Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Novitasari
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kecamatan Bayah. Setiap tahunnya jumlah penderita DBD di Bayah terus meningkat sehingga diperlukan suatu upaya pemberantasan vektor dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat mengenai DBD dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks larva Aedes sp. sebelum dan sesudah penyuluhan.
Penelitian menggunakan desain eksperimental berupa survei keberadaan larva Aedes sp. pada 100 rumah dengan intervensi penyuluhan DBD. Survei entomologi dilakukan di Desa Ciwaru, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten pada bulan Agustus 2009 dan Oktober 2009 melalui single larvae method.
Hasil penelitian menunjukkan perubahan house index (HI), container index (CI) dan breteau index (BI) yang sebelumnya 52%, 17,2%, dan 72 menjadi 42%, 15,3%, dan 64. Dari hasil indeks larva tersebut terlihat adanya penurunan, namun secara statistik dengan uji McNemar didapatkan nilai p untuk HI sebesar 0,17 dan nilai p untuk CI sebesar 0,53 (p ≥ 0,001) yang menunjukkan bahwa penyuluhan tidak menurunkan angka penyebaran dan kepadatan vektor DBD (indeks larva Aedes sp.) secara bermakna.

The dengue haemorrhagic fever (DHF) is a serious public health problem in Indonesia including Bayah. Every year the number of DHF patients in Bayah increases, so an effort of eliminating vectors is needed in the form of health promotion to people about DHF and extermination of dengue mosquito?s nest (PSN). The objective of this research is to find out larvae index of Aedes sp. before and after giving health promotion.
This research used experimental design by survey to see the existence of larvaes in 100 houses. The entomology survey was conducted in the Ciwaru Village, Bayah District, Banten Province in August 2009 (pre test) and October 2009 (post test) with a single larvae method.
The result of this research shows changes in house index (HI), container index (CI), and breteau index (BI) from 52%, 17.2%, and 72 to 42%, 15.3%, and 64. The result of larvae index shows a decrease. However by using the Mc Nemar test, the p value for HI is 0.17 and the p value for CI is 0.53 (p ≥ 0.001) which indicates that health promotion does not reduce the number of DHF vector population and spreading (larvae index of Aedes sp.) significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniar Desianti Kuraga
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi penyakit dengan kejadian luar biasa (KLB) di desa Ciwaru, kecamatan Bayah, Jawa Barat. Upaya preventif terhadap perluasan vektor DBD, nyamuk Aedes sp., telah menjadi fokus utama dalam membrantas penyakit DBD. Agar upaya tersebut berjalan dengan baik, perlunya penyuluhan kepada masyarakat mengenai bagaimana caranya membrantas vektor DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan vektor DBD di tempat penampungan air (TPA) sebelum dan sesudah penyuluhan sehingga dapat diketahui apakah penyuluhan yang diberikan cukup membantu membrantas vektor DBD. Penyuluhan dilakukan dengan metode lisan yang dilakukan oleh mahasiswa. Survey vektor DBD dilakukan dua kali di desa Ciwaru. Faktor lain yang memengaruhi jumlah vektor antara lain adalah jenis container, letak geografis, dan tingkat pendidikan masyarakat. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dan pengambilan larva dengan metode single-larva, yaitu pengambilan satu larva di setiap container yang termasuk TPA dan diidentfikasi berdasarkan kunci identifikasi larva menggunakan mikroskop. Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji McNemar untuk mengetahui hubungan penyuluhan terhadap keberadaan vektor. Dari 100 rumah yang diteliti sebelum penyuluhan, didapatkan angka keberadaan larva dalam container TPA sebesar 16,8 % dan setelah penyuluhan angka keberadaan larva di container TPA sebesar 15,8 %. Dari analisis menggunakan uji McNemar,keberadaan vekor DBD tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sebelum penyuluhan dengan sesudah penyuluhan di desa Ciwaru.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) has become a great problem in Ciwaru village, kecamatan Bayah, Jawa Barat. The main focus of reducing endemic DHF area is reducing the existence of DHF vector, Aedes sp. mosque. In order to reduce the existence of Aedes sp. successful, citizen of Ciwaru village need to know a few methods to prevent Aedes sp. breeding. Therefore, researcher gave health promotion about reducing Aedes sp. proliferation to citizen. The promotion?s method is verbal promotion which was done by university students. The other factor that influence the population of Aedes sp. vector are types of container, geographical location, and education level of citizen. The goal of this research is the population and the spread of Aedes sp.in daily water container decrease significantly after researcher give health promotion to the citizen. Therefore, researcher will know that the health promotion is good enough to decrease the population of Aedes sp. The Aedes sp. survey happened on 12th-14th August 2009 (before health promotion) and 16-18th October 2009 (after