Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124551 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R.H. Achmadi
"ABSTRAK
Perdagangan Luar Negeri telah menjadi faktor pendorong dari perekonomian Indonesia, teristimewa dari hasil migas. Walaupun demikian disadari bahwa bertumpu pada komoditas primer minyak atau yang lainnya tidak dapat diandalkan secara sinambung, sebagai alternatif Pemerintah Indonesia mencanangkan bahwa industri haruslah sebagai motor penggerak perekonomian. Ia harus mampu meraih Devisa yang sangat penting untuk pembangunan. Upaya yang dilakukan pemerintah adalah membuat berbagai kebijaksanaan yang diharapkan akan mendorong sektor swasta bergerak di sektor industri terutama yang bersifat menyerap tenaga kerja. Berbagai kebijaksanaan yang dikeluarkan juga dimaksudkan agar sektor industri dapat bersaing di pasaran Internasional. Bersandar pada beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai keunggulan komparatif, tulisan ini mencoba mengaplikasikannya ke Indonesia. Hipotesa dasar yang ingin diuji pada tulisan ini adalah apakah penetrasi pasar ke luar negeri, yang sedikit banyak merupakan pengungkapan dari keunggulan komparatif, sesuai dengan endowment yang dipunyai. Penelitian ini mencakup empat tahun pengamatan yaitu 1971, 1975, 1980, 1985 Pendekatan yang digunakan berdasar modifikasi teori proporsi faktor produksi Hecksher ohlin yang dilakukan oleh Vanek HOV. Metode yang dipakai adalah regresi dengan dua faktor produksi, dua negara dan banyak barang. Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah Ekspor Indonesia pada pelita pertama masih belum berhasil memanfaatkan tenaga kerja disebabkan jangkauan komoditas dua murah yang dimiliki. Tampaknya ini ekspor yang ada masih sempit. Sehingga ekspor yang berhasil dilakukan adalah pada komoditas yang berasal dari industri yang relatif padat modal. Pada periode yang lebih kebelakang ternyata terdapat tendensi yang semakin sesuai dengan teori. Pada dua tahun observasi terakhir terli Komoditas yang banyak menggunakan unsur tenaga kerja dominasi industri padat modal pada komoditas . Kalau hanya melihat pada besaran serta arah dari yang digunakan, terdapat indikasi adanya Leontief hasil industri manufaktur Indonesia walaupun hat bahwa Ekspor makin membesar walaupun ekspor masih terasa koefisiensi regresi Paradoks pada ekspor nampaknya lemah."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erniati Husni
"ABSTRACT
This Study proves that the validity of Cobb-Douglas production function with constant return to scale and Hicks neutral technological change at manufacturing industry in Indonesia during 1985-1990, especially for two-digit ISIC 31, 32, 33. The author found that the output elasticities of capital is much more than its labor in each sub-manufacturing industries. Therefore, industries in Indonesia have been developed with capital intensive and labor saving biases in technological progress. In addition, the empirical results indicated that the Cobb-Douglas production function is decreasing return to scale.
On the other hand, the substitution elasticities for ISIC 31 is inelastic, but others are elastic. This results indirectly linked to the government policy. In the economy as a whole, the capital induce become more expensive with the government policy. Consequently, the ISIC 32, 33 will tend to labor intensive, except for ISIC 31. However, actual rate of return on capital is much more greater than its marginal product, reflecting the higher cost of expansion and development of sub-manufacturing industries in Indonesia from social welfare point of view.
Beside that, actual return to labor is lower than value of its marginal product every year during the observed period. Essentially, for the period observed, the sub-manufacturing industries in Indonesia has not benefited the labor cost comparative advantage which should be enjoyed in the labor market with excess supply of labor. Therefore, the prospect of output of the sub-manufacturing industries do not achieve a satisfactory from the Hecksher-Ohlin theory point of view. However, Indonesia should increase the output of industry in order to lower the fixed cost of production per unit through optimality the utilized capacity. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fitra Kurnia
"Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi prioritas faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman Modal Asing Langsung sektor industri manufaktur di Indonesia. Hal lain yang dibahas adalah prioritas alternatif strategi yang dapat ditempuh dalam upaya penciptaan daya tarik bagi investasi asing di sektor tersebut. Kajian data dilakukan dengan menggunakaan Proses Analisis Hirarki (PAH). Metode PAH adalah proses pembandingan langsung antara beberapa variabel tertentu yang mempengaruhi aktifitas penanaman modal asing langsung di Indonesia khususnya sektor industri manufaktur.
