Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 136915 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sella Adinda Sesar
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perubahan temperatur yang terjadi pada beton massa dengan ketebalan 3 meter pada raft fondation Rasuna Tower. Parameter yang ditinjau dalam makalah ini adalah initial temperature, temperatur maksimal, perbedaan temperatur dan tegangan yang terjadi pada beton massa dengan ketebalan 3 meter. Batasan temperatur maksimum dan perbedaan temperatur yang diizinkan dengan mengacu pada kondisi ikim di Eropa berturutturut sebesar 70 °C dan 20 °C. Permasalahan yang harus dijawab dalam penulisan ini adalah apakah batasan nilai tersebut dapat diterapkan pada kondisi iklim di Indonesia. Analisa dilakukan dengan perbandingan pembacaan temperatur lapangan dengan metode PCA dan program MIDAS Gen 2011.
Penelitian ini memberikan hasil temperatur maksimum yang terjadi sebesar 90 °C dan perbedaan temperatur maksimum yang terjadi sebesar 40 °C antara lapisan permukaan dengan ambient.

This thesis aims to analyze the temperature change of a 3 meter thick massconcrete on Rasuna Tower?s raft fondation. The observed aspects are the initial and peak temperature, the temperature difference and the stress °Ccurs on the 3 meter thick mass-concrete. Referring to Europe climate, the allowable peak temperature and temperature difference are 70°C and 20°C respectively. The problem is whether this condition is suitable to be applied in Indonesia?s climate. The analysis carried out by comparing temperature readings on field by PCA method and MIDAS Gen 2011 software.
This study produced a value of 90°C as the peak temperature and 40°C for the maximum difference temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43909
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melky Suryawijaya
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur beton massa pada kedalaman 4 meter. Pengaruh temperatur yang diamati adalah temperatur puncak, perbedaan temperatur, dan tegangan. Pada umumnya, syarat batas temperatur puncak adalah 70 oC dan perbedaan temperatur ≥ 20 oC. Kondisi tersebut diterapkan untuk kondisi kelembapan dan temperatur di Eropa. Perbedaan temperatur yang terjadi tergantung dari pengendalian temperatur yang dilakukan. Temperatur puncak yang terjadi ± 77.75 oC. Temperatur puncak yang terjadi tergantung dari initial temperature dan mix design. Tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan temperatur pada nodal. Perubahan temperatur yang ekstrim dapat menimbulkan teganan tarik yang melebihi kuat tarik raft foundation. Oleh karena itu diperlukan pengendalian temperatur permukan dan bagian yang terkena udara. Pengendalian dapat dilakukan dengan lapisan insulasi.

Abstract
This final report aims to investigate the effect of 4 meter thickness mass concrete temperature. The observed temperature influence is peak temperature, temperature difference, and stress. In general, the peak temperature boundary condition is 70 oC and temperature difference is higher than 20 oC. These situations apply to the conditions of humidity and temperature in Europe. Temperature difference that occurs depends on the temperature control that is done. Peak temperature occurs in average 77.75 oC. Peak temperature depends on the initial temperature and mix design of concrete. Stress that occurs is influenced by the changes in the nodal temperatures. Extreme temperature changes can cause maximum tension that exceeds the tensile strength of the raft foundation. Therefore, there is the need to control the surface temperature and the air exposed side. Temperature control can be done with a layer of insulation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43584
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Krisman
"Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui persebaran temperatur pada beton massa yang ditinjau secara horizontal pada raft foundation Rasuna Tower. Parameter yang ditinjau dalam makalah ini adalah initial temperatur, temperatur maksimum, perbedaan temperatur dan tegangan yang terjadi pada beton massa secara horizontal. Batasan temperatur maksimum dan perbedaan temperatur yang diizinkan pada umumnya adalah 70°C dan perbedaan temperatur ≥ 20 °C. perbedaan temperatur yang terjadi tergantung dari pengendalian temperatur yang dilakukan. Temperatur puncak yang terjadi ± 80 °C. Temperatur puncak yang terjadi tergantung dari initial temperature dan mix design. Tegangan yang terjadi dipengaruhi oleh perubahan temperatur pada nodal. Semakin jauh jaraknya dari tepi maka semakin tinggi temperatur yang terjadi karena pelepasan panas yang semakin lama. Namun pada penyebaran tegangan, nilainya tidak dipengaruhi oleh jarak ke tepi beton. Tapi sangat dipengaruhi oleh lapisan insulasi dan terdekat dengan titik yang ditinjau.

