Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pattianakotta, Lusia Atilda
"Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan rujukan kasus kegawatdaruratan oleh bidan desa ke puskesmas PONED di Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menyarankan kepada puskesmas PONED yaitu memperbaiki manajemen program agar lebih baik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pemantauan dan pengendalian serta penilaian. Sedangkan saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah selain memperbaiki manajemen program juga mengembangkan puskesmas rawat inap yang telah memenuhi persyaratan menjadi puskesmas PONED sehubungan dengan Maluku Tengah merupakan daerah kepulauan yang mempunyai tantangan terbesar yaitu keadaan alam dan letak geografi yang tidak mendukung.

This study uses cross-sectional design that aims to determine factors - factors related to the reference case of emergency by the midwife to the health center in Central Maluku District PONED. The study was a quantitative study. The results suggest that health centers improve the management PONED the program for the better that includes planning, organizing, mobilization, monitoring and control and assessment. As for advice to the Central Maluku District Health Office in addition to improving the management of the program is also developing inpatient centers that have met the requirements of a health center with respect PONED Central Maluku archipelago is an area that has the biggest challenge is the natural and geographical circumstances that does not support."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasbi
"Cakupan persalinan dengan tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Lambur Kabupaten Tanjung Jabung Timur baru mencapai 68,75 %. Angka ini masih jauh dari target nasional yaitu 90%. Lima desa dalam wilayah kerja Puskesmas Lambur telah ditempatkan masing-masing satu orang bidan, sementara jumlah dukun bayi yang masih aktif sebanyak 13 orang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan penolong persalinan oleh ibu bersalin dalam rentang Januari 2012 sampai dengan April 2013. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah responden 94 orang dan data dianalisis secara univariat, bivariat dengan pendekatan chi square, dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian didapatkan lima variabel yang ada hubungan signifikan dengan pemilihan penolong persalinan yaitu kepercayaan (p=0,021), pengetahuan (p=0,02), sikap (0,003), ketersediaan tenaga (0,03), dan dukungan keluarga (0,000). Faktor yang paling dominan adalah dukungan keluarga dengan Odds Ratio 8,253 dan CI 2,623-25,961.
Diharapkan kepada dinas kesehatan dan puskesmas untuk meningkatkan advokasi kepada masyarakat tentang pentingnya pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan serta menerapkan reward and punishment kepada bidan yang melaksanakan pelayanan kesehatan ibu dan anak di desa."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35390
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beny Yulian
"Tingginya angka kematian ibu, rasio bidan melebihi target nasional dan tata cara penilaian kinerja tidak objektif melihat kinerja bidan desa adalah masalah yang dihadapi. Tujuan penelitian ini merancang sistem penilaian kerja dengan pendekatan manajemen sasaran dengan metode SDLC. Penelitian dilakukan di dinas kesehatan kabupaten Bengkulu Selatan.
Hasil penelitian yaitu tidak diterapkannya penilaian kinerja dan belum adanya alat bantu mendapatkan gambaran hasil kinerja bidan desa secara cepat dan akurat. Monitoring dan evaluasi, hanya sebatas penerimaan laporan data rutin. Kesimpulan penelitian yaitu belum ada alat dan penilaian kinerja objektif bidan desa. Perancangan sistem informasi ini sebagai alat penentu kebijakan yang berbasis bukti.

High maternal mortality rates, midwives ratio exceeds national targets and performance assessment procedures not objective to look performances of village midwives are facing problems. Purpose of study to designed a system of appraisal management approach targets with SDLC methods. Study conducted in South Bengkulu district health offices.
Failure to apply results of the study and lack of performance appraisal tool to get performance results portrayed midwife quickly and accurately. Monitoring and evaluation, only limited acceptance of routine data reports. Studies conclusion there is no objective assessment tools for midwives performances. Design of the information system as a tool of evidence-based policy making.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35064
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brotoseno
"

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tinggi. Upaya yang di tempuh untuk menurunkan angka tersebut adalah dengan melalui 'Gerakan Sayang lbu' yang melibatkan seluruh pihak yang terkait. Sebagai jalan keluar dari tingginya AKI di rumah sakit adalah dengan meningkatkan fungsi rumah sakit rujukan dan peningkatan ketampilan penolong persalinan.

