Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Selangor: Institut Kraf Negara, 2009
R 745.5 SEN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jasni
"ABSTRAK
Indonesia memiliki jumlah jenis dan potensi produksi rotan yang tertinggi di dunia. Namun, pemanfaatannya masih sangat terbatas pada sejumlah jenis tertentu saja. Keterbatasan ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai sifat-sifat dasar rotan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar rotan yang meliputi; struktur anatomi, kandungan kimia, keawetan dan keterawetan tiga jenis rotan. Jenis rotan yang diteliti ialah rotan sampang (Korthalsia junghunii Miq), rotan bubuay (Plectocomia elongala Bl) dan rotan seuti (Calamus ornatus BI) yang diambil dan Taman Nasional Gunung Halimun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bagian kulit batang rotan ditemukan lapisan epidermis dan endodermis. Yellow caps hanya ditemukan pada ratan sampang dan rotan bubuay. Diameter ikatan pembuluh ketiga jenis rotan tidak berbeda nyata (P>O.05). Begitu juga dengan diameter metaxylem dan diameter phloemnya. Tetapi diameter protoxylem ketiga jenis rotan berbeda nyata (P
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapatlah disimpulkan, bahwa rotan sampang, yang saat ini termasuk jenis tidak komersial, merupakan jenis rotan yang memiliki keawetan dan kekuatan yang tinggi, karena dinding sel serabutnya tebal, diameter rongga protoxylem yang kecil, serta mengandung lignin tinggi dan pati yang rendah. Dalam upaya pengawetan dengan permetrin seyogyanya menggunakan konsentrasi minimal 0.09 ppm.

ABSTRACT
Despite large number of rattan species found in Indonesia, the number of species used for commercial purposes are very limited. There is no doubt that this is partly due to limited information on basic, both physical and chemical, properties of less-or non commercial species. It is known that the basic properties of rattan species contribute to their physical strength and also to their natural resistance against insect attacks. To provide this basic information, a study of anatomical features and chemical contents of rattan species is, therefore, a necessity. In this research, three species of rattan, i.e. sampang (Korthalsia junghunii Miq.), bubuay (Plectocomia elongata Bl.), and seuti (Calamus ornatus Bl.), collected from Gunung Halimun National Park, West Java, were used for the study. The two former species are non-commercial species and the latter represents a commercial species, as a comparison.
Anatomical features of rattan stems were observed under a light microscope. Microtome and maceration techniques were used in preparing the samples. Chemical contents of the rattan stems were analyzed by SII procedures. The resistance of rattan species and the effectiveness of permethrin solutions (0.01, 0.03, and 0.09 ppm) as preservatives against the powder post beetle (Dinoderus mirzutus Fabr.) were also conducted in the laboratory. Five dried stems of each rattan species (2 cm length) were soaked in each concentration for two hours. The sterns were left in a dry room for 30 days. They were also steamed (ca. 20 minutes) and dipped into 3 % of CaOCI2.4H20 solution as they would be used for making furniture. Ten adult beetles were introduced into individually treated stems which was covered with a glass tube. The same procedure was applied to the control, but without adding the preservative. A fifteen days experiment was carried out to find out the stem weight loss and the degree of beetle attacks. The number of insect death was also counted for each treatment during the experiment.
Anatomical features of rattan stems showed that Yellow caps on epidermis layers were only found in sampang and bubuay. The shapes of vascular bundles in sampang, bubuay, and seuti were rhomboidal, rounded, and oval, respectively. There were no significant differences (P>0.05) in the diameter of vascular bundles among the three species observed. A significantly longer fiber sheath (P<0.05) was found in bubuay. The diameter of lumen of bubuay was also significantly bigger (P<0,05) than two other species. However, sampang had a significantly thicker fiber cell wall (P
The result also revealed that sampang and seuti had one metaxylem, whereas two or sometimes one metaxylem was found in bubuay. The diameter of metaxylem and phloem did not differ significantly (P>0.05) among the three rattan species. A significantly bigger diameter of protoxylem (P<0.05), however, was observed in seuti.
Chemical analyses of the rattan stems showed that the three species contained a nearly similar amount of holocellulose, a-cellolose, tannin, and starch. The higherst lignin content was found in sampang, followed by bubuay and seuti. This difference probably makes sampang stems stronger than bubuay and seuti.