This final report aims to determine the temperature distribution in mass concrete terms horizontally on a raft foundation Rasuna Tower. The parameters of interest in this paper is the initial temperature, maximum temperature, temperature difference and stress happened on mass concrete horizontally. The maximum temperature and the temperature difference that allowed in general is 70°C and not exceed 20°C. Temperature difference that occur depends on the temperature control is performed. Peak temperature occurred ± 80°C. Peak temperature is dependent on the initial temperature and mix design. Stress that occurs is influenced by changes in the nodal temperature. Increasing distance from the edge makes higher temperatures due to the longer heat release. The deployment stress is not influenced by the distance to the edge of the concrete but is strongly influenced by the insulation layer and the closest to the point of being reviewed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S54383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rengga Pradana Putra
"ABSTRAK
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat banyak inovasi yang muncul termasuk dalam dunia teknik sipil. Beton ringan dengan 100 agregat kasar terbuat dari bahan polypropylene termasuk salah satu inovasi yang sedang dikembangkan. Sifat mekanik dari beton ringan ini masih diteliti, termasuk sifat susut beton ini. Penelitian ini akan membahas susut yang terjadi pada beton ini. Regangan susut yang terjadi pada beton ini rata-rata adalah sebesar 0.001 mm/mm. Hasil tersebut sama walaupun terdapat dua metode pengujian, yaitu kontak dan non-kontak. Untuk membuktikan, dilakukan permodelan secara numerik dengan memasukkan variabel selisih suhu beton. Hasil deformasi yang didapatkan dari eksperimen dan numerik berbeda sekitar 0.1 ndash; 0.5 kali lipat.

ABSTRACT
The development of science and technology made many innovations that emerged including in the civil engineering world. Lightweight concrete with 100 coarse aggregate made of polypropylene material is one of the innovations under development. The mechanical properties of these lightweight concrete are still being investigated, including the shrinking properties of these concrete. This study will discuss the shrinkage that occurs in this concrete. The shrinkage strain occurring in this concrete averaged 0.001 mm mm. The results are the same although there are two testing methods, namely contact and non contact. To prove, numerical modeling is done by entering the variable of temperature difference of concrete. The results of deformations obtained from experiments and numerically differ by about 0.1 0.5 fold."
2017
S68506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pesatnya pembangunan gedung--gedung tinggi dengan menggunakan material beton sebagai bahan utama di dalam suatu kegiatan konstruksi struktur, terutama pada pekerjaan lantai basement yang mana dalam hal ini volume beton yang dicor relatif sangat besar dengan pemakaian beton dalarn jumlah yang besar pengecoran dilakukan secara terus-menerus (kontinue), misalnya untuk pekerjaan pondasi pelat basement yang tebalnya mencapai 2,0 meter sampai 3,0 meter. Masalah beton yang paling utama dalam pengecoran beton massa (Mass Concrete) adalah pemakaian volume beton dalam jumlah yang sangat besar dan masif, maka temperatur yang tedadi pada waktu pengecoran dan pengerasan beton akan sangat tinggi. Seperti yang kits ketahul tingginya temperatur ini tedadi akibat dari panas hidrasi semen dalam volume besar dan tertahannya kehilangan temperatur (Temperature Loss). Temperatur yang tinggi dalam beton massa ini akan menimbulkan perubahan volume pada beton massa dan akibat dari perubahan volume ini akan menimbulkan tegangan tank dalam beton. Apabila tegangan tarik tersebut melebihi tegangan tarik yang diijinkan, maka akan tedadi retak pada beton. 