Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60668 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lendi Andita
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pemberian dukungan sosial, studi kasus terhadap pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat. Penelitian yang dilakukan berupaya untuk menggambarkan bagaimana dukungan sosial yang diberikan kepada pasien PTRM. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan kepada pasien berupa dukungan emosional, dukungan finansial, dan juga dukungan informasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan PTRM serta meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

ABSTRACT
This thesis discuss about social support to the patient Methadone Maintanance Program (MMP) in Rumah Sakit Ketergantungan Obat. The research have the objective to describe how social support that given to the MMP patient. In order to explain more about it, this thesis uses qualitative approach with descriptive research design. The research result shows that social support for the patient includes emotional support, financial support, and information support can increase the adherence from the patient during the therapy MMP and also able to increase the patient life quality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Yayasan Dharma Bhakti sosial, 2006,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Winarni
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S17954
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu
"Retensi merupakan salah satu indikator Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi pasien PTRM di Puskesmas Kecamatan Tebet. Penelitian dilakukan dengan desain studi cross sectional dengan melihat data rekam medik dan data formulir asesmen wajib lapor dan rehabilitasi medis. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 65 responden yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan retention rate pada 1 tahun terapi pada Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) Puskesmas Kecamatan Tebet sebesar 84,6%. Faktor yang berhubungan bermakna secara statistik dengan retensi pada penelitian ini adalah dosis obat metadon (nilai p : 0,000) dan dosis bawa pulang (nilai p : 0,022). Mekanisme pemberian dosis bawa pulang perlu dipertahankan untuk meningkatkan retensi pasien PTRM.

Retention is an indicator to Methadone Maintenance Treatment (MMT).This study is aims to see description and factors associated with methadone maintenance treatment retention on Tebet Subdistric health center. This study was a cross sectional on opiate dependence’s patient medical records and “Formulir Asesmen Wajib Lapor dan Rehabilitasi Medis” who receive methadone maintenance therapy. This study involved 65 patients in Puskesmas Kecamatan Tebet who entered inclusion criteria.
Results showed that retention rate on one year therapy is 84,6%. Factors associated with retention in this study is methadone dose (p value: 0,000) and take home dose ( p value: 0,022). Take-home dosing mechanism needs to be maintained to improve patient retention on MMT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muhidin
"ABSTRAK
Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian-penelitian sebelumnya bahwa penderita kanker cenderung mengalami kecemasan dalam menghadapi proses pengobatannya (Fallowfield & Baum, 1991). Kecemasan yang berlebihan selain akan menghambat proses pengobatan, juga dapat berpotensi menyebabkan gangguan penyesuaian psikologis penderita, sehingga berpeluang menurunkan kualitas hidup penderita (Ganz & Coscarelli, 1991). Faktor psikososial yang membedakan antara penderita yang berhasil dengan penderita yang gagal menyesuaikan diri terhadap dampak pengobatannya adalah penerimaan yang kuat akan adanya dukungan emosional dari dokter, perawat, suami, dan anak-anaknya (Jamisson, Wellisch & Pasnau dalam Gottlieb, 1983). Hal ini diperkuat oleh pendapat Sarafmo (1994) bahwa dukungan sosial adalah bantuan yang diterima individu dari orang lain atau kelompok di sekitarnya, yang dapat membuat penerimanya menjadi nyaman, dicintai dan dihargai. Tetapi Kulik & Mahler (dalam Sheridan & Radmacher, 1992) menyatakan bahwa dukungan sosial yang tinggi tidak selalu memberikan respon positip pada orang yang mendapatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh dukungan sosial sebagai variabel bebas terhadap tingkat kecemasan sebagai variabel terikat pada penderita kanker payudara dalam menjalani pengobatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif non eksperimental, dengan teknik metode penelitian korelasional. Pengukuran dukungan sosial dilakukan dengan menggunakan skala dukungan sosial yang dibuat dengan mengacu pada SSQ (Social Support Questioner) dari Irwin G Sarason, dan pengukuran tingkat kecemasan dilakukan dengan skala kecemasan State {State Amciety Scale) dari Spielberger. Subyek yang menjadi responden pada penelitian ini adalah 34 penderita kanker payudara yang menjalani pengobatan di R.S. Kanker Dharmais Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan korelasi negatif yang signifikan antara tingkat kepuasan dukungan sosial dengan tingkat kecemasan. Sumbangan terbesar dari dimensi dukungan sosial terhadap penurunan tingkat kecemasan diberikan oleh dimensi dukungan informasi. Saran untuk penelitian lebih lanjut adalah dilakukannya studi kualitatif pada subyek-subyek yang mempunyai karakteristik khusus seperti subyek penderita yang tidak menikah baik gadis atau janda, ataupun subyek yang tidak memiliki anak, sehingga dapat diperoleh gambaran lebih mendalam mengenai dinamika hubungan dukungan sosial dengan kecemasan pada subyek-subyek tersebut."
