Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Endah Purwatiningsih
"Memerangi HIV/AIDS adalah salah satu tujuan dari Millenium Developments Goals. Perilaku penggunaan kondom adalah salah satu upaya untuk mencegah dan menanggulangi penularan HIV/AIDS. Salah satu faktor risiko penularan penyakit HIV/AIDS adalah banyaknya jumlah pelanggan pekerja seks komersial serta adanya bergantian pasangan dalam melakukan hubungan seksual baik kepada pekerja seksual maupun yang bukan pekerja seksual. Maka jika satu pelanggan terkena HIV/AIDS akan menularkan kepada setiap pekerja seks komersial yang diajak berhubungan seksual. Rendahnya penggunaan kondom dalam melakukan transaksi seksual merupakan hal yang harus diperhatikan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada pelanggan pekerja seks komersial dalam rangka pencegahan HIV/AIDS dilokalisasi Kampung Baru Kabupaten Blora tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 100 pelanggan pekerja seks komersial yang diambil secara simple random sampling. Hasil analisa statistik diperoleh pelanggan yang ya berperilaku dalam penggunaan kondom sebesar 77 %. Hasil analisa bivariat diperoleh pada variabel pengalaman menderita penyakit menular seksual terdapat adanya hubungan yang bermakna terhadap perilaku penggunaan kondom.
Berdasarkan hasil temuan, untuk meningkatkan perilaku penggunaan kondom sehingga mencapai 100 % pada daerah lokalisasi diperlukan adanya kebijakan dari pemerintah dalam pembuatan kebijakan mengenai daerah 100 % kondom di setiap lokalisasi, serta meningkatkan kegiatan penyuluhan kesehatan di setiap lokalisasi dalam rangka pencegahan penularan HIV/AIDS.

Combat HIV / AIDS is one of the goals of the Millennium Developments Goals. Behavior of condom use is one of the efforts to prevent and control HIV / AIDS. One risk factor for transmission of HIV / AIDS is the large number of customers of commercial sex workers as well as the pair took turns in having sexual relations to both sex workers and non sex workers. So if a customer affected by HIV / AIDS will spread to every commercial sex workers are invited to have sex. The low use of condoms in sexual transactions are things to watch.
The purpose of this study was to determine the factors associated with condom use behaviors on customers of commercial sex workers in the prevention of HIV / AIDS localized Blora Kampung Baru district in 2012. This study uses cross-sectional design with a sample of 100 customers of commercial sex workers are taken in simple random sampling. The results of statistical analysis that it acquired customers behave in the use of condoms by 77%. The results obtained in the bivariate analysis of variables experience a sexually transmitted disease there is a significant association of condom use behaviors.
Based on the findings, to increase condom use behavior so as to achieve 100% in localizing areas of government policy is required in making policy decisions about the 100% condom in every localization, and to improve health education activities in each localization in order to prevent transmission of HIV / AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor (faktor predisposisi yaitu umur, pengetahuan tentang HIV AIDS, sikap terhadap penggunaan kondom, faktor pendukung yaitu keterpaparan program HIV AIDS dan ketersediaan kondom, faktor penguat yaitu adanya kelompok dukungan sebaya yang berhubungan dengan praktek penggunaan kondom pada kelompok waria di Kota Tangerang tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 151 waria yang diambil dari seluruh total sampel dan kuesioner sebagai alat ukur penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 55,6% responden selalu menggunakan kondom, 56,3% berumur sama dengan 30 tahun, 57,6% berpengetahuan baik, 51,7% bersikap negatif terhadap penggunaan kondom, 53,6% terpapar program HIV AIDS, 62,3% tersedia kondom, 76,2% ada Kelompok dukungan sebaya. Menurut uji chi square terdapat 4 variabel yang memiliki hubungan signifikan terhadap praktek penggunaan kondom pada waria yaitu pengetahuan mengenai HIV AIDS, keterpaparan program HIV AIDS, ketersediaan kondom, dan dukungan kelompok sebaya. Faktor yang paling dominan adalah keterpaparan program HIV AIDS terhadap praktek penggunaan kondom pada waria.