RSUD Dr.M.Ashan Pemalang bekerjasama dengan P2KP-KR (Pusat Pelatihan Klinik Primer Kesehatan Reproduksi) pemah mengadakan pelatihan LLS, PONEDIPONEK. Akan tetapi angka kematian maternal masih tetap tinggi. Oleh karenanya, RSUD Dr.M.Ashari menyelenggarakan kegiatan Asuhan Persalinan Dasar (APD) bagi Bidan. Suatu metode pelatihan yang dikembangkan oleh JNPK-KR di bawah pengawasan JHPIEGO. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelatihan APD dengan kasus rujukan bidan di RSUD Dr.M.Ashari Pemalang.

Disain penelitian berupa studi kros seksional, total sampel sebanyak 80 bidan, 40 bidan yang pernah mengikuti pelatihan APD, 40 bidan belum pernah mengikuti APD yang dipilih secara purposif Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat serta analisis bivariat dengan uji Kai-kuadrat (X2)

Hasil yang didapat dalam penelitian ini secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan APD dengan kasus rujukan bidan di RSUD Dr.M.Ashari Pemalang (p > 0,05). Sedangkan hubungan antara rujukan kasus partus fisiologis dengan pelatihan APD terdapat hubungan yang bermakna. Demikian juga terdapat hubungan yang bermakna antara kasus kematian maternal kurang dari 48 jam pertama di rumah sakit dengan pelatihan APD.

Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu ditindaklanjuti penelitian yang lebih mendalam dalam kurun waktu yang lebih lama di masa mendatang.

Daftar Pustaka : 28 (1989 - 2000).


Relation Between the Training of Basic Delivery Services for Midwives with The Referal Cases at Regional Hospital Dr. M. Ashari - Pemalang, 2000.The Maternal Mortality Rate (AKI) in Indonesia is very high. The effort done to reduce this rate is by the movement of Safe Motherhood involving all the related element. As the Solution of the high rate of maternal mortality in hospital is by increasing the function of referal hospital and the increasing of attendant's skill.

The Regional Hospital in Pemalang cooperates with P2KP-KR (The Training Centre of Reproduction Health Primer Clinic) it has ever held the Live Saving Skill Training, PONEDIPONEK. However, the rate of maternal mortality remains high. That is why, Pemalang Regional Hospital Dr. M. Ashari hold the activity of basic delivery services for midwives, A Training method developed by JNPK-KR under the supervisory of JHPIEGO. The goal of this research is to know the relationship between the Training of Basic Delivery Services (Training of APD) for Midwives with the Referal Case from Midwives in Pemalang Regional Hospital Dr. M. Ashari. The design of the research is a Cross Sectional Study, the total sample is 80 Midwives. Fourty Midwives have ever attended The Training of APD. Fourty others have never attended the Training of APD chosen purposively.; The Analization done are Univariate Analization and Bivariate Analization with Chi-Square Test.

The result obtained from this reasearch has no relationship statistically between "APD" Training and Midwives referal cases in Pemalang Regional Hospital Dr. M. Ashari . (p > 0.05). Whereas the relationship between the referal cases of partus physiology and the "APD" Training has meaningfully relationship. And there is also meaningful relationship between maternal mortality case from the first 48 hours in hospital and the "APD" Training.

Based on the result of this reasearch , it is necessary to follow up the deeper reasearch in a longer periode in the future time.

Literature List : 28 (1989 - 2000)

