Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 89953 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mohammad Fadli
"Variasi parameter pengelasan terhadap ketidakseimbangan struktur mikro lasan baja tahan karat SAF 2707 hiperduplek dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik telah dipelajari. Pembatasan masukan panas dan penambahan gas nitrogen ke dalam gas pelindung argon merupakan cara yang efektif untuk mengontrol struktur mikro lasan baja tahan karat SAF 2707 hiperduplek sehingga masih meninggalkan sifatnya yang sangat baik.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa lebar kampuh las dan kedalaman penetrasi lasan akan meningkat seiring peningkatan masukan panas dan penambahan gas nitrogen dalam gas pelindung argon. Selain itu, peningkatan masukan panas akan menurunkan fraksi volume ferit. Begitu pula dengan penambahan gas nitrogen pada gas pelindung argon akan menurunkan fraksi volume ferit.
Pada penelitian ini, masukan panas dibatasi pada rentang 0.3 kJ/mm - 1.4 kJ/mm dan menghasilkan fraksi volume ferit pada rentang 31% - 53% pada kampuh las dan 48% - 70% pada daerah terpengaruh panas (HAZ). Tidak ditemukan fasa intermetalik pada struktur mikronya. Kekerasan meningkat seiring meningkatnya fraksi volume ferit.

The variation of welding parameters on the unbalance microstructure of SAF 2707 hyperduplex stainless steel weldments and its effects on the mechanical properties has been studied. Limiting the heat input and introducing nitrogen gas into argon shielding gas are the effective way to control the microstructure of SAF 2707 hyperduplex stainless steel weldments in order to maintain its excellent properties.
From achieved result, the width of weld bead and the depth of weld penetration increased as heat input increased and as well as increasing nitrogen gas into the argon shielding gas. In addition, as heat input increased, the volume fraction of ferrite decreased. Similarly, as nitrogen gas increased into the argon shielding gas, the volume fraction of ferrite decreased.
In this research, the heat input was limited in the range 0.3 kJ/mm - 1.4 kJ/mm and produced volume fraction of ferrite in the range 31% - 53% on the weld metal dan 48% - 70% on the HAZ. No intermetallic phase found on its microstructure. The hardness increased as volume fraction of ferrite increased.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42334
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Aditya Wisnu Indaryono
"Belum adanya standar yang mengatur jarak minimal antara lasan yang satu dengan lasan yang lain terhadap laju korosi yang dihasilkan menyebabkan perlunya suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh jarak antar lasan terhadap laju korosi pada hasil lasan. Penelitian ini, berfokus untuk melihat pengaruh jarak lasan GTAW dengan besaran 27mm, 36mm dan 45mm pada material karbon ASTM A106 Grade B, terhadap laju korosinya dengan menggunakan metode uji polarisasi. Pengamatan dengan mikroskop optik digunakan untuk mengetahui ukuran butir dan keberadaan fasa serta jenis korosi yang terbentuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran butir yang semakin besar akan meningkatkan laju korosi, hal ini diakibatkan oleh pengaruh panas dari pengelasan kedua yang menyebabkan pertumbuhan butir ferrite halus pada butir pearlite di daerah HAZ halus hasil pengelasan pertama sehingga meningkatkan laju korosi akibat korosi mikrogalvanik. Ditemukan bahwa jarak lasan GTAW yang optimum untuk material karbon ASTM A106 Grade B adalah 45mm dengan laju korosi sebesar 0,041052 mm/tahun.

