Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140787 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Purnama Sari
"Tingginya persentase penggunaan kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) tidak diikuti dengan tingginya angka kelangsungan. Angka putus pakai untuk metode pil mengalami kenaikan dari 32% (SDKI 2002-2003) menjadi 39% (SDKI 2007). Sementara itu, angka putus pakai metode suntikan juga mengalami kenaikan dari 18% (SDKI 2002-2003) menjadi 23% (SDKI 2007). Kualitas pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu elemen yang penting dalam mencapai pemakaian alat kontrasepsi yang berlangsung lama (lestari). Salah satu elemen kualitas pelayanan keluarga berencana adalah informasi yang diberikan kepada klien dan mekanisme follow-up dan kontak kembali. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional (studi potong lintang) yang dianalisis menggunakan analisis survival.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara kualitas pelayanan keluarga berencana dengan kelangsungan pemakaian kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) (p-value = 0,000) dan terdapat interaksi antara variabel kualitas pelayanan keluarga berencana dengan keputusan menggunakan alat/cara KB serta interaksi antara kualitas pelayanan KB dengan keinginan mempunyai anak.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah akseptor yang mendapatkan pelayanan keluarga berencana yang berkualitas dengan keputusan suami saja dan orang lain dalam menggunakan alat/cara KB memiliki risiko untuk gagal mempertahankan kelangsungan pemakaian kontrasepsi hormonal (pil dan suntikan) lebih tinggi 1,7 kali dibandingkan dengan akseptor yang mendapatkan pelayanan keluarga berencana yang berkualitas dengan keputusan bersama dalam menggunakan alat/cara KB (p-value = 0,008) setelah dikontrol oleh kesamaan keinginan anak antara suami dan isteri, jumlah anak dan efek samping.
Oleh karena itu, diperlukan pemberi pelayanan (provider) yang mampu melayani kebutuhan KB dan kesehatan reproduksi laki-laki dan perempuan yang meliputi pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang dapat memenuhi kebutuhan perempuan dan laki-laki, yaitu pelayanan Komunikasi Interpersonal (KIP)/konseling dan pelayanan medis berkaitan dengan KB dan kesehatan reproduksi.

The high percentage using of hormonal contraceptives (pills and injections) are not followed by a high rate of survival. The drop out rate for the method of pill use rose from 32% (IDHS 2002-2003) to 39% (IDHS 2007). Meanwhile, the dropout rate used method of injection also increased from 18% (IDHS 2002-2003) to 23% (IDHS 2007). Quality of family planning services is one of the important element in achieving contraceptive use long-lasting (sustainable). The element is information given to clients and recontact and follow-up mechanisms. This study uses a descriptive analytic with cross sectional approach were analyzed using survival analysis.
Based on the results of the study there is a relationship between the quality of family planning services with continuity of use of hormonal contraceptives (pills and injections) (p-value = 0.000) and there is interaction between the quality of family planning services with decisions using of tools/methods of family planning and the interaction between the quality of family planning services with the desire for more children.
The conclusions in this study is acceptors are getting a qualified family planning services by husband decision maker and others to using tools/methods of family planning has failed to maintain the continuity of risk for using hormonal contraceptives (pills and injections) 1,7 times higher than the acceptors who received family planning services qualified by a joint decision to using tools/methods of family planning (p-value = 0.008) after controlled by a common wishes of children between husband and wife, number of children and side effects.
