Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165191 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianipar, Hary Daniel
"Gas produser merupakan produk dari downdraft gasifier mengandung tar dan temperatur tinggi. Tar adalah kontaminan organik yang terbentuk selama proses gasifikasi berlangsung. Kandungan tar dalam gas produser harus dikontrol sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar motor pembakaran dalam. Persyaratan untuk aplikasi pada motor pembakaran adalah 50-100 mg/m3, agar dapat memenuhi persyaratan tersebut maka dilakukan pembersihan dan pengondisian terhadap gas produser. Venturi scrubber merupakan aplikasi wet gas cleaner yang berfungsi untuk mengurangi kandungan tar dan mengondisikan temperatur pada gas produser. Penelitian ini bertujuan untuk mengurangi kandungan tar dan temperatur gas produser. Hasil penelitian membuktikan bahwa variasi laju aliran udara primer 131.4 lpm dan scrubbing liquid venturi scrubber 30 lpm merupakan variasi yang paling optimal dalam mengurangi kandungan tar dan temperatur gas produser.

Producer gas is a product of downdraft gasifier which contains tar and high temperature. Tar is organic contaminants that formed during process of gasification takes place. Deposits of tar in producer gases must be controlled so that it can be used as fuel for internal combustion engines. Requirements for application in internal combustion motors are 50-100 mg/m3, in order to meet these requirements then do the cleaning and conditioning of gas producer. Venturi scrubber is a wet gas cleaner application that serves to reduce the content of tar and conditioning temperature on gas producer. This research aims to reduce the tar and the temperature of the gas producer. Research results prove that the variation of primary air flow rate 131.4 lpm and scrubbing liquid venturi scrubber 30 lpm is the most optimal variation in reducing tar content and temperature of the gas producer."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S42407
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herwin
"Producer gas sebagai hasH dari proses konversi biomassa secara termokim.ia mengandung unsur pengotor yaitu tar, partikulat dan uap yang mengandung air dan asam yang tidak diinginkan dalam pengaplikasiannya ke internal combustion engine. Siklon dan gas filter digunakan sehagai sebuah gas cleaning system yang ditempatkan setelah reaktor gasifier yang bertujuan untuk mengurangi kandungan unsur pengotor tersebut. Siklon yang digunakan diambil dari percobaan sebelumnya dan gas filter didesain berdasarkan flowrate volumetris maksimum dan kecepatan penyaringan untuk fly ash handling dengan pembersihan manual. Untuk mendapatkan data campuran tar diperlukan sebuah tabung dari kaca untuk mengkondensasikan producer gas. Posisi pengambilan sampel adalah setelah reaktor gasifier, sele)ah siklon dan setelah gas filter. Pengujian dilakukan dengan mengguna.kan bahan bakar 50%EFB+50% tempurung kelapa sawit dengan bukaan katup 40° yang menunjukkan kinerja optimum dalam hal perbandingan jumlah campuran tar terhadap nilai kalor dari producer gas. Penggunaan siklon mampu menurunkan campuran tar producer gas sebesar 13,19%, dan penambahan gas filter menyebabkan campuran tar berkurang sebesar 14,83%. Untuk mengetahui ukuran dan banyaknya partikulat yang terkandung dalam producer gas dilakukan sampling dengan menggunakan kurtas filter pada keluaran gasifier, siklon dan gas filter. Ukunm partikulat berkisar antara 0,2- 1,8 ~m dengan ukuran rata- rata 0,86 fliD. Konsentrasi partikulat tidak dapat diketahui karena adanya unsur kelembaban yang tertangkap di kertas filter sehingga data yang didapat tidak representatif untuk diolah.

