Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"We suggest a chemical model for the composition and atmospheric processing of mixed organic-inorganic aerosol. The PITZER model
was modified and parameterized to better
describe atmospheric relevant conditions and mixture compositions. Using the wide range of data for the following systems containing malonic acid (H2Malo): H+? Na+? HMalo-? Cl-?H2Malo ? H2O and H2Malo ? H2SO4? H2O. With these modifications the activities of inorganic
salt solutions and acids are well represented up to high ionic strength. The first model is a result of mixtures containing NaCl, water and either malonic acid, succinic, oxalic, glutaric or adipic
at room temperature. The parameterization of direct inorganic/organic
interactions strongly improves the agreement between experimental
and modelled activity coefficients for the
diacids/ water/ salt solutions. The system compositions are given in terms of ions in the cases where acid dissociation was considered. Tropospheric aerosols contain a mixture of inorganic
salts, acids, water and organic compounds. An
interaction between neutral or charged components in such a mixture leads to discrepancies from ideal thermodynamic behavior.
Using component activities instead of molar concentrations one can co
unt for this non idea behavior."
[Fakultas Teknik UI, University of East Anglia. School of Environmental Sciences], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
S29749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani
"Senyawa trifeniltimah asetat merupakan senyawa golongan trifeniltimah karboksilat yang mempunyai kegunaan antara lain sebagai insektisida, dengan mekanismenya sebagai antifeedant. Senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai antifeedant karena kemampuannya untuk mempengaruhi indera perasa dari serangga, sehingga keinginan untuk makan dari serangga tersebut akan menurun. Sintesis trifeniltimah asetat ini dilakukan dengan menggunakan material awal trifeniltimah klorida dalam pelarut aseton dan dengan penambahan natrium asetat berlebih. Produk yang dihasilkan berupa kristal yang berwarna putih, yaitu sebanyak 0,6327 g dengan kemurnian yang cukup baik, jika dilihat dari kromatogram yang dihasilkan dari GC, yaitu dengan luas area 100 %, persentase yield dari produk yang dihasilkan adalah 30,9 %. Karakterisasi juga dilakukan dengan menggunakan uji titik leleh, nilai kisaran titik leleh yang terbaik adalah 120,6 ? 124,6 0C, nilai tersebut didapatkan jika produk direfluks selama 3 jam. Begitu juga dengan serapan pada daerah infra merah, menunjukkan hasil yang mendekati dengan standar jika produk tersebut direfluks selama 3 jam, yaitu sudah tidak terdapat serapan pada daerah 300-400 cm-1, yang merupakan daerah serapan Sn-Cl. Identifikasi dengan GC yang menghasilkan satu puncak, kemudian dengan menggunakan detektor spektrometri massa, didapatkan fragmentasi dari senyawa trifeniltimah asetat hasil sintesis adalah adalah m/z 351 m/z 274 m/z 197 m/z 120. Selanjutnya senyawa trifeniltimah asetat tersebut diuji efektivitasnya sebagai antifeedant bagi ulat grayak. Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan kenaikan konsentrasi, maka terjadi penurunan keinginan untuk makan dan karena konsumsi makanan berkurangl, maka ulat tersebut akan mati. Banyaknya ulat yang mati semakin besar jumlahnya, dengan kenaikan konsentrasi trifeniltimah asetat yang diberikan pada makanannya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selvia Marsentiani
"Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis dan karakterisasi kopolimer
grafting radiasi asam akrilat (AA) dan campuran asam akrilat dengan akrilamid
(AmAA) sebagai penukar ion logam berat. Penelitian ini bertujuan mengetahui
pengamh gugus amida terhadap sifat-sifat pertukaran ion serat rayon yang
dimodifikasi dengan gugus karboksilat. Parameter yang dipelajari adalah
kapasitas pertukaran, selektivitas pertukaran dan kinetika pertukaran. Dari data
yang diperoleh juga didapatkan informasi panas adsorpsi serat P-g-AA dan P-gf
AmAA terhadap logam Cu (II).