The purpose of this study was to determine the factors (predisposing factors such as age, knowledge about HIV AIDS, attitudes towards condom use, enabling factors are exposure to HIV AIDS program and the availability of condoms, reinforcing factor is the existence of peer support groups associated with the practice of the use of condoms on transsexuals in Tangerang city in 2015. This study used cross sectional design with a sample totaling 151 transvestites taken of the total sample and questionnaire as a measuring tool of the study.
The results of this study showed that 55.6% of respondents always use a condom, 56.3 % of the same age to 30 years, 57.6% good knowledge, 51.7% negative attitudes toward condom use, 53.6% are exposed to HIV AIDS program, 62.3% provided condoms, 76.2% no peer support groups. According to chi square test there are four variables that have a significant relation to the practice of condom use on transsexuals that knowledge about HIV AIDS, exposure to HIV AIDS program, the availability of condoms, and peer support. The most dominant factor is the exposure of HIV-AIDS program to the practice of the use of condoms on a transsexual.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Azizah Ahmad
"Latar belakang: Pemerintah DKI Jakarta melakukan berbagai upaya untuk mengatasi HIV/AIDS melalui berbagai inisiatif: layanan tes HIV, pengobatan PrEP, dan kondom gratis. LSL di wilayah ini masih menghadapi tantangan dalam mengakses kondom gratis. Perilaku berganti-ganti pasangan melalui aplikasi meningkatkan risiko hubungan seksual tanpa kondom, yang berpotensi menyebabkan penularan HIV/AIDS yang lebih tinggi. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS melalui perilaku seks aman menggunakan kondom pada LSL di DKI Jakarta. Metode: Studi cross-sectional melalui kuesioner pada bulan November 2023 melibatkan 208 responden, menganalisis perilaku seks aman menggunakan kondom, pengetahuan tentang HIV, dan persepsi pencegahan HIV/AIDS. Pengetahuan terkait HIV dinilai dengan menggunakan kuesioner HIV-K18 dan teori Health Belief Model. Menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan p-value <0,05 dianggap signifikan. Hasil: Di antara 189 responden yang memenuhi syarat, tingkat seks aman dengan menggunakan kondom termasuk moderat. Persepsi manfaat (p-value 0,006), persepsi hambatan (p-value 0,039), dan efikasi diri (p-value 0,015) memiliki korelasi positif dengan perilaku seks aman menggunakan kondom, sementara persepsi keparahan (p-value 0,035) berkorelasi negatif. Kesimpulan: Sebagian besar LSL di DKI Jakarta masih berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena tidak menerapkan perilaku seks aman. Pemerintah perlu merancang program edukasi yang lebih spesifik dan relevan dengan konteks LSL, serta memastikan distribusi kondom gratis yang mudah diakses untuk mengatasi masalah ini.

Background: Despite the Jakarta government's efforts to address HIV/AIDS through various initiatives: HIV testing services, availability of PrEP treatment, and distribution of free condoms. MSM in the region still face challenges in accessing free condoms. The common practice of changing partners through applications increases the risk of unprotected sexual encounters, potentially leading to higher HIV/AIDS transmission. This study examined the factors that influence the behaviour of MSM in DKI Jakarta to prevent HIV/AIDS by practicing safe sex using condoms. Methods: A cross-sectional questionnaire was conducted in November 2023 with 208 respondents to assess safe sex behaviour using condoms, HIV knowledge, and perceptions of HIV/AIDS prevention. HIV-related knowledge was assessed using the HIV-K18 questionnaire and the Health Belief Model theory. Univariate and bivariate analyses were used and p-value < 0,05 was considered significant. Result: Among the 189 qualified respondents, the rate of safe sex practice with the use of condom was moderate. Perceived benefits (p-value 0.006), perceived barriers (p-value 0.039), and self-efficacy (p-value 0.015) were positively correlated to safe sex practice with the use of condom, while perceived severity (p-value 0.035) was negatively correlated. Conclusion: A significant number of MSM in DKI Jakarta remain at high risk of HIV/AIDS infection due to unsafe sex. The government should design more specific and contextualised education programmes for MSM and ensure that free condoms are easily accessible to address this public health concern."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita
"HIV-AIDS telah berkembang menjadi masalah kesehatan global termasuk di Indonesia. Persentase kumulatif kasus AIDS tertinggi berdasarkan cara penularan di Indonesia adalah melalui hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (71%). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain rapid assesment procedures (RAP) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku wanita pekerja seks langsung (WPSL) mewajibkan penggunaan kondom untuk pencegahan HIV-AIDS di kecamatan Tapung Hulu dengan mengacu pada teori HBM.