Producer gas as a result of biomass thermochemical process contains contaminants such as tar, particulate and acids vapor which are inhibited in internal combustion engine application. Cyclone and gas filter are used as a gas cleaning system placed downstream of the reactor in order to reduce the contaminants. Cyclone is taken from previous experiment. Gas filter is designed based from the producer gas maximum volumetric flow rate and filtration velocity for fly ash handling Glass tube used as a gas trap to condensate the producer gas in order to obtain tar mLtlure. Sampling points are downstream gasifier, after cyclone and gas filter. Experiments conducted with 50"/oEFB + 50"/G palm shell feed and primary air flow rate of 413,73 lpm ( 40° valve opening) that sho}i!S optimum pe1farmance in tar mixture level versus calorific value of the producer gas. Cyclone usage reduced tar mixture level up to 13,19% and adding the gas filter reduced it forther up to I 4,83%,. Filter paper is used to obtain particle dimension and mass loading. Particle dimension ranges from 0,2 - 1,8 J.tm with the average of 0,86 lim . This method could not obtain particle mass loading data due to moisture captured by the paper."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Hermawan
"Gasifikasi sekam padi adalah metode yang efektif untuk mengubah limbah pertanian menjadi energi. Reaktor downdraft sering digunakan karena perpindahan panasnya yang efisien dan zona reaksi yang terstruktur. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh recirculation syngas ke zona pyrolysis terhadap pembentukan gas kaya energi, efisiensi termal, dan kualitas gas produsen. Experiment dilakukan dengan memvariasikan bukaan katup recirculation syngas dan Equivalence Ratio (ER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan bukaan katup recirculation secara signifikan meningkatkan gas kaya energi (CO dan H₂) pada ER rendah (0,27) dengan menurunkan CO₂. Efisiensi termal tertinggi dicapai pada tingkat recirculation optimal (25%–50%) pada ER rendah, meskipun menurun pada recirculation tinggi (75%) akibat saturasi panas. Nilai kalor tinggi (HHVgas) meningkat optimal pada ER rendah dengan recirculation 25–50%, menghasilkan gas bernilai kalor lebih tinggi dibandingkan ER tinggi (0,29) yang didominasi pembakaran sempurna. Sirkulasi gas di zona pyrolysis meningkatkan suhu gasifikasi dan menurunkan kandungan tar melalui pemanfaatan ulang panas dan reaksi Bouduard. Namun, kandungan tar yang dihasilkan (12,7 g/Nm³) belum memenuhi standar bahan bakar mesin pembakaran internal (100 mg/Nm³). Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaturan recirculation syngas yang tepat pada ER rendah dapat meningkatkan efisiensi energi dan kualitas gas, namun diperlukan langkah tambahan untuk memenuhi standar bahan bakar.

Rice husk gasification is an effective method for converting agricultural waste into energy. Downdraft reactors are often used due to their efficient heat transfer and structured reaction zones. This study evaluated the effect of syngas recirculation to the pyrolysis zone on the generation of energy-rich gas, thermal efficiency, and producer gas quality. Experiments were conducted by varying the syngas recirculation valve opening and Equivalence Ratio (ER). The results showed that increasing the recirculation valve opening significantly increased energy-rich gas (CO and H₂) at low ER (0.27) by decreasing CO₂. The highest thermal efficiency was achieved at the optimal recirculation level (25–50%) at low ER, although it decreased at high recirculation (75%) due to heat saturation. High calorific value (HHVgas) increased optimally at low ER with 25–50% recirculation, producing gas with higher calorific value compared to high ER (0.29) which was dominated by complete combustion. Gas circulation in the pyrolysis zone increases the gasification temperature and reduces the tar content through heat recovery and Bouduard reaction. However, the tar content produced (12.7 g/Nm³) does not meet the internal combustion engine fuel standard (100 mg/Nm³). This study concludes that proper syngas recirculation at low ER can improve energy efficiency and gas quality, but additional steps are needed to meet the fuel standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faiq Vidi Wardhana
"ABSTRAK
