Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 227726 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutia Imro Atussoleha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan frekuensi diare pada anak 10-23 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan terhadap 95 responden yang dilakukan secara purposive sampling di Puskesmas Tugu, Depok pada 20 Maret - 27 April 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan kuesioner, observasi rumah, dan pengukuran status gizi (berat badan dan panjang badan).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 35,8% sampel menderita diare lebih dari sekali dalam 4 bulan terakhir (lebih dari median frekuensi dunia). Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor anak (berat bayi lahir (OR=4,0), status gizi BB/U rata-rata 4 bulan terakhir (OR=5,8), status gizi BB/U saat ini (OR=8,3), status gizi PB/U rata-rata 4 bulan terakhir (OR=16,8), status gizi PB/U saat ini (OR=14,8), dan ASI eksklusif (OR=5,2)), faktor ibu (perilaku ibu (OR=4,3)), faktor keluarga (status ekonomi keluarga (OR=4,3) dan jumlah balita dalam keluarga (OR=8,3)), dan faktor lingkungan (sumber air bersih (OR=6,4), kondisi jamban/WC (OR=4,6), sarana pembuangan air limbah (OR=6,2), pengolahan sampah rumah tangga (OR=5,5), dan kepadatan huni (OR=3,7)) dengan frekuensi diare.
Penulis menyarankan kepada Puskesmas Tugu untuk melakukan promosi kesehatan dan edukasi melalui penyuluhan dan konseling untuk menurunkan angka kejadian diare pada anak 10-23 bulan.

The objective of this study was to identify factors which associated with with diarrhea frequency among children 10-23 months. The method used in this study is cross sectional design which was conducted with 95 respondents which took with pusposive sampling at Tugu Community Health Center, Depok in March 20th until April 27th 2012. Data were collected through interview referring to the questionnaire, house observation, and measurement of nutritional status (weight and length).
The result of this study showed that 35,8% people were experience diarrhea more than once in the last 4 months (more than the frequency of world median). There were significant association between children factors (baby birth weight (OR=4,0), nutritional status W/A average in last 4 months (OR=5,8), current nutritional status of W/A (OR=8,3), nutritional status H/A average in last 4 months (OR=16,8), current nutritional status of H/A (OR=14,8), and exclusive breastfeeding (OR=5,2)), maternal factors (maternal behavior (OR=4,3)), family factors (economics status of the family (OR=4,3) and number of under five in the family (OR=8,3)), and environmental status (source of clean water (OR=6,4), condition of latrines (OR=4,6), waste disposal facilities (OR=6,2), household waste treatment (OR=5,5), and the density of habitation (OR=3,7)) with diarrhea frequency.
The author suggest to Tugu Community Health Center to conduct health promotion and education through education and counseling program for decreasing the incidence of diarrhea in children 10-23 months."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Mega Anara
"Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang masuk dalam kategori provinsi dengan status gizi anak yang buruk. Meskipun demikian, dari studi sebelumnya didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua termasuk yang terbaik. Karena adanya perbedaan tersebut, peneliti mencari tahu apakah ada hubungan antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif dan makanan tambahan bayi dengan status gizi anak usia 0-36 bulan di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara 104 orang ibu dengan anak usia 0-36 bulan di berbagai kecamatan di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan pengetahuan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi anak usia 0-36 bulan (p > 0,05) dan hubungan pengetahuan pemberian makanan tambahan dengan status gizi anak usia 0-36 bulan (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan pemberian ASI eksklusif dan makanan tambahan bayi dengan status gizi anak usia 0- 36 bulan di Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua tahun 2014. Diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui adanya faktor-faktor lain yang kemungkinan berhubungan dengan status gizi anak usia 0-36 bulan di sana.