The absence of standards governing the minimum distance between one weld to another one will determine the corrosion rate. Therefore we need a study to determine the influence of the distance between the each weld towards the corrosion rate results. This study, focused to see the effect of the GTAW weld distance which are 27mm, 36mm and 45mm on the ASTM A106 Grade B carbon material, against the corrosion rate by using polarization test method. Observation with an optical microscope is used to determine the grain size and the presence of the phase as well as the type of corrosion formation.
The results showed that the coareser the grain, will increase the corrosion rate, this is caused by the influence of the heat of the second welding that cause ferrite grain to grow inside the fine pearlite grain at the first weld HAZ area which thereby increasing the rate of corrosion due to microgalvanic corrosion. It was found that the optimum distance for GTAW welding towards ASTM A106 Grade B carbon material is 45mm with the corrosion rate of 0.041052 mm / year.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RR Reni Indraswari
"Baja tahan karat jenis austenitik tipe 316L banyak digunakan di berbagai industri. Untuk menyambungkan antar pipa dilakukan pengelasan, akan tetapi dalam penggunaannya sering terjadi korosi pada sambungan lasnya. Pada penelitian ini dilakukan pengelasan pada logam SS 316L dengan ukuran 150 mm x 300 mm, tebal 1,5 mm dan 3 mm. Metoda pengelasan yang dilakukan adalah SMAW and GTAW dengan variasi jenis filler (ER316L dan TGX-R316LT1-5) dan penggunaan gas back purging/shielding argon. Gas pelindung yang digunakan untuk metoda GTAW adalah argon murni.
Setelah proses pengelasan, akan dilakukan beberapa pengujian seperti pengujian kekerasan, metallografi untuk melihat struktur mikro serta pengujian ketahanan pitting. Pengujian dilakukan dengan membedakan spesimen yang dipreparasi dan yang tidak dipreparasi sebelum dilakukan pengujian dengan mencelupkan ke dalam larutan ferric cholride.
Hasil dari penelitian ini yaitu data pengujian kekerasan yang menunjukkan bahwa daerah Weld Metal memiliki kekerasan yang paling tinggi dari daerah lainnya dan dari pengamatan struktur mikro ditemukan adanya presipitasi karbida. Pada pengelasan baja tahan karat jenis ini juga ditemukan adanya oksida-oksida permukaan karena temperatur tinggi dan fenomena sensitisasi yang tidak lepas mempengaruhi ketahanan korosi, khususnya korosi pitting.

Austenitic Stainless Steel type 316L is mostly used in various industries. Usually, joining between the pipes by welding. Although on the use often happened corrosion failure on the weld joint.
This research use SS316L materials with size 150 mm x 300 mm, thickness 1,5 mm dan 3 mm. Methods welding are SMAW and GTAW with variation in filler metals (ER316L and TGX-R316LT1-5) and using gas back purging/shielding. Than, will be researched by hardness test and metallography test to know microstructure and pitting resistance test. Tests carried out by distinguishing specimens that are not prepared and prepared prior to testing by dipping into a solution of ferric chloride.
The result of this analysis, hardness test which show that Weld Metal zone is the hardest from the other. From the microsturcture analize show carbide precipitation. In welding stainless steel types are also found the existence of surface oxides due to high temperature and sensitization phenomena that can?t be separated affecting corrosion resistance, particularly pitting corrosion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syarief Hasan Lutfie
"ABSTRAK
Teknik penyambungan material pada logam terus dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas dan ketahanannya pada penggunaan di beberapa
lingkungan. Penyambungan material dengan metode GTAW arus konstan telah
digunakan secara luas pada banyak industri. GTAW arus berpulsa kemudian hadir
dengan kelebihannya menghasilkan kualitas daerah sambungan yang lebih baik
daripada GTAW konvensional. Pada pengelasan GTAW arus berpulsa
menghasilkan struktur mikro dengan ukuran butir yang lebih halus dengan heat
input yang lebih rendah. Bentuk, distribusi dan ukuran butir yang dihasilkan
mempengaruhi sifat mekanis dan ketahanan korosi dari suatu material. Pada
penelitian yang dilakukan, diamati pengaruh parameter pada GTAW arus berpulsa
daerah lasan commercially pure titanium grade 2 terhadap laju korosi pada
lingkungan H2SO4 1M. Variabel parameter yang digunakan yaitu arus puncak
sebesar 60 A, 70 A, dan 80 A dengan pulse on time 40%, 50%, dan 60%. Hasil
pengelasan dilakukan karakterisasi sifat mekanis, kimia, dan ketahanan korosi.
Fasa yang terbentuk adalah fasa α, β dan partikel TiH. Kekerasan tertinggi
mencapai 329 HV pada daerah fusion zone dengan arus puncak 80 A dan pulse on
time 60%. Laju korosi meningkat seiring dengan meningkatnya arus puncak dan
pulse on time.

