Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168988 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Netty Ruba'Balik
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26495
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Esa
"ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama yang
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam Milenium Development
Goals (MDGs). Menurut data SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat
cukup besar yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup dari 228 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI 2007). Salah satu penyebab tingginya AKI yaitu masih adanya
persalinan yang ditolong oleh tenaga selain petugas kesehatan (paraji). Menurut
laporan tahunan Puskesmas Sentul tahun 2012 cakupan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan hanya 57,03 % dari target 87,50 %.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional . Pengumpulan
data dengan cara wawancara kepada ibu yang pernah melahirkan paling lama 12
bulan terakhir. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor apa saja yang
berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Sentul
Kabupaten Bogor. Hasil penelitian mendapatkan status sosial ekonomi dan
banyaknya keluhan selama hamil menjadi variabel yang berhubungan secara
signifikan terhadap pemilihan penolongan persalinan. Status sosial ekonomi
merupakan variabel yang paling dominan dimana ibu yang status sosial
ekonominya tinggi 5,4 kali memilih tenaga kesehatan sebagai penolong kesehatan
dibanding dengan ibu yang status sosial ekonominya rendah setelah dikontrol oleh
banyaknya keluhan selama hamil, riwayat ANC, pendidikan ibu, pendidikan
suami, dan paritas.

ABSTRACT
Maternal Mortality Rate (MMR) is one of the main indicators that describe the
health of society. The maternal mortality rate is also one predetermined targets in
the Millennium Development Goals (MDGs). According to data from IDHS 2012
Maternal Mortality Rate (MMR) is high enough increase that is 359 per 100,000
live births from 228 per 100,000 live births (IDHS 2007). One of the causes of
high maternal mortality rate is still the existence of births attended by skilled
health personnel other than (paraji). According to the annual report 2012 Sentul
health center coverage of births attended by skilled health personnel is only
57.03% from targets 87.50%.
The study was a cross sectional quantitative study. The data collected are the
primary data, obtained by interviewing mother giving birth under 12 month ago.
The aim of this study is to identify the trigger of maternity helper selection of
Sentul Health Center, District of Bogor. The results obtained from this study
showed that the socioeconomic status and complaints during pregnancy variables
were significantly associated with the selection of delivery helper, socioeconomic
status is the most dominant where 5,4 of mother with high socioeconomic status
with the delivery helper choose medical personnel as their delivery helper
compare with low socioeconomic status, followed by complaints during
pregnancy, history of ANC, education wife, education husband and parity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gebhy Bamba
"Kebutuhan akan pelayanan dasar kesehatan di Kota Depok terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya. Sebagai wilayah penyangga DKI Jakarta, Depok mendapat tekanan migrasi penduduk cukup tinggi. Dibalik perkembangan kota yang begitu pesat, timbul permasalahan sosial seperti munculnya permasalahan kesehatan yaitu angka kematian ibu masih tinggi dan belum mencapai target. Faktor penyebab utama kematian ibu di Kota Depok adalah pendarahan saat melahirkan.
Melihat persoalan tersebut, pentingnya peran institusi pelayanan dasar kesehatan yakni rumah sakit swasta yang tersebar di Kota Depok untuk meminimalisir terjadinya kasus demikian. Sejalan dengan itu, RS Swasta Bunda Margonda dan Tugu Ibu berusaha menawarkan pelayanan dan fasilitas yang terbaik untuk menjangkau ibu hamil sehingga kebutuhan mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan persalinan dapat terpenuhi dengan baik.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pola spasial jangkauan pelayanan kesehatan persalinan RS Swasta Bunda Margonda dan Tugu Ibu di Kota Depok berdasarkan sisi penawaran pihak rumah sakit sebagai variabel meliputi aksesibilitas, fasilitas, dan harga kamar. Metode yang digunakan adalah analisis keruangan spasial diantaranya buffer dan overlay.
