Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parmonangan M.
"ABSTRAK
Dalam skripsi ini mixer multiband down conversion dengan teknologi CMOS 0.18- um dirancang dan disimulasikan dengan menggunakan perangkat lunak Advance Design System (ADS) 2011. Dari hasil simulasi mixer pada frekuensi 900 MHz didapat conversion gain 23dB, VSWR 1,33 dan noise figure 29 dB, pada frekuensi 2.1 GHz didapat conversion gain 26 dB, VSWR 1,35 dan noise figure 31,4 dB, pada frekuensi 2.3 GHz didapat conversion gain 25,2 dB, VSWR 1,19 dan noise figure 34,7 dB dan pada frekuensi 2.6 GHz didapat conversion gain 23,9 dB, VSWR 1,07 dan noise figure 30,4 dB. Isolasi antar port LO-IF kurang dari -350 dB, LO-RF kurang dari kurang dari -650 dB dan IF-RF kurang dari -650 dB. Mixer dicatu dengan tegangan 3 V dan arus yang mengalir pada rangkaian sebesar 7 mA.

ABSTRACT
In this final project multiband down conversion mixer is designed by using 0.18-um CMOS technology in Advance Design System (ADS) 2011 software. The result of the mixer simulation for 900 MHz the conversion gain 23 dB, VSWR 1,33 and noise figure 29 dB, at frequency 2.1 GHz the conversion gain 26 dB, VSWR 1,35 and noise figure 31,4 dB, for 2.3 GHz it has conversion gain 25,2 dB, VSWR 1,19 and noise figure 34,7 dB and at frequency 2.6 GHz conversion gain 23,9 dB, VSWR 1,07 and noise figure 30,4 dB. Port isolation between LO-IF is less than -350 dB, LO-RF is less than -650 dB, and IF-RF is less than -650 dB. Mixer is supplied by 3 V and the current is 7 mA.
"
2012
S42450
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Machbub Rochman
"Tren teknologi sistem komunikasi nirkabel saat ini adalah menuju multi layanan atau multi standar, termasuk sistem gelombang radio (RF) yang di dalamnya terdapat perangkat mixer sebagai pentranslasi frekuensi. Namun dalam implementasinya membutuhkan lebih banyak komponen, karena setiap perangkatnya membutuhkan lebih banyak divais. Maka diperlukan perancangan sistem RF yang setiap divaisnya dapat melayani lebih dari 1 pita frekuensi. Sehingga dapat mengurangi jumlah komponen.
Tesis ini membahas perancangan rangkaian up-conversion dual-band mixer untuk sistem pemancar RF pada perangkat CPE Mobile WiMAX pada pita frekuensi 2,3 GHz dan 2,6 GHz menggunakan heterojunction bipolar transistor (HBT). Inti mixer yang digunakan adalah jenis double-balanced Gilbert-cell. Pada proses perancangan dual-band mixer ini, digunakan rangkaian dual resonating frequency yang berfungsi untuk menghasilkan resonansi pada 2 frekuensi yang berbeda secara simultan pada input dan output mixer. Digunakan juga rangkaian -lowpass sebagai input dan output matching.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa dual-band mixer ini dapat bekerja pada 2 pita frekuensi, 2,3GHz dan 2,6GHz, dengan up-conversion gain sebesar 6,222/5,231 dB dan isolasi LO-IF, LO-RF, dan IF-RF sebesar ?70 dB, gain compression sebesar ?72,192/?79,300 dBm untuk input power level dan ?61,297/?68,428 dBm untuk output power level, sedangkan untuk OIP3, IIP3, dan IM3 masing-masing sebesar ?7,670/?8,407 dBm, ?13,892/?13,638 dBm, dan ?138,257/?140,103 dBm, serta memiliki nilai VSWR dan return loss masingmasing sebesar 1,230/1,229 dan ?10 dB. Mixer ini diberikan tegangan catu sebesar 3,7V.

In wireless communication systems, the current trend technology is toward multistandards/multiservices, includes RF system wherein mixer as a frequency translation. But in implementation, it needs more components, because each device need more devices. So in designing need of each devices can operate more than one frequency bands. Due to reducing the components.