Therefore required provider which capable of serving the needs of family planning and reproductive health of men and women includes IEC (Information, Education and Communication) service as well as family planning and reproductive health services that can meet the needs of women and men, Interpersonal Communication (IPC)/counseling and medical services related to family planning and reproductive health.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anantha Dian Tiara
"Unmet need KB adalah pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak tapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Unmet need KB merupakan salah satu indikator yang menggarnbarkan pelayanan KB dan merupakan salah satu capaian MDGs 2015. SDK! 2007 menunjukkan unmet need KB sebesar 9,1 persen, sedangkan SDKI 2002-2003 menunjukkan 8,6 persen. Di Indonesia, sejak 12 tahun terakhir unmet need KB stagnan di 9 persen sehfngga merupakan masalah lain yang perlu diatasi Peneiitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungab dengan unmet need K.B. Penelitlan ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need KB. Jumlah sampel untuk melihat Unmet need KB Nasional adall1h seluruh PUS usia 1549 tahun yang meniklth yang terdapat dalam SDK! 2007. Sedangksn sampel untuk studi ini tidak termasuk mereka yang contraceptive failure, desire birth <2 years, infecundlmenopausal dengan sam pel 21, 157. Penelitian ini mclihat hubungan faktor sosiodemografi (umur, tingkat pendidikan1 pekeljaan, tingkat pendidikan suami, pekerjaan suami~ jumlah anak. dan tingkat ekonomi, tempat tinggal). faktor sosiopsikologis (persetujuan suami tentang KB; diskusi dengan suami tentang KB, pengetahuan tentang metode kontrssepsi), dan faktor pelayanan (infurmasi KB dsri fusilitas kesehatan dan sumber informasi KB). Dari hasil analisis bivariat, didapatkan bahwa unmet need KB eenderung meningkat pada umur dewasa tua, pendidiksn !ebih rendah, punya anak lebih dari 2, tingkat ekonomi rendah. tinggal di pedesaan, suami tidak setuju dengan KB, tidak diskusi dengan suami, tidak mendapat informasi dart fasilitas kesehaan dan ti-dak mendapat informasi KB dari surnber manapun. Saran dari studi ini adalah agar Kementerian Keseltatan Rl menyediakan pelayanan KB sesuai kebutuhan klien mulai dsri memberikan infonnasi KB kepada PUS, menyediakan alokon, pembisysan KB bagi yang tidak marnpu. Puskesmas harus mendukung ketersediaan alokon yang ada dengan sspek lain seperti bebas biaya jasa pemasangan alokon serta memperbaiki akses. BKKBN dapat mentngkatkan promosi KB lebih melibatkan suami maupun masyarakat lainnya. Peneliti lain dapat melihat dari sisi kepemitikan asuransi.

Unmet need for family planning are couples of childbearing age who do not want to have children but do not use contraceptives. Unmet need for family planning are one of the indicators that describe family planning services and is one of the achievements of MDGs. IDHS 2007 showed unmet need for family planning of 9.1 percent, while the 2002-2003 IDHS shows 8.6 percent. In Indonesia, since last 12 years unmet need for family planning stagnant at 9 percent so that is another issue that needs to be addressed. This study aims to conduct empirical tests to determine the factors associated with unmet need family planning. This study is a cross sectional study using secondary data about the factors associated with unmet need for family planning. The number of are married couples at child bearing period, aged 15-49 years who married as stared in IDHS 2007. While the sample for !his study does not include contraceptive failure, desire birth <2 years, lnfeeund lmenopausal are 21.157 samples. This study analyzes the effects of sociodemographic factors (age, educational Ievel, occupation education level of husband. husband's occupation, the number of children, and economic Jevel, residence), sosiopsycologis factor (husband approval about family planning, discussion with husband about family planning, knowledge about contraceptive methods ), and services factor (family planning information from health facilities and source of Information). From the results of bivariate analysis,. it was found that the unmet need family planning tend to increase in older adult, lower education, have more than 2 children, low economic level, living in rural area, whose husband does not agree with family planning, no discussion with the husband, not being informed of health facilities and do not receive family planning information from any source. It is suggested that Ministry of Health to serve family planning services based on clients by providing family planning information for married couple, providing contraception, budgetting for poor married couple who need family planning and to increasing the acces. NFPCB can increase family planning promotion to improve support from husband and other people. Future research can examine from insurance variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T33713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryono Suyono