Penentuan kapasitas dilakukan dengan metode kolom dan titrasi asambasa.
Selektivitas pertukaran dilakukan terhadap logam Cu (II), Co (II), Cd (II), Cr
(III), Ni (II), Pb (II), Zn (II) dan Fe (III) dengan sistem batch dan larutan yang tidak diserap oleh serat diukur menggunakan AAS. Kinetika pertukarfn dan pai^^s^^
adsorpsi ditentukan dengan variasi waktu kontak dan suhu antara serat P-g-AA
(jan p.g-AmAA terhadap logam Cu (II).
Hasil yang diperoleh menunjukkan hubungan linear antara kapasitas tukar
Ion (mek/g) dengan % grafting maslng-masing serat. Makin tinggi % grafting,
kemampuan serat untuk menukarkan ionnya akan semakin tinggi pula.
Pada pH asam (3,0), urutan keselektifan logam adalah Cu > Pb > Cr > Zn
> Co > Ni > Cd > Fe untuk serat P-g-AA dan Cu > Cr> Pb > Fe > Ni > Co > Zn >
Cd untuk serat P-g-AmAA. Sedangkan pada pFI basa (8,0) adalah Pb > Cu > Cr
> Zn > Cd > Ni > Co > Fe untuk serat P-g-AA , dan Fe > Zn > Co > Pb > Ni > Cr
> Cd > Cu untuk serat P-g-AmAA. Pada kedua serat, penyerapan terlihat
melalui mekanisme pertukaran ion dan mekanisme koordinasi antara serat
dengan ion-ion logam. Kedua serat tidak selektif untuk digunakan pada pH
asam, sehingga baik sebagai penyerap ion-ion logam yang berasal dari limbah
industri. Dengan mengetahui harga Kd masing-masing logam, maka dapat
dilakukan pemisahan antara logam yang satu dengan yang lain,
Pengujian sifat kecepatan penyerapan menunjukkan bahwa waktu kontak
10 detik , serat belum mencapai kejenuhan. Jumlah ion Cu (II) yang diserap akan
semakin besar sesuai dengan kenaikan suhu. Reaksi antara serat P-g-AA dan
f
P-g-AmAA adalah reaksi endoterm, yang berarti menyerap panas untuk
melangsungkan reaksinya dengan logam Cu (II)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninda Virlia Sasmita
"Penelitian bertujuan untuk melihat pengarurfaaanya gugus karbdksilat
pada serat rayon yang dimodifikasi dengan gugus amida melalui penentuan
harga kemampuan pertukaran ion, harga log Kd dan selektivitas pertukaran
terhadap Ion-ion logam berat, serta kecepatan pertukaran lonnya pada
beberapa suhu terhadap logam Cu (II). Selain itu juga dilakukan uji pendahuluan
pertukaran serat Pg-Am terhadap anion nitrat, sulfat, dan phosfat.
Percobaan dilakukan pada serat rayon yang telah dimodifikasi dengan
pencangkokan {grafting) dengan monomer akrilamida (Pg-Am) dengan 141,3
% grafting dan pada serat rayon yang dicangkok dengan campuran akril
amida dengan asam akrilat (Pg-AmAA) dengan 104,4% grafting. Kemampuan
pertukaran ditentukan dengan meng-gunakan HCI/NaOH pada beberapa konsentrasi.
Selektivitas pertukaran dipelajari dengan menentukan perbandingan
konsentrasi ion logam dan anion dalam serat dan dalam larutan pada
berbagai pH. Kecepatan pertukaran ion dipelajari dengan memvariasikan
waktu kontak serat yangtelah dimodifikasi dengan larutan Cu (II) pada suhu 25°, 36°, 45° dan 60°C. Pengukuran konsentrasi logam pada penelitian ini
dilakukan dengan AAS sedangkan pengukuran konsentrasi anion dalam
larutan ditentukan dengan spektrofotometer UV Vis.