Hasil menunjukkan jangkauan pelayanan kesehatan persalinan RS Bunda Margonda lebih jauh dan luas dibandingkan RS Tugu Ibu. Jangkauan pelayanan Bunda Margonda sejauh 20,42 km dan diikuti dengan jumlah 228 pasien. Sedangkan jangkauan Tugu ibu sejauh 12,52 km dengan jumlah 130 pasien. Hal tersebut dikarenakan lokasi RS Bunda Margonda yang strategis berada di pusat kota serta aksesibilitas yang lebih baik dengan jumlah trayek angkutan umum lebih banyak kemudian memiliki fasilitas yang lebih memadai.

The need for basic health services in Depok City continues to increase along with increasing number of population annually. As the buffer zone of DKI Jakarta, Depok City has suffered from high population migration pressure. Behind the rapid development of the city, causing social problems that the maternal mortality rate is still high and has not reached the target. The main cause of maternal mortality in Depok City is bleeding during childbirth.
Seeing the issue, the importance of the role of basic health service institutions, namely private hospitals in Depok City to minimize the occurrence of such cases. In line with that, Bunda Margonda and Tugu Ibu as a private hospital trying to offer the best service and facilities to reach pregnant woment so that their need to get delivery health service can be fulfilled well.
The purpose of this research is to analyze the spatial pattern of coverage of delivery health service of Bunda Margonda and Tugu Ibu private hospital in Depok City based on hospital rsquo s supply side as variable include accessibility, facility, and room price. The method used is spatial analysis such as buffer and overlay.
The results indicate the coverage of health service delivery of Bunda Margonda Hospital is further and wider compared to Tugu Ibu. Bunda Margonda reaches 20.42 km with the amount of 228 patients. While the coverage of Tugu Ibu as far as 12.52 km with the amount of 130 patients. That rsquo s because location of Bunda Margonda Hospital is strategically located in the city center and has better accessibility with more number of public transport routes also has more adequate facilities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Epi Edwar Lutpi
"Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu yang ditur;juk sebagai daerah pelaksana program PKH. Kewajiban Peserta PKH adalah membawa anak usia 0-6 tabun ke fasilitas kesebatan untuk melakakan pemantauan tumbuh kembang, imunisasi dan vitamin A. Sedangkan untuk ibu hamil, harus memeriksakan kehamilan, pertolongan persalinan dan kunjungan nifas ke fasiJitas pelayanan kesehatan dengan alat pemantauannya beropa verifikasL Sistem verifikasi program PKH selama ini belum ada atau belum bexjatan. Disamping itu terdapat masalah lain, yait.u beJum terintegrasinya sistem pcncatatan dan peJaporan program keschatan ibu dan anaperbaikan gizi dan imunisasi di Puskesmas.
Penelitian ini bertujuan mewujudkan rancangan sistem informasi manajemen program kesehatan ibu dan anak untuk mendukung verifikasi program keluarga harapan di tingkat Puskesmas. Metodologi yang digunakan adalah operasional design dengan pendekatan incremental model. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari berkas pencatatan dan pelaporan serta telaah dokumen. Data primer didapat dengan cara wawancara mendalam (indepth interview).
Seluruh data yang diperlukan untuk indikator program keluarga harapan terdapat dalam kohor ibu dan anak yang berasal dari Bidan dan Posyandu, sehingga dengan memperkuat sistem informasi program kesehatan ibu dan anak di tingkat Puskesmas maka seluruh informasi keberhasilan PKH kesehatan dapat diketahui.
Prototype yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat menghasilkan indikator program sesuai dengan standar pe1ayanan minimal serta dapat mendukung kebutuhan data primer verifikasi PKH kesehatan, namun prototype tersebut baru tahap satu, sehingga perlu dikembangkan lagi dengan memasukkan indikator lain, seperti resiko kehamilan dan persalinan.

