogor district are very density room population with no exclusive breast feeding (OR=2,9l)_ Advice increase health education and promotion to the community in this area especially to mother of the under five children about the importance of exclusive breast feeding, good nutrition and healthy houses in the public health center at Klapa Nunggal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34457
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Okta Priyani
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran maupun identifikasi perbedaan secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko penyakit DBD, khususnya lingkungan fisik yaitu variasi iklim (suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan) dan demografi (kepadatan penduduk) terhadap penyebaran kejadian penyakit DBD di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor tahun 2008-2010.
Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial. Untuk mencari besarnya hubungan digunakan metode ekologi, yaitu penelitian epidemiologik analitik observasional yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (kepadatan penduduk, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan) dengan variabel dependen yaitu penyakit DBD. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kecamatan di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor pada tahun 2008-2010."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ujang Solihin Sidik
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S33524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sukandar
"Kusta adalah penvakit menular yang disebabkan Mycobacterium leprae yang bersifat kronis dan menimbulkan masalah yang sangat komplek. Sampai saat ini mManusia merupakan Satu-satunya yang diketahui berperan sebagai reservoir. Terjadinya penyakit Kusta merupakan hasil interaksi antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi sebagai faktor risiko. Besarnya faktor tisiko berperan dalam timbulny2 kejadian penyakit Kusta. Tuiuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran kejadian penyakit Kusta berdasarkan perbedaan kondisi spasial dan mengetahui bagaimana hubungan kondisi spasial sebagai faktor risiko dengan prevalensi Kusta di wilayah Kabupaten Cirebon tahun 2006.
Disain penelitian menggunakan studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cirebon dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa dinas instansi sesuai keperluan penelitian. Variabel bebas yang digunakan adalah kepadatan penduduk, keluarga miskin, luas lantai tanah, ketinggian wilayah dan jenis tanah, sedangkan variabel terikat adalah penyakit Kusta. Uji statistik hanya dilakukan terhadap variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan luas lantaj tanah dengan prevalensi Kusta mengpunakan KruskalWallis, One- way Anova, dan uji beda dua Mean Independent. Sedangkan analisis spasial dilakukan pada semua variabel bebas sebagai kondisi spasial terhadap variabel terikat,
Hasil menunjukkan variabel keluarga miskin yang berhubungan secara
signifikan dengan prevalensi Kusta p < 0,05. Sedangkan yang tidak berhubungan adalah variabel kepadatan penduduk dan luas lantai tanah. Hasil analisis spasial memperlihatkan bahwa_ pola penyebaran kasus Kusta dengan prevalensi tinggi berdasarkan variabel kepadatan penduduk terdapat pada kategori Rendah (<1646,10 jiwa/km’) dan Sedang (1646,10 — 2667,61 jiwa/km”, yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik. Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel proporsi keluarga miskin berada pada kategori Rendah, Sedang dan Amat Tinggi (< 45,64; 62,92-76,06; dan >76.06), vaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel Proporsi luas lantai tanah berada pada kategori Rendah, Tinggi dan Amat Tinggi (<9,08; 12,17-14,.09; dan 14,09-18.32), yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Crwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel ketinggian wilayah berada pada ketinggian 0-500 meter dpl yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ctwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel jenis tanah berada di Kecamatan Astanajapura dan Kecamatan Gegesik dengan dengan dominasi jenis tanah Giey dan 4ffuviad, scdangkan di Kecamatan Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber mempunyai jenis tanah domian Podsolik dan Latosol. Dalam upaya menurunkan prevalensi kusta, perlu perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon terutama pada area yang perpotensi dalam penyebaran penyakit Kusta. Kegiatan penemuan kasus dan pengobatan dini perlu ditingkatkan, kegiatan penyuluhan dan kegiatan yang dapat mengurangi faktor risiko dapat dilakukan hersama dengan sektor lainnya. Penerapan Sistem Informasi Geografis dan analisis spasial perlu terus dikembangkan dalam upaya meneari faktor risiko baru penyakit
kusta.

Leprosy is contagious disease caused. by mycobacterium leprae which chronically infected and generated various and complex problems. Until now the human being known as reservoir. Leprosy infected as result of interaction between human being and its behavior and environment component which own. Potency as risk factor. The level of risk role a play to infected leprosy disease. The objective research is to know the spreading leprosy disease occurrence bases on difference of spatial conditiun and to know how the reiation spatial condition as risk factor with leprosy prevalence at Kabupaten Cirebon Region on 2006,
Design research utilized ecology study with spatial analysis approach. Research conducted at Kabupaten Cirebon by using secondary data obtained from some institution in accordance to research need.