Dari percobaan disimpulkan bahwa gugus karboksiiat tidak terialu
memberikan pengaruh pada kemampuan pertukaran ion serat Pg-Am. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin pekat konsentrasi HCI/NaOH
yang dipakai, semakin tinggi pula harga kemampuan tukar ion serat Pg-Am
dan Pg-AmAA. Kemampuan pertukaran ion untuk serat Pg-Am dan serat Pg-
AmAA berturut-turut mencapai 9,5 mek/gr dan 10,1 mek/gr. Penentuan harga
Kd serat-serat Pg-Am dan Pg-AmAA menunjukkan urutan selektivitas ion-ion
logam yang berbeda untuk pH asam maupun basa. Adanya gugus kartx)ksilat
berpengaruh terhadap selektivitas dan meningkatkan distribusi logam dalam
serat. Mekanisme penukaran ion yang terjadi pada serat Pg-Am adalah mekanisme
koordinasi sedangkan pada serat Pg-AmAA terjadi mekanisme koordinasi
dan mekanisme pertukaran ion. Pada uji penukaran anion, diperoleh
hasil bahwa serat Pg-Am tidak dapat berfungsi sebagai penukar anion untuk
phosfat. Urutan selektivitas anion yaitu P04^'< CH3C00' < NOs" < S04^'.
Serat Pg-Am mempunyai kecepatan pertukaran terhadap Cu (II) yang lebih
tinggi daripada serat Pg-AmAA. Untuk serat Pg-Am dalam waktu 1 menit,
85% - 95% gugus aktif telah ditukar oleh Cu (11) dan untuk Pg-AmAA dalam
waktu 2 menit baru 50% gugus yang dipertukarkan. Adanya gugus
karboksiiat juga meningkatkan kestabilan serat pada suhu tinggi.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifah Mumtaz
"Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang melimpah di atmosfer dan dapat menyebabkan pemanasan global. Konversi atau pemanfaatan CO2 menjadi bahan yang bernilai tambah dapat menjadi strategi untuk mengurangi emisi gas CO2 di atmosfer. Berbagai pendekatan reaksi untuk mengubah CO2 telah dipelajari, salah satunya reaksi karboksilasi. Pada penelitian ini, nanopartikel NiAg berhasil disintesis dengan bantuan CTAB sebagai capping agent dan NaBH4 sebagai agen pereduksi untuk menghasilkan katalis bimetalik. Analisis XRD menunjukkan puncak pada 38,13°, 44,37°, 64,54°, 77,41°, dan 81,62° yang menandakan terbentuknya logam Ag(0) dan Ni(0) pada nanopartikel NiAg. Analisis SEM-EDX menunjukkan morfologi NiAg berbentuk seperti butiran dengan permukaan yang kasar, serta persebaran logam Ni dan Ag yang merata. Analisis TEM menunjukkan ukuran rata-rata partikel NiAg sebesar 22,684 nm yang termasuk ke dalam nanomaterial. Nanopartikel NiAg hasil sintesis digunakan dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 dalam medium DMF dan DBU. Penambahan jumlah ekivalen DBU dilakukan untuk meningkatkan performa katalis dalam menghasilkan produk asam karboksilat dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2. Analisis HPLC menunjukkan hasil optimum diperoleh dengan penambahan 10 ekivalen DBU pada temperatur 55 °C selama 4 jam dengan yield sebesar 0,5382% untuk asam fenilpropiolat dan 0,3459% untuk asam sinamat, serta konversi fenilasetilena mencapai 78,8452%.