"
2000
T1096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rosihan Anwar
"Dalam rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan serta menurunkan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian ibu, di Indonesia akan ditempatkan bidan desa sampai tahun 1997 sebanyak 54.000 orang. Untuk Kabupaten Bekasi sampai Maret 1997, telah ditempatkan bidan desa sebanyak 148 orang dengan status kepegawaian 85 orang PNS dan 63 orang PTT, dan di Wilayah Kewedanaan Sukatani sebanyak 29 orang dengan 15 status PNS dan 14 status PTT. Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan data yang ada ( data sekunder ), melalui rancangan Cross Sectional dengan pendekatan kuantitatif pada sampel 29 desa yang ada bidan desanya. Terdapat hubungan bermakna secara statistik untuk hubungan antara keberadaan bidan di desa dengan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 1993/1994 dan 1995/1996. Demikian juga untuk keberadaan bidan di desa dengan cakupan KN2 terdapat hubungan bermakana pada tahun 1992/1993. Secara statistik tidak ada hubungan bermakna antara keberadaan bidan di desa dengan cakupan K4 ibu hamil, lama kerja, domisili bidan didesa, status kepegawaian, sarana sepeda. Diperlukan waktu yang lebih lama dari 3 tahun untuk seorang bidan desa agar dapat mencapai target program yang telah di tentukan. Sarana transportasi sepeda tidak ada hubungan bermakna dengan cakupan KIA, dan agar dipertimbangkan utuk diberikan sebagai uang muka sepeda motor dengan cicilan berikutnya dari dana operasional Polindes. Penelitian ini disarankan untuk seluruh bidan desa seKabupaten Bekasi dengan menggunakan data primer. Kebijakan lain yang ditempuh adalah pemberian pemondokan bagi bidan desa secara berkesinambungan, sarana yang dilengkapi dan beberapa tugas - tugas bidan desa yang tidak banyak mempunyai daya ungkit besar terhadap angka kematian ibu dan bayi hendaknya dikurangi.

The Influence of Midwives Allocation in a Village with the Scope of Mother and Child Health in Sukatani District, Bekasi Regency in 1996/1997In the term to increase the extent and the quality of health service and also to decrease Infant Mortality Rate and Mother Mortality Rate, 54,000 midwives will be located in Indonesia until 1997. Until March 1997, 148 midwives had been located in Bekasi regency. It comprised of 85 midwives as a civil servant and 63 midwives as a temporary civil servant For Sukatani district, 29 midwives had been located with 15 midwives as a civil servant and 14 as a temporary civil servant. This research was using a cross-sectional study. A quantitative method and a secunder data was utilized. 29 villages which had midwives was used for sample in Sukatani district. Statically, there is a meaningful relationship between the existence of midwives with the scope of child birth assistance by health officer in 1993/1994 and 1995/1996. There is also a meaningful relationship between the existence of midwives with the scope of KN2 in 1992/1993. This research showed that there are no meaningful relationship between the existence of midwives with the scope of K4 pregnant woman, working time, midwives' residence, officialdom status and bicycle transportation. This research also showed that it needs more than 3 years for midwives to achieve the program target. There is no meaningful relationship between the bicycle transportation and the scope of Mother and Child Health. It should be considered to give a down payment for motorbike and for the next installment paid by Polindes. This research was suggested for all midwives in Bekasi regency and using a primer data. Another policy should be taken ; such as to give a house for midwives continuously, to complete all their instrument and to decrease some of their duty which have less significance for decreasing Mother and Child Mortality Rate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alex Iskandar Hajar
"Indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dimana Indonesia dalam hal ini menempati urutan ke 3 dibawah Kamboja diantara 10 Negara-negara ASEAN dan urutan ke 5 dibawah RRC diantara 10 negara-negara di Asia. Dalam permasalahan tersebut Departemen Kesehatan dihadapkan pada fenomena yang kontradiktif di satu pihak AKI dan AKB harus diturunkan dan dipihak lain formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pengangkatan bidan sebagai salah satu personil yang memiliki kompetensi dalam menurunkan angka tersebut sangat terbatas, sehingga dibuatlah suatu upaya terobosan, berupa pengangkatan tenaga bidan dengan status Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang ditempatkan di desa-desa. Dengan demikian maka terdapat dua jenis tenaga bidan di lingkungan Depatemen Kesehatan dengan status yang berbeda. Sebagai suatu kebijakan pemerintah maka penulis menganggap perlu diteliti untuk dijadikan sebagai bahan kajian.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2001 dengan responden meliputi seluruh bidan yang ada di Daerah Kabupaten Lampung Utara (sebanyak 168 orang, terdiri dari 71 bidan PNS dan 97 bidan PTT). Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Derskriptif dengan rancangan Cross Sectional sedangkan teknik pengumpulan data, untuk data primer adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka (open ended question) sedangkan untuk data sekunder berupa laporan kegiatan program KIA dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Utara.
Dari penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil-hasil sebagai berikut : Bila dilihat secara perkelompok yaitu kelompok bidan PNS dan bidan PTTdari semua variabel yang ada (umur, masa kerja, status perkawinan, penghasilan, pelatihan dan supervisi) tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Akan tetapi bila dilihat secara gabungan atau dengan tidak melihat status kepegawaiannya apakah bidan PNS atau bidan PTT maka variabel yang berhubungan adalah variabel umur, masa kerja, penghasilan dan supervisi). dengan p value < 0,05 Sedangkan variabel yang tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.adalah status perkawinan.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, maka disarankan : Kepada institusi berwewenang, perlu adanya penambahan insentif hingga mencapai jumlah rata-rata (Rp. 884.000.-) sehingga diharapkan dapat memberikan daya ungkit terhadap para bidan dalam penampilan kinerjanya sesuai dengan standar demikian juga untuk pelatihan dan supervisi hendaknya perlu lebih ditingkatkan.
Kepada penyelenggra Program Pendidikan bidan, hendaknya para calon bidan dibekali dengan kompetensi yang lebih berorientasi pada kualitas sehingga bidan yang dihasilkan memang telah cukup mampu dalam menangani masalah kebidanan.
Kepada bidan-bidan senior, diharapkan bersedia untuk mebagi pengalaman dan pengetahuan (transfer of knowledge) baik bentuk formal melalui diskusi ilmiah (seminar). Sedangkan untuk bidan yunior, agar senantiasa mau mengembangkan diri sehingga dapat menambah wawasan, khususnya dalam masalah KIA karena bidan merupakan tenaga terdepan dalam upaya penurunan AKI dan AKB.
Kepada peneliti lain, selain dengan pendekatan kuatitatif juga digunakan pendekatan kualitatif sehingga hasil penelitian yang diperoleh tidak hanya dapat menjelaskan/ membuktikan secara statistik tetapi juga dapat mengungkapkan secara kualitas (lebih mendalam) mengenai temuan-temuan dari penelitian yang dilakukan. Selain itu, dalam melakukan penelitian serupa hendaknya menggunakan metoda khususnya alat pengumpul data (instrument) dan variabel yang lebih tajam sehingga mampu menggali fenomena yang ada secara lebih akurat.