Gasifikasi biomassa merupakan teknologi yang telah terbukti sebagai salah satu aplikasi energi baru dan terbarukan yaitu dengan memanfaatkan syngas hasil olahannya. Namun, salah satu masalah terbesar dalam penggunaan syngas hasil gasifikasi biomassa untuk pembangkitan daya listrik adalah pengurangan tar. Metode kondensasi merupakan salah satu cara dalam mengurangi konsentrasi tar. Tujuan dalam penelitian kali ini adalah untuk melihat efisiensi metode kondensasi dalam pengurangan tar dan menganalisa sifat kondensasi dari tar berdasarkan jenisnya. Data yang diambil berdasarkan waktu operasi pada menit ke-10 sampai 25, menit ke-30 sampai 45, menit ke-50 sampai 65, dan menit ke-70 sampai 85. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa setiap sampel memiliki perubahan temperatur yang terus meningkat. Efisiensi pengurangan tar semakin tinggi saat perubahan temperatur yang ada juga semakin besar. Efisiensi pengurangan tar terbesar senilai 86.22% pada perbedaan temperatur terbesarnya yaitu 262.89°C. Pengurangan tar dalam syngas yang terjadi juga ditandai dengan peningkatan pressure drop di dalam pipa kondenser. Terbukti dengan nilai pressure drop terbesar ada pada menit terakhir pengukuran yaitu pada menit ke-90 dengan nilai 0.126kPa.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hazmi Amirullah
"Biomassa di Indonesia merupakan komoditi yang jumlah nya cukup besar. Untuk mengolahnya agar menghasilkan energi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dibutuhkan keterampilan dan teknologi yang mumpuni. Gasifikasi adalah salah satu proses untuk mengubah bahan baku biomassa menjadi gas yang mampu dibakar menggunakan gasifier. Studi demi studi telah dilakukan untuk mendapatkan kualitas gas terbaik dengan kandungan energi tertinggi. Secara teoritis, nilai equivalence ratio untuk mendapatkan efisiensi gasifikasi tertinggi adalah 0.23 (Anggriawan, 2017). Penelitian ini bertujuan untuk mencara standar operasi dari gasifier agar mendapatkan kualitas gas terbaik. Dengan menggunakan analisis eksperimental dan simulasi, didapatkan standar operasi untuk gasifier dengan tinggi 60 cm dan diameter 25 cm adalah laju aliran primer sebesar 2.83 m3/jam, fuel consumption rate sebesar 4.05 kg/jam, dan laju aliran sekunder sebesar 4.88 m3/jam. Dari parameter tersebut didapatkan nilai HHV dari producer gas sebesar 5.79 MJ/Nm

Indonesia has a fairly large biomass commodity. In order to produce energy that can be used by society, qualified skills and technology are needed. Gasification is one of the proccesses to convert biomass into combustible gasses using a gasifier. A lot of studies has been conducted to get best quality of syngas which contain highest energy. Theoretically, the equivalent value ratio to get the highest gasification efficiency is 0.23 (Anggriawan, 2017). In this study, operating standard of the gasifier are identified to get the best gas quality. By using experimental and simulation analysis, the operating standard for a gasifier with a height of 60 cm and a diameter of 25 cm is obtained, the primary flow rate is 2.83 m3/h,  fuel consumption rate is 4.05 kg/h, and for secondary flow is 4.88 m3/jam. From these parameters, the value of HHV from producer gas is 5.79  MJ/Nm3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Kosasih
"Indonesia sebagai negara agrikultur, menyediakan potensi biomassa seperti sekam padi sebesar 16 juta ton per tahun (Agus & Sarwani, 2012). Kebaradaan sekam padi yang melimpah ini dapat digunakan untuk dikonversikan menjadi energi lain dengan teknologi gasifikasi biomassa. Gasifikasi biomassa merupakan konversi biomassa padat menjadi gas yang dapat dibakar atau biasa disebut syngas dengan suplai udara yang terbatas(Basu, 2010). Penggunaan teknologi gasifikasi tipe fixed bed downdraft cocok digunakan karena alasan produksi tar yang rendah dibanding tipe lainnya. Tar, pengotor, dan kontaminan partikel dan organik yang terbawa dalam syngas menjadi masalah operasional gasifikasi sampai saat ini (Hasler & Nussbaumer, 1999). Metode pembersihan tar saat ini memiliki nilai ekonomis yang rendah. Adsorpsi dengan menggunakan biomassa turunan padi, seperti sekam padi, jerami, dan biochar menjadi salah satu metode yang lebih ekonomis namun tetap efektif dalam pengurangan tar. Sekam padi, jerami, dan biochar memiliki karakteristik yang membuat ketinganya memiliki kemampuan dalam pengurangan tar. Pada penelitian ini akan dilakukan investigasi karakterisitik dari sekam padi, jerami, dan biochar yang memengaruhi penurunan temperatur, efisiensi pengurangan tar, dan waktu nyala burner dengan variabel ketebalan sebesar 30cm, 40cm, dan 50cm dari setiap medium yang digunakan. Pengurangan tar yang paling efisien terjadi pada medium biochar dengan ketebalan 50cm yaitu, 59,45%. Namun, medium filter yang optimum dalam efisiensi pengurangan tar, dan waktu nyala burner adalah sekam padi 50cm dengan efisiensi pengurangan tar sebesar 56,65%, dan waktu nyala burner selama 790 detik.