Higher degree of resistance against powder beetles was shown by sampang. Its stems significantly received lower degree of attack (P<0.05) and lower weight loss (P<0.05) than two other species tested A significantly higher percentage mortality of beetle (P<0.05) was also observed in sampang. High lignin content may be responsible for the sampang resistance. The higher mortality of beetles in sampang may be due to its lower content of starch It was clearly shown, from the experiment, that the starch content tended to correlate negatively with the beetle mortality. Low starch contents in the stems resulted in high beetle mortality.
Permethrin was not only toxic to powder post beetle, but it also reduced the beetle attacks. All rattan stems were prevented from further damage by permethrin treatments. Increasing the permethrin concentration significantly reduced the degree of beetle attack and the stem weigth loss, and increased the beetle mortality (P<0.05). Total mortalities of beetles were found on stems treated with 0.09 ppm of permethrin solution.
From the result it can be concluded that sampang, categorired as non-commercial species, anatomically seems to be the strongest among the three rattan species studied, followed in order by seuti and bubuay. Sampang is also naturally more resistant againts the powder post beetle than two other species. It is recommended to treat the rattan stems with at least 0.09 ppm of permethrin solution to give a full protection from powder post beetle attacks.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Institut Kraf Negara, 2009
738
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Institut Kraf Negara, 2009
R 645.4 SEN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Institut Kraf Negara, 2009
R 745.51 SEN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Institut Kraf Negara, 2009
R 745.5 SEN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Perbadanan Kemajuan Kraftangan Malaysia, 2007
R 745.5 ADI (1)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Asriyadi
"ABSTRAK
Pembangunan sektor industri dalam Repelita V, seperti yang diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) memegang peranan strategis dalam upaya meletakkan landasan pembangunan yang kokoh bagi tahap pembangunan jangka panjang selanjutnya. Implementasinya adalah melalui pendayagunaan yang optimal dari kemampuan dan modal dalam negeri serta pelaksanaan kebijaksanaan yang menunjang upaya peningkatan kemampuan pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah, yakni dengan jalan menciptakan pemerataan kesempatan berusaha bagi segenap lapisan masyarakat. Kelompok industri telah berperan besar dalam perluasan lapangan kerja baru, kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan. Hal ini berarti bahwa perkembangan industri kecil kian menjadi bagian yang penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional.
Kajian industri kecil senantiasa menarik perhatian berbagai pihak untuk dipelajari, serta seringkali menimbulkan argumentasi yang kontradiktif mengenai keberadaannya. Pada satu sisi, industri kecil dilihat sebagai suatu kegiatan usaha yang kurang profesional. Keberadaannya sering dikaitkan dengan usaha yang dikelola oleh masyarakat miskin, skill terbatas, tehnologi tradislonal dan memerlukan pertolongan pemerintah karena kerapuhan usahanya. Tetapi disisi lain, industri kecil dilihat sebagai tulang punggung perekonomian masyarakat. Tidak semua kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif 'melalui usaha skala besar, itulah sebabnya di banyak negara maju keberadaan usaha kecil menjadi mutlak.
Rotan sebagai salah satu komoditi yang diandalkan untuk ekspor merupakan kelompok jenis tumbuhan-tumbuhan hutan yang angat penting setelah hasil kayu. Pada mulanya rotan diperdagangkan dalam bentuk rotan asalan di mana belum dilakukan pemrosesan lebih lanjut, sehingga nilai ambahnya masih rendah. Melihat kondisi di mana ekspor rotan masih berupa rotan mentah tersebut maka dengan pertimbangan dapat diciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, meningkatkan nilai tambah dan lainlainnya serta juga sesuai dengan program pemerintah yang telah dicanangkan dalam pembinaan industri kecil.
Sejalan dengan perkembangan industri kecil, maka pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan tata niaga rotan dengan maksud untuk melindungi keberadaan industri kecil tersebut.