health promotion) in Ciwaru village. Researcher choice 100 houses to observe daily water container and identify the larva using single larva method. Single larva method is a method to take care one larva in each container to identify the larva using larva identification key on microscope. The data about larva species' are analyzed using McnNemar test in order to know that the population of larva species' in daily water container decrease or increase significantly or not. From the 100 houses which researcher observed before health promotion, there are 16,8 % larva in daily water container and 15,8 % after health promotion. From the analyze using McNemar test, the population of larva in daily water container after health promotion decreased not significantly from the population of larva after health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia
"ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Untuk mencegah kematian, penderita DBD perlu mendapat pertolongan pertama dengan segera. Agar dapat memberikan pertolongan, masyarakat perlu diberikan pengetahuan dengan penyuluhan kesehatan setelah itu dievaluasi. DBD dapat menginfeksi semua umur tetapi lebih banyak menginfeksi anak-anak. Karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan murid sekolah mengenai pertolongan pertama DBD yang diwakili oleh santri. Penelitian di lakukan di pesantren X, Kecamatan Bayah, Provinsi Banten dengan desain cross sectional. Data diambil pada tanggal 16-18 Oktober 2009 dengan mewawancarai semua santri yang berada di lokasi menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan uji chi-square.
Hasilnya 60% responden perempuan, 32,6% memperoleh informasi dari dua sumber, 45,7% memilih petugas kesehatan sebagai sumber informasi DBD paling berkesan dan 81,9% responden tidak memiliki riwayat DBD. Sebanyak 8 orang (8,4%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 18 orang (18,9%) cukup, dan 69 orang (72,6%) kurang. Berdasarkan uji chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pertolongan pertama DBD dengan jenis kelamin, jumlah sumber informasi, sumber informasi paling berkesan, dan riwayat DBD. Disimpulkan tingkat pengetahuan santri setelah mendapat penyuluhan mengenai pertolongan pertama tergolong kurang dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin, jumlah sumber informasi, sumber informasi paling berkesan, dan riwayat DBD.

ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) can cause mortality. To prevent mortality, DHF patient needs immediate first aid. In order to be able to give the first aid, people need to be educated through health promotion and evaluated afterwards. DHF can infect all ages but more in kids. Thus this study is conducted to know students' knowledge level about DHF first aid, represented by santri. This cross-sectional study was conducted at Pesantren X, Bayah Subdistrict, Banten Province. Data was acquired on October 16-18 2009 by interviewing all santri who were at the venue using questionnaires. Data was analyzed with chi-square tests.
The result 60% of respondents were female, 32,6% got information about DHF from two sources, 45,7% chose health officers as the most impressive source, and 81,9% of respondents didn?t have DHF history. Eight respondents (8,4%) have good knowledge about DHF, 18 respondents (18,9%) fair and 69 respondents (72,6%) poor. Chi-square test showed no association between students' knowledge level about DHF first aid with gender, number of information sources, the most impressive source, and DHF history. In conclusion, students' knowledge level about DHF first aid is poor and unassociated with gender, amount of information sources, the most impressive source, and DHF history."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Winoyoko Sidimontro
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang endemis di Kabupaten Lebak, Jawa Barat, dengan vektor utama adalah nyamuk Aedes sp. Survei keberadaan larva Aedes sp. dilakukan pada tanggal 1 - 3 desember 2008 di Desa Cikumpay yang merupakan daerah dengan kasus DBD yang tinggi di Kabupaten Lebak. Temperatur saat pengambilan data berkisar antara 24 oC pada malam hari hingga 35 oC pada siang hari dengan tingkat kelembapan mencapai 90%. Pengambilan data dilakukan di 100 rumah dengan metode single-larvae, yaitu mengambil satu larva di setiap container pada satu rumah lalu diidentifikasi menggunakan stereoskop. Container tersebut nantinya akan dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu air hujan, air tanah, dan air PAM. Data yang terkumpul lalu dianalisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan sumber air container terhadap keberadaan larva. Dari 100 rumah yang diteliti didapatkan house index sebesar 26%, container index sebesar 11,8%, dan breateu index sebesar 38. Tingkat penyebaran DBD di Desa Cikumpay tergolong tinggi karena memiliki house index lebih dari 10%. Sebagian besar larva ditemukan pada container berisi air hujan, yaitu 16 container (5%). Dari hasil analisis menggunakan uji chi-square, terdapat hubungan antara sumber air container dengan keberadaan larva, dengan nilai p sebesar 0,001 (p<0,05).