Carbon dioxide is a greenhouse gas abundant in the atmosphere and can cause global warming. Conversion or utilization of CO2 into value-added materials can be a strategy to reduce CO2 gas emissions in the atmosphere. Various reaction approaches to convert CO2 have been studied, one of which is the carboxylation reaction. In this study, NiAg nanoparticles were synthesized with CTAB as a capping agent and NaBH4 as a reducing agent to produce a bimetallic catalyst. XRD analysis of NiAg showed peaks at 38,13°, 44,37°, 64,54°, 77,41°, and 81,62°, indicating the formation of Ag(0) and Ni(0) metals. SEM-EDX analysis showed that NiAg morphology was granular with a rough surface, and the distribution of Ni and Ag metals was uniform. TEM analysis showed the average size of NiAg particles to be 22,684 nm, which belongs to the nanomaterial category. The synthesized NiAg nanoparticles was used in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2 in the DMF and DBU medium. The addition of DBU was carried out to improve the catalyst performance in producing carboxylic acid products in the reaction of phenylacetylene carboxylation with CO2. HPLC analysis showed that the optimum results were obtained with the addition of 10 equivalents of DBU at 55 °C for 4 hours, with yields of 0.5382% for phenylpropiolic acid and 0.3459% for cinnamic acid, and phenylacetylene conversion reached 78.8452%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Andriyanti
"Carbon dioxide is a renewable C1 resource for synthesis chemicals. CO2 in carboxylation reactions requires catalysts Ni complex for CO2 activation. However, the use of Ni complex homogeneous catalysts in the reaction is still less efficient due to the difficult in separating the product and catalyst. Therefore, it is necessary to heterogenize the Ni complex in solid supporting such as mesoporous carbon. In this research, a carboxylation reaction with CO2 was tested using a Ni catalyst that was functionalized with phenanthroline (phen) ligand impregnated on the solid support of mesoporous carbon. Soft template method has been successfully used in mesoporous carbon synthesis with phloroglucinol and formaldehyde prekursors as a carbon source, Pluronic F127 as a structural directing agent, and HCl as an acid catalyst. Modification of the catalyst was carried out by impregnation of Ni from Ni(NO3)2.6H2O which was then functionalized with phenanthroline (phen) ligands into mesoporous carbon to form Ni-phen/MC catalysts. Mesoporous carbon material (MC) and Ni-phen/MC are characterized by FT-IR, XRD, SEM-EDX, and SAA. The results of SAA characterization showed that the pore diameter of MC was 6.7174 nm and Ni-phen/MC was 5.08 nm which indicate that the material was mesoporous. Ni-phen/MC material was then used as a heterogeneous catalyst in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2. The reaction were carried out in several variations of conditions, temperature variations (25oC, 50oC and 75oC), time variations (4 hours, 8 hours and 16 hours), variations in catalyst types (MC, Ni-phen and Ni-phen/MC). Based on the results of the reaction, the optimum conditions was obtained at 25oC for 8 hour of reaction time using Ni-phen/MC catalyst. The main product of the carboxylation reaction is identified by the HPLC instrument, while the remaining catalyst that has been used in the reaction was identified using the FT-IR instrument.
Carbon dioxide is a renewable C1 resource for synthesis chemicals. CO2 in carboxylation reactions requires catalysts Ni complex for CO2 activation. However, the use of Ni complex homogeneous catalysts in the reaction is still less efficient due to the difficult in separating the product and catalyst. Therefore, it is necessary to heterogenize the Ni complex in solid supporting such as mesoporous carbon. In this research, a carboxylation reaction with CO2 was tested using a Ni catalyst that was functionalized with phenanthroline (phen) ligand impregnated on the solid support of mesoporous carbon. Soft template method has been successfully used in mesoporous carbon synthesis with phloroglucinol and formaldehyde prekursors as a carbon source, Pluronic F127 as a structural directing agent, and HCl as an acid catalyst. Modification of the catalyst was carried out by impregnation of Ni from Ni(NO3)2.6H2O which was then functionalized with phenanthroline (phen) ligands into