ABSTRACT
Metal welding technique continue to be developed for better quality and
recistance for any environment. Constant current GTAW method was used widely
in many industry. Advantage of pulsed current welding reported produce better
weld zone than constant current GTAW. Pulsed current GTAW produced finer
grain size and lower heat input. Grain shape, distribution dan size on material can
effected in mechanical properties and corrosion resistance. An attempt of
investigation has been made to study the effect of pulsed current GTAW
parameters on corrosion resistance of commercially pure titanium grade 2 weld
zone in H2SO4 1M solution. Variable welding parameter used in the experiment
was the number of peak current 60 A, 70 A, and 80 A with pulse on time 40%,
50%, and 60%. Several characterization was performed such as hardness,
chemical composition and corrosion resistance. Phase and microstructure formed
α, β phase and TiH particle. Highest hardness achieved is 329 HV on fusion zone
at 80 A peak current and 60% pulse on time. Corrosion rate increased with the
increase of peak current and pulse on time."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Putri Perwitasari
"ABSTRAK
Baja tahan karat dua fasa SAF 2205 memiliki ketahanan korosi menyeluruh dan korosi terlokalisasi di berbagai lingkungan. Akan tetapi, baja tahan karat dua fasa SAF 2205 rentan terserang korosi sumuran pada lingkungan klorida. Perlakuan panas dilakukan untuk meningkatkan ketangguhan baja tahan karat SAF 2205. Pada penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh perlakuan panas baja tahan karat SAF 2205 terhadap korosi sumuran dengan melihat temperatur kritis terjadinya korosi sumuran (critical pitting temperature). Nilai temperatur kritis korosi sumuran diinvestigasi menggunakan polarisasi potentiodynamic dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) di larutan NaCl 1M. Hasil pengujian menunjukkan nilai temperatur kritis korosi sumuran baja tahan karat dua fasa SAF 2205 adalah 650C dan perlakuan panas tidak mempengaruhi nilai tersebut. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa fasa yang rentan terserang korosi sumuran adalah fasa austenit.

ABSTRACT
Duplex stainless steel SAF 2205 has good corrosion reistance of uniform and localized corrosion in various environments. However, duplex stainless steel SAF 2205 is susceptible to pitting corrosion in chloride environment. Heat treatment was done to improve the toughness of duplex stainless steel SAF 2205. This research was investigated influence of heat treatment on pitting corrosion resistance of duplex stainless steel SAF 2205 by looking at the Critical Pitting Temperature (CPT). The value of critical pitting temperature was investigated by using potentiodynamic polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) methods in 1 M NaCl solution. The results showed that the critical pitting temperature of duplex stainless steel SAF 2205 is 650C and heat treatment didn?t affect the critical pitting temperature. Moreover, the result showed that the austenite phase is susceptible to pitting corrosion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ryan Junaldi
"Perlakuan panas dilakukan untuk membebaskan tegangan pada baja tahan karat dua fasa SAF 2205 hasil pengerjaan dingin. Perlakuan panas dilakukan pada temperatur 350°C, 450°C, 550°C dengan waktu tahan 10 dan 40 menit. Pengujian korosi erosi pada sampel hasil perlakuan panas dengan menggunakan metode slurry pot dalam larutan HCL 0.3 M dan pasir silika (SiO2) dengan mekanisme tumbukan partikel padat dalam kondisi asam dengan pH 0.85. Hasil pengujian menunjukkan bahwa perlakuan panas yang dilakukan pada baja tahan karat dua fasa SAF 2205 menurunkan tingkat ketahanan korosi erosi pada permukaan logam.