Jakarta: State Ministry for Population/NFPCB, 1995
613.940 9 HAR f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asih Setiarini
"Kualitas pelayanan KB mencakup dua dimensi, dimensi klien (peserta) dan dimensi provider (petugas pemberi pelayanan). Salah satu ukuran kualitas dengan melihat kejadian komplikasi dan kegagalan. Kejadian komplikasi dapat menunjukkan tingkat pendeteksian, konseling, pemberian informasi mengenai potensi efek samping yang dapat menolong klien memilih metode yang paling sesuai dengan kondisinya, kesehatannya, gaya hidup serta pilihannya. Kejadian kegagalan dapat mencerminkan tidak hanya rendahnya efektifitas metode yang dipilih, tetapi juga berhubungan dengan ada atau tidaknya kontak dengan petugas kesehatan. Dengan memanfaatkan laporan publikasi yang dikeluarkan oleh Biro Pelaporan dan Statistik BKKBN setiap bulannya, maka dikembangkan cara penghitungan kejadian komplikasi dan kegagalan. Studi ini merupakan analisa data sekunder, dari 2 publikasi yaitu laporan umpan batik klinik dan laporan pembinaan keluarga sejahtera dan bulan April 1994 sampai Maret 1997. Janis data yang dimanfaatkan adalah peserta baru, peserta aktif, komplikasi dan kegagalan KB. Analisa data dengan mengelompokkan berdasarkan pembagian wilayah Jawa-Bali, Luar Jawa-Bali I, dan Luar Jawa-Bali-II serta per propinsi dan per tahun. Angka persentase komplikasi dihitung dengan 2 cara, yaitu membagi kejadian komplikasi dengan denominator peserta baru dan peserta aktif. Sedangkan angka persentase kegagalan hanya dengan denominator peserta aktif. Angka hasil perhitungan semakin kecil menunjukkan semakin rendah kejadiaannya yang berarti semakin baik kualitas pelayanan. Terlihat kecenderungan yang terus menurun kejadian komplikasi dan kegagalan selama kurun waktu 3 tahun untuk semua metode kontrasepsi. Klien yang menggunakan IUD paling banyak mengalami kejadian komplikasi (7,22%, 1996/97) dan kejadian kegagalan (0,16%, 1996/97). Sedangkan klien metode Suntik yang paling rendah mengalami komplikasi (1,34%, 1996/97) dan kegagalan (0,04%, 1996/97). Wilayah yang paling baik kualitas pelayanannya berada di wilayah Luar Jawa-Bali I untuk kejadian komplikasi, sedangkan wilayah Jawa-Bali untuk kejadian kegagalannya. Penghitungan angka persentase komplikasi dengan peserta aktif (penyebut yang lebih besar), angka komplikasinya menjadi sangat kecil. Akibatnya tidak tertangkap perhatian manajer program sebagai masalah mutu pelayanan yang panting untuk diprioritaskan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1999
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dody Saputro
"Tesis ini membahas tentang determinan keinginan menambah anak pada wanita kawin di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masih adanya perbedaan rata-rata jumlah anak ideal yang diinginkan dengan angka fetilitas total di Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2007 menggambarkan masih tingginya preferensi kelahiran dalam keinginan menambah anak pada wanita kawin. Sehingga dikhawatirkan akan berdampak positif terhadap fertilitas dimasa mendatang khususnya di propiusi ini. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan menambah anak ditiJ.Vau dari karakteristik sosial ekonorni dan demografi wanita kawin.
Metode analisis yang digunakan terdiri dari analisis deskriptif dan regresi logistik non-hierarki multi faktorial. Data yang dipergunakan adalah data SDKI 2007, dengan obyek penelitian wanita kawin yang telah mempunyai satu anak masih hidup atau lebih, merniliki berkemampuan untuk harnil dan tidak disterilisasi serta bertempat tinggal di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Temuan pada analisis deskriptif menyimpulkan bahwa pada wanita kawin yang bekerja maupun tidak bekerja, semakin banyak anak masih hidup yang dirniliki semakin kurang cenderung untuk menambah anak. Demikian halnya dengan status ekonorni ke!uarga, yang mana semakin tinggi status ekonorni keluarga dimiliki wanita kawin semakin kurang cenderung untuk menambah anak. Namun semakin tinggi tingkat pendidikan wanita kawin kecenderungan untuk menambah anak semakin besar. Wanita kawin di perkotaan kurang cenderung untuk menambah anak dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan.
Adapun analisis inferens menyimpulkan bahwa dengan memperhatikan kondisi jumlah anak masih hidup dan status kerja ibu, untuk wanita kawin yang merniliki karakteristik berpendidikan tamat SD, merniliki status ekonomi atas dan menengah, dan tinggal di perkotaan memiliki pengaruh negatif terhadap keinginan menambah anak. Sedangkan wanita kawin yang berumur 15-34 tahun dan yang memiliki riwayat kematian anak memberikan pengaruh positif terhadap keinginan menambah anak.