Comparative analysis of Civil Servant (PNS) and Non Permanent Employee (PTT) Midwife's performance and determinant factors in North Lampung Regency, 2001Maternal and Neonatal Mortality is important indicator for assessing health degree of the third rank next to Cambodian in maternal and neonatal mortality among Mean countries and fifth among 10 Asia countries. Determinant of health has difficult situation to cope with problem because quota for civil servant (PNS) midwife, with have importance role and competence in reducing maternal and neonatal mortality, is limited so government make an alternative which is the recruitment of non permanent midwife and placed every village. This different status of midwife has been analyzed in this research comparatively.
This research carried out from February to April 2001 with respondents is all midwives in North Lampung Regency (168, 71 is PNS 97 is PTT) This descriptive research using cross sectional design, primary data using open ended question and secondary data is reported activity of mother and child division (ILIA) program of public health center in North Lampung regency.
The results of this research are: there is no significant difference between permanent employed midwives and non permanent employed midwives in every variable (age, experience, marital status, salary, training and supervision), but if not separated by status or included to a group, age, experience, salary, training and supervision have significant relationship (p < 0,05), while marital status has no significant relationship.
Based on this finding there are two suggestions, first which strategically proved by statistic, second, operationally based on individual or public survey which are: First the authority, should raise the incentive for midwife and to midwife education program more quality oriented than quantity which mean more stalled midwife, second to senior and good skilled midwife have to transfer their knowledge to other midwife by formal or non formal.
To another researcher is better using qualitative approach, so the results not only explained statistically but reveal quality of these findings and using another method and variables."
2001
T2568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lim Sing Meij
"ABSTRAK
Bidan sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat sentral dalam pelayanan kesehatan dasar. Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, sekolah kebidanan secara khusus didirikan pemerintah Hindia Belanda. Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan dan BKKBN terns mendorong pertumbuhan jumlah bidan. Menurut Profil Kedudukan dan Peranan Wanita 1995 balk di kota maupun di desa, perempuan lebih memilih bidan dalam memeriksakan kesehatan dan kehamilan mereka dari pada tenaga kesehatan iainnya. Habsjah dan Aviatri (dalam Oey-Gardiner 1996:393) mengungkapkan bahwa sejak tahun 1952 bidan sudah dikerahkan untuk mengelola Balai Kesehtan Ibu dan Anak. Ketika pada tahun 1968 puskesmas pertama kali diperkenalkan di Indonesia, Depkes mengeluarkan peraturan bahwa tenaga puskesmas harus terdiri atas tenaga dokter, bidan, mantri, dan perawat. Tetapi berbagai studi membuktikan bahwa banyak puskesmas yang hanya memiliki bidan atau mantri sebagai satu-satunya tenaga kesehatan yang setiap saat dapat dikunjungi oleh masyarakat. Bidan di Indonesia adalah ujung tombak pelayanan kesehatan dasar.
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas di desa yang sulit dijangkau, tugas bidan dirasakan terlalu banyak. Bidan tidak saja bertugas melayani ibu hamil dan balita, mereka juga melayani pertolongan kesehatan secara umum seperti menolong prang sakit, kecelakaan lalu lintas sampai menindik dan menyunat bayi yang Baru lahir. Selain menangani aspek klinis medis kebidanan dan umum, mereka juga menangani aspek administrasi dan manajerial. Tugas administrasi yang dituntut oleh puskesmas sering mengakibatkan tugas pokok menjadi terlantar.Puskesmas selalu meminta data diri yang sulit diperoleh. Membina hubungan dengan dukun bayi dan anggota masyarakat merupakan aspek sosial yang harus diperhatikan oleh seorang bidan. Dalam banyak hal bidan merasakan bekal dan kemampuannya amat terbatas untuk dapat menangani semua harapan masyarakat. Pendidikan lanjut baik berupa kursus singkat maupun seminar sangat mereka harapkan untuk dapat memperoleh bekal dalam menjalankan profesi mereka.
