Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103900 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulia Paramita
"Kekerasan terhadap anak banyak dilakukan oleh orangtua kandung. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap anak antara lain karena faktor kemiskinan atau kesulitan individu, faktor sosial, faktor pendidikan, faktor kultural, faktor struktural, faktor media, faktor negara, faktor di terapkannya sistem kapitalisme yang berakar pada sekularisme (penolakan campur tangan agama dalam kehidupan, faktor degradasi iman. Beberapa tindakan kekerasan terhadap anak dapat dibagi menjadi perlakuan diskriminasi dan ketidakadilan, penelantaran, kekerasan, kekejaman dan penganiayaan (fisik, emosional, dan verbal), dan eksploitasi (ekonomi dan seksual). Beberapa tindakan kekerasan terhadap anak dibagi menjadi perlakuan diskriminasi, penelantaran, kekerasan (fisik, emosional, dan verbal) dan eksploitasi (ekonomi dan seksual). Beberapa permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimanakah Hukum Islam mengatur mengenai perlindungan anak terhadap tindak kekerasan yang dilakukan orangtua, bagaimanakah peraturan perundang-undangan di Indonesia mengatur mengenai perlindungan anak terhadap kekerasan yang dilakukan orangtua, dan apakah UU perlindungan anak telah sesuai dengan Hukum Islam. Untuk menjawab permasalahan ini, penulis menggunakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan jenis data sekunder dengan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan dan hukum tersier. Metode pengolahan data bersifat kualitatif secara wawancara. Hak-hak anak dalam Islam berlandaskan Manhaj Rabbaniyah (ketuhanan kepada Allah), sedangkan peraturan perundang-undangan berlandaskan kesepakatan manusia dan bersandar pada hukum-hukum buatan manusia untuk kemaslahatan bersama. Peraturan perundang-undangan di Indonesia yang mengatur mengenai perlindungan anak terhadap kekerasan yang dilakukan orangtua berkaitan dengan masalah diskriminasi, penelantaran, kekerasan dan eksploitasi telah sesuai dengan hukum Islam, Yang kurang sesuai dengan tinjauan hukum Islam adalah masalah pengasuhan dan perlakuan keadilan. Disarankan agar adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang membahas mengenai perlindungan anak dalam Islam, menggiatkan sosialiasi pencegahan tindak kekerasan terhadap anak. Menjalankan semua program yang telah dicanangkan dengan disiplin, kontinuitas dan konsekuen."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007
S21373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S.P.D.Atty Alamsjah
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlisye Pandin
"Tujuan Perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang kekal dan sejahtera jasmani dan rohani, merupakan kewajiban kedua orang tua untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga, karena keharmonisan dalam rumah tangga merupakan hal yang utama untuk mewujudkan pelaksanaan kesejahteraan anak, orang tua yang pertama dan bertanggung jawab atas kesejahteraan anak. Bila terdapat penyalah gunaan kekuasaan atau penelantaran anak maka orang tua dapat dicabut hak penguasaan anaknya. Walaupun tidak secara tegas dicantumkan namun masih dapat kita jumpai pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan kesejahteraan anak yaitu dalam bab-bab yang mengatur tentang kekuasaan orang tua dan Perwalian. Hal yang mendasari setiap putusan Hakim di Pengadilan adalah untuk memberikan kesejahteraan anak dengan mengutamakan kepentingan anak."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Savyna
"Anak adalah salah seorang anggota keluarga. Dia merupakan makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang. Dalam pertumbuhan fisik organis dan perkembangan psikis, lingkungan sosial sangat berpengaruh. Lingkungan sosial yang paling dekat kepada anak ialah kedua orang tuanya. Dengan kata lain orang tua mempunyai peran cukup besar terhadap perkembangan anak terutama pada permulaan usia. Karena itulah orang tua seringkali dipilih sebagai tokoh identifikasi (model untuk ditiru) yang diperlukan untuk mengembangkan berbagai potensi anak, baik potensliblologis, potensi mental Intelegensia, potensi sosial, maupun potensi emoslonal.
Orang tua dltuntut untuk memberikan bimbingan dan rangsangan agar potensi-potensl itu dapat berkembang secara normal ke arah yang baik dan benar. Kiranya merupakan hal yang layak apabila si anak diarahkan menjadi manusia yang balk dan benar.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang dlriwayatkan oleh Abu Hurairah RA sebagai berikut :
"Anak yang dllahlrkan semata-mata dalam keadaan sucl. Maka kedua Ibu bapaknyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau Majusi".