Papua is one of the provinces in Indonesia that included in category of provinces with poor nutritional status of children. Nonetheless, from a previous study found that 3 of 5 children received exclusive breastfeeding in Jayawijaya, Papua Province while studies state that exclusive breastfeeding have many advantages for child growth and development. Because of those previous studies, we found out whether there is a relation between knowledge in providing exclusive breastfeeding and complementary feeding with nutritional status of children aged 0-36 months in Jayawijaya Papua Province. This study is a cross-sectional study. Data were collected through interviews with 104 mothers of children aged 0-36 months and antrophometric measurements for children in various districts in Jayawijaya, Papua Province. We classified the nutritional status as based on the z-score categories (weight-for-height, height-for-age, and weight-for-age).
The results shows that the prevalence of of stunting and severely stunting (49,03%), according to height-for-age, is higher than national prevalence (40%). According to weight-for-height category, the prevalence of underweight children (12,50%) is hight than the national prevalence (11,9%). From the Chi square analysis, there was no relation between knowledge in providing exclusive breastfeeding and nutritional status of children aged 0-36 months (p> 0.05) and no relation between knowledge in providing complementary feeding and nutritional status of children aged 0-36 months (p > 0.05). Therefore, it can be concluded that there is no relation between knowledge in providing exclusive breastfeeding and complementary feeding with nutritional status of children aged 0- 36 months in Jayawijaya, Papua Province in 2014.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulida Cahya Khairini
"ABSTRACT
Diare merupakan masalah kesehatan yang cukup sering terjadi pada balita. Penelitian yang menunjukkan manfaat pemberian ASI terhadap masalah diare pada anak cukup banyak ditemukan. Namun, penelitian yang menghubungkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan prevalensi diare pada anaknya masih jarang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu mengenai pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI, serta tata cara pemberian ASI dengan prevalensi diare pada anak balitanya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Jumlah responden untuk penelitian ini adalah sebanyak 42 responden yang tinggal di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur dan memiliki balita. Data pengetahuan ibu dan diagnosis diare balita didapatkan dari kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden ibu dengan tingkat pengetahun baik tentang ASI memiliki balita yang tidak diare, yaitu sebanyak 7 responden. Sementara responden ibu dengan tingkat pengetahuan sedang, 5 di antaranya memiliki anak dengan diare, dan 27 responden sisanya memiliki anak yang tidak diare. Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dan kejadian diare pada anaknya p=0,326 . Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan praktik pemberian ASI oleh ibu dengan prevalensi diare pada balita.

ABSTRACT
Diarrhea is a common health problem among children under five. There are many studies done to identify the roles of breastfeeding in the prevention and management of diarrhea. However, studies focusing on knowledge about breastfeeding among mothers are still rare. This study aims to identify the relationship between knowledge about breastfeeding among mothers and the prevalence of diarrhea in their children. This study is a descriptive analytical study using cross sectional method. This study involves 42 respondents living in Kampung Melayu district, East Jakarta, and have children under five years old. The data of mothers 39 knowledge level and the prevalence of diarrhea are collected using questionnaire. The results showed that all the respondents with high level of knowledge about breastfeeding have children without diarrhea, 7 out of the total 42 respondents. Meanwhile, 5 out of the total 32 respondents with moderate level of knowledge have children with diarrhea, while the rest 27 respondents have children without diarrhea. There is no significant relationship between the level of knowledge about breastfeeding among mothers and the incidents of diarrhea in their children p 0.326 . Further studies are necessary to identify the relationship between breastfeeding practices among mothers and the prevalence of diarrhea in their children. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paramitha Anisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 25-60 bulan di Kelurahan Kalibaru Depok tahun 2012. Disain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 104 balita yang didapat dengan cara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2012. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan, wawancara kuesioner dan lembar FFQ semikuantitatif. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi responden yang stunting sebesar 21,2% dan yang memiliki status gizi TB/U normal sebesar 78,8%. Analisis uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara asupan protein, berat lahir, pendidikan orang tua, pekerjaan ayah, dan status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita.
Penelitian ini menyarankan agar peran aktif pemerintah khususnya petugas kesehatan untuk menanggulangi kejadian stunting pada balita. Selain itu, diharapkan masyarakat untuk menerapkan pola makan gizi seimbang dan mendapatkan pendidikan yang layak untuk meningkatkan kesejahteraannya.

