Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129908 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Lapoliwa, N.
Jakarta: Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, 1988
657.806 LAP a I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Gunawan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1979
S16442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lelly Milawati
"ABSTRAK
Dalam kegiatan transaksi niaga manapun, jaminan merupakan syarat penting yang harus dipatuhi. Salah satu bentuk jaminan yang dapat di kelola oleh perbankan adalah dalam bentuk garansi bank untuk dapat melayani kegiatan nesabahnya dalam bentuk valuta asing, Bank XYZ telah dapat menerbitkan garansi bank valuta asing. Garansi bank valuta asing merupakan jasa pelayanan Bank XYZ kepada nasabah-nasabahnya yang memiliki beberapa manfaat baik dari Bank XYZ yang menerbitkannya ( sebagai pihak penjamin ). "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Johanes
"ABSTRAK
Pada saat nilai tukar Rupiah cenderung mengalami
depresiasi, tingkat suku bunga deposito Rupiah yang relatif
tinggi dibanding dalam valas belum memberikan kepastian
bahwa masyarakat akan memilih deposito Rupiah. Pilihan ini
masih dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap
perkembangan nilai tukar tersebut. Jika ekspektasi tersebut
menyimpulkan bahwa tingkat depresiasi Rupiah ternyata lebih
tinggi dibanding dengan selisih antara tingkat suku bunga
deposito Rupiah dengan valas maka bagi masyarakat akan lebih
menguntungkan memilih deposito valas. Jika ekspektasi
tersebut menyimpulkan sebaliknya maka bagi masyarakat akan
lebih menguntungkan memilih deposito Rupiah.
Dalam sistem nilai tukar Rupiah yang tetap (fixed
exchange rate system) spekulasi deposito tersebut tetap
berlangsung, namun sifatnya sangat diskrit. Kai tan
perkembangan sebelumnya dengan sekarang dan masa datang
seakan tidak ada. Keadaan ini tak ubahnya seperti sebuah
grafik fungsi yang terputus-putus - namun erratic. Hal ini
dimungkinkan karena begitu besarnya intervensi Pemerintah
terhadap pengendalian nilai tukar Rupiah terhadap valuta
asing. Perilaku Pemerintah merupakan indikator pokok untuk
memperkirakan perkembangan nilai tukar Rupiah di masa yang
akan datang. Dalam sistim ini, peran mekanisme pasar tidak
dominan dalam menentukan tingkat harga Rupiah terhadap satu
satuan valuta asing tertentu.
Dalam sistem nilai tukar yang mengambang (managed
floating), intervensi Pemerintah jauh dikurangi. Oleh karena
itu mekanisme pasar semakin besar peranannya dalam
menentukan harga Rupiah. Spekulasi yang melibatkan nilai
tukar menjadi lebih dinamik dan lebih dapat digambarkan
adanya saling keterkaitan antara perkembangan periode
sebelumnya dengan sekarang dan yang akan datang. Dalam
memperkirakan nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing
tertentu, telah dapat dimanfaatkan berbagai variabel yang
kepekaannya terhadap perkembangan pasar sangat besar seperti
tingkat perubahan nilai tukar itu sendiri, tingkat suku
bunga Rupiah, tingkat suku bunga valas, laju inflasi
domestik dan luar negeri. Jika semua variabel ini dinyatakan
dalam sebuah persamaan matematik maka akan diperoleh
hubungan berikut :
it= (iFx + d +INFd) - (iRp + INFf)
Seandainya laju inflasi domestik (INFd) dianggap sama
atau mungkin tidak dapat dibandingkan dengan laju inflasi di
luar negeri tempat valas berasal (INFf), maka akan diperoleh
kondisi berikut: IT= (iFx + d - iRp) dengan pola interaksi
Variabel IT disebut juga differensial tingkat suku
bunga. Masyarakat akan cenderung memilih deposito valas
bilamana angka IT positif. Oleh karena itu kondisi nilai IT
merupakan indikator langsung bagi masyarakat untuk
menentukan pilihan apakah mendepositokan uangnya dalam valas
atau Rupiah.
Jika nilai IT cenderung meningkat maka akan
meningkatkan jumlah deposito valas masyarakat dalam bank.
Sebaliknya, jika nilai IT mengecil maka insentif dari
deposito valas akan turut mengecil sehingga mengalihkan
pilihan masyarakat kepada deposito dalam Rupiah.
Pada Kondisi I digambarkan bahwa dalam keadaan dimana
tingkat suku bunga deposito Rupiah lebih tinggi dibanding
tingkat suku bunga deposito dalam salah satu valas dan pada
saat yang sama ni lai tukar Rupiah terhadap valas tersebut
cenderung mengalami apresiasi, maka deposito Rupiah akan
lebih menguntungkan dibanding dalam valas.
Akan tetapi jika pada saat yang sama justru ter jadi
depresiasi terhadap Rupiah, disini masyarakat menghadapi dua
pi l ihan deposito Rupiah atau val as tersebut. Deposito
Rupiah dipilih jika selisih tingkat suku bunga deposito
Rupiah dan valas tersebut jauh lebih tinggi dibanding
tingkat depresiasi Rupiah. Sebaliknya, masyarakat akan
cenderung memilih deposito dalam valas jika selisih antar
tingkat suku bunga tersebut lebih kecil dari tingkat
depresiasi Rupiah. Dalam keadaan ini, depresiasi Rupiah
merupakan disinsentif terhadap investasi deposito dalam
Rupiah.