Dalam pandangan Islam, anak merupakan kurnia Allah yang bersifat titipan atau amanat. Orang tuanya wajib menjaga, memelihara serta mengarahkannya kepada kehidupan yang balk dan benar; sehingga anak berfungsi sebagai generasi penerus yang dipersiapkan untuk melanjutkan segala cita-cita dan harapan kedua orang tuanya. Dengan dernikian tugas dan kewajiban membina dan memelihara anak, di samping mengandung nilai "regenerasi", juga mempunyai nilai "ibadah"."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Novianti
"Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar, seorang anak memerlukan pemenuhan berbagai macam kebutuhannya, seperti: pangan, sandang, papan, kasih sayang, pemeliharaan dan asuhan, serta pendidikan. Kedua orang tua wajib memenuhi berbagai macam kebutuhan dari anaknya itu. Apabila diantara kedua orang tua meninggal salah satunya, maka yang lainnya berhak untuk memelihara dan mengasuh anaknya. Pada umumnya yang lebih banyak menimbulkan persoalan yaitu apabila yang meninggal adalah seorang bapak sebagai tulang punggung pencari nafkah keluarga. Persoalan akan timbul bila si ibu tidak dapat memenuhi kebutuhan bagi diri dan anaknya, sepeninggal suaminya itu. Dalam hal terjadi keadaan yang demikian, maka hukum Islam menentukan bahwa kalangan karib kerabat si anak harus berupaya semaksimal mungkin membantu dan memelihara anak yatim/terlantar itu. Disamping itu, dalam Hal tertentu sekali kedudukan ibu sebagai wali dapat dialihkan kepada orang lain atau badan yang khusus memelihara dan mengurus anak yatim itu. Adapun hukumnya menunjuk orang atau membentuk badan yang akan menjadi wali anak yatim itu adalah Fardhu kifayah."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1990
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Andriyani
"Kekerasan seksual yang terjadi pada anak jalanan perempuan mentpakan permasalahan serius yang mempengaruhi kesehatan fisik, emosi. dan seksual. Bentuk kekerasan seksual yang dialami anak jalanan perempuan adalah diraba payudaranya) masturbasi pelaku exhibitionism, dan diperkosa. Penelitian ini bertujuan mengetahui fenomena kekerasan seksual yang terjadi pada de!apan ana.k jalanan perempuan di delapan kantong anak jalanan di Jakarta Timur dan dampaknya terbadap kesehatan reproduksi dengan menggunakan desain penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan children of street memiliki risiko mengalami kekerasan seksual lebib tinggi dihandingkan children on street. Dampak terhadap kesebatan reproduksi yang dialami adalah infeksi menular seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, dan aborsi yang tidak aman.

Sexual abuse of female street children is serious problem !hat affects the physical, emotional, and sexual health of the person !hat lives with it Sexual abuse of female street children are breast touching, masturbation of perpetrators, exhibitionism, and sexual intercourse. Tills research is aimed to figure out the sexual abuse of eight female street children at eight places of street children in East Jakarta and the impact of their reproductive health. Eight female street children are interviewed using purposive sampling and snowballing technique. Research result brings to a conclusion that children of street have risk more bigger than children on street. The impacts of sexual abuse of female street children are unwanted pregnancies, unsafe abortion and sexual transmitted infections."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32478
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Bantuan hukum dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia selama ini identik dengan para pelaku tindak pidana. Hal tersebut disebabkan karena setiap peraturan yang berkaitan dengan masalah bantuan hukum selalu ditujukan untuk kepentingan mereka yang tersangkut tindak pidana, dalam arti para pelaku tindak pidana itu sendiri. Oleh sebab itu telah terbentuk pikiran di benak semua orang, khususnya masyarakat awam, kalau bantuan hukum itu hanya merupakan hak dari para pelaku tindak pidana saja. Pemikiran yang sudah terbentuk selama bertahun-tahun itu tidak dapat disalahkan, karena selama ini setiap peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia mayoritas ditujukan untuk mengatur segala hal yang berkaitan dengan tindak pidana, termasuk pelaku tindak pidana dengan segala konsekuensi akibat tindak pidana yang mereka lakukan dan hak-hak yang mereka dapatkan selama mereka berhadapan dengan hukum. Kenyataan ini mengakibatkan para korban tindak pidana menjadi terabaikan kedudukannya di depan hukum. Padahal seharusnya mereka mempunyai hak-hak yang sama, atau bahkan lebih, dari para pelaku tindak pidana. Karena bagaimanapun juga merekalah pihak yang dirugikan atas terjadinya suatu tindak pidana. Namun kini, dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (UUPA), para korban tindak pidana, khususnya ditujukan pada anak-anak korban tindak pidana, mempunyai dasar hukum untuk memperoleh bantuan hukum sebagaimana yang didapat pelaku tindak pidana. Dengan keberlakuan UUPA ini, diharapkan hak-hak anak yang menjadi korban tindak pidana menjadi terlindungi, apalagi bila melihat kenyataan yang belakangan ini terjadi di dalam masyarakat dimana anak-anak seringkali menjadi korban tindak pidana kekerasan tanpa mengenal usia, tempat maupun pelaku tindak pidana yang kadangkala merupakan orang-orang yang seharusnya melindungi mereka. Bantuan hukum yang di tujukan terhadap anak-anak korban kekerasan ini dapat menjadi landasan untuk mewujudkan perlindungan khusus terhadap mereka agar di kemudian hari tindak pidana tersebut tidak lagi terjadi atau setidaknya diminimalisir."