2004
S3378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
"Penyebaran HIV/AIDS di kalangan penasun mencapai lebih dari 50%. Sebagian besar penasun yang menderita AIDS akan menerima obat ARV selain terapi metadon. Permasalahan akan timbul pada pemberian kedua terapi tersebut, karena keduanya dimetabolisme oleh enzim CYP3A4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ARV lini pertama terhadap dosis metadon. Penelitian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Populasi yang diteliti adalah penasun yang menerima ARV saat menjalani terapi rumatan metadon di RSUP Fatmawati dan RSKO Jakarta periode 2003-2009. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan studi potong lintang menggunakan data sekunder pasien yang menerima terapi ARV saat menjalani terapi rumatan metadon pada fase stabilisasi. Penelitian kualitatif dilakukan dengan metode wawancara pada 6 pasien yang menerima terapi ARV kurang lebih 2 tahun saat menjalani terapi metadon. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 35 pasien laki-laki.
Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan bahwa dosis metadon sebelum mengkonsumsi ARV (20,0-150,0 mg) berbeda nyata (p=0,00) dengan dosis rata-rata setelah 3 bulan mengkonsumsi ARV (55,4-194,8 mg). Dosis metadon pada kelompok pasien yang mengkonsumsi ARV (55,4-194,8 mg) berbeda nyata (p=0,00) dengan kelompok pasien yang tidak mengkonsumsi ARV (60,0-112,8 mg). Sebagian besar penasun (37,1%) membutuhkan waktu pencapaian dosis rumatan antara >6 minggu hingga <9 minggu. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa pada saat memulai terapi ARV partisipan mengaku mengalami keluhan putus zat sehingga membutuhkan penyesuaian dosis metadon antara 8 hingga lebih dari 10 kali. Partisipan mengaku puas terhadap dosis terakhir yang diterima (90,0-220,0 mg) walaupun sebagian dari mereka yang diwawancara mengaku masih menggunakan alkohol, obat penenang dan obat-obat lain. ARV lini pertama mempengaruhi dosis metadon.

The spread of HIV/AIDS in drug abusers achieves more than 50%. Most of them takes ARV therapy beside they takes methadone therapy. The problem appears with people who take both of therapy because ARV and methadone are metabolizes by CYP3A4 enzyme. The research aim was knowing the effect of first line ARV to methadone?s dosage. The methods of this study were qualitative and quantitative. The design of quantitative study was cross sectional with using secondary data of patients. The population were drug abusers who took methadone maintenance treatment program in stabilization phase and then took ARV therapy in RSKO Jakarta and RSUP Fatmawati on 2003-2009 period. The qualitative research used an interview method to 6 patients who received ARV therapy about 2 years when took methadone therapy. In this study the number of patient involved were 35 male patients.
The quantitative study showed that there was a significant difference (p=0,00) between methadone's dosage (20,0-150,0 mg) before consuming ARV and mean of methadone's dosage after 3 month consuming ARV (55,4-194,8 mg), and methadone?s dosage between a group of patient who is consumed ARV (55,4-194,8 mg) had a significant difference (p=0,00) with a group patient who is not consumed ARV (60,0-112,8 mg). Most of drug abusers (37,1%) needed a time to reached methadone maintenance dosage between >6 weeks until <9 weeks. Based on interview, participants had an experienced withdrawal symptoms when starting ARV, so they need an adjustment dosage of methadone between 8 up to more than 10 times. Participants felt satisfied with their last dosage received (90,0-220,0 mg) even a half of them were still taking alcohol, depressants, and another drugs. The first line ARV had an effect to methadone?s dosage.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T29049
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Handayani
"ABSTRAK
RSUP Fatmawati sebagai salah satu rumah sakit pengampu PTRM di wilayah
DKI Jakarta melakukan pembinaan terhadap beberapa satelit di wilayah kerjanya.