Tasikmalaya Regency is one of the areas designated as Program Keluarga Harapan (PKH) implementers. Participant obligations PKH is bringing children aged 0-6 years to health facility for growth monitoring. immunization and vitamin A. As for pregnant women ; must visit to health care facilities for antenatal care, child bearing and postnatal care with a monitoring tool in the form of verification. PKH program verification systems have not been there or not running. Beside there is another problem, which the system is not integrated for recording and reporting programs maternal and child health, nutrition and immunization in the public health center.
This study to make design of management information system of maternal and child health program for support program keluarga harapan verification's at public health center level. Methodologies model approach. Secondary data collection is done by studying the file recording and reporting, review of documents. The primary data obtained by in-depth interviews.
The mother and child cohort derived from the midwife and Posyandu contain a the data needed of PKH indicator's, so by strengthen the system information management of maternal and child health programs at the public health center level so gained PKH success information can be known.
The prototype produced in this study can be issued in accordance with indicator as minimum service standards and can support the needs of primary data PKH verification. but the new prototype onJy tin stage one, which needs to be developed again by including other indicators, such as the detection risk of pregnancy and childbearing.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32378
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pingkan Aprilia Widyasari
"Indonesia masih dihantui Angka Kematian Ibu AKI yang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara Region Asia Tenggara, yaitu 190 per 100.000 kelahiran hidup. AKI dapat direduksi dengan persalinan dengan perawatan yang terampil. Kementerian Kesehatan RI sejak tahun 2015 menetapkan persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan nakes di fasilitas pelayanan kesehatan fasyankes. Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes di Indonesia sudah tinggi, tetapi masih terdapat perbedaan cakupan menurut umur ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, wilayah tempat tinggal, dan provinsi.
Untuk memudahkan penghitungan ketidakmerataan kesehatan antar negara dan mengetahui daerah mana yang tertinggal, WHO mengeluarkan aplikasi bernama Health Equity Assessment Toolkit HEAT dan Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, aplikasi ini mampu mengidentifikasi perbedaan dalam indikator kesehatan antar subkelompok populasi. Peneliti dapat memasukkan data sendiri ke dalam aplikasi HEAT Plus, dalam penelitian ini peneliti menggunakan data SDKI.
Hasil analisis menunjukkan cakupan persalinan oleh nakes dan persalinan di fasyankes meningkat dari tahun 1994-2012. Cakupan tersebut terkonsentrasi pada ibu berumur 25-39 tahun, ibu dengan tingkat pendidikan SMP, ibu dengan kuintil kekayaan terkaya, ibu yang tinggal di daerah perkotaan, dan ibu yang tinggal di wilayah Sumatera dan Jawa. Ukuran ketidakmerataan yang mengalami penurunan tertinggi adalah Population Attributable Risk PAR dan Population Attributable Fraction PAF. Ketidakmerataan cakupan persalinan oleh nakes cenderung mengalami penurunan pada semua dimensi, sedangkan ketidakmerataan cakupan persalinan di fasyankes mengalami peningkatan pada dimensi provinsi.

Indonesia is still haunted by a relatively high Maternal Mortality Rate MMR compared to the Southeast Asian Region countries, which is 190 per 100,000 live births. MMR can be reduced by delivery with skilled care. The Ministry of Health of Indonesia since 2015 established a safe delivery is the delivery done by Skilled Birth Attendants SBA in health service facilities. Although coverage of delivery assistance by SBA and delivery in health service facilities in Indonesia is high, but there are still coverage differences based on age, education level, economic status, residence, and province.
To facilitate the calculation of health inequalities between countries and to know which areas are left behind, WHO issued an application called Health Equity Assessment Toolkit HEAT and Health Equity Assessment Toolkit HEAT Plus, this application is able to identify differences in health indicators among subgroups of the population. Researchers can enter their own data into HEAT Plus application, in this research the researcher use SDKI data.
