Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76982 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Roto Soewarno
Jakarta: Yayasan Kembang Mas, 1986
923.292 ROT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Patrianto S.
"ALRI Pangkalan IV Tegal sebagai organisasi ALRI terbe_sar di Jawa pada periode Perang Kemerdekaan RI (1945-1948), di bentuk dan dikembangkan oleh para anggota BKR/TKR Laut daerah Tegal dan Semarang pada bulan November 1945. Pada periode ini, Pangkalan IV Tegal, atau yang kemudian dikenal sebagai Corps Armada (CA) IV, berusaha mengembangkan konsep armada dan marinir dalam konsep keorganisasian ALRI, baik dalam penyusunan organisasinya maupun melalui jalur pendi_dikan, seperti Sekolah Angkatan Laut (SAL) Tegal dan Lati_han Opsir (LO) Kalibakung. Pada periode ini juga, Pangka_lan IV Tegal dihadapkan pada permasalahan dualisme komando yang saling bertentangan di dalam tubuh komando pusat ALRI, yaitu Markas Besar ALRI Yogyakarta dan Lawang. Keduanya saling berebut pengaruh agar dapat menguasai dan mengontrol Pangkalan IV di bawah komando mereka. Masalah dualisme ko_mando tersebut baru terselesaikan, ketika ALRI di reorgani_sari tahun 1948. Pada saat meletus Perang Kemerdekaan I (1947-1948), Markas dan Kota Tegal diduduki oleh Belanda, sehingga Pangkalan IV atau CA IV bergerilya di sekitar Te_gal-Pekalongan, dan bermarkas di Temanggung. Pada saat perang Kemerdekaan II (1948-1949), CA IV memperoleh daerah perjuangan sendiri di sekitar Pemalang-Pekalongan-Batang hingga sekitar Gunung Slamet. Daerah tersebut dikenal se_bagai rub-wehkreise Slamet (SNKS) V. CA IV merupakan pasu_kan ALRI terbesar di Jawa saat itu, dan satu-satunya pasu_kan ALRI yang memperoleh daerah Sub-Wehrkreis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Dwiastoro Slamet
"Aksi-aksi gerilya dan anti-gerilya dari dua kekuatan yang bertarung merebut dominasi tidak bisa dilepaskan dari sebuah perang revolusioner. Fenomena demikian turut mewar_nai perjalanan sejarah Perang Kemerdekaan RI (1945-1949). Aksi-aksi gerilya RI, bagaimanapun, menampilkan suatu kecenderungan unik, yakni aspek pertempuran yang merupakan sisi yang tidak terlalu menonjol ketimbang aspek psikologis yang diwujudkan sebagai sebuah senjata nasional. Perbenturan senjata-senjata psikologis antara RI dan Belanda tampaknya menjadi dampak sampingan dari kegagalan--kegagalan di bidang strategi militer dan diplomasi. Perang urat-syaraf lantas menggeser dan menempatkan dirinya sebagai medium alternatif yang membelah perbedaan-perbedaan kepentingan antara penomorsatuan diplomasi atau, sebalik_nya, mengutamakan konflik bersenjata."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12114
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnain Lutfih
"ABSTRAK
Propaganda, merupakan salah satu alat penting dalam perang atau yang di sebut dengan propaganda perang (militer). Perang propaganda ini juga digunakann sebagai. salah satu strategi perang tentara Belanda dengan Indonesia dalam perang kemerdekaan.
Perang tersebut menggunakan sarana propaganda sebagai psikologis dengan harapan untuk rnenurunkan mental lawan dalam bertempur. Aksi propaganda dalam perang kernerdekaan menggunakan juga sarana-sarana baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik dalam hal ini yang sering digunakan adalah radio, penggunaan ini agar propaganda efektif dalam mempengaruhi lawan. Belanda lebih terorganisasi dalam penyelenggaraan perang propaganda dibandingkan dengan pihak. Indonesia. Hal ini dapat di1ihat dengan banyaknya badan-badan propaganda baik yang dilaksanakan oleh rniliter .itu sendiri atau pihak si p i 1 , sedangkan Indonesia lebih banyak dilakukkan oleh perseorangan atau kelompok.
Belanda dan Indonesia sebagai pihak yang bertempur menggunakan propaganda sebagai salah satu a1at perang mempunyai beberapa alasan terutarna dengan melihat kondisi dari. Kedua belah pihak Belanda mel i hat bahwa kurangnya personil militer untuk dapat menguasai seluruh wilayah. Indonesia. Dan juga kurangnya sarana militer lain yang dibutuhkan untuk menjaga daerah-daerah yang telah berhasil dikuasai. Sedangkan Indonesia menggunakan sarana propaganda terutama dengan melihat bahwa kwalitas militer Belanda jauh lehih baik dari yang dimi1ikinya dalam hal ini masalah pesenjataan yang sangat kurang. Perang propaganda ini menjadi menarik karena masing-masing pihak berupaya untuk memperoleh simpati rakyat untuk menutupi kekurangan-kekurangannya.

"
1995
S12256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Wonosobo merupaka satu diantara beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Seperti halnya kabupayen lain , pada masa perjuangan daerah ini mempunyai andil terhadap perjuangan bangsanya...."
PATRA 10(1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Nefo Budi Handoko
"ABSTRAK
Pada saat terjadinya Aksi Militer Belanda II, TNI melaksanakan perang gerilya atau perang rakyat semesta. Perang gerilya tersebut merupakan perang yang mengandalkan rakyat sebagai basis kekuatannya, terutama basis kekuatan sosial dan ekonominya. Rakyat yang pada umumnya berada di daerah pedesaan menjadi tumpuan bagi terlaksananya perang tersebut, sehingga desa menjadi suatu unsur terpenting bagi terlaksananya perang gerilya. Salah satu desa yang menjadi basis kekuatan sosial dan perekonomian pada masa perang gerilya tersebut adalah Desa Brunosari, Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Desa tersebut memiliki potensi yang sangat .baik untuk menunjang perang gerilya, yaitu kekuatan sosialnya (rakyatnya) dan juga potensi ekonominya (kekayaan alamnya). Dengan kekuatan sosial dan ekonominya tersebut, maka Desa Brunosari menjadi suatu basis yang dapat diandalkan bagi perjuangan gerilya yang dilakukan oleh pasukan TNI (Pasukan Sub Werkhreise/SWK Purworejo).
Sebagai suatu basis kekuatan sosial, desa ini mempunyai partisipasi yang sangat kompleks, diantaranya adalah sebagai penjaga keamanan desa, sebagai pasukan gerilya desa (pager desa), sebagai kurir, sebagai mata-mata dan sebagainya, yang kesemuanya dilakukan oleh rakyat desa tersebut. Sedangkan sebagai basis kekuatan ekonomi, partisipasi yang dilakukan cukup kompleks pula, yaitu sebagai dapur umum, penyetor bahan makanan ke kecamatan, sebagai lumbung persediaan beras dan sebagainya, Dengan partisipasi yang dilakukan oleh Desa Brunosari sebagai salah satu basis kekuatan sosial dan ekonomi itulah, maka sedikit banyak telah mampu mendukung dan menunjang perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan oleh TNI.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode oral history (sejarah lisan), yaitu dengan menggunakan sumber wawancara sebagai sumber utama, sebab sumber-sumber tertulis mengenai daerah pedesaan di Kabupaten Purworejo tidak ada, sehingga dengan metode wawancara inilah penulis dapat melakukan penulisan skripsi ini.

"
1995
S12522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>