Sementara itu Kondisi II menggambarkan keadaan tingkat
suku bunga yang berlawanan dengan Kondisi I di atas.
Bi lamana tingkat suku bunga deposito Rupiah lebih rendah
dibanding tingkat suku bunga dalam valas, dan pada saat yang
sama nilai tukar Rupiah terhadap valas tersebut cenderung
meningkat
deposito
(apresiasi),
dalam valas
maka masyarakat cenderung memilih
jika selisih tingkat suku bunga
dibanding tingkat apresiasi Rupiah.
tingkat bunga tersebut lebih rendah
tersebut lebih besar
Namun jika selisih
dibanding tingkat apresiasi Rupiah maka pilihan masyarakat
cenderung jatuh pada deposito Rupiah. Bilamana terjadi
depresiasi Rupiah dalam Kondisi II ini terhadap valas
tersebut maka deposito yang dipilih adalah deposito dalam
Rupiah.
Secara umum disimpulkan bahwa tiap pi l ihan jatuh pada
deposito Rupiah, maka tanda variabel IT senantiasa negatif.
Jika tanda IT adalah positif ini merupakan indikasi adanya
insentif yang lebih besar yang bisa diperoleh masyarakat
jika melakukan investasi dalam deposito valas.
Kondisi I lebih relevan bagi perekonomian Indonesia
sebagaimana dijelaskan berikut ini. Mengingat tingkat
ketidakpastian (uncertainty) dalam perekonomian Indonesia
secara umum masih lebih tinggi dibanding negara pembanding
dalam studi ini, maka tingkat resiko investasi di Indonesia
pun menjadi relatif lebih tinggi. Karena tingkat suku bunga
merupakan cermin sebagian dari tingkat resiko tersebut (high
risk-high return, low risk-low return) maka otomatis tingkat
suku bunga di Indonesia senantiasa cenderung lebih tinggi
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dodi Hermawan
"Kebijakan makroprudensial merupakan kebijakan yang dijalankan oleh Bank Indonesia untuk menanggulangi risiko sistemik pada sistem keuangan melalui instumennya antara lain Loan/Financing to value. Instrumen makroprudensial dimaksud sangat penting, khususnya untuk mencegah perilaku spekulasi pada sektor properti yang dapat menimbulkan krisis perekonomian. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan mengamanatkan koordinasi dan kerjasama antara otoritas makroprudensial (Bank Indonesia) dan otoritas mikroprudensial (Otoritas Jasa Keuangan). Tujuan dari penelitian ini untuk pendalaman pengawasan makroprudensial, khususnya instrumen pengaturan Loan/Financing to Value di sektor properti dan kaitannya dengan pengawasan mikroprudensial perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan serta dampaknya pada bank yang menyalurkan properti. Data dihimpun berdasarkan studi literatur dan peraturan terkait serta wawancara mendalam. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif interpretatif.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaturan dan pengawasan makropudensial yang merupakan kewenangan Bank Indonesia memiliki hubungan dan keterkaitan yang erat dengan pengaturan dan pengawasan mikroprudensial sesuai dengan amanat Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan serta karena memiliki area pengawasan yang sama yaitu perbankan. Selain itu, pengaturan susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab dan independensi Bank Indonesia, termasuk kewenangan pengaturan dan pengawasan makroprudensial haruslah dipandang bahwa pengaturan tersebut diatur sendiri dalam Undang-Undang Bank Indonesia. Ketentuan pembatasan pemberian kredit properti melalui instrumen ketentuan Loan/Financing to Value efektif untuk meredam meningkatnya penyaluran kredit/pembiayaan properti oleh bank, meskipun terdapat hal-hal yang perlu diwaspadai. Penelitian ini memberikan saran agar Forum Stabilitas Sistem Keuangan mampu memperkuat dan menjembatani Forum Koordinasi antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dan mengamandemen Undang-Undang Bank Indonesia untuk memasukan pengaturan dan pengawasan makroporudensial pada Undang-Undang Bank Indonesia.

Macroprudential policy is a policy that is implemented by Bank Indonesia to address systemic risk in the financial system through it instruments, for example Loan/Financing to Value instrument. Macroprudential, Loan/Financing to Value, is very important, especially to prevent speculation in the property sector?s behavior that can lead to economic crisis. Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan have mandating coordination and cooperation between macroprudential authority (Bank Indonesia) and microprudential Authority (Otoritas Jasa Keuangan). The result of this research is to deepening macroprudential supervision, in particularly regulation of Loan / Financing to Value in the property sector which is relating to banking microprudential supervision by Otoritas Jasa Keuangan and its impact to banks that are distributing housing/property loan/financing. The data were collected by means of by deep interview as well as by studying the literature and related regulations. The research is a descriptive qualitative interpretative.