Dengan melakukan proses perbandingan terhadap beberapa variabel tertentu yang dianggap panting yang didapat dari hasil pengisian kuesioner oleh para ahli yang dianggap benar-benar memahami dan terkait langsung pada masalah pembinaan PMA dan pengembangan sektor industri manufaktur di Indonesia. Dari hasil perhitungan dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas penanaman modal asing khususnya sektor industri manufaktur dan alternatif strategi yang dapat ditempuh dalam upaya penciptaan daya tarik bagi para investor asing di Indonesia.
Untuk keberhasilan upaya penciptaan daya tarik investasi tersebut perlu diupaya kerjasama antara instansi pemerintah terkait, industri domestik , lembaga keuangan, perguruan tinggi , lembaga penelitian dan riset dan pihak terkait lainnya. Kerjasama dapat dilakukan dalam upaya menciptakan daya tarik investasi asing yang lebih kompetitif dibandingkan dengan negara - negara pesaing lainnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T3547
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Khairina
"Skripsi ini menguji eksistensi konservatisme pada industri manufaktur di Indonesia dengan melihat adanya perbedaan rentang waktu penga kuan bad news dan good news di dalam nilai laporan laba. Sejalan dengan penelitian (Basu, 1997) hasil uji metode acak data panel me nunjukkan bahwa nilai laporan laba lebih sensitif terhadap bad news dan dapat disimpulkan bahwa praktek konservatisme eksis di Indo nesia. Selanjutnya, skripsi ini menguji tingkat utang, biaya politis dan biaya litigasi sebagai faktor yang mendorong praktek konservatisme. Hasil uji regresi logistik konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa tingkat utang memiliki hubungan positif dengan konservatisme (Ahmed, et, al, 2000) dan biaya litigasi memiliki hubung an negatif dengan konservatisme (Juanda, 2007).

This study examines the existence of conservative reporting in Indonesia?s manufacturing industry by analyzing asymmetric timeliness of earning in reporting bad news and good news. In line with previous study (Basu, 1997), the result of random effect panel data shows that earning is more sensitive to bad news than good news. Thereby, it can be concluded that conservative reporting still exists in Indonesia?s manufacturing industry. Furthermore, this study uses political cost, litigation cost and leverage to explain conservative behavior in firm level. The results of logistic regression are consistent with previous study; leverage has a positive relationship with conse rvatism (Ahmed, et, al, 2000) and litigation cost has a negative rela tionship with conservatism (Juanda, 2007)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syon Syarid
"Prioritas pemerintah pada pertengahan tahun 1980-an untuk meningkatkan peranan ekspor industri dalam perekonomian telah menyebabkan terjadinya peningkatan pesat ekspor industri manufaktur. Walaupun pertumbuhan sektor industri manufaktur Indonesia sebelum tahun 1980-an mengalami pertumbuhan yang tinggi, tetapi peitumbuhan industri yang tinggi tersebut bukanlah untuk penibahan struktur industri. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya peranan industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia baik terhadap nilai tambah (value added) maupun ekspor industri manufaktur.
Perubahan struktur industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an telah meningkatkan pcranan ekspor industri manufaktur. Beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk mencapai maksud tersebut adalah merubah strategi perdagangan Indonesia dari strategi substilusi impor ke strategi promosi ekspor dengan mcngurangi rentang tarif barang-barang konsumsi impor yang sennula sangat tinggi, merubah kebijakan dalam bidang investasi dan melakukan penyesuaian dalam bidang moneter yaitu melakukan devalusi mata uang pada tahun 1983 dan tahun 1986 untuk meningkatkan daya saing ekspor industri manufaktur di pasar internasional.
Perubahan kebijakan tersebut telah mampu meningkatkan ekspor industri manufaktur pada pertengahan tahun 1980-an. Bahkan ekspor industri manufaktur Indonesia pada pertengahan Eakin I980-an tersebut telah mendaminasi ekspor non¬migas Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dapat dikatakan tidak mempunyai peranan penting terhadap ekspor non-migas Indonesia.