mesoporous carbon to form Ni-phen/MC catalysts. Mesoporous carbon material (MC) and Ni-phen/MC are characterized by FT-IR, XRD, SEM-EDX, and SAA. The results of SAA characterization showed that the pore diameter of MC was 6.7174 nm and Ni-phen/MC was 5.08 nm which indicate that the material was mesoporous. Ni-phen/MC material was then used as a heterogeneous catalyst in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2. The reaction were carried out in several variations of conditions, temperature variations (25oC, 50oC and 75oC), time variations (4 hours, 8 hours and 16 hours), variations in catalyst types (MC, Ni-phen and Ni-phen/MC). Based on the results of the reaction, the optimum conditions was obtained at 25oC for 8 hour of reaction time using Ni-phen/MC catalyst. The main product of the carboxylation reaction is identified by the HPLC instrument, while the remaining catalyst that has been used in the reaction was identified using the FT-IR instrument."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York : Interscience Publishers, 1956
541.36 EXP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Pola makan, khususnya asupan asam lemak dapat merupakan informasi yang sangat berarti dalam memberikan pengertian atau penjelasan mengenai peranan hubungan diet dengan penyakit-penyakit kronis, khususnya pennyakit jantung koroner (PJK). Desain penelitian ini adalah “cross sectional”. Informasi dikumpulkan untuk dapat menggambarkan asupan nutrien khususnya asupan asam lemak pada 4 (empat) kelompok etnik yaitu: etnik Minangkabau, Sunda, Jawa dan Bugis. Persentase asam lemak jenuh terhadap total energi sekitar 20% pada keempak kelompok etnik ini.Persentase asam lemak tidak jenuh majemuk terhadap total energi berkisar diantara 4.4% sampai 4.6% pada kelompok etnik Sunda dan Jawa.Sedangkan pada kedua etnik lainnya, persentase asam lemak tidak jenuh majemuk terhadap total energi lebih rendah, 2.6% pada suku Minangkabau dan 2.8% pada suku Bugis. Persentase asam lemak tidak jenuh tunggal terhadap total energi lebih tinggi pada etnik Sunda dan Jawa (6.1% vs 5.5%) Sedangkan persentase asam lemak tidak jenuh tunggal terhadap total energi pada kedua etnik lainnya Minangkabau dan Bugis lebih rendah (2.6% vs 2.8). Berdasarkan ratio dari asam lemak tidak jenuh majemuk dengan asam lemak tidak jenuh tungal dan dengan asam lemak jenuh, dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau dan Bugis memiliki kualitas pola diet asupan lemak yang kurang baik. Selain kurang baiknya pola diet asuapan lemak, suku Minangkabau juga mengkomsumsi total asupan lemak yang cukup tinggi, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suku Minangkabau mempunyai risiko tinggi terhadap dislipidemia dibandingkan dengan ketiga kelompok etnik lainnya. (Med J Indones 2005; 14:242-8)

The use of dietary pattern specifically fatty acids intake should prove to be an informative and powerful means to augment our understanding of the role of diet in chronic disease particularly CHD. Cross sectional study was implemented to describe the nutrients intake specifically fatty acids intake of 4 (four) ethnic groups in Indonesia, such as Minangkabau, Sundanese, Javanese and Buginese. The percentage of saturated fatty acid (SAFA) to total energy intakes were around 20%. The percentage of polyunsaturated fatty acid (PUFA) to the total energy were about 4.4% to 4.6% among the Sundanese and the Javanese.While among the other two ethnic groups, the percentage of PUFA to total energy were less, 2.6 % among the Minangkabau and 2.8% among the Buginese ethnic. The percentage of mono unsaturated fatty acid (MUFA) to total energy intake were higher among the two ethnic groups, Sundanese and Javanese (6.1% vs. 5.5%). While the percentages of MUFA between the other two ethnic groups Minangkabau and Buginese ethnic were lower (2.6% vs. 2.8%). Based on the ratio of PUFA: MUFA: SAFA, we could consider that Minangkabau and Buginese ethnic groups both had poor quality of dietary fat pattern. Having the poor quality of dietary fat pattern and higher fat intake, we might take into consideration that the Minangkabau ethnic groups, had higher risk toward dyslipidemia compared to the other three ethnic groups. (Med J Indones 2005; 14:242-8)"
Medical Journal Of Indonesia, 14 (4) October December 2005: 242-248, 2005
MJIN-14-4-OctDec2005-242
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>