Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90306 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Made Indra Satwika
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1998
S23190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Sakina
"Tesis ini membahas mengenai mekanisme penerbitan efek beragun aset syariah (EBA Syariah). Metode penelitian dalam tesis ini adalah yuridis-normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, peraturan perundang-undangan, data sekunder jurnal, artikel maupun makalah yang berhubungan dengan penerbitan efek beragun aset syariah. Efek beragun aset syariah merupakan efek yang diterbitkan melalui kegiatan sekuritisasi syariah. Penerbitan efek beragun syariah diatur dalam Peraturan Bapepam-LK No. Kep-181/BL/2009 Tentang Penerbitan Efek Syariah (Peraturan No. IX.A.13). Efek Beragun Aset Syariah didefinisikan sebagai Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan yang tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip Syariah di Pasar Modal. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa belum terlaksananya penerbitan efek beragun aset syariah karena mekanisme yang belum lengkap terkait dengan struktur dan dukungan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menyarankan perlunya kejelasan terkait struktur transaksi dan peraturan pendukung yang diperlukan untuk dapat terlaksananya penerbitan efek beragun aset syariah di Indonesia.

This thesis discusses the mechanism of Islamic asset-backed securities issuance (EBA Sharia). Methods of research in this thesis is the juridical-normative done by researching library materials, legislation, secondary data journals, articles and papers related to the issuance of Islamic asset-backed securities. Islamic asset-backed securities are securities issued by securitization activities sharia. Issuance of sharia-backed securities regulated in Bapepam-LK No. Kep-181 / BL / 2009 Concerning Issuance of Islamic Securities (Regulation No. IX.A.13). Shariah Asset Backed Securities are defined as securities issued by the Investment Contract Asset Backed Securities Sharia portfolio consists of financial assets that do not conflict with Sharia principles in the Capital Market. The results of this study concluded that the implementation has not been publishing Islamic asset-backed securities due to incomplete mechanisms associated with the structure and support of the legislation. Therefore, in this study suggest the need for clarity related to the structure of the transaction and regulatory support necessary to the implementation of Islamic asset-backed securities issuance in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T42894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genio Yudha Wibowo Atyanto
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
S23441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1998
S23290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Mirza Fahlevy, Author
"ABSTRAK
Meningkatnya kebutuhan otomotif seiring dengan makin baiknya perekonomian Indonesia pasca krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, telah meningkatkan pula kebutuhan pembiayaan atas otomotif itu sendiri. Hal ini menjadikan peluang pasar tersendiri bagi industri multifinance di Indonesia Dengan keberadaan perusahaan pembiayaan di Indonesia, sekitar 212, tentunya persaingan yang ada terasa cukup ketat. Masing-masing perusahaan ingin berusaha merebut pangsa pasar yang ada melalui pemberian pelayanan yang baik serta suku bunga pembiayaan yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya. Apalagi kini sudah banyak bank yang juga ikut dalam usaha pembiayaan ini, tentunya persaingan yang ada menjadi jauh lebih ketat.
Kemampuan memberikan suku bunga yang rendah pada saat melakukan pembiayaan tentu saja tergantung pada seberapa besar biaya atau suku bunga yang harus dibayarkan pada saat pendanaan. Pendanaan yang paling lazim digunakan oleh perusahaan multifinance adalah loan atau pinjaman kepada lembaga keuangan seperti bank, selain itu ada pula yang menggunakan chaneling dan/atau penerbitan obligasi yang digunakan oleh beberapa perusahaan multifinance untuk memperoleh pendanaannya Salah satu altematif pendanaan yang mungkin dapat digunakan oleh perusahaan multifinance, yaitu melalui penerbitan ABS.
ABS atau sekuritisasi aset merupakan instrumen pendanaan jangka panjang, yang prinsipnya adalah mengubah aset berupa aliran kas atau tagihan kredit, basil sewa atau perdagangan ke dalam kelompok aset yang lebih likuid. Caranya adalah dengan mengalihkan hak kepemilikan aset tadi kepada pihak lain yang berfungsi khusus, yang disebut special pupose vehicle (SPV). Lembaga khusus ini nantinya menerbitkan surat utang dengan didukung aliran kas atas hak tagihan tersebut.