5elain itu cuaca yang panaspun turut mendukung meningkatnya suhu beton sebelum berlahan-lahan turun, dimana suhu beton yang tinggi pada awal umur beton ini dapat mempengaruhi kwalitas dari beton yang telah dicor. Dalam karya tulis ini, penults berrnaksud akan melakukan penelitian dart data-data dilapangan mengenai pengaruh perubahan temperatur terhadap pengecoran mass concrete raft foundation dengan cara analisa perubahan temperatur, evatuasi basil perhitungan dan pengukuran, studi kasus pemakaian beton massa. Dalam hat ini konstruksi beton massa memiliki ketebalan lapisan yaitu 1,50 meter sampai 2,50 meter dengan volume beton _ 3661 m3. Dalam hat ini penulis jugs dapat menentukan tebal ketebalan lapisan dan interval waktu pengecoran mass concrete raft foundation serta suhu yang disyaratkan oleh ACI-Code sehingga pengontrolan terjadinya retak-retak pada beton dapat dihindari, Selain itu perawatan diatas pemmukaan beton setelah selesai pengecoran harus direncanakan karena beton langsung menerima ca.haya matahari, sehingga pads saat memonitoring suhu yang terjadi dalam beton dapat diatasi dengan cara pemakaian thermocouple dan suhu beton dapat dilihat dan berangsur-angsur turun dalam periode waktu yang lama. Usaha yang biasa dilakukan dalam mengurangi naiknya temperature beton selama curing dengan mengunakan air dingin atau memasang pipa pendingin di dalam pelat beton. Cara lain adalah mengunakan insulator untuk mengurangi beda temperature didalam beton. Temperature yang terjadi di dalam beton juga dimonitor dengan memasang thermocouple di lokasi-lokasi yang diperlukan. Akan tetapi, usaha diatas belum cukup untuk memastikan apakah terjadinya retak di dalam beton atau tidak. Kondisi beton biasanya di perkirakan dari hubungan-hubungan empiric antara beda temperature dengan terjadinya retak. Cara Pengujian temperature dan regangan (strain) pads kondisi didalam beton massa yang besar secara terpadu di ukur langsung dan dimonitor selama waktu di perlukan dengan menggunakan Thermistor dan Vibrating Wire Strain Gage (VW Strain Gage) yang dipasang pads lokasi-tokasi krisis sebelum pelat dicor. Apabila semuanya ini dapat dilaksanakan dengan perencanaan yang teliti dan akurat, maka pekerjaan struktur bawah ini dapat dipertanggung jawabkan dan pekerjaan struktur atas bisa dilaksanakan."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Elvan Nawawi
"Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar, memiliki potensi di sektor maritim. Pemerintah RI menempatkan industri perkapalan sebagai salah satu sektor industri prioritas untuk dikembangkan. Industri galangan kapal merupakan industri yang dapat menghasilkan produk seperti kapal dan bangunan lepas pantai. Salah satu produk dari industri galangan kapal adalah kapal ikan. Kapal ikan merupakan kapal yang berfungsi untuk menangkap dan membawa ikan hasil tangkapan. Sebagian besar kapal ikan tradisional terbuat dari kayu yang memerlukan perawatan tinggi dan biaya besar. Modernisasi kapal ikan dengan penggunaan material seperti baja, alumunium 5083, dan HDPE penting untuk meningkatkan daya saing nelayan. Penelitian ini mengoptimalkan bagian superstruktur dan hatch cover kapal ikan 5 GT dengan metode Finite Element Method (FEM) dan persamaan bending stress untuk mengurangi massa kapal. Hasil dari optimasi ini menunjukkan bahwa tegangan yang terjadi pada struktur tetap memenuhi standar dari badan klasifikasi. Optimasi menunjukkan penurunan berat: untuk material mild steel, penurunan berat superstruktur sebesar 45%, dan hatch cover sebesar 46%. Untuk aluminium 5083, penurunan berat superstruktur sebesar 17,34% dan hatch cover sebesar 18,95%. Sebaliknya, pada material HDPE terjadi peningkatan berat struktur sebesar 78.08 kg, atau sekitar 161.857 % dari berat desain. Hasil ini menunjukkan pentingnya pemilihan material dan ketebalan pelat yang tepat untuk mencapai efisiensi optimal dalam konstruksi kapal.