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease in Lebak district, West Java, with the main vector is Aedes sp.. The survey of Aedes sp. Larvae existence was conducted in 1-3 December 2008 in Cikumpay subdistrict, which is considered as an area with high case of DHF in Lebak district. The temperature during data collection ranged from 24 oC in the night to 35 oC in the midday with humidity up to 90%. The survey was conducted in 100 house using the single-larval method, which is taking a larva from each container the identifying them with stereoscope. The container will be divided into 3 distinct categories, rain water, ground water, and pipe water. The data collected were analyzed using chi-square test to find the association between the container water and the larvae existence. From the 100 houses surveyed, the house index was 26%; container index was 11,8%; and breateu index was 38. The spread of DHF in Cikumpay sub-district is considered as high because the house index is more than 10%. More larvae were found on containers with ground water, that is 16 containers (5%). The chi-square test analysis, showed that there is association between container water supply and larvae existence, with the p count is 0.001 (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S44161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kepadatan dan penyebaran Aedes aegypti setelah penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat. Penelitian menggunakan desain cross sectional dan pengambilan data dilakukan satu bulan setelah penyuluhan yaitu tanggal 21 Juni 2009. Survei dilakukan di semua container di 100 rumah dengan single-larval method, yaitu mengambil satu larva dari setiap container lalu diidentifikasi menggunakan mikroskop. Data yang didapat dianalisis dengan chi-square test. Hasil survei menunjukkan house index sebesar 29%, container index sebesar 7,6%, dan breteau index sebesar 35. Hasil tersebut menunjukkan angka kepadatan dan penyebaran DBD di Kelurahan Paseban tergolong tinggi karena melebihi indikator standar (house index >10%, container index >5%, breteau index >50) walaupun warga telah diberikan penyuluhan. Dari chi-square test (p=0,018) didapatkan perbedaan bermakna antara keberadaan larva di bak mandi dan ember dengan jenis container lainnya. Disimpulkan kepadatan dan penyebaran vektor DBD di Paseban Timur masih tinggi walaupun telah diberikan penyuluhan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a public health problem in Central Jakarta. The purpose of this study was to determine the distribution and density of Aedes aegypti in Paseban Village, Central Jakarta after health education. Using a cross-sectional study design, data collection was done one month after the health education about DHF (June 21, 2009). The survey was conducted in all the containers in 100 houses with a single-larval method, which takes the larvae from each container and then identified using a microscope. The data were analyzed by chi-square test. The results showed, house index was 29%, container index was 7.6%, and breteau index was 35. Ae. aegypti distribution and density was high, exceeding the standard indicators (house index> 10%, container index> 5%, Breteau index> 50), although residents have been given health education. The chi-square test (p = 0.018) showed significant differences between the presence of larvae in the ?bak mandi? and buckets with other container types. To conclude, DHF vector distribution and density in Paseban Village is still high, although it has been given health education."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Muhammad Alvin Shiddieqie
"Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang memiliki angka kejadian yang sangat serius di Kabupaten Lebak, Jawa Barat, dengan kepadatan nyamuk Aedes sp yang cukup tinggi. Survei akan masalah ini dilakukan pada tanggal 1 ? 3 Desember 2008 di Desa Cikumpay. Dimana Desa Cikumpay ini menurut data dinas kesehatan setempat merupakan salah satu dari sekian banyak desa di Kabupaten Lebak yang angka penderita DBD cukup tinggi. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 rumah warga setempat, yang diteliti adalah hubungan warna container dengan keberadaan larva Aedes sp. dengan cara mengambil larva yang ditemukan pada container tersebut, dengan sekali cidukan, metode ini dinamakan single larvae method. Lalu container dikatagorikan menjadi dua kelompok besar, yaitu container dengan warna gelap dan container yang berwarna terang, lalu diberi labelm sehingga membuang kerancuan,setelah itu larvae yang ditemukan tersebut diindentifikasi dengan alat bernama stereomikroskop, dan kita melakukan pemasukan data ke SPSS for windows 13 version dan dilakukan uji untuk mencari hubungan keduanya, uji yang dimaksud adalah uji analisis chi-square. Dari 100 rumah yang telah diteliti didapatkan hasil berupa house index sebesar 26%, container index sebesar 11,8%, dan breateu index sebesar 38. Hal ini menunjukan bahwasannya tingkat penyebaran akan DBD di Desa Cikumpay dapat digolongkan tinggi, hal yang mendasarinya adalaha house index lebih dari 10%. Dari segi penemuan larva, hampir sebagian besar larva yang ditemukan didapatkan pada container berwarna terang, yaitu 21 container (6,55%), hal ini berbanding terbalik dengan container yang berwarna gelap, dimana hanya diperoleh hasil 17 container (5,29%) yang mengandung larva. Dari hasil uji analisis menggukan chi-square, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara warna container dengan keberadaan larva Aedes sp, dengan nilai p sebesar 0,529 (p>0,05).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an endemic disease in Lebak district, West Java, with the main vector is Aedes sp.. According to local health center?s data, Cikumpay subdistrict is considered as an area with high number of DHF cases in Lebak district. This study was conducted in 1-3 December 2008, which involved 100 houses, and focused on the association between Aedes sp. larva?s existence and the color of containers. The containers are divided into two distinct groups; dark-colored containers and bright-colored containers. Existing larvas were taken by single-larval method and identified with stereomicroscope. The collected data was processed by SPSS For Windows 13th version with chi-square analysis. This analytic-observational study of 100 houses shows that Cikumpay subdistrict has 26% house index; 11,8% container index; and 38 breateu index. More Aedes sp. larvas were found in bright-colored containers (6,55%), while in dark-colored containers showed only 5,29%. Chi-square test analysis confirmed the p count is 0,529 (p >0,05). Therefore, there is no association between container colors and larva?s existence."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Kamila
"Selama tahun 2010-2014 Kota Semarang selalu menduduki tiga besar rangking Incidence Rate DBD di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pembiayaan program pemberantasan DBD bersumber pemerintah pada tahun 2013-2015 serta kesenjangan sumberdaya. Pendekatan akun biaya kesehatan (health account) digunakan untuk menelusuri pembiayaan menurut sumber, fungsi, penyedia layanan. Hasil studi menunjukkan bahwa total belanja program DBD bersumber APBD tahun 2013 adalah Rp. 4.018.927.020, tahun 2014 sebesar Rp. 4.070.437.715.020, dan tahun 2015 sebesar Rp. 8.889.646.145. Program terutama dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan fungsi layanan kesehatan terutama adalah Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Menular. Belanja untuk kegiatan administrasi lebih tinggi daripada belanja untuk program promosi kesehatan dan penangan KLB. Tidak terdapat kesenjangan antara ketersediaan sumber daya yang dipotret dari belanja kesehatan program pemberantasan DBD dengan kebutuhan program berdasarkan perhitungan kebutuhan metode SPM. Namun, terdapat kesenjangan antara ketersediaan sumber daya atau belanja kesehatan dengan perencanaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Disarankan agar perencanaan program lebih berfokus pada kegiatan promotif dan preventif.

