Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djundjung Petrus Ganda Perdana
"Dalam memenuhi tuntutan persaingan rumah sakit pada saat ini, setiap rumah sakit berupaya untuk meningkatkan citranya dengan meningkatkan mutu pelayanan secara menyeluruh. Aspek pengelolaan Iogistik bahan makanan di Pelayanan gizi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dalam pengelolaan dan pengendalian bahan makanan di Pelayanan gizi rumah sakit diperlukan manajemen yang tepat agar tujuan yang akan dicapai bisa terpenuhi.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah manajemen pengelolaan Iogistik bahan makanan telah optimal dilaksanakan, Serta mengidentinkasi informasi kelengkapan jenis, kecukupan jumlah serta ketepatan waktu pengadaan bahan makanan yang masuk dalam kategori kritis. Kemudian dicari metode yang tepat untuk pengadaannya.
Penelitian ini adalah survey data sekunder dan data primer mengenai persediaan bahan makanan yang meliputi bahan makanan kering, bahan bumbu dan bahan minuman yang tersedia dan dapat disimpan di gudang Pelayanan gizi PK Sint Carolus. Penelilian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif melalui analisis lndeks kritis dan model persediaan yang bersifat probabilistik. Populasinya adalah bahan makanan yang tersedia dan dapat disimpan di gudang Pelayanan gizi PK Sint Carolus yang meliputi bahan makanan kering, bahan bumbu dan bahan minuman selama 1 tahun terakhir dari Januari 1998 s/d Desember 1998. Jumlah jenis bahan makanan selama 1 tahun berjumlah 140 bahan makanan yang terbagi dalam 61 jenis bahan makanan kering, 22 bahan minuman dan 57 bahan bumbu.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa manajemen pengelolaan logistik bahan makanan di P.K Sint Carolus belum berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari masih kerap terjadinya over stock dan out of stock. Dengan demikian perlu diperhatikan perencanaan jenis bahan makanan agar jenis bahan makanan yang tersedia adalah yang memang pasti digunakan dalam jumlah yang cukup, sehingga lebih memudahkan dalam melakukan pengendalian bahan makanan.
Berdasarkan analisis kuantitatif ternyata bahwa terdapat perbedaan jumlah jenis bahan makanan dan adanya variasi pada analisis ABC berdasarkan pemakaian, investasi dan indeks kritis. Pengambilan keputusan perbandingan persentase kelompok ABC yang diambil sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan pihak manajerial rumah sakit. Semakin besar nilai persentase yang diambil untuk kelompok A, maka semakin besar jumlah item pada kelompok A indeks kritis. Dalam analisis Indeks kritis ABC telah dimasukkan faktor kritis suatu bahan makanan yang berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen, yang tertinggi diperuntukkan bagi upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Dari analisis indeks kritis ABC didapatkan hasil bahwa untuk kelompok A bahan makanan kering terdiri dari 2 macam (kelompok 70%) dan 3 macam (kelompok 7596). Untuk bahan minuman sebanyak 2 macam (kelompok 70%) dan 4 macam (kelompok 7596). Dan untuk bahan bumbu sebanyak 8 macam (kelompok 70%) dan 9 macam (kelompok 7596). Hasil analisis indeks kritis ABC digunakan untuk pengendalian persediaan yang berbeda untuk masing-masing kelompok.
Dalam pengendalian persediaan bahan makanan terutama yang ditujukan untuk kelompok A diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola perencanaan dan penyediaan bahan makanan tersebut. Penentuan stok pengaman (safety sfock), kapan dilakukan pemesanan (reorder point), dan banyaknya pemesanan (order quantity) digunakan model persediaan yang tepat. Dengan pengelompokan lni perencanaan persediaan bahan makanan selanjutnya dapat Iebih tepat dan Iebih efisien, serta diharapkan dapat mengurangi peristiwa kehabisan persediaan."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Anni Farida
"Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah memberikan pelayanan Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) sejak tahun 2010 dengan pedoman pada tahun 2017 dari European Society of Cardiology (2012) yang memberikan anjuran door to balloon ≤90 menit untuk tindakan Primary PCI pada pasien STEMI dengan onset ≤ 12 jam. Untuk memenuhi target tersebut Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Unit Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) telah bekerja sama untuk memperbaiki proses pelayanan Primary PCI sejak awal tahun 2017 dengan capaian door to balloon time bulan Januari - Agustus 2017 adalah 203,5 menit. Penelitian ini untuk mengetahui pedoman pelayanan, alur pelayanan, mengidentifikasi kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah (waste), akar masalah panjangnya door to balloon time serta usulan perbaikan pelayanan Primary PCI. Desain penelitian ini adalah analisa kualitatif dengan metode observasi, telaah dokumen, dan wawancara mendalam di IGD dan PJT dengan kerangka acuan DMAI (Define, Measure, Analyse, Improve).