The results showed that the coverage of delivery by SBA and childbirth in health service facilities increased from 1994 to 2012. The coverage was concentrated in mothers aged 25 39, mothers with secondary and above educational level, mothers with richest quintiles, mothers living in urban areas, and mothers who live in Sumatra and Java. The highest decreasing inequality size is Population Attributable Risk PAR and Population Attributable Fraction PAF. Inequality of delivery coverage by SBA tends to decrease in all dimensions, whereas the inequality of delivery coverage in health service facilities has increased in the provincial dimension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusnawati
"Cakupan Persalinan di Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Negara Kec. Daha Utara Kab. Hulu Sungai Selatan Prov. Kalimantan Selatan Tahun 2012 masih rendah yaitu hanya 30%, sedangkan persalinan di rumah 70%. Faktor budaya yang menjadi alasan ibu lebih memilih rumah sebagai tempat persalinan. Selain itu factor pendidikan, pengetahuan, biaya persalinan, pendapatan dan akses ke Fasilitas Kesehatan juga mempengaruhi ibu dalam pemilihan tempat persalinan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Tempat Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Negara Kec. Daha Utara Kab. Hulu Sungai Selatan Tahun 2012. Disain penelitian ini menggunakan data primer melalui metode cross sectional terhadap ibu nifas pada tahun 2011. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan univariat, bivariat dan multivariate.
Hasil Analisis Univariat menunjukkan bahwa yang memilih Fasilitas Kesehatan sebagai tempat persalinan sebesar 43 (48,9%) sedangkan yang memilih rumah sebagai tempat Persalinan sebanyak 45 (51,1%).
Hasil Analisis Bivariat menunjukkan dari 13 variabel yang diteliti ada 9 variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan Pemilihan Tempat Persalinan, yaitu : dari Faktor Predisposisi Variabel Budaya (P=0,007), Pendidikan (P=0,004), Pemeriksaan Kehamilan (P=0,013), Rencana Persalinan (P=0,007) dan Pengetahuan Ibu (P=0,10). Dari Faktor Pemungkin Variabel Pendapatan (P=0,002) dan Biaya (P=0,000) Sedangkan dari Faktor Penguat Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan (P=0,001). Sementara ada 4 variabel yang tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap Pemilihan Tempat Persalinan yaitu Variabel Pekerjaan Ibu, Pekerjaan Suami, Akses Ibu Ke Fasilitas Kesehatan dan Dukungan Suami. Pada Lokasi Penelitian 74 responden (84%) suami ibu bekerja sehingga Suami tidak punya waktu untuk mendampingi istrinya untuk memeriksakan kehamilannya ke Fasilitas Kesehatan.
Hasil Analisis Multivariat Menunjukkan bahwa dari Faktor Presdiposisi, Faktor Pemungkin dan Faktor Penguat, Variabel Biaya ( 𝑅𝑅2 = 0,389) adalah variabel yang dominan berhubungan dengan Pemilihan Tempat Persalinan.
Penelitian ini merekomendasikan Dinas Kesehatan Kab. Hulu Sungai Selatan melakukan Sosialisasi Program Jampersal terutama berkaitan dengan prosedur penggunaan Jampersal. Di samping itu perlunya kerjasama Lintas Sektoral dan Lintas Program untuk meningkatkan Program KIA yang sudah ada dengan melakukan Revolusi KIA secara sungguh-sungguh dengan cara yang luar biasa. Seperti menerapkan Perda KIBLLA yang mengupayakan larangan bagi Petugas/Bidan di Desa untuk menolong persalinan di rumah, adanya larangan bagi paraji untuk melakukan pertolongan persalinan, serta meningkatkan pengetahuan ibu melalui berbagai media penyuluhan pada setiap kesempatan.

Childbirth coverage in the health facilities in the Public Health center at Northern Daha subdistrict Hulu Sungai Selatan Regency South Kalimantan Province In 2012 is still low at only 30%, whereas 70% choosed at home. Cultural factors are the reason mothers prefer home as a place of childbirth. Besides the factor of education, knowledge, childbirth costs, income and access to health facilities also affect the selection of the mother in childbirth.