Indonesia as an agricultural country, provides biomass potential such as rice husk of 16 million tons per year (Agus & Sarwani, 2012). The abundance of rice husks can be used to be converted into other energy by biomass gasification technology. Biomass gasification is the conversion of solid biomass into combustible gas or commonly called syngas with limited air supply (Basu, 2010). The use of downdraft fixed bed gasification technology is suitable for reasons of low tar production compared to other types. Tar, impurities, and particulate and organic contaminants carried in syngas are operational problems of gasification (Hasler & Nussbaumer, 1999). The current tar cleaning method has a low economic value. Adsorption by using biomass derived from rice, such as rice husk, straw, and biochar is one of the more economical methods but remains effective in reducing tar. Rice husk, straw, and biochar have characteristics that have the ability to reduce tar. In this study, a characteristic investigation of rice husk, straw and biochar will be carried out which affects the temperature decrease, the efficiency of tar reduction, and the burner flame time with variable thicknesses of 30cm, 40cm, and 50cm from each medium used. The most efficient tar reduction occurred in the biochar medium with a thickness of 50cm, 59.45%. However, the optimum filter medium in tar reduction efficiency, and burner flame time is 50cm rice husk with a decrease in tar reduction efficiency of 56.65%, and burner flame time for 790 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Islamiati Pertiwi
"Gasifikasi merupakan salah satu thermal-treatment yang dapat dilakukan untuk mengolah biomassa menjadi energi. Syngas merupakan produk utama dari proses gasifikasi, tetapi gasifikasi juga menghasilkan tar yang dapat mengganggu kesehatan manusia, lingkungan maupun peralatan berbahan bakar syngas. Untuk mengurangi kandungan tar, dilakukan proses pengurangan tar dengan metode sekunder. Pada sistem gasifikasi biomassa tipe downdraft fixed bed "Mobile Gasifier Purwarupa II" digunakan water condenser, filter 1, dan filter 2. Pada penelitian ini syngas dilewati water condenser, kombinasi water condenser - filter 1, dan kombinasi water condenser - filter 1 - filter 2. Bahan filter 1 yang digunakan yaitu sekam padi sebagai media adsorpsi, sedangkan filter 2 menggunakan minyak kelapa sawit sebagai media absorpsi. Variabel bebas yang digunakan adalah laju aliran syngas; 46, 51, 56, dan 62 lpm. Dari hasil penelitian ini, parameter yang diukur adalah distribusi temperatur pada water condenser, pressure drop pada filter 1 dan filter 2, gravimetrik tar, serta kandungan tar. Kenaikan laju aliran syngas menurunkan efisiensi pengurangan tar dengan efisiensi terkecil 29% pada laju aliran syngas 62 lpm dengan metode kondensasi. Masing-masing kelas tar memiliki karakteristik yang berbeda terhadap proses kondensasi, adsorpsi, dan absorpsi. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi water condenser - filter 1 - filter 2 efektif dalam pengurangan light tar

Gasification is one of the thermal-treatment methods for converting biomass to energy. The main product of the gasification process is syngas, but the process also produces tar, which can harm human health, the environment, and syngas-powered equipment. A secondary tar reduction method was used to reduce the tar content. Water condenser, filter1, and filter2 were used in the downdraft fixed bed type biomass gasification system "Mobile Gasifier Purwarupa II." In this study, the syngas was passed through a water condenser, a water condenser-filter 1 combination, and a water condenser-filter 1 - filter 2 combination. The adsorption medium in filter 1 was rice husk, while the absorption medium in filter 2 was palm oil. The syngas flow rate was used as an independent variable, with values of 46, 51, 56, and 62 lpm. The parameters measured in this study were temperature distribution in the water condenser, pressure drop on filters 1 and 2, gravimetric tar, and tar content. The tar reduction efficiency decreased as the syngas flow rate increased, with the lowest efficiency 29 percent at 62 lpm by condensation. Each tar class has distinct properties in terms of condensation, adsorption, and absorption. The results showed that the water condenser - filter 1 - filter 2 combination was effective in reducing light tar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggariawan Adi Prabowo
"Gas burner merupakan salah satu proses akhir dari tahapan gasifikasi yang berfungsi untuk mencampur bahan bakar dengan udara atau oksidator yang digunakan untuk membentuk nyala api pembakaran. Bahan bakar yang digunakan adalah gas dari pembakaran tidak sempurna bahan-bahan seperti sekam padi, batok kelapa, batu bara dll yang disebut syngas. Belum banyak yang meneliti mengenai karaktersitik api yang dihasilkan. Selain itu, api yang dihasilkan dari burner yang ada juga belum merata ke seluruh bagian dari ruang bakar.