Hasil penelitian didapatkan SPO dan PPK terkait pelayanan Primary PCI belum ada, Clinical Pathway Terintegrasi belum ditetapkan, bulan September - Desember 2017 didapatkan capaian door to balloon time dengan median 182 menit, namun tidak dapat dibuat Value Stream Maping (VSM) dikarenakan data dalam rekam medik tidak lengkap. Hasil observasi Februari - April 2018 didapatkan capaian door to balloon time dengan median 126 menit dengan lead time 270,5 menit, cycle time 209,8 menit, waiting time 60,7 menit dengan value added 41,7% dan non value added 58,3%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa alur proses pelayanan pasien STEMI dengan tindakan Primary PCI masih tergolong un-lean dan perhitungan Six Sigma berada di level sigma 2 yang memungkinkan terdapat 308.538 tindakan Primary PCI melebihi door to balloon time ≤ 90 menit dari 1 juta kesempatan. Terdapat 40 waste dan 10 varian diseluruh proses pelayanan, dimana waste yang terbanyak terdapat pada waiting, extra processing dan confusion. Hasil analisis Fishbone didapatkan faktor man dan method adalah yang paling dominan menjadi penyebab keterlambatan pelayanan pasien STEMI dengan tindakan Primary PCI. Dibutuhkan komitmen dari managemen rumah sakit dan dukungan dari seluruh tim yang terlibat dalam pelayanan Primary PCI untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dengan pembuatan SPO dan PPK sebagai pedoman pelayanan, managemen rumah sakit membuat sistem yang baik agar pelayanan Primary PCI dapat terlaksana 24 jam, mengurangi dokumentasi rekam medik di IGD, penggantian mesin EKG, pemendekan jalur pemindahan pasien, segera menggunakan Clinical Pathway Terintegrasi Primary PCI serta melakukan evaluasi kualitas pelayanan yaitu mortality dan LOS.

Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSCM) has been providing Primary Percutaneous Coronary Intervention (PCI) services since 2010 with a guideline in 2017 from the European Society of Cardiology (2012) which provides a door to balloon ≤90 minutes for PCI Primary Action in STEMI patients with an onset of ≤ 12 hours. To meet the target, Emergency Installation (IGD) and Integrated Heart Service Unit (PJT) have been working together to improve the Primary PCI service process since early 2017 with the achievement of door to balloon time from January to August 2017 is 203.5 minutes. This research is to know the guidance of service, service line, identify activity which do not give added value (waste), root of problem of door to balloon time length and suggestion of service improvement of Primary PCI. This research design is qualitative analysis with observation method, document review, and depth interview at IGD and PJT with DMAI reference frame (Define, Measure, Analyze, Improve). The result of the research shows that SPO and PPK related to Primary PCI service is not yet available, Clinical Pathway Integrated has not been established, September - December 2017 got door to balloon time with median 182 minutes, but can not be made Value Stream Maping (VSM) because data in medical record incomplete.