Berbicara mengenai; tata niaga rotan tidak akan terlepas dari masalah pemasaran, yang dirasakan sangat sulit dalam suasana persaingan yang sangat ketat dengan industri besar rotan maupun dengan negara-negara pengeksport rotan seperti Taiwan, Korea Selatan, Jepang dan lain-lainnya. Dalam iklim ekonomi seperti apapun, pertimbangan-pertimbangan pemasaran tetap merupakan faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan peran industri kecil rotan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Pemasaran dalam hal ini bisa Alga dikatakan sebagai saluran pendistribusian rotan dari industri kecil sebagai produsen sampai pada konsumen yang membutuhkan sebagai mata rantai akhir dalam distribusi ini. Dalam menjalankan proses pemasarannya atau proses pendistribusiannya ini dilakukan oleh berbagai macam perantara, seperti perseorangan, kelompok maupun perusahaan. Peranan perantara sangat dominan di dalam menentukan keberhasilan industri kecil rotan. Dengan demikian akan menimbulkan banyak permasalahan-permasalahn yang dihadapi industri kecil baik dalam memperoleh bahan baku maupun dalam memasarkan produk.
Masalah yang ada dalam mata rantai/ distribusi rotan dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan. Namun penelitian di sini hanya akan berusaha menganalisa dengan pendekatan perilaku antar organisasi dalam mata rantai tersebut serta biaya transaksi terhadap keberhasilan industri kecil tersebut. Perilaku antar organisasi dalam mata rantai rotan tersebut berupa adanya kerjasama dalam menjalankan mata rantai tersebut, serta dalam menjalankan tugasnya sering terjadi perbedaan-perbedaan yang akhirnya terjadi konflik antar organisasi. Kedua perilaku organisasi inilah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya industri kecil tersebut. Disamping itu juga diperhitungkan adanya biaya transaksi yang ditimbulkan dalam melakukan pertukaran ( exchange ) melalui mata rantai / saluran distribusi rotan tersebut.
Untuk memperoleh kejelasan, mengenai pokok permasalahan yang ada, maka ditarik sejumlah responden sampel, yaitu pengusaha industri kecil rotan di wilayah desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Daerah Tingkat II Sukoharjo Jawa Tengah. Adapun populasi dari pengusaha industri kecil ratan di desa Trangsan ada 121 pengusaha. Sedangkan sampel penelitian ini diambil hamper setengahnya yaitu sebesar 50 responden. Dengan menggunakan tehnik pengambilan sempel yaitu Simple Random Sampling atau penarikan sampel secara random sederhana dengan cara Undian. Sejalan dengan Jenis skala ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti, karena pembuatan skala pengukuran mempunyai arti yang sangat penting dalam penelitian di mana data yang diperoleh dilapangan masih bersifat kualitatif. Skala pengukuran dilakukan dengan menggunakan petunjuk Skala Likert, dengan menggunakan modifikasi yang dianggap perlu. Dan juga secara dominan akan dipergunakan analisa kuantitatif dengan memanfaatkan formula korelasi sederhana dan korelasi berganda ( majemuk ) dengan interpretasi pembahasannya.
Berdasarkan data plural yang terkumpul, baik dari responden sampel ( melalui proses wawancara dan pengamatan ) maupun dari data sekunder, maka beberapa hasil penelitian yang dapat dikemukakan di sini adalah sebagai berikut :
Pertama, keberhasilan usaha para pengrajin rotan di desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Dati II Sukoharjo bisa dikatakan tidak berhasil atau statis. Hal ini terbukti dari hasil uji korelasi yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara konflik dengan keberhasilan usaha. Artinya semakin tinggi konflik yang terjadi, maka akan semakin rendah keberhasilan yang dicapai oleh industri kecil ratan. Hal ini menunjukkan, bahwa perilaku konflik dapat dikatakan tidak berhasil. Di mana konflik cenderung untuk menimbulkan biaya transaksi yang tinggi dan akan mengakibatkan perkembangan/keberhasilan industri kecil menjadi statis.
Kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku kerjasama antara pengrajin baik dengan eksportir maupun dengan broker cukup baik. Dengan demikian dapat dikatakan perilaku kerjasama cukup berhasil dan tidak mengakibatkan biaya transaksi yang tinggi. Kerjasama di sini diukur dengan kepercayaan yang diberikan pengrajin pada eksportir yaitu berupa pesanan yang selalu ada dan berkesinambungan. Untuk itu dapat dikatakan bahwa memang ada- kerjasama tetapi oleh karena-perilaku konflik itu lebih kuat, maka keberhasilan industri kecil rotan tersebut rendah/statis.