Perkembangan ekspor industri dan penguatan stniktur industri selama pertengahan tahun 1980-an telah mengundang minat penulis untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur industri di Indonesia dan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional. Untuk itu penulis mencoba mengemukakan hipotesis sebagai berikut. Apakah perubahan struktur industri yang terjadi di Indonesia telah mampu meningkatkan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar internasional? Apakah komponen-komponen perubahan struktur yaitu produktivitas modal dan tenaga kcrja signifikan mempengaruhi keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia? Apakah Real Exchange Rate yang mencerminkan daya saing ekspor industri manufaktur mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur Indonesia di pasar intemasional.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas penulis telah melakukan penelitian terhadap "sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor yang dibagi ke dalam lima subsektor industri manufaktur yaitu subsektor industri manufaktur padat suinberdaya pertanian, padat sumberdaya mineral, padat kaya, padat teknologi dan padat human capital dengan menggunakan Indeks Perubahan Struktur (IPS) untuk mclihat perubahan struktur industri berdasarkan kepadatan
faktor dan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur ketutggulan komparatif ekspor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor.
dari hasil penelitian diperoleh bahwa secara umum dalam sektor industri manufaktur berdasarkan kepadatan faktor telah tercipla perubahan struktur, tetapi belum tercipta keunggulan komparatif di pasaran internasional. Begitu juga subsektor industri manufaktur padat karya, padat teknologi, dan padat human capital telah menunjukkan terjadinya perubahan struktur. Tetapi subsektor industri manufaktur padat teknologi dan padat human capital belum menunjukkan terciptanya keunggulan komparatif kecuali untuk subsektor industri manufaktur padat karya yang telah menunjukan adanya keunggulan komparatif di pasar intemasional setelah tahun 1985.
Sedangkan dalam subsektor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian tcrjadi pergeseran nilai indeks perubahan struktur akan tetapi telah menciptakan terjadinya keunggulan komparatif di pasaran internasional. Hal ini diduga karena keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur padat sumberdaya pertanian Brat kaitannya dengan sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia.
Belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur walaupun telali terjadinya perubahan struktur disebabkan karena perubahan struktur industri manufaktur masih belum terjadi sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena nilai indeks perubahan struktur masih sangat kecil dan jauh dari kategori suatu negara yang menunjukan terjadinya perubahan struktur secara penuh.
Dari hasil pengujian regresi, belum terciptanya keunggulan komparatif ekspor industri manufaktur di pasar intemasional disebabkan karena tidak terjadinya peningkatan produktivitas tenaga kerja dalam sektor industri manufaktur maupun daiann subsektor industri manufaktur kecuali subsektor industri manufaktur padat human capital yang menunjukan hubungan signifikan produktivitas tenaga kerja terhadap pembentukan keunggulan komparatif. Selma periode analisis keunggulan komparatif hanya digerakkan oleh produktivitas modal dan Real &change Rate. Karena selama analisis produktivitas modal dan Real Exchange Rate sangat signifikan tnempengaruhi nilai RCA ekspor industri manufaktur di Indonesia.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsu Rizal
"Sebagaimana diketahui bahwa peranan industri manufaktur sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia,baru menunjukkan hasilnya menjelang berakhirnya PELITA III. Namun demikian, karena struktur produksi manufaktur saat itu sangat rentan terhadap external shock, maka kontribusinya bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. Kemudian pada saat memasuki PELITA IV, sejalan dengan diimplementasikannya kebijaksanaan deregulasi. (reformasi) ekonomi, laju pertumbuhan sektor industri manufaktur meningkat pesat dan share-nya dalam GDP juga semakin membesar. Menjelang berakhirnya PELITA V, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dibela ekspor sempat terganggu, dengan melemahnya ekspor komoditi non migas andalan.
Banyak faktor yang menyebabkan merosotnya ekspor komoditi tersebut, salah satunya adalah tingkat daya saing, yang dimanifestasikan dalam ukuran efisiensi produktif. Oleh karena itu, penyelidikan dalam thesis ini mencoba untuk menganalisis perubahan kinerja spesifik (efisiensi produktif) industri manufaktur sehubungan dengan diimplementasikannya kebijaksanaan deregulasi selama periode tahun 1984-94, dan agar dapat dibandingkan dengan keadaan selama periode pra deregulasi, maka rentang analisisnya dipilih dari tahun 1981-94.