[Universitas Indonesia, ], 2008
S22132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Putri Afrilia
"Skripsi ini membahas mengenai implementasi program pencegahan kekerasan terhadap anak di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian positivis dengan desain deskriptif, dimana peneliti mencoba menggambarkan fenomena atau gejala yang dalam hal ini adalah implementasi program pencegahan kekerasan terhadap anak di Pusat Pelayanan Terpadu pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta.
Hasil dari penelitian menemukan bahwa implementasi program pencegahan kekerasan terhadap anak di P2TP2A DKI Jakarta sudah berjalan dengan baik. Masalah - masalah yang ditemui antara lain: kurangnya fasilitas yang ada, tidak adanya dukungan dan kerjasama pihak swasta, dan kurangnya kesadaran masyarakat mengenai upaya pencegahan kekerasan terhadap anak.

This thesis discusses the implementation of child abuse prevention program in the Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta. This study is a descriptive design with positivist research, where researchers try to describe the phenomenon or phenomena in this regard is the implementation of child abuse prevention program in the Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) DKI Jakarta.
The results of the study found that implementation of child abuse prevention program in P2TP2A DKI Jakarta already well underway. The problems encountered are: lack of facilities, lack of support and cooperation of private parties, and the lack of public awareness about child abuse prevention efforts.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yessy Dessy Arna
"Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggungjawab ia memerlukan kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang tanpa rasa takut mengalami kecacatan dan mengalami tindakan deskriminasi dari orang dewasa yang ada disekitarnya terutama keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara struktur dan fungsi keluarga dengan terjadinya kekerasan pada anak usia pra-sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara struktur dan fungsi keluarga dengan terjadinya kekerasan pada anak usia pra-sekolah. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kota Sidoarjo, sebanyak 189 keluarga yang memiliki anak usia pra-sekolah. Selanjutnya dilakukan random diperoleh tiga kelurahan yang berada di Kecamatan Kota Sidoarjo, yang terdiri dari kelurahan Bluru Kidul, Lemah Putro, dan Pucang, Hasil penelltian menunjukkan sebagian besar responden, ayah dan ibu berpendidikan SMA, ayah bekerja sebagai pegawai swasta sementara pekerjaan ibu sebagian besar sebagai ibu rumah tangga, penghasilan keiuarga dalam salu bulan rata-rata di atas UMR Kabupaten Sidoarjo (Rp.682.000,-). Ada hubungan yang signifikan antara sistem nilai dalam keluarga dan komunikasi dalam keluarga dengan terjadinya kekerasan pada anak usia pra-sekolah (p<0,05). Sementara peran keluarga, struktur kekuasaan keluarga, fungsi afektif, fungsi reproduksi, dan fungsi ekonomi diketahui tidak ada hubungan antara variabel tersebut dengan terjadinya kekerasan pada anak usia pra-sekolah (p > 0,05). Faktor struktur dan fungsi keluarga yang paling dominan untuk terjadinya kekerasan pada anak usia pra-sekolah adalah sistem nilai keluarga dan komunikasi keluarga setelah dikontrol oleh variabel umur (p value < 0,1). Dengan demikian hendaknya seorang perawat komunitas mampu merubah paradigma yang saiah dari orang tua yang menggangap bahwa anak adalah barang miliknya yang dapat diperlakukan semaunya. Berdasarkan hasil penelitian diperlukan pemberian informasi kepada keluarga tentang pentingnya komunikasi efektif dalam keluarga. Komunikasi efektif yang dibutuhkan tidak hanya komunikasi verbal tetapi juga komunikasi non verbal.

In order child can take that responsible so they should give a great chance for growing without fear and no discrimination from adult in their family. The aim or this research is to find the relatlon between the structure and the function of the family with the violence that happened to the pre school students. This analysis is analytic study with cross-sectional approach.
The purpose of this study is to know the relation family structure and functional with the pre school child violation. This study did in Kecamatan Kota Sidoarjo on 189 family units who has pre school child. Then did the random of three Kelurahan on kecarnatan Sidoarjo city. the random are kelurahan Bluru Kidul, Lemah Putro, and Pucang. From the instrument try out from 30 family units who has pre school child, has the validity result among 0,3659-0,8317 with the alpha cronbach score (reability) among 1,8376-0,9079. So the instrument study verdict is valid and reliable to use.