The result of observation from February to April 2018 was achieved by door to balloon time with median 126 minutes with lead time 270,5 minutes, cycle time 209,8 minutes, waiting time 60,7 minutes with value added 41,7% and non value added 58, 3%. This study concludes that the flow of STEMI patient service process with Primary PCI action is still classified un-lean and Six Sigma calculation is at sigma level 2 which enables 308,538 Primary PCI actions beyond the door to balloon time ≤ 90 minutes from 1 million occasions. There are 40 waste and 10 variants throughout the service process, where the most waste is in waiting, extra processing and confusion. Fishbone analysis results obtained man factor and method is the most dominant cause of delay in patient service STEMI with Primary PCI action. It takes commitment from hospital management and support from all team involved in Primary PCI service to make continuous improvement with SPO and KDP as service guidance, hospital management make good system for Primary PCI service can be done 24 hours, reduce documentation medical records at ER, ECG machine replacement, shortening of patient transfer path, immediately using Clinical Pathway Integrated Primary PCI and evaluating service quality that is mortality and LOS."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surdjadiredja, Catharina Butet
"Seiring dengan dikeluarkannya deregulasi yang baru oleh pemerintah, yang mengizinkan pemodal asing untuk ikut berpartisipasi didalam bidang kesehatan, maka banyak didirikan rumah sakit baru oleh swasta nasional maupun dengan modal asing, yang berdampak makin ketatnya persaingan antar rumah sakit di Indonesia. Untuk dapat unggul dalam persaingan yang demikian ketat, rumah sakit perlu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan dan tetap berorientasi pada kepuasan pelanggan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap oleh perusahaan pelanggan. Dipilihnya Rumah Sakit Sint Carolus sebagai tempat penelitian, adalah agar peneliti dapat menyumbangkan hasil penelitian ini kepada instansi dimana peneliti bertugas dan berharap hasil dan penelitian ini dapat dipergunakan oleh pihak manajemen Rumah Sakit Sint Carolus.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, dan variabel-variabel yang hendak diteliti dan diduga berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap adalah promosi, mutu pelayanan kesehatan dari para medis, perawat, tenaga administrasi dan customer service, persepsi tarif, persepsi terhadap kebersihan ruang perawatan, jarak perusahaan, pengambil keputusan. Analisa data secara univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-kuadrat.
Dari hasil penelitian ternyata hanya ada 1 faktor yang terbukti berhubungan secara bermakna dengan pemanfaatan layanan rawat inap, yaitu faktor persepsi mutu layanan perawat, sedangkan variabel-variabel yang lain tidak terbukti berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap. Melihat banyaknya perusahaan yang mengikat kerja sama dengan Rumah Sakit Sint Carolus, maka pemanfaatan layanan rawat inap oleh perusahaan pelanggan saat ini belum optimal sehingga perlu usaha pemasaran yang lebih baik yang mencakup seluruh kegiatan pemasaran. Khususnya untuk promosi, kiranya perlu tindakan yang lebih proaktif terhadap konsumen antara lain kepada perusahaan pelanggan. Selain itu juga perlu pemberdayaan sumber daya yang ada sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan, dan akhirnya dapat meningkatkan pemanfaatan layanan kesehatan yang diberikan oleh Rumah Sakit Sint Carolus.

In line with the new deregulations stipulated by the government which enable the foreign investor to participate in the health sector, and so many new hospitals have been established by foreign as well as private national investor that has caused strong competitions among hospitals in Indonesia. In order to become a winner in such a strong competition, the hospital should improve its medical treatment quality and should always conformed to the customer satisfaction.
The purpose of this survey is to learn the related factors in regards with the utilization of inpatient service by the company at Sint Carolus Hospital. The reason why Sint Carolus is chosen as the place for research, is to enable the researcher to contribute the result of this research to Sint Carolus Hospital dan hopefully it can also be applied by the management.
This research is based on the quantitative research and cross sectional design, and variables to be researched and is assumed has relations with the benefit of hospital service such as the promotion, medical service quality given by the doctors, nurses, administration staff and customer service, tariff perception, perception toward the housekeeping aspect of patient's room, distance of company, decision maker. Univariat as well as bivariat data analysis based on chi square statistic test.