During Year 2010 - 2014 Semarang municipality has been stated as the Big Three city with high incidence rate of dengue in Central Java province. This tracking expenditure of DHF Preventive Program has tried to analyze spending by the Local Government for Year 2013-2015, as well as the resources gap. The health account approach was used to analyze spending by source, function, and provider. Total spending for DHF supported by the local government in 2013 was Rp. 4.018.927.020, in 2014 was Rp. 4,070,437,715,020, and in 2015 was Rp. 8,889,646,145. The key player of the program was the Semarang Municipality Health Office. By function, the highest proportion of the spending was for Epidemiological Surveillance and Control of Communicable Diseases. The study also found that higher proportion of spending on administration as compared to direct activities such as community empowerment, and program to solve the outbreak. There was no resources gap if available resources was compared to the nedd according to SPM, however there was a resource gap if compared with the plan developed by the municipality health office. The study suggested to improved planning by focusing more on the direct activities such as promotive preventive."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikke Yuniherlina
"Manifestasi klinis demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan derajat keparahan DBD menurut kritera WHO 2011 terbagi atas DBD derajat I, DBD derajat II, DBD derajat III, dan DBD derajat IV. Di Indonesia insiden DBD meningkat walaupun angka kematiannya menurun, untuk itu penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan keparahan DBD, dimana DBD derajat II, III, dan IV dikategorikan sebagai DBD parah.
Penelitian cross-sectional yang menggunakan data sekunder dari studi etiologi demam akut dari delapan rumah sakit di Indonesia, didapatkan proporsi keparahan DBD sebesar 43,3%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keparahan DBD didapatkan faktor jenis serotipe virus DENV-2 (OR = 3,06 95%CI 1,43-6,55), DENV-3 (OR = 2,62 95% CI 1,33-5,15), faktor lama demam (OR = 1,91 95%CI 1,09-3,35), dan faktor jumlah leukosit (OR = 1,79 95%CI 1,02-3,16). Skoring didapatkan sebesar 67% kemampuan untuk memprediksi keparahan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) as a clinical manifestasion of dengue infection remains a public health problem in Indonesia. According to WHO, DHF severity grade was divided into DHF I, DHF II, DHF III and DHF IV. In Indonesia, the incidence of DHF increased eventhough the mortality rate decreased. Therefore, the study aims to examine prognostic factors related to the severity of DHF, with the category of severe DHF is including DHF II, DHF III and DHF IV.
This cross-sectional study using secondary data from the Acute Febrile Illness Etiology Study of eight Hospitals in Indonesia. The result as follow, the proportion of severe DHF category is 43.3%, the prognostic factors associated with DHF severity are DENV serotype (DENV-2, OR = 3.06 95% CI 1.43 - 6.55; DENV-3, OR = 2.62 95% CI 1.33 - 5.15), day of illness (OR = 1.91 95% CI 1.09 - 3.35), and leucocyte count (OR = 1.79 95% CI 1.02 - 3.16). The scoring with contributing of DENV serotype, day of illness, and leucocyte count as prognostic factors, has only 67% ability to predict DHF severity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Primadatu Deswara
"Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya penularan DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti, apabila di suatu daerah kepadatan Aedes aegypti tinggi kedapatan seorang penderita DBD, maka masyarakat di sekitar penderita tersebut berisiko untuk tertular. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat di Kota Metro Provinsi Lampung. Studi cross-sectional (potong lintang) dilakukan di Kota Metro. Penelitian berlangsung dari bulan Januari-Mei 2012.
Peneliti memilih secara acak 350 orang dengan menggunakan metode simple random sampling. Angka kesakitan DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan laboratoris. Kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah diukur dengan melakukan penangkapan nyamuk dengan menggunakan alat aspirator. Setelah itu analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik untuk mendapatkan nilai OR dari kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat. Selain itu, variabel faktor individu, kependudukan, lingkungan sosial dan lingkungan fisik juga dianalisis dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD). Angka kesakitan (Insidens Rate/IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Metro Provinsi Lampung sebesar 39 per 100.000 penduduk.