Hal tersebut mendorong penulis ini untuk mengetahui dan memahami lebih mendalam bagaimana peran dan penghasgan yang diperoleh bidan dalam menjalankan tugas mereka sebagai tenaga kesehatan baik di puskesmas maupun di praktek sore mereka di rumah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif feminis. Keputusan untuk menggunakan pendekatan ini diambil karena pendekatan ini dapat mengungkap pengalaman subyektif perempuan dalam kehidupan yang nyata. Disamping itu penelitian dengan menggunakan perspektif feminis dapat mengungkap keberpihakan pada perempuan. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Kusuma Buana (bukan nama sebenarnya), Jakarta Selatan. Informan penelitian adalah bidan yang bekerja di puskesmas dan membuka praktek sore di rumah. Informan digentukan secara purposive dengan mengunakan teknik bola salju. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap informan. Pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan kepala puskesmas dan staf yang bekerja di Sudinkes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran bidan adalah sentral dalam pelayanan kesehatan dasar. Namun, dalam menjalankan tugasnya, mereka mengalami deprofesionalisasi dan eksploitasi. Bidan yang awalnya bersifat mandiri telah tersisihkan. Tugas yang harus mereka laksanakan telah jauh melampaui tugas pokok seorang bidan yaitu menyelamatkan kehidupan ibu dan anak serta memberikan pelayanan KB. Sebaliknya, penghargaan yang diterima tidak sesuai dengan peran mereka sebagai tenaga kesehatan.Status mereka sebagai bidan puskesmas telah memungkinkan mereka untuk membuka praktek sore di rumah. Pelayanan kesehatan di praktik sore tidak mengenal jam praktek. Perilaku altruistik telah membawa bidan untuk selalu mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Dari pelayanan yang diberikan, penghasilan di praktek sore telah menjadi penghasilan utama bagi keluarga bidan. Namun, apa yang dilakukan oleh mereka tidak selalu memperoleh penghargaan yang diharapkan.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hedy Yuliza
"Pembangunan Kesehatan dewasa ini masih ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga(SKRT, 1995) dan AKI menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 1994) adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk percepatan penurunan AKI adalah dengan penempatan tenaga bidan di desa. Sejalan dengan itu ditetapkan Kebijaksanaan penyebaran pembangunan Pondok Bersalin Desa (Polindes) untuk mempermudah pelayanan persalinan di desa (Departemen Kesehatan, 1995: Ristrini dan Budiarto, 2000).
Kualitas layanan antenatal standar yang meliputi 5T yaitu menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, mengukur tinggi fundus uteri dan pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Agar pelayanan antenatal pada ibu hamil sesuai standar perlu didukung oleh keterampilan bidan di desa dalam melaksanakannya yaitu meliputi cara menganalisa pemeriksaan 5T dan memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti tertarik untuk memperoleh informasi lebih jauh tentang kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal di Polindes Kabupaten Muara Enim tahun 2001.
Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kualitatif sebagai upaya untuk menggali lebih jauh masalah yang timbul dalam pelaksanaan kepatuhan bidan terhadap SOP pelayanan antenatal di Kabupaten Muara Enim. Hasilnya adalah sebagian bidan desa tingkat kepatuhannya masih rendah dalam menerapkan layanan antenatal standar 5 T dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu beban kerja terlalu besar, motivasi kurang, pelatihan klinis masih sedikit, kurangnya supervisi dari atasan langsung serta kelengkapan sarana kesehatan yang kurang memadai.
Setelah diperoleh informasi ini akan disampaikan kepada pihak terkait untuk meningkatkan motivasi bidan dengan cara mengikutkan pelatihan-pelatihan yang klinis kebidanan, mengatur kembali beban kerja bidan di desa dengan petugas kesehatan lain yang bertugas didesa ,memenuhi kelengkapan sarana kesehatan ,pemberian reward dan teguran yang jelas aturannya serta pelaksanaan supervisi lebih bersifat bimbingan dengan menggunakan pedoman dan bukan bersifat menggurui, sehingga kepatuhan bidan di desa terhadap SOP layanan antenatal akan meningkat.