Based on the research result, there is only one factor that is prove to have relations with the utilization of inpatient service, i.e. perception factor of nurse service quality, whereas the other variables are not prove to have relations with the utilization of inpatient service. In view with the high number of companies which has partnership with Sint Carolus Hospital, it is realized that the service of inpatient still do not fiilly satisfy the company, therefore the marketing activities should be developed in better ways to cover all aspects of marketing. Especially in the sector of promotion, proactive action should be carried out toward the customer such as to the company. Aside fiom that, empowennent of the available resources should be promoted in order to increase the medical treatment quality, and finally improve the medical treatment benetits provided by Sint Carolus Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Puspita
"RSUD Palembang BARI sebagai satu-satunya rumah sakit milik Pemerintah Kota Palembang perlu mengetahui .kinerjanya, terutama didalam era otonomi daerah, agar dapat eksis menghadapi situasi dan kondisi yang penuh persaingan. Unit rawat jalan yang merupakan pelayanan khusus dokter spesialis sebagai salah satu cerminan layanan di RSUD Palembang BARI, sebagai langkah awal untuk melakukan perbaikan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan terhadap pelanggan, perlu dilakukan penilaian kinerjanya secara komprehensif melalui pendekatan kansep balanced scorecard.
Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer dilakukan dengan survei terhadap responden (25 orang SDM di Unit Rawat Jalan, 100 orang pasien yang datang berobat di Poliklinik Spesialis Unit Rawat Jalan pads minggu ke 2 Februari sampai dengan minggu ke 2 Maret 2003, yang dipilih secara random). Alat penelitian yang digunakan yaitu kuesianer dan panduan observasi. Selanjutnya data yang dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan : 1) Kinerja Keuangan : Rasia tingkat pertumbuhan pendapatan adalah 2,45, saldo tahun 2001 dibandingkan dengan tahun 2002 terjadi peningkatan 276 %. 2) Kinerja Pelanggan : tingkat kepuasan pelanggan 80 % (puas 63 %) dan terdapat beberapa hal yang menjadi prioritas untuk diperhatikan yaitu masalah WC yang tidak bersih, pelayanan yang tidak sesuai jadwal dan sikap petugas yang tidak ramah. 3) Kinerja proses bisnis internal ; proses pelayanan pasien secara keseluruhan (meliputi waktu tunggu pasien mendapat pelayanan, waktu layanan oleh dokter dan asisten dakter, komunikasi pasca layanan) hanya 44 % proses pelayanannya baik 4) Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran komitmen terhadap waktu layanan dan tingkat kepuasan SDM, SDM terutama dokter spesialis tidak komitmen terhadap waktu pelayanan pasien yang dimulai pukul 09.00. Tingkat kepuasan SDM, puas (52 %), dimana yang menjadi skala prioritas untuk diperhatikan adalah masalah insentif.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui kinerja keuangan dinyatakan tidak baik, walaupun rasio tingkat pertumbuhan pendapatan nilainya 2,45 (tetapi tidak dapat memuaskan kerja SDM) dimana insentif yang mereka terima jauh dibawah UMR dan saldo yang meningkat sampai 276%, sumber pendapatannya sebagian besar masih merupakan subsidi dari Pemerintah Kota Palembang. Kinerja pelanggan (kepuasan pasien), kinerja proses bisnis internal (proses pelayanan terhadap pasien), kinerja pertumbuhan dan pembelajaran (komitmen dan kepuasan pasien) masih kurang. Unit Rawat Jalan untuk meningkatkan kinerja keuangannya perlu membuka Poliklinik sore hari, melakukan penghematan biaya operasional (biaya bahan obat dan alkes) dan mengusulkan revisi polatarif. Kemudian melakukan pembenahan fisik (WC bersih, tersedianya papan informasi) dan mengadakan pelatihan/kursus kepribadian untuk petugas, mengadakan survei kepuasan periodik kepada pelanggan. Agar supaya pelayanan menjadi baik, dilakukan penyempurnaan/revisi SOP/ PROTAP. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penilaian kinerja selanjutnya dan sebagai langkah awal untuk menuju kearah perbaikan yang dilakukan secara berkesinambungan.

The General Hospital of Palembang BARI, as one of the hospitals controlled by the local government of Palembang, must evaluate its performance, especially in this area of provincial autonomy, in order to confront its competition. The outpatient unit which is comprised of specialists provides one reflection of the service offered at RSUD Palembang BARI. As a beginning step for improving the quality and quantity of service for the customers, it is necessary to do a performance evaluation in a comprehensive manner following the concept of Balanced Scorecard.