Free variable utilized is density, poor family, ground floor wide, soil or land type, the regional elevated. Meanwhile constant variable is leprosy disease. Statistically test only conducted on variable of density, poor family dan ground floor wide with leprosy prevalence utilized kruskal-wallis, one-way anova and tested two mean of independent mean while spatial analysis conducted at all free variable as spatial condition on constant variable.
The spatial analysis shown that spreading patterns leprosy occurrence case with high prevalence bases on density found on low and medium condition (1186,932667,61 people/km’, there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Berber, variable on poor family as on low, high and very high level (30,52-45,64; 62,92-76,06; and 76,06-94,80), there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber, variable on proportion of ground floor wide at low and high and very high ccndition (7,79-9,08:9,08-12,17; dan 14,09-18,32), there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber, the variable of regional elevated be at 0-500 meter dp! there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecametan Beber; variable of type land at Kecamatan astanajapuran and Kecamatan Gegesik with dominated gley and allluvial type of soil. While at Kecamatan Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber has dominant soil type is podsolik and latosol.
In this circumstances to degrading leprosy prevalence, need special attention for Dinas Kesehatan Cirebon especially at region which has big potency to spreading leprosy disease. Early medication and identitication activity are require to improve and counseling activities and activity which is reduce a risk factor need to cerducted with other sector. Applying of information system and spatial analysis require to develops in order to search a new risk factor for leprosy disease.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Candra Dewi
"Perilaku merokok sampai sekarang masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi dan menjadi masalah kesehatan dunia. Data Susenas 2004, jumlah perokok meningkat dari 32% menjadi 35%. Jakarta menempati urutan teratas untuk jumlah perokok terbanyak pada survei merokok tahun 2000. Di Kabupaten Cirebon, penyakit ISPA non spesifik menempati urutan teratas pada penyakit terbanyak tahun 2006, yang diperkirakan merupakan dampak dari kebiasaan merokok.
Salah satu upaya pemerintah menurunkan kebiasaan merokok adalah tulisan peringatan di bungkus rokok. Penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia di Jakarta dan Kabupaten Cirebon tahun 2007 menyatakan bahwa 76,3 % memilih peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebagai peringatan kesehatan yang efektif. Belum diketahui perbedaan persepsi masyarakat terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasrkan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan status perokok.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data Penelitian Peringatan Bahaya Merokok Melalui Gambar Pada Bungkus Rokok di Jakarta dan Kabupaten Cirebon tahun 2007, menggunakan desain cross sectional. Jumlah responden sebanyak 138 orang yang berdomisili di Jakarta dan Kabupaten Cirebon. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji Mann Whitney dan Kruskal Wallis.
Hasil penelitian memperlihatkan ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan usia terutama pada gambar yang paling efektif p=0,030. Ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan jenis kelamin terutama pada gambar yang paling jelas p=0,000, gambar yang paling mendorong p=0,002, gambar yang paling menakutkan p=0,000 dan gambar yang paling efektif p=0,001. Ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringatan bahaya merokok berdasarkan status sosial ekonomi terutama untuk gambar yang paling mendorong p=0,022 dan gambar yang paling efektif p=0,000. Ada perbedaan persepsi terhadap gambar peringstsn bahaya merokok berdasarkan status perokok pada gambar yang paling menarik p=0,000, gambar yang paling jelas p=0,000, gambar yang paling mendorong p=0,000, gambar yang paling menakutkan p=0,000 dan gambar yang paling efektif p=0,000.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar dalam promosi kesehatan terhadap gambar peringatan bahaya merokok sebaiknya memperhatikan perbedaan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan status perokok agar pesan-pesan kesehatan lebih mudah diterima masyarakat.

Smoking habit is a cause of the highest mortality and becomes a world health problem. From Susenas data in 2004, smoker number increased from 32% became 35%. Jakarta is on the highest level and a large number of smoker on smoking survey in 2000. Non specific disease of ISPA is on the highest level and most number of disease in 2006. This is estimated that it is impact of smoking habit.
One of government effort to decrease smoking habit is warning writing on cigarette bale. This study which was conducted on Health Study Center, University of Indonesia at district of Jakarta and Cirebon in 2007 indicated that 76,3% choosed health warning in the form of picture and writing as an effective health warning. It is not known yet the difference of public perception on warning picture of smoking danger based on age, sex, economic social and smoker status.
This study is data analysis of warning picture of smoking danger on cigarette bale by using a cross sectional design at district of Jakarta and Cirebon in 2007. This study used 138 responders who live at district of Jakarta and Cirebon. Data analysis was conducted by using univariate and bivariate analysis with Mann Whitney and Kruskal Wallis test.