Penelitian empiris yang khusus memfokuskan pengaruh deregulasi terhadap kinerja spesifik industri manufaktur Indonesia, belum banyak dilakukan, diantaranya yang paling menonjol adalah penelitian Miranda S. Goeltom (1992}. Salah satu hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa reformasi ekonomi berdampak positif terhadap kinerja spesifik perusahaan manufaktur, baik perusahaan kecil, konglomerat, maupun perusahaan berorientasi ekspor. Sementara penelitiannya Rinaldi (1994) mengungkapkan bahwa reformasi ekonomi berpengaruh terhadap kinerja spesifik industri manufaktur Indonesia. Sedangkan penelitian empiris lainnya hanya menganalisis hasil estimasi efisiensi teknis industri manufaktur Indonesia, sebagaimana dilakukan Pitt and Lee (1982} den Hill and Kalirajan (1991).
Meskipun beberapa penyelidikan terdahulu menunjukkan adanya pengaruh positif reformasi ekonomi terhadap perbaikan efisiensi teknis, tetapi belum diungkapkan pola perubahan efisiensi produktif industri manufaktur Indonesia selama diimplementasikannya kebijaksanaan dereguiasi. Untuk itu, penyelidikan dalam thesis ini akan menganalisis hal tersebut, dengan cara mendekomposisi efisiensi produktif menjasi efisiensi teknis, alokatif, dan skala, sebagaimana telah dilakukan Yong and Kalirajan (1995) dalam menyelidiki pola perubahan efisiensi produktif industri besi dan baja China, tetapi dalam thesis ini akan digunakan data panel.
Ada dua pendekatan untuk mengestimasi efisiensi produktif, pertama menggunakan panel data analysis dengan composed error model, dimana disturbance error didekomposisi menjadi tiga variat unobservable, sebagaimana dilakukan Miranda S. Goeltom (1992), Cornwell, Schmidt, and Sickles (1990), Hsiao (1986), Schmidt and Sickles (1984), dan Hausman and Taylor (1981). Kedua, menggunakan stochastic frontier model, dalam hal ini distrurbance error didekomposisi menjadi one-sided error yang menampung firm-specific effects dan two-sided error yang menampung random noise. Aplikasi model stochastic frontier tersebut dalam estimasi efisiensi produktif telah berkembang luas, sejak pertama kali Farrel (1957) mengusulkannya.
Dalam thesis ini, untuk mengestimasi efisiensi produktif diaplikasikan model stochastic frontier production function, dengan one-sided error diasumsikan berdistribusi half-normal (Aigner et al, 1977; Stevenson, 1980; Pitt and Lee, 1981, Jondrow et al, 1982, Kalirajan and Tse, 1989; Hill and Kalirajan, 1991; Yong and Kalirajan, 1995), dan berdistribusi eksponensial (Meeusen. and van den Smack, 1977; Aigner et al, 1977; Jondrow et al, 1982). Sedangfungsi praduksinya merupakan fungsi produksi translog dan Cobb-Douglas, dengan variabel tidak babas gross value added dan variabel bebas terdiri dari input modal kerja, modal investasi, dan jumlah tenaga kerja.
Karena data yang dianalisis merupakan data panel, maka efisiensi teknis diestimasi dengan menggunakan formulasi sebagaimana diusulkan Battese and Coelli (1988), Kalirajan and Tse (1989), Hill and Kalirajan (1991) dan Yong and Kalirajan (1995), sedangkan estimasi efisiensi alokatif dan skala menggunakan formulasi yang diusulkan Khumbakar et al (1989) den Yong and Kalirajan (1995).
Proses estimasi diawali dengan analisis data panel untuk mengestimasi parameter fungsi produksi translog, yang menunjukkan bahwa fixed effect model signifikan. Karena nilai estimasi koefisien model empiris fungsi produksi tersebut hampir semuanya negatif, maka pengujian model estimasi selanjutnya gagal, sehingga model estimasi empiris fungsi produksi translog didrop. Kemudian analiais data panel dilanjutkan dengan mengestimasi parameter fungsi produksi Cobb-Douglas, yang hasilnya menunjukkan bahwa fixed effect model signifikan.