This paper discuss of design of up-conversion dual-band mixer for transmitter of Mobile WiMAX CPE at 2.3 GHz and 2.6 GHz frequency bands using heterojunction bipolar transistor. In mixer core, double-balanced Gilbert-type up-conversion mixer is used. In designing process, to perform mixer can resonate at two different frequencies simultaneously is used the dual resonating frequency circuit at the input and output of the mixer. It is also used -lowpass matching circuit of all mixer ports.
Simulation results show that the mixer can operate at two frequencies of 2.3 GHz and 2.6 GHz frequency bands, obtain the conversion gain of 6.222/5.231 dB, port-to-port isolation of ?70 dB, gain compression of ?72,192/?79,300 dBm for input power level, and ?61,297/?68,428 dBm for output power level, OIP3, IIP3, and IM3 of ?7.670/?8.407 dBm, ?13.892/?13.638 dBm, and ?138.257/?140.103 dBm, respectively. VSWR and return loss of 1.230/1.229 and ?10 dB, respectively. It consumes 3.7V power supply."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28360
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Rosjadi
"ABSTRAK
Mixer dan rolling, adalah telmologi mesin-mesin pengolah roti yang memiliki peranan penting dalam menghasillcan produk roti yang berkualitas dan meningkatkan produlctivitas produksi Pengolahan roti secara konvensional (manual) tidak dapat menjamin lcualitas produk yang dihasilkan dan kekontinuan produktivitas produksi. Mixer berfungsi untuk mengaduk bahan-bahan dasar roti hingga tercampur merata sedangkan rolling berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam adonan, menghaluskan adonan dan menghilangkan gelembung-gelembung udara yang terperangkap didalam adonan. Pemilihan material untuk komponen-komponen mixer dan rolling sangat berpengaruh terhadap effesiensi rancangan mesin mixer dan rolling.
Finite Element Analysis System adalah software/progani komputer untuk menganalisa secara struktural suatu komponen mesin dengan menerapkan metode elemen hingga. Analisa struktural dengan finite elemen analysis system ini dapat diterapkan untuk semuajenis dan bentuk benda, baik dalam tahap perancangan maupun pada produk jadi dengan ukuran/dimensi benda yang tidak terbatas Analisa pada tinite element analysis program ini dapat bempa Linier dan Nonlinier Static Analysis, Normal Mode Analysis dan Buokling Analysis.
Perhitungan kekuatan struktur dari komponen-komponen mixer dan rolling secara manual (teoritis) untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada komponen aldbat pembebanan gaya-gaya yang bekerja terhadapnya sehingga didapatkan perbandingan tegangan hasil perhitungan dan tegangan ijin (τ ijin) dari material yang digunakan.
Kalkulasi atau perhitungan dengan memanfaatkan Finite Element Analysis Program diterapkan pada komponen Wadah Mixer. Pembuatan model struktur wadah dengan menerapkan parameter model berupa material wadah dan elemen properti, dan geometri meshing untuk mendiskretitasi model struktur wadah menjadi elemen-elemen yang dihubungkan dengan nodal secara manual (jumlah nodal pada model ditentukan). Parameter kondisi lingkungan model wadah berupa kondisi batas (konstrain) dan pembebanan yang terjadi pada wadah. Jenis analisa yang digunakan Linier Static Analysis dengan data output distribusi tegangan Plate Bottom Vonmises Stress. Tegangan maximum yang terjadi pada model struktur wadah tidak boleh melebihi tegangan ijin dari material yang digunakan.

"
2000
S37623
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"One of intense phenomena in land use aspect is land conversion. This phenomena occurs due to the needs and the demand pressures on land,namely derives from agricultural and non-agricultural sectors as an impact of the increasing number of population and the community development activities
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"An experiment was conducted to determined the effect the effect of silkworm flour usage (Bombyx Mori,Linn) as compiler ration to growth of period quill livestock...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Santoso Tamsir
"ABSTRAK
Efek pengambilan citra biner (binary image) menggunakan kamera level abu (grey level) dengan pencahayaan satu arah mempunyai kelemahan pada data citra yang diterima. Untuk mengatasi kelemahan tersebut telah umum digunakan minimum-maximum filter.
Metode lain yang dijabarkan pada penelitian ini merupakan perbaikan dari metode minimum-maximum filter. Metoda tersebut disebut metoda diferensial.