The objective of this research is to determine the description and relationship factors of stunting children among 25-60 months at Kelurahan Kalibaru Depok in 2012. The method of this research is cross sectional design. There are 104 children was being the samples in this research and they obtained by simple random sampling. The research was held on April to May 2012. The database were collected by measuring of height, interview on the questionnaire and FFQ semiquantitative sheet.
The result of this study found that proportion of the respondents who are stunting was 21,2 % and the respondents who had normal nutrition status of HAZ was 78,8%. The result of statistic analysis showed that the protein intake, birth weight, parent?s education father?s occupation, and family economic status had a significant association with child-stunting.
This research suggest the active role from government, especially health care workers to solve the problem of child-stunting. Beside of that, people are expected to implement the balanced nutritional diet and get a proper education to improve their economic status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jurana
"ABSTRAK
Pemberian ASI eksklusif masih rendah sehingga perlu dilakukan upaya untuk
meningkatkan cakupannya. Tujuan penelitian ini adalah teridentifikasi mitos, budaya,
pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi pemberian ASI ekslusif, terbentuknya
model pendidikan kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI eksklusif sebagai dasar
untuk suksesnya target pencapaian pemberian ASI eksklusif melalui penerapan model
pendidikan kesehatan berbasis budaya yang telah teruji, dan praktek pemberian ASI 1
bulan. Penelitian ini merupakan operasional riset dengan menggunakan mixed method
yaitu kualitatif dan kuantitaif. Sampel kualitatif diambil secara snowboll dengan
jumlah 19 orang dan kuantitaif diambil secara puorposive sesuai kriteria inklusi
dengan jumlah 84 orang dan terbagi dalam dua kelompok yaitu 42 orang kelompok
intervensi dan 42 orang kelompok kontol. Kelompok intervensi mendapatkan
pendidikan kesehatan IMTASIE. Hasil penelitian kualitatif mengidentifikasi mitos
dan budaya yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif masih sangat kuat
dipertahankan, pengetahuan ibu kurang, dan semua ibu ingin memberikan ASI. Hasil
penelitian kuantitatif Model IMTASIE yang dikembangkan secara signifikan
memberikan efek terhadap praktik pemberian ASI satu bulan dengan nilai p value
0.026 (<0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini direkomendasikan perlunya pelibatan
tokoh masyarakat dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI
eksklusiff dari perspektif budaya

ABSTRACT
Exclusive breastfeeing rate is still low, hence needs marked promotion. The objective
of this study is to identify the myths, culture, knowledge, and attitude affecting the
exclusive breastfeeding practice, to form and to implement a culture-based health
education model (IMTASIE) on exclusive breastfeeding. This study was designed as
an operational mixed-method research. Qualitative sample was recruited through
snowball sampling and reached 19 participants. Whereas, purposive sampling of 84
participants, divided into treatment and control group, each comprised of 42
participants, involved in the quantitative test. Treatment group received IMTASIE
health education. The qualitative results revealed the myths and culture surrounding
exclusive breastfeeding practice which were still strongly held by mothers, lack of
mothers? knowledge on exclusive breastfeeding in spite of their willingness to
breastfeed. IMTASIE model significantly influenced the exclusive breastfeeding
practice for the first month with p value 0.026 (<0.05). The results implied the
importance of involving community leaders in culture-based health education on
exclusive breastfeeding."