Heat treatment was conducted for stress relieving in duplex stainless steel SAF 2205 as cold worked. The annealing was conducted in temperature of 350°C, 450°C, 550°C with holding time 10 and 40 minutes. Erosion-corrosion testing was conducted on the heat treated samples with slurry pot method in chloride acid 0.3 M solution and silica sand (SiO2) with solid particles impingement mechanism in acid condition with pH 0.85. The results showed that heat treatment can reduce the resistance of erosion-corrosion on the surface of duplex stainless steel SAF 2205."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelly Andharatasya Ardama
"Proses dissimilar welding dapat menguntungkan biaya operasional pada berbagai industri namun memiliki kelemahan karena timbulnya tegangan sisa dan fenomena weld decay pada material. Untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan metode proses perlakuan panas pasca pengelasan atau post-weld heat treatment menggunakan temperatur yang berbeda pada tiap logam yang disebut sebagai PWHT terkontrol. Pada penelitian ini, akan diamati pengaruh PWHT terkontrol terhadap distribusi nilai kekerasan, struktur mikro, dan korosi batas butir pada sambungan las dissimilar baja tahan karat TP 304 dengan baja tahan panas P.11 yang dilas menggunakan metode gas tungsten arc welding (GTAW). Pengujian yang dilakukan pada daerah penyambungan meliputi pengujian hardness vickers, pengujian metalografi, dan pengujian ASTM A262 practice E. Hasil dan analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa PWHT terkontrol mampu mencegah terjadinya fenomena weld decay pada baja tahan karat TP 304. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengujian dimana PWHT terkontrol mampu menstabilkan distribusi kekerasan, mencegah pembentukan presipitasi karbida pada batas butir, dan proses difusi antar logam.

Dissimilar welding offers operational cost benefits across various industries but is hindered by residual stress and weld decay phenomena. To mitigate these issues, a method known as controlled post-weld heat treatment (PWHT) has been developed, utilizing different temperatures for each metal. This study investigates the impact of controlled PWHT on hardness distribution, microstructure, and intergranular corrosion in dissimilar weld joints of TP 304 stainless steel and P.11 heat-resistant steel, joined using the gas tungsten arc welding (GTAW) technique. The welded joints were subjected to Vickers hardness testing, metallographic analysis, and ASTM A262 practice E testing. The results indicate that controlled PWHT effectively prevents weld decay in TP 304 stainless steel. This is evidenced by the stabilization of hardness distribution, inhibition of carbide precipitation at grain boundaries, and enhanced diffusion between the metals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anatasya Novritas Putri
"Aplikasi pengelasan dengan material yang berbeda mendapatkan keuntungan dari segi ekonomis. Pada penelitian ini digunakan material antara baja tahan karat austenitik dan baja karbon rendah SS 400 dengan jenis kawat las yang berbeda yaitu ER 309 dan ER 316 dengan metode GMAW. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari sifat mekanis material. Untuk mengidentifikasi fase penyusun pada sambungan las tak sejenis dilakukan melalui mikroskop optik (OM), dan untuk menguji kekerasan dilakukan menggunakan micro Vickers untuk mendapatkan sifat mekanik lasan yang terdiri dari logam dasar (BM), daerah terpengaruh panas (HAZ), dan logam las (WM). Dari hasil percobaan didapatkan bahwa nilai kekerasan tertinggi ada pada daerah WM dan HAZ sebab memiliki butir yang lebih halus dibandingkan dengan logam induk. Butir yang halus ini akan membuat semakin banyak batas butir sehingga memiliki kekerasan yang lebih tinggi. Struktur mikro yang didapat pada BM dan HAZ SS 316 memiliki fasa austenit sedangkan BM dan HAZ SS 400 memiliki fasa ferit dan perlit. Pada daerah logam las (WM) dengan kawat las ER 309 memiliki kekerasan tertinggi sebesar 258 Hv dibandingkan dengan nilai kekerasan logam las menggunakan kawat las ER 316, 253 Hv, hal ini disebabkan karena adanya kandungan Cr yang lebih tinggi pada ER 309 (23,5%), dibandingkan dengan menggunakan kawat las ER 316 (19,25%).