Indonesia, as one of the largest archipelagic countries, has significant potential in the maritime sector. The Indonesian government prioritizes the shipbuilding industry as one of the key sectors for development. The shipyard industry is capable of producing products such as ships and offshore structures. One of the products of the shipyard industry is fishing boats. Fishing boats are vessels used for catching and transporting fish. Most traditional fishing vessel are made of wood, which requires high maintenance and significant costs. Modernizing fishing vessel with materials such as steel, aluminum 5083, and HDPE is crucial to enhancing the competitiveness of fishermen. This study optimizes the superstructure and hatch cover of a 5 GT fishing vessel using the Finite Element Method (FEM) and bending stress equations to reduce the vessel's mass. The results of this optimization show that the stress occurring in the structure still meets the standards of the classification society. The optimization shows a weight reduction: for mild steel material, the superstructure weight is reduced by 45%, and the hatch cover by 46%. For aluminum 5083, the superstructure weight is reduced by 17.34% and the hatch cover by 18.95%. Conversely, with HDPE material, there is an increase in structural weight of 78.08 kg, or approximately 161.857% of the design weight. These results demonstrate the importance of selecting the appropriate material and plate thickness to achieve optimal efficiency in ship construction. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madsuri
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Suprayogi
"Proses pengecoran piston di P.T. Japan Motor selama ini dilakukan dengan menggunakan metode Gravity Die Casting (GDC). Untuk menentukan kualitas piston hasil produksi, diperlukan peranan coating sebagai pengatur kecepatan pendinginan selama proses pembekuan. Hal ini menjadi penting mengingat piston harus diproduksi dengan tingkat presisi yang tinggi. Selain itu, coating mampu menentukan tingkat kehalusan permukaan dari setiap piston yang dicetak. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai karakteristik coating DH-1 yang diaplikasikan pada temperatur operasi 240°C pada berbagai ketebalan yang akan dilakukan dengan metode cold spraying. Disamping itu akan ditambah coating LNO pada bagian tepi benda uji dengan menggunakan kuas guna mengetahui karakteristik coating tersebut pada bagian sudut cetakan. Pada penelitian ini digunakan variabel ketebalan coating DH-1 sebesar 120 _m, 140 _m dan 160 _m pada suhu operasi 240°. Selain itu, pada sisi benda uji ditambahkan coating LNO. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekuatan lekat coating, pengujian kekasaran permukaan, pengamatan struktur mikro daerah antarmuka substrat-lapisan, pengujian komposisi kimia lapisan (SEM dan EDX), pengujian kekerasan mikro sistem coating dan pengujian kekerasan makro piston hasil trial dan produksi standar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penambahan ketebalan coating adalah: (i) meningkatkan persentase kegagalan adhesi dan menurunkan persentase kegagalan kohesi; (ii) meningkatkan nilai kekasaran permukaan coating baik pada benda uji standar maupun pada benda uji yang dilakukan pengujian kekuatan lekat coating; (iii) meningkatkan nilai kekerasan mikro pada daerah antarmuka coating substrat secara signifikan.

Production of piston in P.T. Japan Motor uses Gravity Die Casting method. The quality of piston is highly dependent on the die coating, since it is a cooling controller in solidification process. This is more important given the fact that piston must have high precision. Beside that, coating may determine the smoothness of piston surface. Therefore, this research was conducted to analyze the characteristic of DH-1 coating at 240°C operation temperature with various thickness with the cold spraying method. In addition, this research also studied the characteristic of LNO coating which was applied on corner sections using brush method. Thickness of coating was varied 120 _m, 140 _m and 160 _m at operation temperature 240°C. An additive LNO coating was applied in corner section by disregarding its thickness. Adhesive-cohesive strength test, surface roughness test, microanalysis using SEM and EDX, micro hardness test and brinnel hardness test were conducted. The research results showed that the increase in coating thickness will: (i) increase the percentage of adhesive failure while decrease the percentage of cohesive failure, (ii) increase the surface roughness of both standard and posttensile test specimens, and (iii) increase the microhardness of the substratecoating interface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aly Abdussalam
"Harga material yang meningkat menyebabkan biaya manufaktur dari sebuah bangunan kapal baru juga meningkat. Ini menyebabkan berkurangnya keuntungan yang didapatkan oleh ship owner maupun galangan. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengurangi massa dari kapal sehingga biaya yang dibutuhkan untuk manufaktur kapal berkurang. Penelitian ini memberi suatu solusi dengan mengoptimalkan struktur pada kapal dengan beberapa jenis material baru dengan tujuan untuk mengurangi massa dari kapal itu sendiri. Optimasi struktur yang akan dilakukan adalah Size Optimization di mana optimasi dilakukan dengan mengubah ketebalan pelat dari suatu struktur yang ada dikapal. Selain itu optimasi ini memberikan solusi untuk mengurangi biaya dari manufaktur suatu kapal. Optimasi ini akan menggunakan Finite Element Method untuk memvalidasi hasil akhir yang didapatkan. Penggantian material merupakan variabel utama dari penelitian ini, di mana Mild Steel, High Tensile Steel AH 32, High Tensile Steel AH 36, dan Aluminium 6061 merupakan material yang akan digunakan. Hasil dari penelitian ini akan menunjukkan perbandingan massa dan biaya. Pada hasil optmasi menggunakan material yang digunakan, pengurangan massa dan biaya berhasil didapatkan.