Melalui pengujian kesamaan elastisitas produksi dan restrikai CBTS, diperoleh hasil bahwa model empiric fungsi produksi Cobb-Douglas signifikan memiliki elastisitas sama dengan satu, dan nilai estimasi elastisitas pada periode pra deregulasi dan periode deregulasi berbeda signifikan. Sedangkan perubahan elastisitas produksi selama periode deregulasi, untuk input modal kerja dan modal investasi menunjukkan pola semakin meningkat, sedangkan input tenaga kerja semakin menurun.
Oleh karena asumsi elastisitas sama dengan satu terpenuhi, maka estimasi parameter model stochastic frontier fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dilakukan. Dalam hal ini, motode MLE digunakan untuk mengestimasi parameter model stochastic frontier tersebut, yang nilai estimasinya merupakan hasil iterasi dari pendekatan Davidon-Fletcher-Powell dengan starting value ODS estimates bersangkutan.
Hasil estimasi parameter model stochastic frontier tersebut menunjukkan bahwa selama periode pra deregulasi, komponen error yang dipengaruhi faktor internal secara signifikan lebih besar daripada komponen error yang barsifat acak, sedangkan selama periode deregulasi secara tidak signifikan komponen error yang bersifat acak lebih basar daripada yang dipengaruhi faktor internal. Sehingga, variasi perbedaan gross value added aktual dengan potensialnya, selama periode pra deregulasi, dipengaruhi efisiensi produktif, sedangkan selama periode deregulasi tidak demikian. Dalam arti, kebijaksanaan deregulasi yang diimplementasikan dapat meningkatkan kinerja spesifik industri manufaktur dengan pola yang konsisten dan kontinu.
Berdasarkan hasil estimasi parameter model stochastic frontier tersebut, selanjutnya diestimasi ukuran efisiensi produktifnya. Selama periode pra deregulasi, rata-rata efisiensi teknis industri manufaktur berkisar antara 61.78% dan 63.72%, yang pada periode deregulasi meningkat menjadi berkisar antara 81.61% dan 83.02%. Rata-rata efisiensi alokatif untuk kedua periode tersebut, menunjukkan bahwa input modal kerja maupun investasi under-utilized dibandingkan input tenaga kerja. Namun demikian, selama periode deregulasi, rata-rata efisiensi alokatif tenaga kerja dan modal kerja meningkat sebesar 53%, dan rata-rata efisiensi alokatif tenaga kerja dan modal investasi meningkat sebesar 50% dibanding periode pra deregalasi. Sedangkan rata-rata efisiensi skala untuk kedua periode tersebut menunjukkan nilai negatif, yang berarti perusahaan (kelompok) industri dalam menetapkan harga outputnya cenderung melebihi biaya marjinalnya, sehingga cenderung berproduksi lebih rendah dari skala produksi optimumnya.
Dalam hal ini, bisa disimpulkan bahwa. kebijaksanann deregulasi dapat meningkatkan efisiensi produktif secara teknis dan alokatif, tetapi tidak secara skala. Dengan kata lain, kebijaksanaan deregulasi yang telah diimplementasiken hanya berpengaruh terhadap mekanisme pasar faktor dan pasar uang semata-mata, tetapi tidak berpengaruh terhadap mekanisme pasar barang. Oleh karena itu, selama periode deregulasi, perubahan efisiensi teknis maupun alokatif menunjukkan pola yang semakin meningkat secara konsisten dan kontinu, sedangkan efisiensi skala menunjukkan pola yang menurun.
Kelemahan dari hasil penyelidikan dalam thesis ini terutama bersumber dari data yang dianalisis,karena data tersebut selain sangat agregatif (kelompok industri berkode ISIC tiga digit), juga mengandung random noise cukup besar yang mungkin bersumber dari kesalahan pengukurun, time-lag, peramalan, maupun konsepsualisasi, maka hasil estimasi efisiensi produktif tersebut akan berbias ke atas (up-ward bussed) juga presisinya kurang baik.