Welding applications with different materials have an economic advantage. In this study, materials between austenitic stainless steel and SS 400 low carbon steel were used with different types of welding wire, namely ER 309 and ER 316 with the GTAW method. It aims to see the effect on the mechanical properties of the welded joints. To identify the constituent phases of dissimilar welded joints, an optical microscope (OM) was carried out, and the hardness testing, micro Vickers was used to obtaining the mechanical properties of the weldment, which consists of base metal (BM), heat affected zone (HAZ), and weld metal (WM). The experimental results show that the highest hardness values are in the WM and HAZ regions because they have finer grains than the parent metal. These fine grains will create more grain boundaries so that they have higher hardness. The microstructure obtained in BM and HAZ SS 316 has an austenite phase, while BM and HAZ SS 400 have ferrite and pearlite phases. In the weld metal (WM) area with ER 309, the highest hardness is 258 Hv compared to the hardness value of welding metal using ER 316, 253 Hv. This is due to the higher Cr content in ER 309 (23.5 %) than ER 316 (19.25%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Yudhi Prasetyo
"Tube merupakan bidang pemisah antara kedua jenis fluida proses yang mengalir didalam heat exchanger dan sekaligus sebagai bidang perpindahan panas. Jenis Heat Exchanger yang digunakan adalah U-tube, dimana terdapat perbedaan desain tube pada jenis Heat Exchanger ini yaitu tube yang berbentuk lurus (straight) dan tube yang dibuat melengkung (bend) membentuk huruf ?U?. Kondisi aplikasi kerja dari tube digunakan pada kondisi temperatur kerja yang tinggi dan juga menggunakan air laut sebagai media pendingin pada tube. Material tube adalah baja tahan karat super dupleks SAF 2507 (UNS 32750) yang dikenal mempunyai sifat ketahanan terhadap korosi sumuran yang baik.
Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan ketahanan korosi sumuran dari 2 bagian desain tube yang berbeda dilakukan dengan metode polarisasi Potentiodynamic pada temperatur 50, 55, 60 dan 65°C dengan medium air laut, dari pengujian ini akan diperoleh nilai potensial kritis pitting (E pitt) dan nilai CPT (Critical Pitting Temperature). Serta dilakukan pengujian komposisi untuk mencari nilai Pitting Resistance Equivalen Number (PREN) dan pengujian mikrostruktur untuk mengetahui perbedaan mikrostruktur dari 2 bagian desain tube yang berbeda.
Dari data hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa ketahanan korosi sumuran tube straight lebih baik dibandingkan dengan tube bending. Ini terlihat dari nilai E pitt tube straight yang lebih tinggi dibanding nilai E pitt tube bending. Peningkatan temperatur dari 50, 55, 60 dan 65°C akan menurunkan ketahanan material terhadap korosi sumuran. Nilai CPT dari material adalah 50°C. Nilai PREN material adalah 40,343.
Dari hasil pengamatan mikrostruktur didapatkan perbedaan mikrostruktur antara tube straight dan bending. Pada tube bending terdapat struktur ferrite yang patah-patah, serta komposisi ferrite dan austenite yang tidak homogen.Dengan perbedaan mikrostruktur pada kedua daerah tersebut, besar kemungkinan setelah proses deformasi, tidak dilakukan proses heat treatment untuk menghilangkan residual stress akibat proses deformasi sekaligus mengembalikan bentuk mikrostruktur ke bentuk semula. Residual stress dapat mengurangi ketahanan material terhadap korosi sumuran.

Tube is the constrictor area between both types of process fluid which streaming in heat exchanger and also at the same time as area transfer of heat. Type of Heat Exchanger used is U-Tube Heat Exchanger, where there are difference of tube design at this type of Heat Exchanger, that is tube Straight and tube bended to form letter ?U?. The condition of work application from tube is at high temperature and also using sea water as cooler media. Material of Tube Super Duplex Stainless Steel SAF 2507 (UNS 32750) which recognized have good resilience to pitting corrosion.
Research with aim to compare the pitting corrosion resilience from 2 different part of tube design conducted with polarization Potentiodynamic method at temperature 50, 55, 60 and 65°C with sea water medium, from this examination will be obtained critical pitting potential (E pitt) and CPT ( Critical Pitting Temperature). And also conducted the chemical composition examination to look for the value of Pitting Resistance Equivalent Number (PREN) and microstructure examination to observe the difference of microstructure from these 2 different part of tube design.
From research data result, got the result that the pitting corrosion resilience from straight tube is better compared to bending tube. This seen from E pitt value of straight tube is higher compared to E pitt value from bending tube. Improvement of temperature from 50, 55, 60 and 65°C will degrade the material corrosion pitting resilience. CPT value of material is 50°C. PREN value of material is 40,343.
From microstructure examination got the difference of microstructure between straight tube and bend. At bending tube there are ferrite structure which broken, and also the ferrite-austenite composition which is not homogeneous. With these difference of microstructure at both area, big possibility after the deformation process, do not be done the heat treatment process to eliminate the stress residual effect from deformation process which also at the same time aim to return the microstructure form to the initially form. Stress Residual can degrade the material pitting corrosion resilience.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>