Metoda diferensial pada dasarnya hanya menggeser data citra satu pixel ke arah tertentu, kemudian didiferensiasikan (dikurangkan). Dari hasil pengurangan tersebut diperoleh titik-titik ekstrim yang merupakan titik-titik tepi benda pada citra biner. Titik-titik ekstrim tersebut dimanfaatkan untuk menormalisir data citra yang tidak sempurna tersebut.
Perbedaan mendasar antara metoda diferensial dengan metode minimum-maximum filter adalah pada kecepatan proses dari metoda diferensial. Hal tersebut disebabkan lebih sedikitnya pengulangan data yang diproses."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Syukriman Bustami
"Sindrom Down merupakan suatu kelainan genetik dengan angka kejadian relatif tinggi, relatif mudah dikenal sejak rnasa bayi, dan didapati secara universal pada semua ras atau tingkat social ekonomi.
Di Indonesia, sebagaimana negara sedang berkembang lainnya, kelainan ini belum mendapat cukup perhatian. Pemerintah sedang berjuang mengatasi penyakit infeksi dan masalah defisiensi gizi. Dengan membaiknya kondisi ekonomi, diharapkarn 20 tahun mendatang masalah infeksi dan defisiensi gizi tidak lagi merupakan masalah besar. Seba1iknya kelainan bawaan atau kelainan genetik akan muncul menjadi masalah kesehatan masyarakat (Wahidiyat, dkk., 1987).
Angka kejadian sindrom Down di Indonesia hingga saat ini belum diketahui. Di RSCM, Jakarta, pada periode 1975-1979, dari sejumlah 19.382 kelahirarn hidup dilaparkan 21 kasus {1,08 perseribu) bayi sindrom Down, (Kadri, dkk., 1982). Angka ini sesuai dengan angka kejadian rata-rata sebesar 1 perseribu, sebagaimana dilaporkan oleh banyak penelitian. Seandainya angka ini diberlakukan umum di Jakarta dengan penduduk 8.498.709 jiwa dan kelahiran hidup 231. 165 jiwa atau 2,72% pertahun (BPS Pusat, 1988), akan ditemukan sekitar 231 kasus baru sindrom Down setiap tahun.
Lebih luas lagi, di Indonesia dengan sekitar 5 juta kelahiran hidup (BPS Pusat, 1988), akan dijumpai sekitar 5000 kasus baru sindrom Down setiap tahunnya. Keadaan ini dapat merupakan masalah besar baik dalam bidang kesehatan, pendidikan, lapangan kerja maupun dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah tersebut.
Lebih dari 50 gejala klinis dilaporkan dapat menyertai sindrom ini. Sebagian besar diantaranya, seperti kelainan pada mata, rigi kulit atau tangan, tidak menimbulkan masalah kesehatan. Gejala-gejala ini bervariasi dari sedikit atau tanpa defek sampai abnormalitas berat, dan selama proses tumbuh kembang dapat berubah menjadi lebih atau kurang derajat abnormalitasnya (Dreg, 1975; National Information, Center for Handicapped Children and Youth, 1983; Cunningham, 1988).
Hipotoni merupakan salah satu gejala utama yang biasanya berkurang derajatnya dengan bertambahnya umur. Pada bayi yang menderita sindrom Down, 45-80% kasus disertai gejala ini, sedangkan pada anak berkisar antara 60-85%. Persentase Hipotoni menurut golongan umur dalam tahun belum ada yang melaporkan (Levinson, dkk., 1955; Lee dan Jackson, 1972; Breg, 1975; Nara, 1976; Henderson, 1987; Cunningham, 1988).