The purpose of this study was to determine the Factors Associated With Selection Sites of childbirth in the Work Area of Negara Public Health center at Northern Daha subdistrict Hulu Sungai Selatan Regency In 2012. The design of this study using primary data through a cross sectional method of postpartum mothers in 2011. Data were collected through interviews using a questionnaire. Analysis of the data using univariate, bivariate and multivariate.
Univariate results show that who choosed the health facility as a place to childbirth is 43 (48.9%) while choosed a home as a place of childbirth is 45 (51.1%).
Bivariate analysis showed the results of the 13 variables studied there are nine variables that have a meaningful relationship with site selection of childbirth, namely: Cultural Variables of Factors Predisposing (P = 0.007), edu cation (P = 0.004), pregnancy examination (P = 0.013), childbirth plan (P = 0.007) and the Knowledge of mother (P = 0.10). Revenue from Variable enabling factor (P = 0.002) and cost (P = 0.000), while from the strengthener Factor Variables Support Health Workers (P = 0.001). While there are four variables that have no meaningful relationship to the Selection of the Variable Work Place of Birth Mother, Husband Work, Access to Capital Health Facilities and Support Husband. Research on Location 74 respondents (84%) mot her's husband worked so husband did not have time to accompany his wife to check her pregnancy to a health facility.
Multivariate Analysis of results showed from Presdiposisi factors, possibility factors and strengthener factor, Cost is The dominant variable that related to site selection of childbirth.
The study recommends the Health Official at Hulu Sungai Selatan Regency do Jampersal (Childbirth Guarantee) Socialization Program primarily concerned with the use of procedures Jampersal (Childbirth Guarantee). In addition the need for cooperation across sectors and across programs to improve existing KIA Program by Revolution in earnest with an extraordinary way. Such as implementing Distric Regulation of KIBLLA that try to prohibite village midwife to help childbirth at home, and the ban for paraji to help childbirth, and increase knowledge of mothers through various media counseling on each occasion.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Rani
"Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian ibu adalah : status reproduksi yang meliputi umur, paritas dan jarak kehamilan, status kesehatan yang dapat dilihat dari status gizi dan dapat diukur melalui Berat Badan (BB) serta lingkar lengan atas (LILA), perilaku sehat yang meliputi pemeriksaan kehamilan pertama (K1), pemeriksaan kehamilan keempat (K4), penolong persalinan dan faktor-faktor tidak terduga. AKI di Kabupaten Majalengka mengalami peningkatan yang sangat tajam dari tahun 2010 sebesar 132,83 per 100.000 kelahiran hidup meningkat menjadi 206,49 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kematian ibu di Kabupaten Majalengka Tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi case control. Hasil analisis bivariat ditemukan hubungan bermakna pada K1 (p=0,000), K4 (p=0,000) dan penolong persalinan (p=0,000). Variabel tidak berhubungan adalah umur, paritas, jarak persalinan, BB dan LILA.

Factors that influence the occurrence of maternal mortality are reproduction ?. That include age, fertility ?., spacing of pregnancy, health ? can be seen from the nutritional?. And can be measured by weight and upper arm circumference, healty behavior, including the first prenatal care (K1), prenatal care fourth (K4), auxiliary labor and unforeseen factors. AKI in Majalengka District has increased very sharply from 2010 ?132,83 / 100.000 live births rose to 206,49 / 100.000 live births in 2011. General purpose of this study was to gain an overview of factors that influence maternal mortality in Majalengka District in 2011. This study is a quantitative research design with case control study. Result of bivariate analysis found significant relationships in K1 (p value=0,000), K4 (p value=0,000) and the helper of labor (p value=0,000). Unrelated variables are age, fertility ?., spacing of pregnancy, weight loss and LILA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Sriwandoko
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kematian ibu hamil tahun 2018 di RSUD Sultan Imanudin Pangkalan Bun sebanyak 15 kasus kematian ibu hamil, dimana standar indikator mutu pelayanan PONEK RS adalah zero tolerance pada kematian ibu hamil. Kematian ibu hamil ini berkaitan dengan kinerja PONEK RS yang tidak optimal. Upaya memperbaiki kinerja PONEK di RS dilakukan dengan evaluasi implementasi PONEK yang dikaitkan dengan standar indikator mutu kinerja dan mutu pelayanan PONEK berdasarkan teori mutu pelayanan Donabedian. Penyelenggaraan dan keberhasilan PONEK perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat menjadi dasar untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan PONEK. Harapannya dengan pencapaian standar mutu kinerja dan pelayanan PONEK yang optimal dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kejadian kematian ibu hamil.