The result of this research concludes that the macropudential regulation and supervision, under the authority of Bank Indonesia, has a relationship and aligned with the regulation and supervision in accordance with the mandate of microprudential (Otoritas Jasa Keuangan) as well as having the same area, namely banking supervision. In addition, the setting of the structure, status, authority, responsibility and independency of Bank Indonesia, including macroprudential regulation and supervision authority must be seen that are arranged in the Bank Indonesia law. The restriction of property lending facility through the regulation of instruments Loan / Financing to Value is effective to reduce the rise banking property loan/financing, although there are some issues that need to be aware. The research provides suggestions that Financial Stability Forum is able to strengthening and bridging effective coordination forum between Bank Indonesia and Otoritas Jasa Keuangan. In addition, to amend the Bank Indonesia law to include the macroprudential regulation and supervision.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
T42769
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Pageh
1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Aprijanto
"Suatu akuisisi umumnya membutuhkan dana yang relatif besar. Skripsi ini membahas tentang pembatasan pemberian kredit oleh bank untuk pembiayaan transaksi leveraged buyout. Terdapat dua permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yakni (1) batasan-batasan dan larangan-larangan pemberian kredit oleh bank berdasarkan ketentuan perundang-undangan terkait saat ini dan (2) implikasi hukum pembatasan pemberian kredit perbankan untuk pembelian saham perusahaan tertutup dalam rangka transaksi leveraged buyout. Bentuk penelitianini adalah yuridis-normatif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa praktik pembiayaan transaksi leveraged buyout belum diatur secara jelas dalam ketentuan perbankan di Indonesia. Penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya pemberian kredit untuk transaksi leveraged buyout dapat dilakukan oleh bank di Indonesia selama tujuan dari pemberian kredit adalah untuk pengembangan usaha.

An acquisition predominantly requires an extensive amount of funds. This paper discusses restrictions imposes by Indonesia's regulations on bank loans for leveraged buyout transactions in Indonesia. There are two concerning issues: (1) restrictions and bans on bank loans based on current legislations and (2) juridical implications on bank loans restriction for funding an acquisition of a private company in a leveraged buyout scheme. This research uses juridical-normative approach.
This result of this research reveals that there is no distinctive law regulating bank loans for leveraged buyout transaction in Indonesia. It is concluded that leveraged buyout transaction is allowed to be funded by bank loans in Indonesia only if the objective of the acquisition is to expand the debtor's current business.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S57217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Transaksi valuta asing merupakan salah satu kegiatan
umum dalam dunia perbankan yang tidak dapat dihindarkan
lagi pelaksanaannya. Sebagai lembaga keuangan syariah, Bank
Syariah Mandiri melakukan pelayanan kegiatan transaksi
valuta asing untuk kepentingan nasabah serta untuk memenuhi
kebutuhan operasional bank itu sendiri. Dalam menyediakan
jasa tersebut, tentunya Bank Syariah Mandiri harus merujuk
dan mematuhi prinsip-prinsip hukum Islam yang mengatur
mengenai transaksi valuta asing. Sehubungan dengan
kegiatannya itu, terdapat tiga pokok permasalahan yang
dapat diungkapkan, yaitu: bagaimanakah transaksi valuta
asing yang terjadi di pasar valuta asing?, transaksitransaksi
apa saja yang diperbolehkan dan dilarang menurut
hukum Islam, bagaimanakah hubungan transaksi-transaksi
tersebut dengan riba fadl? Dan bagaimana penerapan hukum
Islam dalam penerapan transaksi valuta asing yang dilakukan
PT. Bank Syariah Mandiri?. Dalam menjawab pokok-pokok
permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode
penelitian kepustakaan dan lapangan, yang menghasilkan
kesimpulan sebagai berikut: Transaksi valuta asing yang
terjadi di pasar valuta asing bermula dari adanya
permintaan dan penawaran valuta asing yang dilakukan oleh
berbagai pihak yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang
berbeda-beda. Praktik transaksi valas ternyata dilakukan
dengan berbagai motif mulai kepentingan umum, untuk
berjaga-jaga hingga untuk mencari keuntungan dengan cara
yang spekulatif. Dalam fikih Islam ternyata ada sejumlah
transaksi yang dilarang untuk dilakukan, misalnya transaksi
yang dilakukan secara tidak tunai, transaksi yang bersifat
spekulatif dan transaksi yang dikategorikan sebagai riba
fadl. Praktik yang berkembang di Bank Syariah Mandiri,
kegiatan pelayanan transaksi valuta asing ternyata hanya
dilakukan untuk memberi kemudahan kepada nasabahnya, antara
lain dalam melaksanakan ibadah haji dan melakukan berbagai
transaksi komersial yang sesuai dengan syariah Islam. Untuk
itulah Bank Syariah Mandiri menyediakan pelayanan transaksi
valuta asing yang terdiri dari: deposito valas, giro valas,
jasa penukaran uang, transfer dan collection serta jasa
yang berkaitan dengan kegiatan ekspor-impor. Dalam
prinsipnya, semua kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai
dengan syariah Islam."
[Universitas Indonesia, ], 2004
S23780
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>