The raise of material prices clearly increases the cost of the production of new ships, and accordingly might reduce the profits of the ship or shipyard owners. Reducing of ship weight can be one of the solutions to this problem. This study proposes a solution to reduce the ship weight by using structure optimization and changing the material with the new one, or in this case size optimization. Size Optimization is executed by optimizing the thickness of the structure of the ship.  On the other hand, through size optimization, this study also proposes cost reduction within the manufacture cost of the ship. Finite Element Method is used for validating the results of the optimization.  The material that this study utilizes is Mild steel, High Tensile Steel AH 32, High Tensile Steel AH 36, and Aluminium 6061. The result of this study shows the comparison of weight and cost, that the effect of thickness and material change by the optimization methods.  The result shows that in the optimization using all the material succeed in reducing the weight and cost."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Andika Candra Wibawa
"Beton bertulang merupakan material yang sering digunakan dalam melakukan pembangunan infrastruktur. Penggunaan beton bertulang ini harus diikuti dengan kualitasnya yang baik. Penentuan kualitas dari suatu beton dapat dilakukan dengan cara melakukan pengujian. Salah satu jenis dari pengujian beton ini adalah Non-Destructive Test (NDT), yang merupakan pengujian beton tanpa merusak struktur beton itu sendiri. Pada penelitian ini dilakukan pengujian NDT dengan menggunakan lima jenis alat yang dilakukan pada pelat beton berukuran 2x2 m dengan berbagai bentuk rangkaian tulangan pelat dan balok di dalamnya. Kelima jenis alat tersebut antara lain, Ground Penetrating Radar (GPR), Profometer, Elcometer, Ultrasonic Pulse Velocity (UPV), dan Ultrasonic Tomograph Portable. Alat GPR, profometer, dan elcometer dapat menentukan kedalaman dari tulangan. Pembacaan kedalaman tulangan ini dilakukan analisis perbandingannya untuk ketiga alat dengan melihat perbedaan hasil pemindaiannya. Dengan menggunakan konsep radar, alat GPR mampu mendeteksi suatu tulangan lapisan bawah, berbeda halnya dengan profometer dan elcometer yang menggunakan prinsip kerja arus eddy dan hanya dapat mendeteksi tulangan lapisan atas. Adapun alat UPV dan Ultrasonic Tomograph Portable yang dapat memancarkan gelombang dan menghasilkan cepat rambat gelombang yang berbeda. Hasil cepat rambat gelombang ini menunjukkan bahwa cepat rambat gelombang longitudinal dari alat UPV dengan metode indirect sangat dipengaruhi oleh jarak antar transduser, namun nilai cepat rambat gelombang geser yang dihasilkan oleh alat Ultrasonic Tomograph Portable mengalami kenaikan yang lebih konstan dibandingkan dengan cepat rambat gelombang longitudinal alat UPV saat umur beton bertambah.

Reinforced concrete is a material that is often used in infrastructure development. The use of reinforced concrete must be followed by good quality. Determination of the quality of a concrete can be done by testing. One type of concrete testing is the Non-Destructive Test (NDT), which is a test of concrete without damaging the concrete structure itself. In this study, NDT testing was carried out using five types of tools carried out on a 2x2 m concrete slab with various forms of plate and beam reinforcement in it. The five types of NDT tools are Ground Penetrating Radar (GPR), Profometer, Elcometer, Ultrasonic Pulse Velocity (UPV), and Ultrasonic Tomograph Portable. GPR, profometer, and elcometer can determine the depth of reinforcement. The reading of the reinforcement depth is carried out by comparative analysis for the three tools by looking at the differences in the scan results. By using the radar concept, GPR is able to detect an underlayer reinforcement, in contrast to the profometer and elcometer which use the working principle of eddy currents which can only detect the top layer reinforcement. The UPV and Ultrasonic Tomograph Portable tools can emit waves and produce different wave propagation speeds. The results of this wave propagation speed indicate that the longitudinal wave propagation speed of the UPV with the indirect method is strongly influenced by the distance between the transducers, but the value of the shear wave propagation speed generated by the Ultrasonic Tomograph Portable has a more constant increase compared to the longitudinal wave propagation speed of the UPV when the age of the concrete increases."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>