The data analysis did with univariate, bivariat analysis: correlation analysis and simple regretion, and multivariate analysis: analysis double regretion logistic. The study result gives general picture of family condition that can be observed big part of respondent has Senior high school education background, the head of family or father work as private employee and a lot of the mother only be a housewives. The family income in 1 month be an average above the UMR of Kabupaten Sidoarjo (Rp.682.000,-). From the bivariate analysis shows that there is relation significant between value system on the family and the communication family, with the pre school child violation (p<0,05). Meanwihile the family role, family ruler structure, affective function, reproduction function and the economic function knows that there is no relation with the pre school child violation (p > 0,05). From the multivariate analysis the structure factor and family function are the dominant to be happening the pre school child violation, which is the family value system and family communication after controlled by age variable (p value< 0, 1). Therefore, as a community nurse should be able to change the wrong principle from the parent who think that children is they property. Accordtng to the information about the need of giviing the effective communication in their family. The need of effective communication not only the verbal communication but the non verbal communication too.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
T17743
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanan Tsabitah
"Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyatakan tahun 2013 Indonesia dalam keadaan darurat kekerasan pada anak. Dari 3.023 laporan pelanggaran hak anak yang diterima oleh Komnas PA pada tahun 2013, 1.620 di antaranya merupakan kasus kekerasan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan karakteristik pada masing-masing jenis kekerasan pada anak (fisik, psikis, seksual, dan penelantaran) di Indonesia berdasarkan sosiodemografi korban (usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial ekonomi), hubungan korban dengan pelaku, dan wilayah terjadinya kekerasan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan data kekerasan pada anak yang telah dikumpulkan oleh Komnas PA selama tahun 2013.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik pada masing-masing jenis kekerasan yang diteliti (kekerasan fisik, psikis, seksual, dan penelantaran). Kekerasan fisik didominasi oleh anak laki-laki usia 13-17 tahun dengan status sosial ekonomi menengah dan dilakukan oleh orang tua kandung. Sementara kekerasan psikis lebih banyak dialami oleh anak perempuan usia 13-17 tahun dengan status sosial ekonomi menengah dan dilakukan oleh orang lain. Kekerasan seksual didominasi oleh anak perempuan usia 13-17 tahun dengan status sosial ekonomi bawah dan dilakukan oleh orang lain.
Penelantaran anak lebih banyak terjadi pada anak laki-laki usia di bawah 5 tahun dengan status sosial ekonomi bawah dan dilakukan oleh orang tua kandung. Anak laki-laki memiliki risiko jauh lebih besar mengalami kekerasan fisik dibandingkan anak perempuan (OR=15). Selain itu, anak-anak dari keluarga dengan sosial ekonomi bawah dan menengah memiliki risiko jauh lebih besar mengalami kekerasan seksual dibandingkan anak-anak dari keluarga dengan sosial ekonomi atas (OR=15 dan 6,5). Anak-anak kelompok usia 6-12 tahun memiliki risiko lebih besar mengalami penelantaran dibandingkan anak-anak dengan usia yang lebih tua (13-17 tahun) (OR=6).

National Commission for Child Protection (NCCP) stated that in 2013 Indonesia was in the emergency state of child abuse. 1.620 out of 3.023 reports received by NCCP in 2013 about child's right violation are cases of child abuse. This research aims to study the characteristic distinction in each type of child abuses (physically, psychologically, sexually, and negligence) in Indonesia, based on victim's sociodemographic background (age, gender, education and socioeconomic status), the relation between a victim and a suspect, and the location child abuse take place. This research used a cross sectional method, using NCCP data on child abuse in 2013.
The result of this research shows that there are differences in characteristic of each type of child abuse (physically, psychologically, sexually, and negligence). Physical abuses are happened the most to boys from a family with middle socioeconomic status, 13-17 years old, and committed by their own parents.Meanwhile, psychological abuses are happened the most to girls from a family with middle socioeconomic status, 13-17 years old, and committed by strangers. Sexual abuses are happened the most to girls from a family with low socioeconomic status, 13-17 years old, and committed by strangers.
Child neglects are happened the most to boys from a family with low socioeconomic status, under 5 years old, and committed by their own parents. Boys have a higher risk to experience physical abuses than girls (OR=15). Furthermore, children from a family with low socioeconomic status have a higher risk to experience sexual abuses than children from a family with high socioeconomic status (OR=15 and 6.5). Six to twelve years old children has a higher risk to experience child neglect compared to children in older age (13-17 years old (OR= 6).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S61551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>