This thesis discusses about determinant of willingness to reproduce new baby from marriage women in Province of Bangka Belitung Islands. There is different between average of desired ideal number of children and total fertility in Province ofBangka Belitung in Year of2007. The phenomenon reflects the high birth's preference of willingness to reproduce. It is feared that this case affect positively on fertility rate in the future of the province. The research's aim is to learn the factors that influence willingness to reproduce new baby, reviewed from social-economy characteristics and demographic of marriage women.
Methods of analysis are descriptive analysis and multi-factorial non­ hierarchy logistics regression. The data are SDKI 2007, including marriage women research object, the women only has one child or more, the fertile women, non sterilization women and the women live in Province of Bangka Belitung Islands.
The findings on descriptive analysis, we can summarize that marriage women, both of working and non working, with more children are living, less likely to reproduce new baby. Similar with working status, based on economic status of family, increasing of economic status of family, less likely to reproduce new baby. However, the higher education of marriage women, more like to reproduce new baby. Compared with urban and rural area, marriage women in rural area reproduces new baby higher than women in urban area.
Based on inferential analysis in number of children still living, mother's working status for marriage women which elementary school education status, high and middle economic status and living in urban area, the factors affects negative factor in willingness to reproduce new baby. Meanwhile, marriage women in 15-34 years old who have history in death of her children, the factors affects positively on willingness to reproduce.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T29176
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Melani
"Latar belakang: Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan. Ibu yang melahirkan dengan ditolong tenaga kesehatan maupun yang ditolong dengan tenaga non kesehatan dapat mengalami komplikasi. Komplikasi akan semakin berat yang dapat menyebabkan kematian ibu jika dalam proses persalinan ibu tidak ditolong oleh tenaga kesehatan. Provinsi Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak di Indonesia juga mempunyai permasalahan tentang kesehatan terutama terkait dengan jumlah kematian ibu yang menduduki peringkat paling tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi seorang wanita kawin dalam pemanfaatan penolong persalinan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan waktu pengambilan data secara cross sectional. Data yang digunakan adalah data sekunder Survei Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2019 dengan sampel penelitian adalah wanita kawin umur 15-54 tahun yang pernah melahirkan anak lahir hidup pada tahun 2019 sebanyak 15.247 individu yang dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat dengan model regresi logit.
Hasil: Determinan faktor predisposisi (umur ibu, tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan suami, status pekerjaan ibu, status pekerjaan suami, jumlah anak dan pengobatan sendiri) yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah umur ibu, jumlah anak, tingkat pendidikan ibu, status pekerjaan ibu dan pengobatan sendiri sedangkan determinan faktor pemungkin (status ekonomi, wilayah tempat tinggal, kepemilikan tabungan, kepemilikan jaminan kesehatan, kepemilikan media elektronik, status kepemilikan rumah dan akses ke internet) yang berhubungan signifikan dengan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah status ekonomi, kepemilikan jaminan kesehatan, status kepemilikan rumah dan akses ke internet.
Kesimpulan: Variabel yang paling dominan berhubungan pemanfaatan penolong persalinan di Provinsi Jawa Barat adalah jumlah anak dimana nilai OR = 3,632 dengan nilai P=0,000 dan 95% CI = 3,163-4,169 di tahun 2019.
Saran: peningkatan pemahaman kesehatan bagi reproduksi remaja terkait umur tidak berisiko hamil dan dan risiko melahirkan terlalu sering serta komplikasi yang menyertai terutama untuk pengendalian kehamilan terlalu muda, digitalisasi buku KIA agar memudahkan dalam pemantauan kesehatan ibu hamil.

Background: Complications and deaths of mothers and newborns mostly occur in the period around delivery. Mothers who give birth assisted by health workers or who are assisted by non-health workers can experience complications. Complications will be more severe which can cause maternal death if the mother is not assisted in the delivery process by health workers. West Java Province as the province with the most population in Indonesia also has problems regarding health, especially related to the number of maternal deaths which is ranked the highest in Indonesia. This study aims to determine the determinant factors that affect a married woman in the use of birth attendants.
Methods: This research is a quantitative research with cross sectional data collection time. The data used is secondary data from the 2019 National Economic Survey (Susenas) with the research sample being married women aged 15-54 years who gave birth to live children in 2019 as many as 15,247 individuals who were analyzed univariately, bivariately and multivariably with the logit regression model.