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Ariestiana Prabowo
"Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi pada balita. Kasusnya semakin banyak ditemukan karena malnutrisi pada balita lebih sulit dideteksi.Seringkali gizi buruk pada balita disertai dengan penyakit infeksi yang menyertai, disamping akibat asupan makanan yang kurang.Desain penelitian berupa cross sectionaldengan data sekunder dari laporan PPG, form pelacakan gizi buruk, dan pemeriksaan klinis balita gizi buruk tahun 2012-2013.Variabel dependen adalah peningkatan status gizi balita dan variabel independennya meliputi faktor karakteristik balita, orang tua, dan perilaku ibu.Analisis data berupa analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi balita yang mengalami peningkatan status gizi sebesar 55,0%, lebih banyak terjadi pada balita umur < 12 bulan (60,0%), dengan jenis kelamin perempuan (61,2%), yang lahir dengan BBLR (61,9%), ASI eksklusif (65,0%), disertai penyakit infeksi penyerta (58,7%), pada balita dengan ibu yang beumur <31 tahun (49,0%), berpendidikan tinggi (80,6%), ayah yang bekerja sebagai pekerja kasar (61,8%), ibu yang tidak bekerja (58,5%), dan ibu yang patuh dalam kunjungan PPG (70,7%).Faktor yang secara statistik memiliki hubungan yang bermakna dengan peningkatan status gizi adalah tingkat pendidikan ibu dan kepatuhan ibu dalam kunjungan PPG.

Malnutrition is a public health problem that occurs in toddler. The case increasingly found due to malnutrition in children under five is more difficult to detection. Oftentimes, malnutrition among children under five accompanied by an accompanying infectious diseases, in addition to due to the lack of food intake. The study design was cross-sectional, using secondary data from outpatient TFC reports, forms tracking of malnutrition, and clinical examination form malnutrition children in 2012-2013. Dependent variables is increase in nutritional status and the independent variables include factors toddlers characteristics, parents charracteristics, and mother behavior.Analisis performed by univariate and bivariate analyzes.
The results showed that the proportion of infants who have increased nutritional status is 55.0%, is more common in infants aged <12 months (60.0%), with female sex (61.2%), who were born with low birth weight (61, 9%), exclusive breastfeeding (65.0%), accompanied by concomitant infections (58.7%), in infants whose mothers age<31 years (49.0%), highly educated (80.6%), father who worked as a laborer (61.8%), mothers who did not work (58.5%), and mothers who are obedient to visit TFC (70.7%). Factors that have a statistically significant association with increased nutritional status is the level of maternal education and maternal adherence in PPG excursions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Muhammad Darajat
"Tingkat kematian anak balita di Indonesia tetap menunjukkan angka yang tinggi, dari 400 anak balita yang meninggal setiap harinya, 30 lebih meninggal disebabkan penyakit diare. Thesis ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi insiden penyakit diare dan merumuskan kebijakan yang tepat untuk membasmi penyakit ini. Menggunakan data Indonesia Demographic Health Survey IDHS 2012, digambarkan kondisi di tingkat provinsi di Indonesia mengenai insiden penyakit diare untuk anak balita sementara regresi logit sederhana digunakan untuk memastikannya secara quantitatif. Thesis ini pun menyoroti upaya masyarakat yang mengalihkan konsumsi air minum yang bersumber dari PDAM menjadi air minum yang bersumber dari botol atau refill. Hasil studi akhir menunjukkan bahwa kebijakan publik yang diambil pemerintah harus lebih agresif dalam penyediaan air bersih, peningkatan sanitasi masyarakat serta mengintensifkan program penanggulangan.

The child mortality rate in Indonesia remains quite high. Of the 400 children who die every day, more than 30 die from diarrhea. This paper aims to seek the determining factors of diarrheal cases and formulate needed policies to eradicate it. Using the Indonesia Demographic Health Survey IDHS 2012, I describe the condition in Indonesia at the provincial level regarding the incidence of diarrhea for children under 5years old and exercise simple logistic regression to identify the determinants of diarrhea incidence. The highlight of this paper is that, to reduce the probabilities of the incidence of diarrhea, people have replaced their primary source for drinking from piped water to bottled and refill water. The result of the study calls for the government to be more aggressive in providing affordable clean water and improved sanitation while intensifying the existing programs against diarrhea.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T47478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadiyat Miko
"Gizi buruk merupakan kekurangan gizi tingkat berat terutama pada anak-anak umur dibawah lima tahun (balita) dan merupakan salah satu masalah gizi utaman di Indonesia yang perlu ditanggulangi karena berdampak terhadap kesehatan dan Human Devolopment Index manusia Indonesia 15-20 tahun yang akan datang.
Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah social, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Faktor pencetus munculnya masalah gizi dapat berbeda antara wilayah ataupun antara kelompok masyarakat, bahkan akar masalah ini dapat berbeda antara kelompok usia balita. Kondisi krisis ekonomi sejak tahun 1997 dan tentu berkelanjutan sampai saat ini, menyebabkan daya beli pada masyarakat secara umum menjadi menurun, karena disatu pihak relatif banyak yang kehilangan sumber mata pencaharian sementara di pihak lain adanya peningkatan harga barang dan jasa. Hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan dan gizi masyarakat, terutama balita. Masalah gizi pada anak balita di Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat dari tahun ketahun cenderung meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi khususnya gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita umur 6 bulan sampai < 5 tahun di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat tahun 2002.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metoda potong lintang (cross sectional)1. Responden dalam penelitian ini adalah ibu dan anak balita umur 6-60 bulan dengan jumlah sampel sampel sebanyak 758, 5 desa di Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Analisis data dilakukan dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Di masa yang akan datang dalam pemilihan dan perencanaan upaya yang berkaitan dengan masalah gizi buruk ini agar mempertimbangkan ukuran dampak potensial yang berkontribusi terhadap terjadinya kasus gizi buruk pada anak balita.
Dalam melakukan intervensi untuk memperbaiki status gizi anak umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun di Kecamatan Bojongasih agar memperhatikan kedelapan variabel diatas yang berpengaruh munculnya kejadian KEP dan perlu penelitian lebih lanjut dengan melihat pola asuh anak dengan desain yang sama scara skala besar.

Severe Malnutrition is the chronic nutrient deficiency, which usually occurs at under five years old children. It also the main nutrient problems in Indonesia that should have to decline and reducing it's effects to health and Indonesians Human Development Index for the next 15 - 20 years.
The nutrition problem has a very wide dimension, not just public health problems but also social, economic, culture, care, education, and environment. The ignitions of nutrition problems in one region or society to another could be different, in fact the occurrence among under five years old children could be different.
Indonesia's economic crisis conditions in 1997 and still continuing today caused public's purchasing power decreasing generally, as effect of un-employments and the raise of goods and services prices. Those conditions could make worst for public's health and nutrients, especially toddlers. Nutrient problems in West Java Province inclination increase years after years.
The goals of this research is to search the connection factors of severe malnutrition incidences, age between 6 months - 60 months at Kecamatan Bojongasih Kabupaten Tasikmalaya, in 2002.
This research is an observational research with cross sectional method. The respondents of this research are the mothers that have children of under five years, with the numbers of sample is 758.
The conclusion of the research, that eight variables status has a significant connection to incidence severe malnutrition cases, therefore any dealing and prevention acts with public's nutrients and health problems should pay attention to that variables by doing full planning works. In determining and planning acts to prevent the nutrient problems, we have to considering the potential effect values that make contributions to severe malnutrition cases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T12643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Anindita Rahmawati
"Pendahuluan: Diare merupakan penyakit pembunuh kedua pada balita dengan prevalensi sebesar 14,3 dan berpotensi terjadi Kejadian Luar Biasa KLB di Indonesia. Lebih dari 100.000 balita meninggal akibat diare dengan estimasi hilangnya biaya ekonomi sebesar Rp. 7,2 Triliun.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Indonesia berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012.
Metode: Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi studi pada penelitian ini adalah seluruh balita Indonesia usia 0-59 bulan pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Kemudian dilakukan sampling dengan metodesistem random sampling dengan jumlah sampel 5.961 balita.