Hasil analisis menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah dengan angka kesakitan DBD (p=0,326). Faktor lain yang mempengaruhi angka kesakitan DBD pada masyarakat adalah pengetahuan (p=0,047), kebiasaan menggantung pakaian (p=0,049), kebiasaan tidur pagi/sore (p=0,039), partisipasi masyarakat dalam PSN (p=0,022) dan tempat perindukan (p=0,004). Akhirnya, kesimpulan dari penelitian ini adalah kepadatan nyamuk Aedes aegypti di dalam rumah berhubungan tidak signifikan dengan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat.

Mosquito density is a risk factor for dengue fever transmission. With the increasing of aedes aegypti mosquito density, causes the risk transmission dengue fever to society is increasing. This means that if in a region where the Aedes aegypti density is high and there is a sufferer DHF, then the people around that sufferer is have a risk for contracting. The main purpose of this research was to knew corelation the density of Aedes aegypti mosquito in the home with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) on societies in Lampung Province Metro City. Cross-sectional studies (cross-sectional) conducted in Metro City. The research lasted from January to May 2012.
Researcher randomly selecting 350 people by using simple random sampling method. The Incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is established based on clinical diagnosis and laboratoris. The density of Aedes aegypti mosquito in the home were measured with arresting mosquitoes by using an aspirator. After the analysis is conducted using logistic regression models to obtain OR values density of Aedes aegypti mosquito in the home with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) on society. In addition, variable individual factors, demographic, social environment and physical environment were also analyzed with the incidence rate of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Incidence rate (IR) of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) in Lampung Province Metro City by 39 per 100,000 population.
The analysis revealed no significant corelation between the density of Aedes aegypti mosquitoes in the home with the DHF incidence rate (p = 0.326). Other factors affecting the DHF incidence rate on society is the knowledge (p = 0.047), hanging the clothes habits (p = 0.049), sleeping habit in the morning/afternoon (p = 0.039), participation in the PSN (p = 0.022) and a brood (p = 0.004). Finally, the conclusions of this research is the density of Aedes aegypti mosquitoes in the home are not significantly related with the DHF incidence rate on society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pitt Akbar
"Kecamatan Bayah merupakan salah satu daerah endemis DBD yang sering mengalami kejadian luar biasa (KLB). Untuk memberantas DBD masyarakat perlu diberikan pengetahuan mengenai pemberantasan vektor dengan cara penyuluhan. Agar penyuluhan sesuai dengan yang diharapkan perlu dilakukan survey untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan karakteristik demografinya. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional pada 107 murid Madrasah Tsanawiyah Negri Bayah (MTs) yang dipilih secara acak. Data diambil pada tanggal 12-14 Agustus 2009 dengan cara mengisi kuesioner.
Hasilnya menunjukkan tingkat pengetahuan murid MTs yang tergolong baik 18 orang (17%), cukup 42 orang (39%) dan kurang 47 orang (44%). Responden laki-laki 46 orang (43%) dan perempuan 61 orang (57%). Pada uji chi square tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai vektor DBD dengan jenis kelamin (p=0,192), jumlah sumber informasi (p=0,124), dan sumber informasi paling berekesan (p=0,301), tetapi berbeda bermakna dengan usia dan tingkat pendidikan.
Disimpulkan tingkat pengetahuan murid madrasah mengenai vektor DBD tergolong kurang (44%) dan tidak berhubungan dengan jenis kelamin, sumber informasi tetapi berhubungan dengan usia dan tingkat pendidikan.
Dengue hemorrhagic fever (DHF) is public health problem in Indonesia, including Bayah Village. To control DHF, community should be given knowledge regarding vector based on knowledge level and its related factor.
This study aims to determine knowledge level of Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri Bayah students regarding DHF vector. This cross sectional design was conducted in August12th-14th 2009 by interviewing 107 students using questionnaire.
The results showed there were 18 people (17%) classified as good, 42 people (39%) as fair and 47 people (44%) as poor. There were 46 (43%) male and 61 (57%) female respondents. Chi-square test showed no significant difference between students knowledge level of DHF vectors and gender (p=0,192), source of information (p=0,124) and the most impressive information source (p=0,301). On the other hand, there were significant differences between knowledge level with respondents age and educational level.
It can be concluded that knowledge level of MTs students classified as poor and associated with age and educational level but not associated with gender, source of information and the most impressive information source.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>