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan WPSL masih kurang, hambatan yang dirasakan adalah banyak pelanggan yang menolak menggunakan kondom, kemampuan negosiasi dan posisi tawar WPSL yang rendah. Untuk itu, perlu dilakukan upaya program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS secara komprehensif.

HIV-AIDS has rounded into global health problem, including in Indonesia. Cumulative percentage of highest AIDS case based on way of infection in Indonesia is through coitus is not safe at heterosexual ( 71%). This research is a qualitative research with rapid assesment procedures design aimed to know the description of female sex workers behavior in obliges usage of condom for HIVAIDS prevention in subdistrict of Tapung Hulu by using HBM theory.
Result of research shows knowledge of female sex workers still less, perceived barrier is many clients refuse to using condom, ability of negotiation and bargaining position of them is low too. Therefore, need to be done preventive program and handling effort of HIV-AIDS comprehensively.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Rianita
"ABSTRAK
Salah satu faktor risiko tingginya penularan IMS-HIV/AIDS adalah
banyaknya pelanggan yang dilayani seorang WPS. Makin besar jumlah
pelanggan, makin besar kemungkinan tertular HIV. Sebaliknya jika WPS telah
terinfeksi IMS-HIV, maka makin banyak pelanggan yang mungkin tertular
darinya. Rendahnya penggunaan kondom pada transaksi seks merupakan suatu
masalah yang harus diperhatikan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktorfaktor
yang berhubungan pada WPS dengan HIV/AIDS terhadap perilaku
penggunaan kondom pada pelanggannya di Lokalisasi Batu 15 Kota
Tanjungpinang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan desain studi cross
sectional. Populasi studi adalah seluruh WPS dengan HIV/AIDS yang ada di
Lokalisasi Batu 15, dengan jumlah sampel 45. Hasil penelitian didapatkan WPS
dengan HIV/AIDS yang konsisten terhadap penggunaan kondom adalah 48.9%.
Analisa menggunakan uji chi square, menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara variabel pendidikan, jumlah pelanggan, riwayat penyakit IMS, riwayat
penyakit HIV, ketersediaan kondom dan dukungan teman sebaya dengan perilaku
penggunaan kondom. Belum tercapainya target nasional penggunaan kondom
pada WPS yaitu 60 %, maka perlu adanya kebijakan untuk condom use 100% di
Lokalisasi Batu 15 dan promosi kesehatan tentang peningkatan pengetahuan
HIV/AIDS dan penggunaan kondom

ABSTRACT
One of the highest risk factor for transmission of IMS-HIV/AIDS is the
number of WPS. The more customers, the greater the likelihood of HIV infection.