Analyze Midwives' Compliance in the Village to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Village Birth Dwelling in Regency of Muara EnimNowadays health development is still signed by high Maternal Mortality Rate (MMR), is 100.000 alive births according to Indonesia Health and Demographic Survey (IHDS), is 390 per 100.000 alive births. One of the effort has been done to accelerate the slope is with hiring midwives in the village. A long with it is determined the spread policies of Village Birth Dwelling (Polindes) development to make child birth service easily (Health Department, 1995: Ristrini and Budiarto, 2000).
The quality of Standard Antenatal Care, which covers "5 T" are to weigh, to measure body, to measure blood tension, to give tetanus toxoid immunization, to measure fundus uteri highly and to give Ferrum tablet minimum 90 tablets within pregnancy. So that the Antenatal Care of pregnant mother suitable standard it needs some support from midwives' skills in the village in its organizing which covers the way to analyze "5 T" check and to give illumination which is correlated to save motherhood.
Correlation with this matter, the researcher was interested in giving some information about midwives' compliance in the village to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Village Birth Dwelling (Polindes) in Regency of Muara Enim in 2001.
The research was done with qualitative study method as an effort to dig the problem, which is appeared in midwives' compliance organization to Standard Operation Procedure Antenatal Care in Regency of Muara Enim. The result of some of the village of midwives' compliance level was low in practicing "5 T" Standard Antenatal Care with factors, which was influenced it self is big working burden, lack of motivation, less-midwives clinic training, lack of supervision from direct lead and lack of health means completion. After getting this information will be sent to the Health District and Health Centre to raise midwives' motivation by following midwives' clinic training which is hoped knowledge and skill will raise, so that can give qualified Antenatal Care.
To reorganize working burden midwives in the village with other Health Officer, who are on duty in the village, to fulfill health means equipment, to give reward and clear warning and to guide supervision organization and solve the problem, too and to give a teaching guidance, so that the midwives' compliance in the village to Standard Operation Procedure Antenatal Care will be raised.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawaty
"Derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga, sangat ditentukan oleh derajat kesehatan ibu dan anak, yang merupakan kelompok penduduk yang rawan terhadap gangguan kesehatan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Menurut SDKI 1994 390 per 100.000 kelahiran hidup dan SKRT 1995 373 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun ada penurunan, tetapi masih berada jauh di atas rata-rata.AKI di negara tetangga (ASEAN). Penyebab utama tingginya AKI adalah perdarahan, keracunan dan infeksi, sedangkan faktor lain yang dapat menambah resiko kematian adalah umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua, jumlah paritas yang tinggi dan jarak antar kehamilan yang pendek. Menurut Menteri UPW (1996) faktor lain yang dapat mempengaruhi tingginya AKI adalah pendidikan dan pengetahuan ibu, sosial ekonomi, sosial budaya, geografis, lingkungan dan aksesibilitas ibu pada fasilitas kesehatan modern.
Sejak tahun 1989/1990 pemerintah menetapkan kebijaksanaan pengadaan dan penempatan bidan di desa, dalam rangka meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan kelahiran bayi dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran penerimaan masyarakat - khususnya ibu hamil - terhadap keberadaan bidan di desa di Kabupaten Musi Banyuasin.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif karena masalah yang dikaji merupakan suatu proses dari kesatuan yang menyeluruh. Informan penelitian ini. adalah ibu hamil, tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat. Tehnik pengumpulan data dengan fokus grup diskusi dan wawancara mendalam. Pengolahan data dengan menggunakan analisis tema.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil menerima keberadaan bidan di desa dengan perasaan senang, dapat mengikuti kegiatannya dengan jelas. Namun masih ada kegiatan bidan yang kurang menyenangkan. Waktu pemeriksaan telah dijadwalkan, ibu hamil mematuhinya, tempat pemeriksaan di rumah bidan, Motivasi ibu hamil memeriksakan dirinya dengan bidan karena kemauan sendiri, tidak ada yang memaksa. Persiapan menghadapi persalinan dilakukan ibu hamil dengan mengikuti petunjuk dan nasehat yang diberikan. Banyak manfaat dan perubahan yang diperoleh masyarakat setelah ada bidan di desa. Sebagian kecil ibu hamil menyatakan bidan jarang di tempat, pelayanan kurang menyenangkan dan kegiatan administrasi kurang dilaksanakan.
Masyarakat khususnya ibu hamil sangat berkepentingan dengan keberadaan bidan di desa. Oleh karena itu perlu tambahan fasilitas dan sarana pelayanan kegiatan bidan dan perlu dipikirkan pengembangan karier bidan yang lebih dari 3 tahun. Pada pelaksanaan pendidikan bidan, perlu ditambah beban materi pengajaran untuk ilmu kesehatan masyarakat dan sosial budaya.