Dari basil analisa yang dilakukan terhadap PT. XX Finance, terlihat bahwa ABS mampu memberikan suku bunga pendanaan yang lebih rendah dibandingkan dengan altematif pendanaan lain seperti loan dan penerbitan obligasi. Meski demikian, perlu disadari bahwa tidak semua perusahaan dapat melakukan penerbitan ABS ini karena persyaratannya yang cukup banyak. Dan tingkat suku bunga yang diperoleh oleh satu perusahaan pun cenderung tidak akan sama dengan perusahaan lain, karena tingkat suku bunga ABS ditentukan oleh rating perusahaan, di mana rating tersebut terkait dengan performa perusahaan.
Di Indonesia, penerbitan ABS masih tergolong barn bagi pemsahaan multifinance, namun keberadaannya di luar negeri sudah ada sejak lama Potensi investor ABS sendiri di Indonesia sudah cukup banyak terbidik, di antaranya adalah perusahaan asuransi (terutama asuransi jiwa), reksa dana (untuk investor retail) dan dana pensiun.
Bagi perusahaan pembiayaan yang akan melakukan ekspansi pendanaan, penerbitan ABS ini dinilai dapat mengakomodasikan keinginan tersebut, karena pencatatan atas pendanaan berada di luar neraca (off balance sheet). Sehingga pendanaan melalui penerbitan ABS ini tidak akan memperbesar tingkat debt perusahaan. Hal tersebut juga dinilai sangat bagus bagi perusahaan yang telah memiliki debt cukup besar, karena penambahan dana melalui penerbitan ABS ini tidak akan membentur aturan mengenai pendanaan yang ditetapkan pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia
Untuk mengurangi resiko atas pendanaan yang ada, suatu perusahaan dapat memportofoliokan pendanaannya melalui kombinasi loan dengan penerbitan ABS atau penerbitan ABS dengan debt jenis lain, selain itu hal tersebut juga dapat memaksimalkan pendanaan yang dilakukan perusahaan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Kuncoro Jati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Adhi Indra B.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1999
S23365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Jullar
"ABSTRAK
Perkembangan Pasar modal di Indonesia telah mengalami
perkembangan yang pesat, terutama pada tahun 1981 sampai
dengafl tahun 1983 serta tahun 1969.
Sampai dengan tanggal 4 November 1989, tidak kurang dari 84
perusahaan yang telah mengeluarkan saham dan obligasi, baik
merupakan emisi pertama maupun sisi lanjutan dan
perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Hal tersebut tidak terlepas dari peranan Pemerintah yang
telah mengeluarkan serangkaian kebijaksanaan deregulasi
dibidang moneter dan perbankan, termasuk pula mengenai pasar
modal dalain rangka Paket Desember 1987. Sejak paket
kebijaksanaan tersebut, terbuka kesempatan bagi peranan
modal asing untuk berpartisipasi aktif di pasar modal kita.
Bersama itu pula Bapepam sebagai badan resmi pengelola pasar
modal tidak lagi turut campur dalam penetapan harga saham
pada pasar perdana, dalam hal ini yang menetapkan adalah
penjamin emisi atau underwriter dari perusahaan yang
menerbitkan saham atau emiten. Tetapi Bapepam melalui satu
surat keputusan yang dikeluarkan oleh Ketua Bapepam telah
menetapkan beberapa faktor yang nenjadi bahan pertimbangan
dalam penetapan harga saham dipasar perdana seperti nilai
kekayaan bersih, perkiraan penghasilan proyeksi, aluran kas,
perkiraan tingkat deviden serta terangan mengenai hasil
kegiatan perusahaan untuk masa sekurang-kurangnya 2 tahun
terakhir.
Beberapa Pihak mengkhawatirkan kepatuhan Penjamin
dan emiten untuk
memperhatikan faktor-faktor yang telah ditetapkan oleh Bapepam tersebut.
Kekhawatiran ini bertitik tolak dari kenyataan, terutama
berhubungan dengan Perilaku Para pemodal dan karakteristik
investasi Pada saham Perdefinisi investasi pada saham
adalah investasi
yang beresiko, oleb sebab itu investor
dapat menperoleh keuntungan yang besar tetapi dapat pula
menanggung kerugian yang tidak kalah besarnya pula.
pertanyaan yang kemudian diajukan adalah apakah para
investor atau masyarakat menyadari karakteristik tersebut.