Conversely, if the WPS was infected with an STI, HIV medications, the more
customers who might be infected. Low condom use in sex trafficking is a problem
that must be taken into account. The purpose of this study was to determine the
factors associated with WPS HIV/AIDS, condom use behavior to its clients in the
localization of 15 Tanjungpinang City in 2011. In this study used cross-study
design. WPS is the entire population with HIV/AIDS in localization of Batu 15,
the number of samples, 45. Results of WPS with HIV/AIDS is consistent condom
use rate of 48.9%. Analysis of the use Chi-square test, showed that there was a
correlation between variables, the number of clients, the history of STDS, history
HIV disease, the availability of condoms and peer support with the behavior of
condom use. Not achieving national targets on the WPS is 60% condom use, it's a
100% condom use policy in the localization of Batu 15 and health promotion
increased knowledge about HIV / AIDS and condom use."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edis Mari Eko
"Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan.

Pendahuluan: Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (LSL ODHA) merupakan populasi yang paling rentan tertular melalui hubungan seks anal. Penggunaan kondom secara konsisten dapat memberikan perlindungan paling efektif terhadap infeksi serta dengan penanganan stigma dan komunikasi. Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui efektivitas hubungan antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada pasangan Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode purpossive sampling dengan jumlah sampel 144 responden. Instrumen yang digunakan: HIV Berger Stigma Scale, Communication Pattern Questionnaire–Short Form (CPQ-SF) dan kuesioner penggunaan kondom dengan pengambilan data pada bulan April 2023. Rata-rata responden berusia dewasa awal 18-40 tahun. Data dianalisis dengan SPSS 27.0. Hasil: ada hubungan yang bermakna antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom pada Laki Seks Laki Orang Dengan HIV/AIDS (p=0,001; α =0,05). Hasil uji chi-square antara stigma dan komunikasi terhadap perilaku penggunaan kondom yang tidak konsisten (OR=0.09; 95% CI= 0.042-0,.226; p=0.001 dan OR= 0.08; 95% CI= 0.040-0,19; p=0.001). Diperlukan pengembangan intervensi yang berkontribusi lebih positif terhadap peningkatan penggunaan kondom. Uji RCT tambahan dengan desain yang lebih ketat dan ukuran sampel yang lebih besar diperlukan di masa mendatang. Program dukungan komunikasi yang meminimalkan stigma dapat berguna bagi LSL ODHA sebagai bentuk pendekatan dukungan untuk pendidikan kesehatan tradisional yang selama ini telah dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chahya Kharin Herbawani
"Laporan HIV/AIDS Triwulan 1 Tahun 2017 menyebutkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus AIDS pada ibu rumah tangga, dari 172 orang pada tahun 2004 menjadi 12.302 kasus sampai bulan Maret 2017. Selain jumlah kasus yang terus meningkat, jumlah kumulatif AIDS menurut pekerjaan/status, ibu rumah tangga menempati urutan kedua terbesar yang menderita AIDS setelah kelompok lain-lain (Kemenkes RI, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Bagor. Desain penelitian adalah cross-sectional. Jumlah responden yang diperoleh adalah 150 ibu rumah tangga. Data dianalisis dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan upaya pencegahan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga adalah riwayat tes HIV (p=0,028) dan keterpaparan informasi tentang HIV/AIDS (p=0,014). Pada analisis regresi logistik multivariat diketahui bahwa riwayat tes HIV merupakan faktor yang paling mempengaruhi upaya pencegahan HIV/AIDS oleh ibu rumah tangga (p=0,028 95% CI: 1,06-13,54). Pada ibu rumah tangga yang telah terpapar informasi tentang HIV/AIDS memiliki peluang 3,787 kali lebih tinggi untuk melakukan upaya pencegahan HIV/AIDS baik daripada ibu rumah tangga yang belum pernah melakukan tes HIV.
Direkomendasikan kepada kementrian kesehatan, dinas kesehatan dan tenaga kesehatan untuk mensosialikasikan tes HIV sejak pra-nikah dan melakukan pendidikan kesehatan terkait HIV/AIDS yang dapat menjangkau seluruh ibu rumah tangga. Seperti melalui kelompok PKK dan pengajian. Sehingga, ibu rumah tangga dapat terpapar informasi tentang HIV/AIDS.