Tujuan : Evaluasi implementasi PONEK dan kejadian kematian ibu hamil di RSUD Sultan Imanudin tahun 2018.
Metode : Cros sectional study, yakni dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien dan dokumen PONEK RS, mulai Januari - Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Evaluasi implementasi PONEK dilakukan untuk mengetahui mutu kinerja dan mutu pelayanan PONEK dilakukan dengan analisis quality of care Donabedian. Hasil implementasi PONEK di analisis dengan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) untuk melihat faktor utama dari kelemahan sistem PONEK. Analisis kinerja juga dilakukan dengan alat bantu elemen penilaian SNARS edisi 1.
Hasil : Waktu tanggap kamar bedah (rpn=392), waktu tanggap kamar bersalin (rpn=343) dan waktu tanggap pelayanan darah cito (rpn=294) sebagai faktor utama penyebab kegagalan sistem PONEK dengan risk priority number sangat tinggi dan sebagai prediktor kuat yang berkaitan dengan kematian ibu hamil. Analisis kinerja pelayanan PONEK menurut standar elemen penilaian SNARS edisi 1 menunjukkan adanya pemenuhan sebesar 76,92 %.
Kesimpulan : Implementasi PONEK RSUD Sultan Imanudin tidak konsisten menjalankan perannya sebagai RS rujukan yang mampu PONEK karena tidak sesuai dengan indikator mutu pelayanan PONEK yaitu zero tolerance terhadap kematian ibu hamil. Mutu kinerja pelayanan PONEK RSUD Sultan Imanudin tidak optimal disebabkan pemenuhan kinerja PONEK hanya mencapai 76,92 %. Mutu penyelenggaraan kinerja pelayanan PONEK yang tidak optimal karena masih ditemukan kelemahan kinerja PONEK yang tidak memenuhi standar mutu kinerja pelayanan PONEK. Faktor-faktor utama penyebab kelemahan PONEK berdasarkan analisis FMEA yang mempunyai risk priority number tinggi adalah waktu tanggap kamar bedah dan kamar bersalin lebih dari 30 menit, waktu tanggap pelayanan darah cito lebih dari 60 menit dan AMP internal RSUD hampir tidak pernah dilakukan.

ABSTRACT
Background : Pregnant women died in 2018 at Sultan Imanudin Pangkalan Bun Regional Hospital as many as 15 cases of maternal mortality, where the standard indicator for quality of PONEK Hospital services was zero tolerance for maternal mortality. The death of pregnant women is related to the non-optimal performance of the PONEK Hospital. Efforts to improve the performance of PONEK in hospitals are carried out by evaluating the implementation of PONEK that is associated with the performance quality standard indicators and PONEK service quality based on Donabedian service quality theory. The implementation and success of PONEK need to be monitored and evaluated, so that it can be the basis for the development and improvement of the quality of PONEK services. It is hoped that by achieving optimal quality standards of performance and PONEK services it can be utilized to reduce the incidence of maternal mortality.
Objective : Evaluation of the implementation of PONEK and the incidence of maternal mortality in Sultan Imanudin Regional Hospital in 2018.