Agar diperoleh hasil estimasi yang memiliki presisi dan akurasi lebih baik, maka perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut dengan menggunakan data hingga firm-level, den juga agar diperoleh mutu hasil estimasi efisiensi alokatif dan skala yang lebih baik perlu digunakan shadow price untuk input faktor maupun output. Dalam hal ini, shadow price bisa diambil dari harga impor atau international price input faktor maupun output bersangkutan."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Murtiwi Widyastuti
"Kemajuan teknologi dalam industri otomotif dan kebutuhan pasar otomotif yang potensial, memaksa para ATPM untuk mengembangkan produknya. Namun pasar potensial tersebut berubah cepat, sebagai akibat adanya krisis ekonomi. Situasi pasar otomotif semakin tidak pasti dan sulit untuk diprediksi. Biaya produksi naik tiga kali lipat dari kondisi sebelumnya, ditandai dengan nilai dollar terhadap nilai rupiah sebelumnya Rp 2.400,- per dollar, kini Rp 8.400,- per dollar.
Keadaan ini memaksa para pemegang ATPM untuk mengembangkan strategi bersaing agar unggul dibanding pemegang ATPM lainnya, paling tidak dapat bertahan hidup di masa krisis ini. Untuk mengetahui upaya pemegang ATPM dalam menanggapi krisis ekonomi, penulis mengadakan penelitian dengan metode diskripsi analistik dan bersifat studi kasus pada PT Indomobil Suzuki Internasional, yaitu untuk mengetahui strategi bersaing dan strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan ini hingga mengantarkannya masuk ke papan atas dalam industri otomotif Indonesia.
Perusahaan ini dapat unggul bersaing dibanding pemegang ATPM lain di Indonesia ternyata dengan menerapkan strategi bersaing berdasarkan pendekatan "Market Based". Hal ini sesuai dengan latar belakang PT Indomobil Suzuki Internasional yang semula sebagai agen penjualan produk otomotif. Disamping itu perusahaan ini dapat pula mengatasi permasalahan sumber daya manusianya, dengan tidak mem-PHK secara besar-besaran, meskipun biaya gaji terus meningkat.
Perusahaan ini dapat menekan biaya produksinya melalui pengawasan pada setiap tahap proses produksi. Strategi keunggulan bersaing dengan pendekatan market based, didukung penerapan strategi pemasaran dengan istilah Pull and Push Strategy. Selain itu juga melakukan pelayanan terpadu, dan layanan purna jual, yang menyediakan kesempatan bagi pemilik produk Indomobil lama sebagai uang muka bagi pembelian produk baru. Namun dalam perencanaan produksi perusahaan ini kurang sensitif terhadap kehendak pasar, sehingga dalam produk mobil niaga tidak dapat menduduki peringkat satu di pasar otomotif Indonesia.
Rekomendasi yang penulis ajukan adalah mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif untuk mempengaruhi opini masyarakat terhadap produk-produknya, dan untuk mempersiapkan diri memasuki era globalisasi dan tetap bertahan di kelas sedan 1600 cc yang telah terbukti merupakan keunggulan PT Indomobil Suzuki Internasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T9927
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Rivai
"The striking large investments in the wood manufacturing industry especially after the fi1ip provioed bv the increases in oil revenue, in its turn will change the production technology has been used by this industry. This changes, undisputed1y will have a profound impact on labour absorption and labour productivity. The wood manufacuring industry has been the focus on this thesis since most of the studies on wood maufacturing industry in Indonesia until the time being, were mostly laying the stress on their production capacity and export performances. Less attention or studies has been undertaken in discussing the production technology and its impacts on labour acsorption and labour productivity which are accounted to be one of the most important factors for success in increasing export performances. stUdY are: the production capacity as well Specifically, tne objectives of the as this 1. To review the changes and trendS of production tecnniques in the wood manufacturing indusry. 2. To estimate the changes in labour acsorption or its empioyment elasticity. 3. To estimate the value of the elasticity of substitution in this industry . . 4 . . To estimate the changes in laoour producti.vity in this industry. Based on the past experieces and previous studies discussing the similar topiC, tne study in tnis thesis also utili~ing the Constant Elasticity of SUDstitution (CES) production function as a theoritical baCKground of tne analysis. The labour demand function and lacour prOductivity were derived from the CES production function. The economic parameters of these functions were estimated after changing its mathematical forms into its statistical regression mOdels. By evaluating the capital-labour ratio (K/L), it can be concluded whether the wood manufacturing industry tenos to be capital intensive or VIce versa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>