Study result indicated that there is perception difference on warning picture of smoking danger based on age especially for most effective picture p = 0,030. There is perception difference on warning picture of smoking danger based on sex especially for most effective picture p = 0,000, most support picture p = 0,002, most terrible picture p = 0,000, most effective picture p = 0,001. There is perception difference on warning picture of smoking danger based on economic social status especially for most support picture p = 0,022 and most effective picture p = 0,000. There is perception difference on warning picture of smoking danger based on smoker status especially for most attractive picture p = 0,000, clearest picture p=0,000, most support picture p = 0,000, most incredible picture p=0,000 and most effective picture p=0,000.
According to study result, it was suggested for health promotion on warning picture of smoking danger to see the differences of age, sex, economic social status and smoker status so health message can be understood well by public.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T41316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Septia Dwi Susanti
"Iodisasi pada garam merupakan salah satu upaya penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI). Namun, penggunaan garam beriodium di Indonesia belum optimal sementara GAKI masih menjadi salah satu dari lima permasalahan utama gizi di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan garam beriodium. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif di 15 Kabupaten/Kota Indonesia dengan disain cross sectional yang merupakan analisis data sekunder yang bersumber dari hasil penelitian kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Dalam penelitian ini, karena keterbatasan informasi maka perilaku penggunaan garam beriodium didefinisikan sebagai penggunaan garam yang berbentuk halus.
Hasil penelitian menunjukkan dari 1062 sampel terdapat 479 (45,1%) rumah tangga yang menggunakan garam berbentuk halus sedangkan sisanya berbentuk bata dan krasak/kristal. Secara umum, garam yang mengandung iodium ≥ 30 ppm masih rendah karena persentase garam dengan kandungan iodium < 30 ppm atau yang tidak SNI cukup tinggi yaitu berkisar antara 67 % - 81,3 %. Uji statistik menunjukkan pendidikan terakhir orangtua yang tinggi, ibu yang tidak bekerja, bapak dengan pekerjaan tetap, tingkat pengeluaran yang tinggi, daerah perkotaan serta akses yang dekat ke rumah sakit, Puskesmas, Pustu, Dokter Praktek dan Bidan Praktek berpengaruh terhadap perilaku penggunaan garam beriodium.
Sedangkan, hasil uji multivariat menunjukkan masyarakat perdesaan memiliki resiko 2,4 x lebih rendah dibandingkan dengan daerah perkotaan dalam penggunaan garam beriodium. Direkomendasikan dilakukan penelitian lain yang bersifat kualitatif, agar dapat diketahui faktor-faktor yang lebih menggambarkan kondisi sebenarnya terjadi di masyarakat serta terdapat program pemantauan dan promosi KIE yang menarik dan efektif mengenai penggunaan garam beriodium.

Iodization of salt is one of Iodine Deficiency Disorder?s (IDD) intervention. But, iodized salt consumption isn?t optimal while IDD still to be one of big nutrituon problem in Indonesia.Therefore, this study intend to know factors that affect behavior of using iodized salt. This is quantitaive study in 15 districts/city in Indonesia with cross sectional design that analyzing secondary data of ?Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)? in 2007. In this study, because of limited data so behavior of using iodized salt is indicated by using fine-shapped salt.
The result of this study show that from 1062 of sample, there are 479 (45,1%) of households that using fine-shaped salt and the others are brick-shapped aand coarse/crystal-shapped salt. Generally, salt with iodine ≥ 30 ppm still has low percent because salt with iodine < 30 ppm is about 67 % - 81,3 %. This study also show that parent?s with high education; unemployee mother; father with well occupation; high households expenditure; urban area and accsess that near from hospitals, Puskesmas, Pustu, doctors and midwife affect behavior of using iodized salt.
Multivariate result show household in rural area has a lower-risk about 2,4 times than in urban area. In another study is expected to be qualitative, in order to know the factors that best describe of the actual conditions in society and also there are monitoring programs and the promotion of KIE that attractive and effective on the use of iodized salt.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Jajuli
"Tahun 2003, kelangsungan pemberian ASI eksklusif di tiga Kabupaten (Cirebon, Cianjur dan Ciamis) Propinsi Jawa Barat masih rendah, yaitu 0,06%. Rendahnya kelangsungan pemberian ASI eksklusif ini diperkirakan karena belum dilakukan kajian ilmiah mengenai kelangsungan pemberian ASI eksklusif secara komprehensif dengan metode yang memadai secara substansial. Oleh karena itu karena itu dilakukan penelitian dengan metode yang memadai dengan analisis survival untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif.
Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif pada 1339 orang ibu menyusui yang terdapat di tiga kabupaten (Cirebon,Cianjur Dan Ciamis) Propinsi Jawa Barat pada tahun 2003. Analisis yang digunakan adalah analisis survival.
Penelitan ini mendapatkan hasil bahwa kelangsungan pemberian ASI eksklusif di tiga Kabupaten (Cirebon,Cianjur dan Ciamis) Propinsi Jawa Barat adalah 0,75%. Penelitian ini menemukan faktor yang berpengaruh terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah faktor kontrasepsi yang digunakan ibu dan faktor kunjungan ke tenaga kesehatan pada saat neonatal. Faktor kontrasepsi yang digunakan ibu merupakan faktor pencetus ketahanan pemberian ASI eksklusif dengan hazard ratio sebesar 11,5 sedangkan faktor kunjungan ke tenaga kesehatan pada Saat neonatal rnerupakan faktor yang bersifat protektif terhadap kelangsungan pemberian ASI eksklusif dengan hazard ratio sebesar 0,11.
Berdasarkan hal tersebut di atas perlu dilakukan peningkatan penggunaan kontrasepsi non pil bagi ibu yang menyusui, selain itu juga perlu ketegasan pelaksanaan Kepmen No. 237/MENKES/SK/IV/1997 tentang pemasaran susu pengganti serta pemantauan kelangsungan pemberian ASI eksklusif dengan menggunaan KMS. Perlu juga dilakukan penelitian lebih mendalam yang mencakup variabel Iain seperti sisial budaya dengan pendekatan yang lebih memadai untuk dapat menjelaskan kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

In 2003, the continuity of exclusive breastfeeding in the three regions (Cirebon, Cianjur, and Ciamis) of West Java Province, which is 0.75%, is still low. This is possibly because scientific evaluation about the continuity of exclusive breastfeeding has never been conducted comprehensively using a method that is substantially adequate. Therefore a research is done using an adequate method of survival analysis to determine the factors which influence the continuity of exclusive breastfeeding.
The study design is retrospective cohort based on 1339 lactating mothers living in the three regions (Cirebon, Cianjur, and Ciamis) of West Java Province in the year of 2003. The analysis used is survival analysis.
Results from the study show that the continuity of exclusive breastfeeding in the three regions (Cirebon, Cianjur, and Ciamis) of West Java Province is 0.75%. This research found factors which influence the continuity of exclusive breastfeeding are contraception used by mothers and visits to health personals during neonatal period. The contraception used by mothers is a trigger factor for persistency in exclusive breastfeeding with a hazard ratio of 11.5 whereas, visits to health personals during neonatal period has a protective effect for persistency in exclusive breastfeeding with a hazard ratio of 0.11.
Based on the findings stated above, there is a need to increase the use of non-pill contraception for lactating mothers. In addition, there is a need for firm implementation of Kepmen No. 237/MENKES/SK/IV/1997 regarding replacement marketing baby milk as well as monitoring the continuity of exclusive breastfeeding by using KMS. A more profound study, which includes other variables such as social culture, with an adequate approach needs to be conducted in order to provide an explanation for the continuity of exclusive breastfeeding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Wijayanti
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko makanan dan minuman jajanan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Sukabumi tahun 2012. Data sekunder yang digunakan bersumber dari data BBTKL-PP Jakarta. Dari hasil uji statistik yang dilakukan menemukan hubungan yang bermakna antara cuci tangan dan kebersihan pribadi dengan hasil uji bakteriologis E. coli serta cuci tangan dengan hasil uji bakteriologis Bacillus cereus (p<0,05). Akhirnya disarankan bahwa masih perlu dilakukan penyuluhan pentingnya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) serta CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) bagi komunitas sekolah (guru, murid dan pedagang jajanan di sekolah), pemberdayaan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan penyediaan fasilitas sanitasi di sekolah-sekolah, terutama tempat cuci tangan dan alat makan.

The research is aimed to know risk factor snacks food and drinks on children elementary school in Sukabumi Distric year 2012. The data was used from BBTKL – PP Jakarta. The resulted from statistical test founded relationship meaningfully between hand wash and personal hygiene with bacteriologis E. Coli test result and hand wash with bacteriologis Bacillus cereus (p<0,05) test result. Finally, that sugested need to do counseling of Clean and Healthy Living Behavior, and Washing Hand Wearing Soap for school comunity ( teacher, children, and school food traders), School Healthy Unit Empowerment, and provision of sanitation fasility in schools, especially washbowl and cutlery."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>