Perception Community Acceptance to Midwives' Existance in Rural Areas of Musi Banyuasin Regency, South SumateraPublic health status, especially of the family's is greatly determinated by the health level of mothers and children as they are the group who are prone to sickness. Maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is relatively high. According to SDKI 1994, it is 390 out of 100.000 life at birth, and to SKRT 1995, 373 out of 100.000. It has decreased, yet, it's still far above the average MMR in other ASEAN countries. The main reason has been haemorage, drugged and infection, while other factors increasing mortality are that the mothers are either too young as too old, the parity is too high, and the short time span between pregnancies. According to the Minister of UPW (1996) other factors may have affected the high MMR are mother's education and knowledge, socio-economy, socio-culture, location, environment, and their accessibility to modern health facilities.
Since 1989/1990, the government's policy has been educating and placing midwives in rural areas in order to enhance the equalization of health services, and decreasing the MMR and BR (birth rate) as well as increasing the social awareness of healthy life behaviors.
This research has been intended to gain the description of public acceptance - especially the pregnant mothers' - to the presence of midwives in rural areas in Musi Banyuasin regency. Qualitative method has been used in this study because the problems studied have been a process of wholistic unity. Data resources have been pregnant mothers, medical staff and social figures. Techniques for data collection were focused on group discussion and indepth interviews, while the data analysis have implemented thematic analysis.
The result of the research show that (1) most pregnant mothers welcome the presence of midwives in rural areas, and can follow their activities well. (2) However, some of their activities are less accepted. (3) Examination is scheduled, well followed by the pregnant mothers, located in the midwives' home. (4) The pregnant mothers have come for examination voluntarity. (5) Preparation for giving birth has been conducted by following the instructions and advices given, (6) Many advantages and changes have been attained by mothers since the exixtance of midwives in rural areas. Yet, few mothers hope that improvement should be made in midwives' presence in clinic and services, and the administration.
The people, mainly pregnant mothers, are very concerned in midwives' presence in the villages. For that reason, facilities and equipment for service should be improved and midwives' career development - should be thought of In the education for midwives, the load of teaching items on public health and socio-culture subjects should be increased.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>