This study was designed as a descriptive study. The data used was primary and secondary data. The primary data came from the responses to several surveys (25 employees of the outpatient unit, 100 patients who received treatment in the specialist unit of the hospital from the second week of February 2003 through the second week of March 2003, using a random sample). The research instruments used included questionnaires and observation. Furthermore, the data was analyzed in a descriptive manner.
This research shows the following: 1) Financial Performance: The ratio of revenue growth is 2.45. The balance when comparing 2002 with 2001, the increase is 276%. 2) Customer Performance: The level of customer satisfaction is 80% (63%). Some matters, which need attention, include problems with the restrooms, which are not clean, the employees' failure to follow the work schedule and their lack of friendliness. 3) Internal Business Process: The process of caring for patients including all parts of their visit (including the service received during their time in the waiting room, the service received from the doctor and assistant doctor, and the communication after the service) is good only 44% of the time. 4) Learning and Growth Process: This includes the commitment of the employer towards the service time of the patient and the employer satisfaction. It is apparent that the specialists are not considerate of the patients' time, which is supposed to begin at 9:00 AM. The level of employee satisfaction is only 52%, which indicates that attention needs to be given to the present lack of incentive.
Based on this research, it is apparent that the financial performance is not good; although, the ratio of revenue growth is 2.45 (but does not create employer work satisfaction), the incentive that they receive is far below the standard. Also, although the balance increased 276%, a large part of it comes from local government subsidies. Therefore, customer performance (customer satisfaction), internal business process (the process of caring for the patient), and the learning and growth process (commitment and employer satisfaction) are still lacking. The outpatient unit, in order to increase its financial performance, must open its clinic in the afternoons. economize on its operational costs (costs of medicines and instruments), and propose a revised receipt for treatment. Also, improvements of the facility must be made (including cleaning the restrooms and adding an information board). Character building training for employees and periodic satisfaction surveys for the customers should also be added. So that service is improved, revisions must be made to the SOP. The results of this research serve as a foundational performance evaluation and provide beginning steps for continued improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairulsjah Sjahruddin
"Rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks karena mempunyai ciri-ciri yang khas berupa banyaknya manusia dari berbagai latar belakang pendidikan, status sosial, dan ekonomi yang berbeda. Proporsi sumberdaya terbanyak pada rumah sakit adalah manusia. Akibat hal ini maka pengelola rumah sakit harus mempunyai perhatian yang lebih pada sumberdaya manusia ini.
Rumah sakit yang tadinya hanya bersifat memberikan pengobatan dan pemulihan saja, saat ini berubah dengan tambahan fungsi peningkatan dan pencegahan kesehatan pula. Juga yang tadinya bersifat sosio-medik akibat penambahan fasilitas kesehatan yang diperlukan dalam mengantisipasi perubahan tersebut maka sifatnya menjadi sosio-ekonomi.
Menuju era globalisasi diabad 21 maka organisasi dan manajemen rumah sakit di Indonesia juga harus mengadakan perubahan-perubahan terutama dalam mengelola sumberdaya manusianya. Seluruh perubahan-perubahan ini menimbulkan juga perubahan pada perilaku karyawan rumah sakit.
Berbagai fenomena yang berkembang dalam penyelenggaraan rumah sakit saat ini di Jakarta dapat dilihat, yang semuanya bila tidak diantisipasi akan menyebabkan turunnya mutu pelayanan pada rumah sakit. Fenomena-fenomena tersebut dapat berupa adanya unjuk rasa karyawan atau perawat pada rumah sakit, adanya angka keluar masuk perawat yang tinggi, semuanya ini menandakan adanya keresahan perawat atau karyawan rumah sakit terhadap kebijakan manajemen rumah sakit.
Dari literatur diketahui perlunya budaya organisasi dalam mengelola manajemen rumah sakit. Budaya organisasi rumah sakit telah banyak diteliti di luar negeri. Kepustakaan di Indonesia belum banyak dilaporkan mengenai budaya organisasi di rumah sakit.