Hasil: Prevalensi kejadian diare pada balita yang mengalami diare 2 minggu sebelum survei SDKI 2012 adalah sebesar 15,2 907 balita dan secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia balita 6-35 bulan POR: 1,977; 95 CI: 1,500-2,518; p 0,001, jenis kelamin POR: 1,298; 95 CI: 1,125-1,497; p 0,001, pendidikan ibu POR: 1,365; 95 CI: 1,180 ndash; 1,576; p 0,001 , sosial ekonomi menengah POR: 1,309; 95 CI: 1,064 ndash; 1,610; p 0,011, sosial ekonomi bawah POR: 1,623; 95 CI: 1,376 ndash; 1,913; p 0,001, sumber air minum POR: 1,326; 95 CI: 1,134-1,551; p 0,001, ketersediaan jamban POR: 1,424; 95 CI: 1,228-1,650; p 0,001, ketersediaan tempat cuci tangan POR: 1,248; 95 CI: 1,062-1,465; p 0,008, dan daerah tempat tinggal POR: 1,250; 95 CI: 1,085=1,440; p 0,002 dengan kejadian diare pada balita di Indonesia tahun 2012. Dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita, perlu adanya kesadaran bersama baik pemerintah, petugas kesehatan, masyarakat, maupun orang tua dalam meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat PHBS.

Introduction: Diarrhea is a second killer disease in under five children with a prevalence of 14,3 and have potential to outbreak in Indonesia. More than 100,000 under five children died from diarrhea with an estimated loss of economic costs of 7.2 Trillion Rupiah.
Objective: This study aims to determine factors are related to diarrhea occurrence among under five children in Indonesia based on data Indonesia Demographic and Health Survey IDHS 2012.
Method: This is a cross sectional study with study population were all Indonesian under five children 0 59 months in SDKI 2012 that meet the criteria of inclusion and exclusion. Then sampling by simple random sampling method with the number of sample is 5.961 responden.
Results: The prevalence of diarrhea occurrence in under fives with diarrhea 2 weeks before survey was 15.2 907 and there was a statistically significant relationship between age 6 35 months POR 1,977 95 CI 1,500 ndash 2,518 p 0,001, sex POR 1,298 95 CI 1,125 ndash 1,497 p 0,001, maternal education POR 1,365 95 CI 1,180-1,576 p 0,001, middle socioeconomic POR 1,309 95 CI 1,064-1,610 p 0,011, low socioeconomic POR 1,623 95 CI 1,376 ndash 1,913 p 0,001, drinking water source POR 1,326 95 CI 1,134 ndash 1,551 p 0,001, latrine availability POR 1,424 95 CI 1,228 ndash 1,650 p 0,001, handwasher availability POR 1,248 95 CI 1,062 ndash 1,465 p 0,008, and residence area POR 1,250 95 CI 1,085-1,440 p 0,002 on the incidence of diarrhea among under five children in Indonesia 2012. To decreasing the incidence of diarrhea among under five children, need a common awareness of government, health workers, community, and parents to improving sanitation and healthy life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Tantira Mutiara
"Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita. Hal ini berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Bila hal itu dibiarkan di masa yang akan datang, akan semakin banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan program wajib belajar sebab IQ nya rendah. Anak balita gizi buruk memiliki IQ 13 poin lebih rendah dibandingkan anak normal. Hasil penimbangan balita di kota Bogor pada tahun 2004, menunjukkan bahwa balita gizi buruk sebesar 0,4% dan gizi kurang 8,9%. Pengalaman di Laboratorium Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan (Lab P3GM) menunjukkan bahwa untuk perbaikan status gizi balita gizi buruk dengan tanda klinis (DTK) lebih lama dibanding tanpa tanda Minis (TTK). Status gizi buruk DTK adalah apabila gizi buruk tipe marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Sedangkan status gizi buruk TTK adalah bila secara antropometri BBILI - 3 SD atau BB/TB - 2 SD, maka dikategorikan gizi buruk.