Ketiga, Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang kuat antara biaya transaksi dengan keberhasilan usaha industri kecil rotan. Artinya, ada kecenderungan bahwa semakin tinggi biaya transaksi yang dikeluarkan akan semakin rendah tingkat keberhasilan usaha industri kecil. Hal ini disebabkan karena pesanan eksportir maupun broker sangat dominan serta memiliki semua sumber Jaya yang dibutuhkan untuk melakukan pemasaran baik informasi, keahlian maupun asset lainnya. Dengan perilaku-perilaku opportunistik tersebut secara otomatis akan berakibat pada pengusaha industri kecil yaitu dengan semakin besarnya kesulitan-kesulitan dalam melakukan transaksi-transaksi.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halidi
"Indonesia adalah negara penghasil rotan terbesar di dunia (± 80%) produksi rotan dunia. Ratan (calamus sp.) yang di kelompokkan sebagai produk hasil hutan ikutan non kayu, merupakan penghasil devisa yang cukup besar, yakni sekitar 60% dari total nilai ekspor hasil hutan ikutan non kayu.
Produksi rotan selain diambil dari rotan alam, juga merupakan hasil pembudidayaan masyarakat. Potensi produksi rotan alam Indonesia mencapai 664.800 ton per tahun. Sedangkan potensi budidaya tanaman rotan masyarakat besarannya belum diketahui secara pasti. Walaupun potensi produksi rotan Indonesia begitu besar, tetapi pada kenyataannya industri barang jadi rotan di dalam negeri mengalami kekurangan bahan baku, sehingga komoditas barang jadi rotan Indonesia kalah bersaing di pasar dunia dengan produk yang sama dari negara lain yang justru bahan baku rotannya berasal dari Indonesia.
Kebijakan tataniaga rotan adalah salah cara untuk mengatasi permasalahan kekurangan bahan baku rotan untuk industri barang jadi rotan di dalam negeri. Dengan semakin meningkatnya ketersediaan bahan baku rotan untuk industri barang jadi rotan di dalam negeri, keunggulan komparatif komoditas barang jadi rotan Indonesia semakin besar. Dengan keunggulan komparatif komoditas barang jadi rotan Indonesia yang semakin besar, nilai ekspor barang jadi ratan semakin tinggi yang pada akhirnya tenaga kerja yang dapat di serap oleh industri barang jadi ratan semakin banyak.
Dari permasalahn tersebut.di atas, maka tesis yang di beri judul "Analisis Dampak Kebijakan Tataniaga Ratan di indonesia" ini bertujuan: Pertama, mengkaji pengaruh kebijakan tataniaga rotan terhadap peningkatan nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia. Kedua, mengidentifikasi keunggulan komparatif Indonesia dan keunggulan komparatif beberapa negara lainnya pada komoditas barang jadi berbahan baku utama rotan di pasar dunia. Ketiga, meberikan gambaran dampak (manfaat) dari kebijakan tataniaga rotan bagi perencanaan pengembangan industri rotan Indonesia ke depan (sektor hulu dan hilir), baik di tingkat regional maupun nasional. Alat analisis yang di gunakan dalam penelitian ini adalah RCA (Revealed Comparative Advantage) dan model regresi linear berganda (multiple regression). Data yang digunakan adalah data sekunder, runtut waktu (Tahun 1976 sampai dengan tahun 2003).
Hasil dari analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), menunjukkan bahwa kebijakan tataniaga rotan berpengaruh positif terhadap peningkatan keunggulan komparatif Indonesia pada komoditas barang jadi berbahan baku utama ratan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai indeks RCA, meningkat dari 0,27 pada tahun 1987 menjadi 1,19 tahun 1989. Pada tahun 1989, Indonesia mulai memiliki keunggulan komparatif pada komoditas barang jadi rotan, dimana pada tahun-tahun sebelumnya belum memiliki. Selanjutnya dari analis model regresi menunjukkan bahwa kebijakan tataniaga rotan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia. Hal ini di buktikan dari hasil uji model persamaan nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia yang menunjukkan bahwa nilai ekspor barang jadi rotan Indonesia secara signifikan di pengaruhi oleh nilai ekspor rotan asalan; jumlah tenaga kerja pada industri barang jadi rotan, tingkat keunggulan komparatif komoditas barang jadi berbahan baku utama rotan serta kebijakan tataniaga rotan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Intitut Kraf Negara, 2009
R 746.662 SEN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>