Dilakukan analisis beberapa budaya organisasi secara konseptual dengan melihat elemen dasar Serta karakteristik dari budaya organisasi tersebut. Dilakukan pengamatan budaya organisasi pada 4 rumah sakit di Jakarta yaitu:RSIA Hermina, RS Persahabatan, RS MMC dan RS Pondok Indah. Analisis konsep budaya secara konseptual kemudian dibandingkan dengan hasil pengamatan budaya di keernpat rumah sakit tersebut. Setelah dilakukan analisis maka disusun suatu model budaya organisasi yang sesuai dimana adanya keselarasan antara elemen dasar budaya organisasi dengan penerapannya pada kegiatan organisasi yang dijalankan berupa ; pola manajemen, struktur organisasi, tim kerja, dan proses (kompensasi dan komunikasi) untuk rumah sakit di Indonesia.
Hasil penelitian diperoleh kesimpulan berupa perlunya budaya organisasi bagi organisasi rumah sakit dan disarankan agar pimpinan rumah sakit menyesuaikan antara budaya organisasi yang dianut dengan proses kegiatan organisasi dan manajemennya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hospital accreditation, was also a tool to measure quality of services in hospitals. Measuring was done using hospitals bylaws which was a criterion in administrative and management standard in the hospital accreditation instrument..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Tumiar
"Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 46 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor penyebabnya adalah belum optimal cakupan kunjungan antenatal (K4 = 75,66%). Kurang optimalnya kunjungan antenatal mengakibatkan risiko dan komplikasi kehamilan tidak terdeteksi secara dini. Intervensi kesehatan spesifik melalui kunjungan antenatal minimal 4 kali, merupakan salah satu daya ungkit yang besar untuk menurunkan insiden dan beratnya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan bayi baru lahir. Di Kota Medan kunjungan antenatal K4 sebesar 78,75%, belum mencapai target nasional sebesar 90%.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hubungan antara falctor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat dengan kunjungan antenatal K4. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional (potong lintang), pemilihan sampel didasarkan rumus cluster 2 tahap, tahap pertama dengan probability proportional to size menggunakan C Survey, jumlah sampel sebanyak 210 orang, ibu yang mempunyai bayi umur 6 (enam bulan) dimana selama hamil pernah memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara. Analisis data menggunakan perangkat lunak C Sample pada Epi Info 6.0 dan program komputerisasi lainnya.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa proporsi kunjungan antenatal sesuai standar sebesar 51% dan 84,8% responden pernah melakukan kunjungan antenatal di klinik bidan swasta. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kunjungan K4 adalah pendidikan tinggi, pengetahuan baik, sikap positif, jarak, penghasilan tinggi, akses informasi yang baik terhadap pelayanan antenatal dan dukungan suami. Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kunjungan K4 adalah pengetahuan, sikap, jarak, penghasilan, akses informasi dan yang paling dominan mempengaruhi kunjungan antenatal K4 adalah pengetahuan ibu (OR 2,78).
Memperhatikan hasil penelitian ini, menyarankan kepada lembaga terkait khususnya mereka yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin bahwa kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) pada Standar Operating Procedur (SOP) perlu ditegaskan kembali, yaitu adanya langkah-langkah KIE yang harus dioperasionalkan diseluruh fasilitas pelayanan dari Posyandu sampai Rumah Sakit, baik pada pelayanan pemerintah maupun swasta. Kegiatan konseling merupakan pilihan yang efektif dan efisien meningkatkan pengetahuan ibu untuk memahami peristiwa kehamilan, persalinan, nifas dan risiko yang mungkin dihadapi ibu sehingga dapat dilakukan upaya prefentif.

The Factors that Related to Antenatal Visit Four Times (K4) in Medan City, North Sumatera Province, 2002Based on Household Health Survey in 1995, the Maternal Mortality Rate (MMR) in Indonesia was 373 per 100.000 live births, while the Infant Mortality Rate (IMR) was 46 per 1000 live births. One of the factors was caused by the in optimal the coverage of antenatal visit four times (K4 = 75,66%). The lack of their optimal to antenatal visit four times, it caused risk and pregnancy complication can not be detected in the early. The specific health intervention through minimum antenatal visit at least four times, as one of the big power raising to reduce the incident and heavy complication that related to pregnancy, delivery and post-partum on mother and infant new birth. In Medan City the antenatal visit four times was 78,75%, it was not reach with the national target that is 90%.