The first quarter of HIV/AIDS report 2017 mentioned an increase in the number of AIDS cases among housewives, from 172 cases in 2004 to 12.302 cases by March 2017. Besides the increasing number of the HIV cases, the cumulative number of AIDS by occupation group showed that the housewives group was the second largest with AIDS after unidentified group (Indonesian Ministry of Health , 2017).
The aim of this study was to determine the factors that influence the act of HIV/AIDS prevention among housewives in the work area of Bagor Community Health Centre. The study design was cross-sectional. The number of respondent who had obtained was 150 housewives. The data were analyzed with logistic regression.
The result of the study showed that factor corellated with HIV/AIDS prevention among housewives were HIV testing (p=0,028) and information exposure about HIV/AIDS (p=0,014). In multivariate logistic regression analysis was known that HIV testing was the most influencing factor for HIV/AIDS prevention in housewives (p=0,028 95% CI: 1,06-13,54). The housewives who have been done the HIV testing have 3,787 times higher chace to doing HIV/AIDS prevention than those who have not do it.
It is recommended to the ministry of health, health offices and health workers to conduct the reproductive health education related to HIV/AIDS include the HIV testing as pre-marital program, also health education that can reach all housewives such as with organization of husewives group. Thus, housewives can be exposed to information about HIV/AIDS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50337
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuni Khaulah
"Sejak 5 tahun terakhir terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yang sangat cepat di kalangan pengguna NAPZA suntik. Infeksi HIV di Indonesia cenderung akan tetap meningkat pada masa 5 tahun mendatang. Hal ini berhubungan dengan bertambah banyaknya penularan virus HIV melalui jarum suntik yang tercemar pada pengguna NAPZA suntik akibat praktek penggunaan jarum suntik secara bersama/bergantian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna NAPZA suntik di Kampung Bali, Jakarta tahun 2004. Dalam menilai praktek mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna NAPZA suntik ini, aspek penting yang menjadi perhatian meliputi adanya praktek splitting dan loading, yakni berbagi NAPZA yang telah dicampur pada satu semprit untuk dibagi dengan sesama teman pemakai, penggunaan jasa juru suntik illegal, pemakaian jarum suntik maupun peralatan secara bergantian, dan cara membersihkan jarum dan semprit.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, pengumpulan data primer dilakukan di wilayah Kampung Bali, Jakarta pada bulan Juni 2004, dengan jumlah sampel sebanyak 111 responden. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil penelitian ini menyimpulkan, proporsi pengguna NAPZA suntik yang melakukan praktek mencegah yang baik terhadap penularan HIV/AIDS sebesar 23,4%, sedangkan yang buruk sebesar 76,6%. Proporsi pengguna NAPZA suntik yang melakukan praktek penggunaan jarum secara bersama/bergantian masih cukup tinggi yakni sebesar 82,9%.
Hasil uji bivariat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan praktek mencegah penularan HIV/AIDS di kalangan pengguna NAPZA suntik di wilayah Kampung Bali, Jakarta adalah: pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan kelompok sebaya, dan dukungan keluarga.
Dari hasil uji analisis multivariat terdapat 2 variabel yang berhubungan bermakna dengan praktek mencegah penularan HTV/AIDS yaitu sikap (OR=4,67), dan dukungan kelompok sebaya (OR=4,91). Dari kedua variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel yang paling dominan adalah dukungan kelompok sebaya.
Mengingat masih besar proporsi pengguna NAPZA suntik yang melakukan praktek mencegah yang buruk terhadap penularan HIV/AIDS, maka disarankan perlunya penerapan dan pengembangan program lain yang lebih efektif seperti program methadone untuk mengurangi praktek berbagi jarum di kalangan pengguna NAPZA suntik. Selain itu, perlunya membangun sikap positif pengguna NAPZA suntik dengan melibatkan peran pendidik kelompok sebaya maupun petugas kesehatan/lapangan.
Daftar bacaan : 55 (1990 - 2004).