Salah satu cara untuk membantu penyebaran api adalah dengan memperkecil diameter dari inlet bahan bakar dengan beberapa variasi nilai swirl vane mulai dari 6, 8, dan 10. Nantinya akan dilihat karakteristik dari nyala api apabila kita mengecilkan diameter inlet bahan bakarnya dengan variasi jumlah swirlnya, apakah nantinya akan lebih baik atau tidak. Ada beberapa parameter yang perlu diasumsikan agar simulasi berjalan lancar, antara lain adalah fraksi massa dari syngas, bahan bakar yang digunakan adalah batok kelapa, fraksi massanya adalah N2 57,97%. CO 15,19%, H2 5,45%, dan CH4 3,09%. Dengan kecepatan syngas adalah 1,5 m/s dan kecepatan udara tangensialnya adalah 3 m/s. Temperatur syngas sendiri adalah 473,15 K dan temperatur udara tangensialnya 300,15 K.
Metodologi penelitian yang dilakukan antara lain memodelkan gas burner menggunakan persamaan pengatur dalam mensimulasikan aliran fluida gas dan pembakaran, dilakukan optimasi meshing dan penentuan kondisi batas. Di simulasi ini menggunakan metoda Computational Fluid Dynamics.
Hasil simulasi menunjukan bahwa dengan semakin kecilnya jumlah vane pada swirl maka akan semakin besar nilai turbulen kinetic energy pada masing-masing burner tersebut, hal ini akan mempengaruhi besarnya zona resirkulasi internal dari aliran yang ada. Zona resirkulasi internal ini akan mempengaruhi kualitas pembakaran yang ada. Sementara variasi jumlah swirl vane tidak banyak mempengaruhi temperatur yang dihasilkan dari ketiga jenis gas burner yang dihasilkan.

Gas burner is the end of process of gassification phase that its purpose is to mix fuel with air and other ocsidator to form burning flame. Fuel which used in this simulation comes from uncomplete burned reaction from material such as coal, farm waste, garbage, wheat waste and other material to form a synthetic gas which use as a fuel for this process. There are no many research to see flame characteristic that produce in gas burner, meanwhile flame that produce in this gas burner not spreadly well all over the burner.
One method to overcome this problem is using variation of the swirl vane number between 6, 8, and 10 and decrease the diameter of fuel inlet diameter. With simulation, we shall see the effect of using variation of swirl blade number and decreasing of gas burner inlet fuel diameter, is it good enough or not. In order to complete the simulation, there are a little assumption to make. First, fuel taht used in this simulation comes from coconut waste with mass fraction is N2 57,97%. CO 15,19%, H2 5,45%, dan CH4 3,09%. The velocity of synthetic gas throug the inlet fuel is 1,5 m/s otherwise the velocity of secondary air through gas burner is 3 m/s. Temperature synthetic gas is 473,15 K and temperatur of secondary air is 300,15 K.
Methodology of research include modeling of the gas burner using it,s governing equations to simulate fluid flow and combustion gases, afterwards do the meshing optimizing and defining the boundary conditions. In this simulation using Computational Fluid Dynamics method.