The objective of this study was to obtain the relationships between the predisposition, possibly, and the dominant factors with antenatal visit four times. The study design was cross-sectional. The sample selected was based on the pattern of cluster second phase, first phase with probability proportional to size used C Survey. The number of sample was 210 pregnant mothers who having infant age 5 6 months, where during pregnant ever checked their pregnancy to health worker. The data was collected by indepth interview method. The data was analysis by software C Sample on Epi Info 6.0 and others computer programs.
The result of study showed that the proportion of antenatal visit meet with the standard was a 51% and 84,8% respondent ever conducted antenatal visit at the private maternity clinics. The result of bivariate analysis known that the variable which having significant relationship to antenatal visit four times is high education, good knowledge, positive attitude, distance, high income, good information access to antenatal service and husband support. The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that having relationships to antenatal visit four times is knowledge, attitude, distance, income, information access and the most dominant that influence to K4 is mother's knowledge (OR 2,78).
Considering to this study, it is recommended that the institutional related especially to whom that giving health services on pregnant mother and delivery. The activities of Information, Education, and Communication (IEC) on Standard Operating Procedure (SOP) it is need to be cleared again, i.e. the availability of IEC steps that should be applied in entire of health facilities, starting from Village Integrated Service Post to Hospital, both private and state owned. Counseling activities is selection that effective and efficient to increase the mother's knowledge, and in order to understand the pregnant event, delivery, post-partum and the risk that possible faced, so it can be done preventive action.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10795
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Chairunnisa Puteri
"Mengantisipasi persaingan yang semakin tinggi, Rumah Sakit Umum Zahirah berupaya mengadakan kerja sama dengan perusahaan. Indikator keberhasilannya tiga perusahaan per bulan atau 36 perusahaan per tahun, belum dapat terpenuhi. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan mengetahui penyebab masalah dari sisi input maupun bauran pemasaran. Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, kuantitas dan kesediaan anggaran, sarana dan prasarana yang ada, belum mencukupi. Program kerja yang tidak rutin dilakukan, kebijakan dan prosedur yang tidak didahului dengan identifikasi kebutuhan perusahaan yang akan diajak bekerjasama, merupakan penyebabnya. Selain itu, produk yang diminta perusahaan tidak dapat disediakan oleh rumah sakit dan tarif tidak sesuai plafon perusahaan. Lokasi juga dianggap kurang strategis. Promosi yang dilakukan masih terbatas di sekitar rumah sakit. Disarankan untuk mengupayakan perbaikan terhadap input dan bauran pemasaran, fokus kerja sama dengan pihak-pihak lainnya yang memberikan peluang lebih besar dalam peningkatan jumlah pasien dan pendapatan rumah sakit.

To anticipate increased competition, Zahirah hospital tries to increased number of company as client. Indicator of success is at least three companies per month or 36 companies per year, have not been met. This qualitative research aims to find the cause of the problem in terms of inputs and the marketing mix. Quantity and quality of human resources, quantity and availability of budget, facilities and infrastructure, were found inadequate. Other challenges were the program was not routinely performed, policy and procedure were not based on client’s need. In addition, the requested product could not be provided and exceeded company’s affordability. Location was also considered as less strategic. Promotion was limitedly done around the hospital area. It is advised to improve its input and marketing mix, as well as focusing on potential client to increase demand and revenue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Prita Vaudika
"Penilaian pelayanan rawat jalan secara menyeluruh dibutuhkan oleh pihak manajemen rumah sakit untuk mengetahui posisi layanan saat ini sebagai langkah awal untuk menentukan strategi peningkatan kualitas pelayanan rawat jalan di sebuah rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pelayanan rawat jalan di RS Karya Bhakti Bogor tahun 2013, bersifat kualitatif dengan menggunakan standar Matriks Penilaian Pelayanan Rawat Jalan. Kebijakan rawat jalan RS Karya Bhakti telah memperhatikan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah dan kebutuhan internal rumah sakit. Pelayanan rawat jalan RS Karya Bhakti termasuk ke dalam kategori transisi untuk indikator penjadwalan dokter, rencana strategis, struktur organisasi dan manajemen, kepuasan pasien, dokter, dan perawat rawat jalan serta tradisional-sangat berkembang untuk indikator pemanfaatan teknologi informasi. Evaluasi komitmen dokter terhadap jadwal praktik, pemanfaatan dan perincian aktivitas di rencana strategis, pengukuran kepuasan pasien, kepuasan kerja dokter dan perawat rawat jalan diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan rumah sakit.