Factors Related to Prevent HIV/AIDS Infections Practice Among Injecting Drug Users in Kampung Bali, Jakarta, Year of 2004In last five years has occurred a new phenomenon of HIV/AIDS transmission which happens so fast among injecting drug users. HIV infection in Indonesia trends to increase for next five years. This is related to the increasing of using sharing injection needle.
This study objective is to find out description ang factors which related to prevent HIV/AIDS infection practice among Injecting Drug Users in Kampung Bali, Jakarta, year of 2004. In assessing this practice, the important aspects which paying attention are splitting practice and loading practice, which are sharing NAPZA which has been mixed in one container and then shared to fellow user, illegal medical aide service for injection, injection needles or tools usage by turns, and method of cleansing injection and container.
Design if this study is cross sectional, primary data collecting carried out in Kampung Bali region in June 2004, with number of sample is 111 respondents. Data has been analyzed using univariate analysis, bivariate analysis, and multivariate analysis.
Result of this study concluding, injecting drug users proportion who done good preventing to HIV/AIDS infection practice is 23,4%, while those who practice bad preventing in 76,6%. Injecting drug users who practice sharing injection needle still high which is 82,9%.
Result from bivariate analysis shows factors which related significantly to HIV/AIDS infection preventing practice among injecting drug users which are, education, knowledge, attitude, peer group support, and family support.
There are two variables in multivariate analysis which significantly related to HIV/AIDS infection preventing practice among injecting drug users, which are attitude (OR=4,67) and peer group support (OR=4,91). Among these variables, peer group support is the most dominant factor.
Consider there is still high proportion of injecting drug users who does bad prevention practice to the infection of HIV/AIDS, it is recommend the need of development and implementation effective program as methadone program to decrease needle sharing among injecting drug users. Also need to develop positive attitude of injecting drug users by involving peer group educator or health workers.
References : 55 (1990-2004)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirzal
"Sudah lebih 25 tahun, sejak pertama ditemukan lahun 1981, berbagai bangsa di dunia berupaya untuk menanggulangi HIV/AIDS, tetapi penyakit ini terus berkembang dengan peningkatan yang cepat dan mengkhawatirkan. Estimosi jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia pada tahun 1990 adalah 7,8 juta dan pada akhir Desember 2007 sudah mencapai 33,2 juta, dimana 90% berasal dari negara berkembang (WI-IO&UNAIDS, 2007). Perkembangan epidemi HIV/AIDS di Indonesia termasuk dalam kelompok tercepat di Asia, fase epidemiknya telah berubah dari “low” menjadi “concentrated” . Sampai akhir September 2007 ,secara kumulatif jumlah pengidap infeksi HIV adalah 5904 dan kasus AIDS adalah 10384, yang tersebar di 33 provinsi. Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sebesar 4,57 mf 1oo.ooo pcnduduk (1:>n.Jen PPM&PL, 2007).
Papua mempunyai proporsi kasus AIDS tertinggi dibandingkan dengan provinsi Iainnya di Indonesia dan penularannya telah merambah ke masyarakat umum dengan prevalensi cukup tinggi yaitu lebih I persen. Bila dibandingkan dengan populasi penduduk maka cafe rare kasus/jumlah penduduk x 100.000) dl Papua adalah 60,93 per 100.000 penduduk dan merupakan 15,39 kali Iebih tinggi dibandingkan dengan rate nasional (3,96). Penularan HIV di Papua 90 persen disebabkan Oleh hubungan heteroseksual (BPS & Depkes RI, 2007). Tigginya penyebaran HIV/AIDS di Papua dikarenakan rendahnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi, rendahnya pengetahuan dan minimnya informasi tentano HIV/AIDS.
Informasi mengenai hubungan antara ringkat keterpapamn infonnasi HIV/AIDS dengan perilaku kelompok risiko Linggi, seperti peianggan WPS dalam penggunaan kondom scks komemial sangat berguna sebagai masukan bagi pembuat kebijakan untuk membuat program penoegahan dan penanggulangan penyakit HIV/AIDS yang iebih efektif dan efisien, khususnya di Papua.
Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan tingkat ketcrpaparm informasi HIV/AIDS dengan perilaku penggunaan kondom pada pelanggan WPS di Papua seteiah dipadankan oleh variabel umur, status perkawinan, tingkat pcndidikan, tingkat pengetahuan dan riwayat mengalami gejala IMS yang berpcmn sebagai confounder, dcngan menggunakan modelling Propensity Score Matching_ Penelitian ini menggunakan data sckunder Survei Surveilans Perilaku HIV/AIDS 2004/2005 dari PZMPL Depkes Rl dan desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah tukang ojek dan tukang bongkar muat pelabuhan di Papua, yang selanjutnya disebut dengan pelanggan WPS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang konsisten menggunakan kondom saat berhubungan scks dmngan WPS muih sangat rendah (|9?l4%). Hasil analisis bivariat menunjukkan variabel umur (p=0,650), status perkawinan (p=0,403) tidal: berhubungan dengan perilaku penggunaan kondom pada pelanggan WPS, sodangkan variabel tingkat pcndidikan (p=0,000l), tingkat pengetahuan (p=0,000),dan riwayat mengalami gejala IMS (p=0,000) menunjukkan hubungan yang sigtifikan dengan periiaku penggunann kondom pada pelanggan WPS.
Pada analisis mukivasiat modelling Propensiry Score Marching baik dengan nearest neighbor maupun caliper, variabel umur dan status perkawinan hams dikeluarkan dari model, karena reduksi biasnya lebih rendah sebelum dipadankan daripada setelah dipada-nkan. Hmil akhir analisis PSM pada model fit didapatkan nilai yang sama antara kedua algoritma baik nilai OR maupun nilai T-stat. 'Nilai odds ratio (OKI adalah 2,3 (95%Cl=I,2-4,5), ini artinya pelanggan WPS yang Hngkat ketcrpaparan infonnasi HIV/AIDS cukup memiliki peluang 2,3 kali untuk menggtmakan kondom sccara konsisten dibandingkan dengan yang tingkat kCl¢l'P8P&l'|-ll infonnasi HIV/AIDS kurang dan nilai T-stat didapat 0,85(p>0,05), artinya tidak ada hubungan yang bcnnaknu antara tingkat keterpaparan infomaasi HIV/AIDS dengan perilaku penggunaan kondom pads pelanggan WPS di Papua.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan kepada pengelola program HIV/AIDS baik di pnsat maupun daemh agar lebih meningkatkan intensitas dan kedalaman informui HIV/AIDS terutama bagi kelompok nusyanakat yang mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit HIV/AIDS, meningkatkan pemn tenaga kesehatan dan membangun kcmitraan dengan tokoh agama, tokoh adat/masyamkat, LSM, dunia usahalswasta dan Iembaga pendiclikan formal untuk kepentinan penyeharan informasi yang akurat dan benar tcntang HIV/AIDS, melibatkan pakar komunikasi dan mendorong perusahaan komunikasifmedia lebih berperan dulam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan sosialisasi kondom, pemberdayaan kelompok risiko tinggi(pecr group) dalam pcnyebaran infomuui HIV/AIDS dan menetapkan pttraturan daerah penggunaan kondom 100%.

It has been more than 25 years, since the first time the HIV/AIDS we found in 1981, there are many different programs have been developtxl by countries around the world in attempt to control the growth and spreading of HIV/AIDS. But unfortunately, the uncontrolable growth of this disease has attracted more serious attentions. The estimated number of sufferes litom the disease has increased dramatically from about 7,8 million people in 1990 to approximately 33,2 million sufferes in late December 2007. There was 90% of the total sufferers fiom developing countriw (WHO&UNAlDS, 2007). The growth of the HIV/AIDS epidemic in indonesia has been recorded as the fastest among Asian countries. It has progressed fiom “low” to “eoncentrated". Untill late September 2007, the total number of people infected by HIV cumulativcly reached 5904 and the number of AIDS cases was l0384, that found within 33 provinces of Indoneia. The national cumulative rate of the AiDS cases in Indonesia was 4,57 per 100.000 people (Dit.Jcr1 PPM&PL, 2007).