Results: The determinants of predisposing factors (mother's age, mother's education level, husband's education level, mother's employment status, husband's employment status, number of children and self-medication) that were significantly related to the use of birth attendants in West Java Province were maternal age, number of children, level of mother's education, mother's employment status and self-medication while the determinants of enabling factors (economic status, area of ​​residence, savings ownership, health insurance ownership, electronic media ownership, home ownership status and access to the internet) were significantly related to the use of birth attendants in Java Province. West is economic status, health insurance ownership, home ownership status and access to the internet.
Conclusion: The most dominant variable related to the use of birth attendants in West Java Province is maternal age where the OR value = 3,576 with P value = 0.000 and 95% CI = 3.227-3.963 in 2019.
Suggestions: increasing understanding of reproductive health for adolescents related to age not at risk of pregnancy and and the risk of giving birth too often and the accompanying complications, especially for controlling pregnancies too young, digitizing the KIA handbook to make it easier to monitor the health of pregnant women.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Setiyowati
"Tingginya laju pertumbuhan penduduk menimbulkan permasalahan diberbagai Negara termasuk di Indonesia. Upaya pengendalian dilkukan dengan cara program Keluarga Berencana. Akan tetapi angka CPR sebesar 64% belum memenuhi target RPJMN 2019 sebesar 66% dan adanya kecenderungan trend penggunaan KB modern yang cenderung menurun. Berbagai faktor mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi modern diantaranya peran wanita dalam pengambilan keputusan untuk ber KB.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar hubungan antara peran wanita dalam pengambilan keputusan dengan penggunaan kontrasepsi modern. Desain penelitian ini adalah cross sectional menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI ) 2017. Sampel dalam penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun yang terdaftar dalam data SDKI 2017 yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 17.234. Analisis dalam penelitian ini menggunakan cox regression.
Hasil analisis multivariat menyatakan ada hubungan antara peran wanita dalam pengambilan keputusan dengan penggunaan kontrasepsi modern dengan nilai PR sebesar 1,128 ( 1,061-1,201). Disimpulkan bahwa wanita berperan dalam pengambilan keputusan risikonya 1,128 kali bila dibandingkan dengan wanita yang tidak berperan untuk menggunakan kontrasepsi modern. Peningkatan pengetahuan dan informasi bagi wanita untuk meningkatkan kemandirian dan keberdayaan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan dirinya dan keluarganya.

The high rate of population growth raises problems in various countries including Indonesia. Control efforts are carried out by means of the Family Planning program. However, the CPR rate of 64% has not met the 2019 RPJMN target of 66% and there is a trend towards a trend towards modern family planning which tends to decline. Various influencing factors in the selection of modern contraception include the role of women in making decisions for family planning.
This study aims to determine the relationship between the role of women in decision making and modern contraceptive use. The design of this study was cross sectional using data from the 2017 Indonesian Health Demographic Survey (SDKI) 2017. The samples in this study were women aged 15-49 years who were registered in the 2017 IDHS data that met the inclusion criteria of 17,234. The analysis in this study used cox regression.
The results of the multivariate analysis state that there is a relationship between the role of women in decision making and the use of modern contraception with a PR value of 1,128 (1,061-1,201). It was concluded that women taking a role in decision making had a risk of 1,128 times compared to women who did not play a role in using modern contraception. Increased knowledge and information for women to increase independence and empowerment in making decisions related to the health of themselves and their families.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Verawaty
"Cakupan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) wanita di Kecamatan Bintan Timur belum mencapai target dan tidak mengalami peningkatan yang berarti, diasumsikan berhubungan dengan faktor perilaku istri PUS sebagai akseptor KB. Penelitian berdesain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif ini, bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan MKJP wanita. Dilaksanakan di Kecamatan Bintan Timur pada bulan April-Mei 2013, melalui wawancara menggunakan kuesioner pada 170 responden. Hasil penelitian menunjukkan hanya 19,4% responden menggunakan MKJP serta ada hubungan yang bermakna antara umur (p=0,000), pendidikan (p=0,010), jumlah anak (p=0,000), keterjangkauan terhadap pelayanan (p=0,000) dan keterpaparan informasi (p=0,000) dengan penggunaan MKJP wanita pada istri PUS.