Apakah tindakan yang mereka lakukan sekedar ikut-ikutan
membeli saham, tanpa memahami informasi yang menyangkut
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Berbagai
pertanyaan tersebut akhirnya mengarah kepada pertanyaan
tentang kewajaran harga saham.
Menurut apa yang terjadi saat ini bahwa harga saham-saham
yang ditawarkan belakangan ini terkesan terlalu tinggi,
apalagi jjka dibandingkan dengan harga penawaran saham yang
sudah lama terdaftar di Bursa. Perusahaan-perusahaan yang go
public di tahun 1984 kebawah, umumnya merupakan perusahaan
perusahaan yang sudah mapan tetapi harga saham yang mereka
tawarkan relatif murah yaitu tidak ada yang sampai tiga kali
nilai nominalnya.
Berbagai model dan pendekatan bisa saja dipergunakan
untuk menaksir kewajaran harga saham. Bagi mereka yang
percaya akan model
tersebut kemudian akan membeli suatu
saham kalau harganya dinilai masih terlalu rendah dan
menjual suatu saham kalau dinilai harganya sudah terlalu
tinggi. Apakah dalam kenyataannya keputusan itu selalu dapat
memberikan hasil
yang terbaik, dalam artian bisa
menghasilkan tingkat keuntungan diatas tingkat keuntungan
normal, masih merupak
an suatu pertanyaan.
Apapun model yang di
Pergunakan, maka model tersebut hanya
bersifat membantu para analis dalam memperbaiki judgement
mereka dan bukan menggantikannya. Hal ini disebabkan oleh
karena harga saham saat ini sebenarnya merupakan cerminan
prospek perusahaan dimasa yang akan datang yang dinilai
dengan memperhatikan resiko dan opportunity cost yang
dihadapi oleh para pemodal. Prospek perusahaan akan
mempengaruhi penghasilan yang akan diterima pemilik saham
yaitu dalam bentuk dividen dan capital gain, sedangkan
risiko dan opportunity cost akan mempengaruhi biaya modal
sendiri yang disyaratkan oleh pemodal.
Perdefinisi tidak ada satupun investor yang dapat mengetahui
apa yang akan terjadi dengan perusahaan tersebut dimasa yang
akan datang. Karena variabel-variabel yang mempengaruhi
harga saham merupakan variabel-variabel yang bersifat acak.
Berbagai alasan bagi perusahaan urituk go-public, tetapi
Umumnya karena alasan keuangan. Suatu perusahaan yang
struktur modalnya terdiri atas hutang yang lebih besar dan
modal sendiri, atau bila return lebih kecil dan biaya modal
pinjamann maka Peruhashaan perlu untuk mengadakan restruk
turisasi struktur Permodalannya. Salah satunya adalah
melalui penjualan saham kepada masyarakat atau go-public.
Untuk Perusahaan yang go-Publik dengan motivasi mensubstitu
si hutang menjadi modal saham mempunyai berbagai kemudahan,
diantaranya tidak perlu dihadapkan kepada kesulitan membayar
bunga dan angsuran hutang setiap waktunya.
Selain itu pula lingkungan usaha saat ini mendukung
Perusahaan-perusahaan untuk memilih alternatif go-public.
Dalam ketentuan Pakto 1988 telah ditetapkan peraturan
mengenai legal lending limit, hal tersebut menyebabkan
sumber dana yang berasal dari kredit perbankan mempunyai
keterbatasan sehingga tidak dapat diharapkan banyak.
Jadi pilihan akan banyak jatuh kepada pemilihan go-public.
Selain dengan melakukan go-public berarti ada modal yang
dapat ditarik dari perusahaan sehingga pemilik saham lama
dapat rienginvestasikan di proyek lain, juga didukung dengan
daya tarik pasar modal itu sendiri. Perusahaan-perusahaan
dapat melihat dan merasakan betapa besar kemampuan dan
murahnya dana yang dapat dihimpun dan pasar modal. Dividen
yield telah inencapai tingkat serendah 5 %, jauh lebih rendah
jika dibandingkan dengan suku bunga kredit perbankan yang
saat ini dapat inencapai 22 %.
Dari keadaan tersebut baik dilihat dari sisi intern
perusahaan maupun keadaan lingkungan ekstern, telah mendo
rong pemilihan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi perusahaan
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>