The simulation result shows that decreasing the amount of the swirl vane will effect to the greater value of the turbulent kinetic energy of the flow in each burner, this will affect in the internal recirculation zone of the flow and the quality of mixing between fuel and air in gas burner. Meanwhile by varying amount of the swirl vane doesn't affect to temperature generated from the three type of gas burners produced.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50912
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andrean Diyandana Filemon
"Batubara dapat diolah menjadi bahan bakar cair melalui proses Fischer-Tropsch. Agar mudah diolah menjadi bahan bakar cair, batubara harus melalui proses gasifikasi untuk menghasilkan gas H2 dan CO dengan rasio 2:1. Kandungan abu dalam batubara yang selama ini sering diabaikan, diperkirakan memiliki efek sebagai katalis terhadap reaksi-reaksi gasifikasi. Pada penelitian ini, hendak diteliti pengaruh suhu reaksi dan kandungan abu terhadap rasio mol H2/CO dan yield gas sintesis yang dihasilkan. Batubara yang digunakan adalah batubara jenis sub-bituminous. Variasi kandungan abu dalam batubara dibagi menjadi dengan abu dan tanpa abu, dilakukan dengan dengan metode aglomerasi menggunakan pelarut CPO-air. Gasifikasi dilakukan dengan metode steam gasification yang menggunakan umpan arang dan kukus agar meningkatkan rasio mol H2/CO. Suhu operasi yang digunakan adalah 650°C, 700°C, dan 750°C. Rasio kukus terhadap arang ditetapkan 2,7 dan waktu tinggal kukus dalam unggun arang adalah 3,5 detik. Gasifikasi batubara yang tidak diaglomerasi (kandungan abu 6%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 5,3 mmol/mol C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 1,94 pada suhu 750°C. Gasifikasi batubara yang diaglomerasi (kandungan abu tersisa 0,9%) menghasilkan yield gas tertinggi sebesar 3,34 mmol/mol C pada suhu 750°C dan rasio mol H2/CO tertinggi sebesar 0,77 pada suhu 650°C.

Coal could be transformed to liquid fuel through Fischer-Tropsch. This process is affordable if the mole ratio of H2/CO from synthetic gas is 2:1. Ash content in coal often to be ignored, but it is predicted to has effect as catalyst for gasification reaction. In this research, the effect of operating temperature and ash content to H2/CO mole ratio and synthetic gas? yield are observed. The coal?s type in this research is sub-bituminous. The ash content will be varied to with-ash and ash-free by agglomeration method with the mixture of CPO-water as solvent. The gasification process is fed with char and steam to increase the mole ratio of H2/CO. The operating temperature varied to 650°C, 700°C, and 750°C. The steam to char ratio is 2,7 and steam?s residence time in char bed is 3,5 s. From gasification of non-agglomerated coal (ash content 6%), the highest yield of gas is 5,3 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 1,94 at 750°C. From gasification of agglomerated coal (ash content 0,9%), the highest yield of gas is 3,34 mmol/mol C and the highest mole ratio of H2/CO is 0,77 at 650°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Barryl Anggriawan
"Indonesia memiliki potensi limbah sekam padi yang cukup besar yaitu setara 150 GJ/tahun, sepertiga lebih dari potensi keseluruhan biomassa di Indonesia yaitu 470 GJ/tahun. Gasifikasi biomassa skala kecil tipe fixed bed downdraft menjadi salah satu solusi terbaik untuk memanfaatkan sekam padi menjadi energi untuk pembangkit listrik dan panas. Dari penelitian yang telah dilakukan di luar negeri dan dari penelitian sebelumnya, penggunaan secondary air intake pada reaktor terbukti efektif dalam mengurangi tar. Implementasi secondary air intake di posisi Z=38 cm tepat pada zona pirolisis, didapatkan hasil pada ER 0.25 mampu mengurangi tar sebanyak 80,82 dengan kandungan tar pada producer gas sebesar 11,62 gram/Nm3. Sementara pada ER 0,23 didapatkan nilai efisiensi gasifikasi tertinggi sebesar 33,41.

Indonesia has a huge potential of rice husk waste that is equivalent to 150 GJ year, one third more than the overall potential of biomass in Indonesia of 470 GJ year. Small scale fixed bed downdraft biomass gasification is one of the best solutions to utilize rice husk to be energy for power and heat generation. From research that has been done abroad and from previous research, the use of secondary air intake at reactor proved effective in reducing tar. Implementation of secondary air intake in position Z 38 cm right on pyrolysis zone, obtained result at ER 0.25 able to reduce tar as much as 80,82 with tar content at gas producer equal to 11,62 gram Nm3. While at ER 0.23 obtained the highest gasification efficiency value of 33.41."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>