The coverage of Women?s Long Term Contraception Method (LTM) in East Bintan district has not reached the target and does not experience a significant increase, it is assumed to be related to the factor of PAC wife's behavior as acceptors. This cross-sectional study design with quantitative approach aims to determine the factors associated with the use of women's LTM. It is implemented in East Bintan District during April-May 2013 through interviews by using questionnaires on 170 respondents. The results show that only 19.4% of respondents use the LTM and there is no significant correlation between age (p = 0.000), education (p = 0.010), number of children (p = 0.000), affordability of service (p = 0.000) and exposure to information (p = 0.000) with the use of woman's LTM on PAC wife.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakinah Tunufus
"Skripsi ini merupakan kebijakan kependudukan di Singapura. Dinamika kependudukan di Singapura dipengaruhi oleh ledakan penduduk setelah Perang Dunia II. Pada awalnya kesadaran akan masalah kependudukan digerakkan oleh para sukarelawan yang tergabung dalam Singapore Family Planning Association (SFPA). Pada tahun 1965 pemerintah mengambil alih peran SFPA dengan dibentuknya Singapore Family Planning and Population Board (SFPPB). Sebagai lembaga pemerintah, SFPPB mengeluarkan kebijakan Keluarga Berencana untuk meminimalisasi laju kelahiran penduduk di Singapura. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat besar akan menimbulkan bahaya bagi stabilitas negara.

This thesis is a pipulation policy in Singapore. Singapore population dynamics are influenced by the population explosion after Worl war II. At first awareness of population problems are driven by volunteers who joined at Singapore Family Planning Association (SFPA). In 1965 the goverment took over the role of SFPA with the formationn of Singapore Family Planning and Population Board (SFPB). As a goverment agency, issued a policy of family Planning SFPPB to minimize tho total fertility rate in Singapore. The rate of population growth will pose a huge danger to the stability of the country."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42665
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Hafidiah SMS
"Program Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang multitujuan, diciptakan dalam rangka mengurangi angka pertumbuhan penduduk dan ingin membentuk suatu Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera. Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana Nasional selama ini telah memperoleh kemajuan yang cukup menggembirakan. Keberhasilan itu mutlak bar-us dipertahankan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut ternyata belum merata.
Untuk menanggulangi hal tersebut pemerintah menyusun suatu program yang bertanggung jawab untuk menyebarluaskan program KB dengan cara menyebarluaskan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) (IUD, Implant, Kontap) yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas/tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tingga serta angka kegagalan relatif lebih rendah bile dibandingkan dengan metode yang non MKET (pil, suntik, kondom).
Hal-hal seperti diatas terjadi di Kabupaten DT II Sumedang propinsi Jawa Barat. Banyak faktor yang bisa diidentifikasikan sebagai penyebab rendahnya angka pengguna MKET. Penulis menelaah bahwa yang menjadi ujung tombak keberhasilan program, yang secara langsung melakukan kontak, komunikasi dan secara langsung memotivisir PUS adalah PKB (Penyuluh Keluarga Berencana), jadi suatu hal yang menarik bila diteliti dan ditelaah seberapa besar peran PKB dalam memotivisir PUS untuk menggunakan MKET, dari sudut persepsi PUS.
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu melalui data sekunder yaitu studi literatur, dan data yang didapat melalui penyebaran daftar kuesioner kepada PUS dan wawancara mendalam kepada PPLKB dan PKB. Sedangkan hasil penelitian yang di dapat adalah bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik PKB dan keorganisasian PKB dengan keberhasilan MKET berdasarkan persepsi PUS terhadap PKB, tetapi berdasarkan basil wawancara dengan para PPLKB dan PKB, didapat basil bahwa PKB sedikit banyak memotivisir PUS untuk menggunakan MKET, hanya PKB masih menemukan banyak kendala dalam menjalankan tugasnya, dan hal ini perlu mendapat perhatian lebih laniut dari organisasinya, dalam hal ini BKKBN.
Jadi selain memberi masukan-masukan, bimbingan dan pelatihan yang berharga bagi PKB sebagai bekal sebagai ujung tombak di lapangan. BKKBN pun harus mendengar dan mengolah masukan dan keluhan dari PKB yang disertai dengan tindak lanjut, misalnya dengan menambah personil PKB dan menciptakan variasi kegiatan bagi PKB yang mempunyai dampak yang tidak membosankan baik bagi PKB, para kader, maupun para PUS itu sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>