An assessment of ambulatory care services is needed to determine current service position in order to improve the quality of ambulatory care in a hospital setting. This study was aimed to assess ambulatory care services in Karya Bhakti hospital on 2013. This is a qualitative study using Ambulatory Care Assessment Matrix as a standard. Ambulatory care policies in Karya Bhakti hospital have considered the Government and the internal needs of the hospital. Karya Bhakti hospital outpatient services assessed as trantition category for physician scheduling, strategic plans, organizational structure and management, patient-physician-nurses satisfaction and traditional-highly evolved category for information technology utilization. Evaluation of physician commitment to the practice schedule, utilization and activity details in the strategic plan, measuring patient, physicians and nurses satisfaction are needed to improve the quality of hospital ambulatory care services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reisty Ria Handayani
"Komplikasi maternal terjadi pada 15-20% kehamilan sehingga perlu ditolong di rumah sakit. Pelaporan SIRS data morbiditas pasien rawat inap (RL2A) masih rendah, yaitu 29,22% pada 2009 dan menurun menjadi 24,63% pada 2010 sehingga perlu dilakukan penelusuran keadaan pelaporannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran komplikasi maternal pada rumah sakit berdasarkan provinsi dan umur, serta keadaan pelaporannya melalui SIRS dengan membandingkannya pada Riskesdas tahun 2010.
Desain penelitian deskriptif digunakan untuk membandingkan jumlah kejadian pada SIRS dan Riskesdas. Dihasilkan under reported SIRS berdasarkan Riskesdas mencapai 70-99% lebih pada kejadian komplikasi maternal yang diteliti kecuali pada preeklampsia/eklampsia di Pulau Jawa dan Bali dengan under reported berkisar 5- 40% lebih. Terdapat 18 dari 33 provinsi dengan pelaporan SIRS ≤rata-rata nasional; 2 provinsi tidak melaporkan data melalui SIRS. Proporsi pelaporan SIRS ≤25,57% lebih tinggi pada provinsi yang memiliki kab/kota daerah tertinggal kategori agak tinggi (80%), tinggi (66,67%), dan sangat tinggi (75%).
Dapat disimpulkan, persentase under reported SIRS tinggi berdasarkan Riskesdas. Under reported dapat disebabkan karena kejadian komplikasi maternal tersebut tidak terjadi di RS, atau terjadi di RS namun tidak dilaporkan melalui SIRS. Dengan demikian perlu dilakukan peningkatan pembinaan pelaporan SIRS bagi rumah sakit di Indonesia, terutama pada rumah sakit di provinsi dengan pelaporan SIRS yang rendah.

Maternal Complications occur in 15-20% of pregnancies that need to be helped in hospital. SIRS reporting on patient morbidity (RL2A) remained low at 29.22% in 2009 and decreased to 24.63% in 2010. It is necessary to search the state of SIRS reporting. The purpose of this research is to describe maternal complications in hospitals by province and age, and its reporting through SIRS by comparing to Riskesdas in 2010.
Descriptive observation is used by comparing absolute incidence of SIRS and Riskesdas. Under reporting SIRS by Riskesdas reach 70- 99% more on maternal complications that were observed, except preeclampsia/eclampsia in Java and Bali which are under reported between 5-40% more. There are 18 of 33 provinces with SIRS reporting ≤ national average; 2 provinces did not report data through SIRS. The proportion of SIRS reporting that ≤25,57%, is higher in provinces with district/town of disadvantaged areas with rather high (80%), high (66.67%), and very high (75%) category.
In conclusion, under reporting SIRS is high based on Riskesdas. Under reported can be caused by maternal complications do not occur in hospital or they occur in hospital but not reported through SIRS. Thus, it is necessary to improve the development of SIRS reporting for hospitals in Indonesia, particularly in hospitals in provinces with a low SIRS reporting.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>