Cakupan satelit yang rendah, masalah penggunaan napza lain serta beberapa
satelit yang merasakan adanya perbedaan cara petugas pembina melaksanakan
bimbingan membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan evaluasi terhadap
pembinaan dan efektivitasnya terhadap layanan PTRM di satelit.
Penelitian ini dilakukan di RSUP Fatmawati dan 4 satelit diwilayah DKI Jakarta.
Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk mengetahui evaluasi pembinaan
PTRM RSUP Fatmawati di satelit dan; efektivitas pembinaan terhadap kualitas
layanan di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan informan secara purposive yaitu petugas PTRM RSUP
Fatmawati, petugas dan klien di satelit serta didukung dengan FGD dan studi
dokumen laporan terkait. Selanjutnya data yang diperoleh direduksi,
dikelompokkan sesuai pokok permasalahan, dan dianalisis dengan
membandingkan antara hasil wawancara dan dokumen dalam bentuk uraian.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, evaluasi pembinaan PTRM RSUP
Fatmawati di satelit menunjukkan: (1) belum tersedia SPO pelaksanaan supervisi
ke satelit; (2) belum seragamnya materi pelaksanaan supervisi oleh petugas; (3)
persepsi petugas pelaksana mengenai layanan belum kearah kualitas pelayanan di
satelit; (4) belum ada pengawasan dari Kementerian Kesehatan terkait
pelaksanaan supervisi petugas RS Pengampu. Untuk itu diperlukan upaya untuk
mengatasinya dengan membuat SPO pelaksanaan supervisi ke satelit yang baku
dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan supervisi ke satelit. Kedua, pembinaan
sudah dilaksanakan secara efektif terhadap aspek output. Dikatakan efektif yaitu
apabila tujuan yang ingin dicapai telah terlaksana, hal ini dibuktikan dengan
keberhasilan layanan PTRM di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Pembinaan belum
efektif terhadap aspek input dan proses layanan PTRM di satelit. Upaya yang
harus dilakukan petugas Pembina adalah membuat usulan kepada Kementerian
Kesehatan agar sistem pembinaan yang dilakukan oleh RS pengampu agar dapat
mempunyai kewenangan terhadap pelayanan di satelit atau melakukan koordinasi
kepada stake holder terkait masalah terhadap SDM dan fasilitas di satelit.

ABSTRACT
Fatmawati Hospital is a referral hospital of MMT in Jakarta supervision to
multiple satellites in the working area.
Satellite coverage is low, other drug use problems, and some satellite that feel the
difference in the way the coaches implement guidance makes researchers feel the
need to evaluate the effectiveness of the guidance and the MMT in satellite
services.
The research was conducted in Fatmawati and 4 satellite region of Jakarta.
Descriptive-qualitative method used to determine the evaluation of coaching
MMT Fatmawati in satellite and; effectiveness of supervision on the quality of
satellite services in 4 areas of Jakarta. Data obtained from in-depth interviews
with informants purposively namely Fatmawati MMT officers, officials and
clients in the satellite and supported by focus group study of documents and
related reports. Furthermore, the data obtained is reduced, grouped according to
subject matter, and analyzed by comparing the results of interviews and
documents in narrative form.
The results showed, first, formation evaluation MMT Fatmawati in satellite
shows: (1) has not been available to the Satellite SPO implementation supervision,
(2) the material has not been uniform implementation of supervision by officers,
(3) perceptions regarding the executive officers yet toward service quality of
service on satellites, (4) there is no supervision of the Ministry of Health on the
implementation of the supervision officer RS custodian. Therefore, efforts to cope
with the implementation of supervision to make SPO satellite and can be applied
in the implementation of supervision to the satellite. Second, coaching is carried
out effectively against the output aspect. Is said to be effective if the objectives
have been accomplished, this is evidenced by the success of MMT services in 4
satellite Jakarta area. Yet effective coaching input and process aspects of MMT in
the satellite services. Efforts must be made officers of PTRM Fatmawati Hospital
is to make a proposal to the Ministry of Health for the system development
undertaken by RS custodian in order to have the authority to services at the
satellite or to coordinate the relevant stakeholders on HR issues and in satellite
facilities."