Selama ini belum diketahui faktor yang mempengaruhi status gizi buruk balita DTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan dan ASI serta faktor lain terhadap status gizi buruk balita DTK yang datang le Lab P3GM tersebut. Juga diketahuinya faktor dominan yang berpengaruh pada status gizi buruk anak balita DTK. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan disain penelitian Cross Sectional. Data yang digunakan berasal dari data anak balita gizi buruk yang mengikuti rawat jalan di Lab P3GM. Seluruh balita yang berkunjung pada tahun 2004-2005 yang datanya lengkap untuk analisis ink dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 74 anak. Analisis data yang dilakukan meliptiti analisis kai kuadrat dan analisis multivariat dengan nienggimakan analisis Regresi Logistik Ganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase jumlah gizi buruk balita DTK lebih besar (67,6%) dibanding balita GB= TTK (32,4%). Di antara anal( balita gizi buruk DTK, ternyata lebih banyak anak gizi buruk dengan tipe marasmus (56,S%), disusul marasrnik kwashiorkor. (8,1%) don kwashiorkor (2,7%).
Pembezian ASI berhubungan bermakna dengan status gizi buruk anak balita DTK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pemberian ASI merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian status gizi buruk anak balita ILK setelah dikontrol oleh faktor umur balita dan status anemia. Anak balita yang tEdak mendapat ASI mempunyai peluang untuk menderita gizi buruk DTK 7,616 kali (OR= 7,616; 95% CI: 1,578-36,750) dibandingkan balita yang masih mendapat ASI setelah dikontrol variabel umur balita.
Promosi pemberian ASI secara benar pada ibu-ibu dari balita gizi buruk perlu diprioritaskan Promosi. ASI tersebut di antaranya, menyusui eksklusif selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.

One of the health problem which is still being a burden in developing countries, including Indonesia, is malnutrition in underfive children. It related to the low quality of human resources with the occurrence of many health problems and if it is occurred, in the future will be many children not being able to graduate from their compulsory education program caused of their low IQ. Severe malnutrition children are 13 pains lower than normal children in IQ level. Children weighing result in Bogor 2004, showed that underfive children with severe malnutrition were 0,4% and moderate malnutrition were 8,9%. The experience in Food and Nutrition Development Research Center Laboratory (Lab P3GM) result is to improve the nutrition status of severe malnutrition in under five children with clinical sign (WCS) is longer than without clinical sign (WoCS). The WCS severe malnutrition are severe malnutritions with marasmus, kwashiorkor and marasmic kwashiorkor types. Whereas the severe malnutrition WoCS is if in antropomically WIA - 3 SD or WIH - 2 SD, therefore categorized as severe malnutrition.
Until now, the factors that influence the WCS children with severe malnutrition are still undetectable. Research that aims to find the relationship between food and breast feeding gift along with other factors of WCS chidren with severe malnutrion status that came to the Lab P3GM. Also known the dominant factor which influenced the WCS children with severe malnutrition. This research uses secondary data of cross sectional research design. The children's data which suffered severe malnutrition and took the away treatment at Lab P3GIvL The amount of all underfive years chidren visited in 2004-2005 and had the complete data for this analysis and also suitable with the inclusive and exclusive criteria that made as examples in this research were 74 children. The data analysis that done, the chi square analysis and multivariate analysis.
Analysis result describes the some of WCS children with severe malnutrition are bigger (67,6%) than severe malnutrition WoCS (32,4%). Between severe malnutrition WCS children, apparently, there were more severe malnutrition children in marasmus type (56,8%), followed by marasmik kwashiorkor (8,3%) and kwashiorkor (2,7%).
Breast feeding gift is related to the WCS children status of severe malnutrition. The result of multivariate analysis described that breast feeding gift to children was the most dominant factor related to the WCS children status case of severe malnutrition after having been controlled by the children age and anaemic status factors. Underfive children that do not get breast feeding gift, having risk of suffering WCS severe malnutrition 7,616 times (OR = 7,616; 95% Cl : 1,578 -- 36,750) compared with children that still having the breast feeding after controlled according to children's age variables.
Promotion of breast feeding gift correctly, to all mothers of underfive children with severe malnutrition, needs to be given priority. The promotion is an exclusive breast feeding for 6 months and until 2 years old.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>