Method : Cros sectional study, using secondary data from patient medical records and PONEK hospital documents, from January to December 2018. Sampling was done in total sampling. Evaluation of the implementation of PONEK is carried out to determine the quality of performance and the quality of PONEK services is carried out by analyzing the quality of care Donabedian. The results of the PONEK implementation are analyzed with the Failure Mode Effect Analysis (FMEA) to see the main factors of the weaknesses of the PONEK system. Performance analysis was also carried out with the SNARS assessment element 1 edition.
Results : Operating room response time (rpn = 392), delivery room response time (rpn = 343) and cito blood service response time (rpn = 294) as the main factors causing PONEK system failure with very high risk priority number and as a strong predictor related to death of pregnant women. An analysis of the performance of PONEK services according to the SNARS assessment element standard edition 1 shows the fulfillment of 76.92%.
Conclusion : The implementation of PONEK Sultan Imanudin Regional Hospital is inconsistent in carrying out its role as a referral hospital that is capable of PONEK because it is not in accordance with the PONEK service quality indicators, namely zero tolerance for maternal mortality. The quality of PONEK Sultan Imanudin Hospital services performance is not optimal due to the fulfillment of PONEK performance only reaching 76.92%. Quality of carrying out PONEK service performance is not optimal because there are still weaknesses in PONEK performance that does not meet PONEK service quality service standards. The main factors causing PONEK weakness based on FMEA analysis which has a high risk priority number are the operating room and delivery room response time is more than 30 minutes, cito blood service response time is more than 60 minutes and internal RSUD AMP is almost never."
2020
T54962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Karjatin
"Angka kematian ibu di Kabupaten Garut didapatkan masih relatif tinggi demikian juga dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang masih rendah. Melihat kenyataan tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat faktor internal maupun eksternal pada ibu bersalin yang berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Penelitian ini mengunakan pendekatan potong lintang dengan metode survei cepat yang berbasis masyarakat. Survey cepat ini memakai prosedur sampling dua tahap. Tahap pertama terpilih 30 kluster meialui cara probability proportional to size (pps) berdasarkan inforrnasi jumlah penduduk desa. Tahap kedua pemilihan sampel dengan memilih rumah yang terdekat dengan pusat desa, selanjutnya berputar seperti obat nyamuk. Besar sampel sebanyak 210 responden adalah ibu-ibu yang melahirkan pada tahun 2001. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei 2002, menggunakan kuesioner, dengan cara wawancara yang dibantu oleh petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Garut sebanyak 10 orang yang sudah mendapat pelatihan dari peneliti dan mempuyai pengalaman tentang survey cepat. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi pemanfaatan penolong persalinan dengan tenaga kesehatan adalah sebesar 60% dengan estimasi selang 95% antara 53,82% - 66,18%. Pendidikan ibu dan persepsi terhadap penolong persalinan yang merupakan faktor internal pada ibu bersalin serta biaya persalinan yang termasuk faktor ekstenal berhubungan bermakna dengan pemanfaatan penolong persalinan. Persepsi terhadap penolong persalinan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemanfaatan penolong persalinan. Agar mendapatkan simpati dari masyarakat, penolong persalinan perlu memantapkan kerjasama dengan dukun bayi dan juga mengadopsi pengalaman dare kelebihan yang dimiliki dukun bayi. Hal ini perlu untuk memperbaiki persepsi negatif terhadap penolong persalinan yang selama ini ada di masyarakat. Dalam hal ini petugas juga harus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam segi teknis maupun komunikasi. Bagi yang membutuhkan biaya untuk memanfaatkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, perbaikan program yang sudah ada seperti JPKM taanpaknya sangat bermanfaat, selain itu masyarakat juga harus didorong untuk membentuk tabulin atau mekanisme lain yang diharapkan dapat membantu pelayanan kesehatan tersebut.