The highest proportion of the I-HV/AIDS found in Indonesia is in Papua where the spread of the infectious disease has reached its most eomunities with the prevallance of the cases is more than l%. If this value is being compared with its population of the province in general, the case rate will be 60,93 per l00.000 peoples. This rate is 15,39 times higher than the national rate which is only 3,96.
The most common cause of the spreading process of the disease in Papua is through heterosexual behaviours which is up to 90 percent (BPS & Depkes RI, 2007). The increased number of HIV/AIDS in Papua is also led by the usage of condom at high risk group still low, a lack of infomation and education about HIV/AIDS.
The information about relationship between infomation exposed about HIV/AIDS with behavior in condom use among the consumer of FSW is necessary to be considered by public health policy makers as 2 sugestion to prevent and control ilu: growth ofHlV/AIDS effectively and effecient in Papua. This research is aimed to identify the relationship between the infomation exposed about HIV/AIDS with behavior in condom use among the consumer of FSW in Papua by focussing on ages, marital status, educational level, infomation level and the story of suffering from Sexual Transmited Infection symptoms which act as corrfounder, and using Pmpensity Score Marching Analysis. This research uses secondary data of Behavioral Surveillance Survey(BSS) of HIV/AIDS in 2004/2005 from P2MPL, Health Department of indonesia and the design of this research is cross sectional. The samples used in this research are the consumers of FSW. They are tukang ojelc (motorcycle taxi drivers) and tukang bongkar muat pelabuhan (workers loading goods in Papua’s harbour. Further they will be mentioned as the FSW consumers.
The results of this research show that the number of respondents who are consistent to use condoms in conducting their sexual intercourses with FSW is still remaining low (l9,l4%). By bivariate analysis, the result shows that the variable age (p=0,650), marital status (p=0,403) have not significantly with the consumer of FSW behavlor’s in condom use. Meanwhile, the variable educational level (p=0,000l). knowledge level (p=0,000), and the history of suffering from IMS symptoms (p=0,000) have showed the significant relation with the behaviours of using condoms among FSW consumers.
The multivariate analysis with Propensiry Score Marching, either nearest neighbor or caliper show that varlabel age and marital status have to be excluded hom the model because the reductive bias before matching process is lower than after the match. The final result of the analysis of PSM on a fit model is found the same value for both algoritma either OR value or T-stat value. The value of odds rario (OR) is 2,3 (95%Cl=l,2-4,5). This means that the FSW consumers with adequate exposed information of HIV/AIDS have 2,3 times of possibilities to use condoms consistently compared with the other ones, who do not have enough exposed infonnation of HIV/AIDS, and T-stat value is 0,85(p>0,05) which means the relationship between the level of exposed infomation of HIV/AIS and the behavior of condom use among FSW consumers in Papua have not significant.
Based on the results of this research, it is suggested that the managers of the HIV/AIDS programs either in the centre or in district areas to improve the intensity and the depth of relevant infomation of HIV/AIDS for high risk community groups, to develop the roles of health workers, and to build a good relationships and supports with religionists, traditional/ cultural values, NGO‘s, local businesses and formal educational institutions in order to be able to spread and share accurate, adequate and proper information about HIVIAIDS. It is also suggested to involve communication experts and encourage companies and electronic medias of communication to be more active in anticipation and controling the spreads of HIV/AIDS and the socialisation of using condoms, empowering the high risk groups (peer group) to take in part of HIV/AIDS infomation spreading, and the local policy makers are suggested to make l00% condom policy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T33796
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>