2013
T40812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Handayani
"RSUP Fatmawati sebagai salah satu rumah sakit pengampu PTRM di wilayah
DKI Jakarta melakukan pembinaan terhadap beberapa satelit di wilayah kerjanya.
Cakupan satelit yang rendah, masalah penggunaan napza lain serta beberapa
satelit yang merasakan adanya perbedaan cara petugas pembina melaksanakan
bimbingan membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan evaluasi terhadap
pembinaan dan efektivitasnya terhadap layanan PTRM di satelit.
Penelitian ini dilakukan di RSUP Fatmawati dan 4 satelit diwilayah DKI Jakarta.
Metode deskriptif-kualitatif digunakan untuk mengetahui evaluasi pembinaan
PTRM RSUP Fatmawati di satelit dan; efektivitas pembinaan terhadap kualitas
layanan di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Data diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan informan secara purposive yaitu petugas PTRM RSUP
Fatmawati, petugas dan klien di satelit serta didukung dengan FGD dan studi
dokumen laporan terkait. Selanjutnya data yang diperoleh direduksi,
dikelompokkan sesuai pokok permasalahan, dan dianalisis dengan
membandingkan antara hasil wawancara dan dokumen dalam bentuk uraian.
Hasil penelitian ini menunjukkan, pertama, evaluasi pembinaan PTRM RSUP
Fatmawati di satelit menunjukkan: (1) belum tersedia SPO pelaksanaan supervisi
ke satelit; (2) belum seragamnya materi pelaksanaan supervisi oleh petugas; (3)
persepsi petugas pelaksana mengenai layanan belum kearah kualitas pelayanan di
satelit; (4) belum ada pengawasan dari Kementerian Kesehatan terkait
pelaksanaan supervisi petugas RS Pengampu. Untuk itu diperlukan upaya untuk
mengatasinya dengan membuat SPO pelaksanaan supervisi ke satelit yang baku
dan dapat diterapkan dalam pelaksanaan supervisi ke satelit. Kedua, pembinaan
sudah dilaksanakan secara efektif terhadap aspek output. Dikatakan efektif yaitu
apabila tujuan yang ingin dicapai telah terlaksana, hal ini dibuktikan dengan
keberhasilan layanan PTRM di 4 satelit wilayah DKI Jakarta. Pembinaan belum
efektif terhadap aspek input dan proses layanan PTRM di satelit. Upaya yang
harus dilakukan petugas Pembina adalah membuat usulan kepada Kementerian
Kesehatan agar sistem pembinaan yang dilakukan oleh RS pengampu agar dapat
mempunyai kewenangan terhadap pelayanan di satelit atau melakukan koordinasi
kepada stake holder terkait masalah terhadap SDM dan fasilitas di satelit.

The research was conducted in Fatmawati and 4 satellite region of Jakarta.
Descriptive-qualitative method used to determine the evaluation of coaching
MMT Fatmawati in satellite and; effectiveness of supervision on the quality of
satellite services in 4 areas of Jakarta. Data obtained from in-depth interviews
with informants purposively namely Fatmawati MMT officers, officials and
clients in the satellite and supported by focus group study of documents and
related reports. Furthermore, the data obtained is reduced, grouped according to
subject matter, and analyzed by comparing the results of interviews and
documents in narrative form.
The results showed, first, formation evaluation MMT Fatmawati in satellite
shows: (1) has not been available to the Satellite SPO implementation supervision,
(2) the material has not been uniform implementation of supervision by officers,
(3) perceptions regarding the executive officers yet toward service quality of
service on satellites, (4) there is no supervision of the Ministry of Health on the
implementation of the supervision officer RS custodian. Therefore, efforts to cope
with the implementation of supervision to make SPO satellite and can be applied
in the implementation of supervision to the satellite. Second, coaching is carried
out effectively against the output aspect. Is said to be effective if the objectives
have been accomplished, this is evidenced by the success of MMT services in 4
satellite Jakarta area. Yet effective coaching input and process aspects of MMT in
the satellite services. Efforts must be made officers of PTRM Fatmawati Hospital
is to make a proposal to the Ministry of Health for the system development
undertaken by RS custodian in order to have the authority to services at the
satellite or to coordinate the relevant stakeholders on HR issues and in satellite
facilities.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2103
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>