The death rate of mothers in the district of Garut is relatively at a high level of statistical data and that deliveries, supported by delivery team is quite minim. The mentioned report proposed to conduct a study of internal as well as external factors that prevents mothers from utilizing delivery supporters provided by the health institute. A cross sectional study was performed and followed a method of short term survey of community. This study was carried out according to two procedure sampling. The first step was to select 30 cluster in accordance with probability proportional to size (pps) of the rural population that had been informed, the second step was the selection of homes located closed to the center of the rural center and moved to the center. The number of the sample consisted of 210 mother respondents, experiencing delivery in the year 2001. Collecting the data took place on May 2002, using questioner forms and interviews guided by officials of the District Health Service Department of Garut, that were 10 in number. This study showed that 60% with interval between 53,82% to 66,18% benefited the support of attendants provided by health services. Mothers education, perception to delivery supporters and delivery bill were internal as well as external factors that may become hindrance to utilizing supporters available. Mother perception was the most significant variable of utilizing delivery supporters. Cooperative attitude of delivery supporters with traditional midwifery habits may became clues of willingness to utilize supporters delivery team members were suggested to adopt some experiences of traditional midwifes and advance their technical knowledge and communication activities. For those needing delivery bill of skill full supporters JPKM should extend its capacity of finding system and last of all the community should be motivated to have delivery insurance and other mechanism that may increase supportive measures to health services."
2001
T3640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiffa Mardhotillah
"Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia yang masih tinggi menyebabkan sulit tercapainya salah satu poin Millenium Development Goals. Salah satu penyebab AKI yang tinggi adalah kurang baiknya kualitas pelayanan antenatal (ANC) dan ketidak tahuan ibu terhadap tanda bahaya kehamilan. Penelitian ini mencari hubungan kualitas ANC dengan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Subjek penelitian ini sebanyak 109 ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Koja pada Bulan Maret 2013. Kualitas ANC dinilai melalui observasi pada saat pelayanan, sementara pengetahuan dan sikap dinilai melalui kuesioner yang diajukan secara terpimpin.
Penelitian ini mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara kualitas ANC dengan pengetahuan ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan (p=0,011). Ditemukan pula hubungan bermakna antara pendidikan (p=0,038) dan pengalaman mengikuti penyuluhan tanda bahaya kehamilan (p=0,043) dengan pengetahuan ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Selain itu, terdapat hubungan bermakna antara jumlah kehamilan ≤ 2 (p=0,042) dan datang ke ANC ditemani (p=0,011) dengan sikap ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Kualitas ANC perlu ditingkatkan agar pengetahuan ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan semakin membaik.
Terdapat hubungan antara beberapa faktor sosiodemografis terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap tanda bahaya kehamilan. Penelitian lanjutan diperlukan untuk menguji hubungan variabel lain yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan antenatal.

The maternal mortality rate (MMR) in Indonesia that is still high causing one of the points the Millennium Development Goals becomes difficult to achieve. One of the causes is the lack of good quality of antenatal care (ANC), also the lack of knowledge of the danger signs of obstetric. This research finds relationship between quality of ANC and knowledge and attitude of pregnant woman towards danger signs of obstetric. Subjects were 109 pregnant women who visited Puskesmas Kecamatan Koja in March 2013. ANC Quality assessed through observation during the service, while knowledge and attitudes were assessed through a questionnaire guided by researcher.
It was found that there is a significant relationship between the quality of ANC and maternal knowledge about the danger signs of obstetric (p = 0.011). Also found a significant relationship between education level (p = 0.038) and experience in danger sign of obstetric counseling (p = 0.043) with maternal knowledge of the danger signs of obstetric. In addition, there is a significant relationship between number of pregnancies ≤ 2 (p = 0.042) and being accompanied while having ANC (p = 0.011) with maternal attitude toward danger signs of obstetric. Quality of ANC needs to be improved in order to increase pregnant women’s knowledge about danger signs of obstetric.
There are relationships between several sociodemographic factors of pregnant women and knowledge and attitude of pregnant women toward the danger signs of pregnancy. Further research is needed to examine the relationship of other variables that may affect the quality of antenatal care.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>