Mekanisme pasti bagaimana kelainan kromosom menyebabkan gejala hipotoni belum diketahui, begitu juga kaitan dengan gejala atau variabel lain (Jebsen, dkk., 1961; Rabe, 1964; Currni)gham, 1988). Meskipun kelainan ini disebabkan faktor genetik, tetapi masih dapat dipengaruhi oleh lingkungannya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T58489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pariury, Dea Shanta
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk-bentuk tanggapan anak penyandang down syndrome terhadap pertanyaan, Berita faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tanggapan-tanggapan tersebut. Tujuan penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa anak down syndrome memiliki berbagai keterbatasan, khususnya dalam bidang Bahasa, walau demikian mereka tetap dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Penelitian ini merupakan studi kasus seorang anak perempuan berusia 6 tahun penyandang kelainan down .syndrome berbahasa Indonesia yang tergolong ringan. Berdasarkan data, ditemukan bahwa ada senibilan bentuk tanggapan ketika informan menanggapi berbagai pertanyaan, yaitu tanggapan yang sesuai dan berhubungan dengan pertanyaan, tanggapan berupa perintah, tanggapan berupa dramatisasi, tanggapan berupa tindakan nonverbal, tanggapan tidak sesuai, tanggapan tidak berbubungan, tanggapan berupa pengaIihan perhatian, tanggapan berupa ketidakacuhan, dan tanggapan berbentuk sikap diam. Tanggapan-tanggapan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perkembangan kognitif, pengetahuan dan kosakata, perhatian terhadap objek pembicaraan, dan partisipan yang diajak bicara. Aspek-aspek lain kemudian muncul dalam penelitian ini dan memerlukan penelitian lanjutan. Penelitian yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah penelitian mengenai: 1) Pengaruh jenis pertanyaan terhadap bentuk tanggapan yang diujarkan oleh penyandang kelainan keterbelakangan mental; 2) Perbandingan kemampuan percakapan anak penyandang DS dengan anak normal yang memiliki urnur mental yang lama; dan 3) Pemahaman konsep yang berhubungan dengan asosiasi semantis pada anak penyandang DS"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Widyasari
"Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Data yang digunakan adalah data primer melalui wawancara dan data sekunder. Permasalahan dari penelitian ini adalah bagimanakah pengaturan asas nailed down diatur dalam KK?. Penerapan asas nailed down dalam KK dalam perkembangannya tidak selamanya bersifat baku, dan dilakukan penyesuaian sesuai dengan situasi dan kondisi serta berdasarkan itikad baik dan kesepakatan kedua belah pihak. Hal ini juga didasari dengan ketentuan dalam KK yang mengatur bahwa pelaksanaan KK diatur, tunduk kepada dan ditafsirkan sesuai dengan hukum Republik Indonesia
Berkaitan dengan penerapan otonomi daerah, pendelegasian wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah secara tidak langsung akan membuat ketidakpastian pihak investor akan jaminan kontraknya (security of title), sehingga semua pelaksanaan kewenangan oleh Pemerintah Daerah harus mengacu pada ketentuan baku dalam azas berkontrak berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangan di bidang mineral, batubara dan panas bumi.

This research methodology is normative legal analysis. It uses the prime data along with the interview and secondary data. This research issues are how the principle of setting of nailed down regulated in Contract of Law (CoW)? Application of the principles nailed down within families in their development are not permanently fixed, and made adjustments according to circumstances and based on good faith and the agreement of both parties. It is also based on the provisions governing the CoW. CoW that governed the implementation, subject to and construed in accordance with the laws of the Republic of Indonesia (this Agreement and its implementation this operation to be governed and construed and interpreted in accordance with the laws of Republic of Indonesia).
Related to the implementation of regional autonomy, delegation of authority from the central government to local governments will indirectly create investor uncertainty will guarantee of the contract (security of title), so that?s all operations by the local government authority must refer to the standard conditions of contract based on the principle of mutual agreement parties and do not conflict with existing regulations in the field of minerals, coal and geothermal.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T38148
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Devy Aryanti
"Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang dikarakteristikkan dengan keterlambatan perkembangan yang dapat mempengaruhi kemandirian anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemandirian dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari pada anak dengan sindrom Down usia sekolah dan remaja dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif non-eksperimen. Responden penelitian berjumlah 43 orang tua/ pengasuh anak dengan sindrom Down di Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas anak berada dalam kategori mandiri sebagian: 31 anak (72,1%); selebihnya mandiri total: 7 anak (16,3%) dan ketergantungan total: 5 anak (11,6%). Untuk itu, diperlukan pendidikan kesehatan dan dukungan emosional bagi keluarga, untuk mencapai kemandirian yang optimal pada anak dengan sindrom Down.

Down syndrome is a genetic disorder which characterized by lack of developmental that may affect the child's independence. This study aims to determine the level of independence of child with Down syndrome in school age and adolescents. This study used descriptive quantitative non-experimental approach with 43 parents or caregivers of child with Down syndrome in Depok.
The result showed that the majority of respondents belongs to modified independence: 31 children (72,1%), while respondents who belongs to total independence: 7 children (16,3%) and total dependence: 5 children (16,3%). For the reason, health education and emotional support for families is needed to achieve optimum independence in children with Down syndrome.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>