Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91621 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Antonius Jusuf
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1977
S16401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Lily Asikini
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1980
S16459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Muktiono Pringgodigdo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1975
S16360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Amrita Sari
"Kejahatan lingkungan telah menyebabkan kerusakan dan penderitaan (bersifat harmful) kepada manusia maupun non-manusia, namun sering tidak dianggap sebagai pelanggaran hukum pidana. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan environmental victimization yang dialami oleh masyarakat Desa X, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur akibat limbah impor bahan baku pabrik kertas. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Environmental Victimology dan State-Corporate Crime. Penelitian ini juga menggunakan konsep kekerasan struktural dan Treadmill of Law. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam dan studi peraturan perundang-undangan terkait importasi limbah bahan baku pabrik kertas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa viktimisasi yang dialami masyarakat Desa X diawali dari perizinan importasi limbah bahan baku pabrik kertas melalui regulasi yang dibuat oleh negara. Rendahnya pengawasan implementasi importasi limbah oleh pemerintah memfasilitasi pembuangan limbah impor bahan baku pabrik kertas ke Desa X. Pihak Kepala Desa X sebagai representasi negara di tingkat lokal malah bekerjasama dengan perusahaan kertas dalam pembuangan limbah demi meraih keuntungan pribadi. Environmental victimization telah dialami masyarakat Desa X selama puluhan tahun dan bisa berdampak jangka panjang pada kesehatan masyarakat maupun lingkungan di Desa X. Environmental victimization yang dialami oleh masyarakat Desa X merupakan suatu bentuk kekerasan struktural.

Environmental crimes have caused suffering and harming humans and non-human entities, but are often not considered as violation of criminal law. This study aims to explain the environmental victimization experienced by the people of Village X, Mojokerto Regency, East Java due to the imported waste paper dumping. The theory used in this study is the theory of Environmental Victimology and State-Corporate Crime. This study also uses the concept of structural violence and the Treadmill of Law. This research is qualitative research with in-depth interviews and studies of legislation related to the importation of paper waste as data collection methods. The results showed that the victimization experienced by the people of Village X started when the state allowed the importation of waste paper. The government's low surveillance on the implementation of the importation of waste facilitated the waste paper dumping in Village X. The Head of Village X as a representative of the state at the local level has been cooperating with paper corporations in waste dumping in Village for his personal gain. The people of Village X have been environmentally victimized for decades. The waste dumping in Village X may have long-term harm to the public health and the ecosystem of Village X. Environmental victimization experienced by the people of Village X is seen as a form of structural violence."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Suryani
"Industri pulp dan kertas adalah industri yang banyak menggunakan air untuk kegiatan proses produksinya yaitu antara 40-200 m3/ton produk. Untuk memproduksi 1 ton pulp, sebuah pabrik membutuhkan 4-5 m3 kayu. Untuk memenuhi kebutuhan kayu dan menjamin ketersediaan kayu, industri pulp dan kertas diwajibkan mempunyai Hutan Tanaman Industri (HTI) sebelum pabrik beroperasi. Tetapi pada umumnya pihak industri lebih memilih menggunakan kayu dari hutan alam yang lebih murah apabila dibandingkan dengan HTI. Hal tersebut akan menyebabkan meningkatkan laju kerusakan hutan.
Penggunaan bahan baku kayu untuk membuat kertas boros penggunaan air dan beban pencemarannya tinggi. Penggunaan bahan baku kayu untuk bahan baku kertas akan meningkatkan laju kerusakan hutan jika industri tidak memiliki HTI sendiri. Terbatasnya sumber daya alam (air dan kayu) mendorong perusahaan mengubah bahan bakunya dari campuran kayu dan kertas bekas menjadi 100% kertas bekas.
Penelitian ini bertujuan: (1) Mengkaji berapa pohon yang dapat dihemat setelah dilakukan penggantian bahan baku kertas. (2) Mengkaji penurunan beban pencemaran akibat penggantian bahan baku kertas. (3) Menghitung penghematan biaya pengolahan air limbah setelah dilakukan perubahan bahan baku kertas. (4) Mengetahui manfaat lingkungan (pengurangan pencemaran berupa bau dan kekeruhan pada air sungai dan bau pada udara ambien) bagi masyarakat setelah penggantian bahan baku kertas.
Hasil perhitungan menunjukkan terjadi penghematan air dan kayu serta penurunan beban pencemaran dengan dilakukannya perubahan bahan baku dari bahan baku campuran kayu dan kertas bekas menjadi bahan baku 100% kertas bekas. Selain itu juga terjadi penurunan pada biaya pengolahan air limbah dan biaya pembuangan air limbah serta membawa manfaat yang posit-if bagi lingkungan masyarakat sekitar khususnya masyarakat sekitar sungai tempat pembuangan air limbah dad PT. KBT."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20479
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novera Krisnayanti
"ABSTRAK
Dengan semakin ketatnya persaingan dalam berbagai industri, setiap perusahaan
dituntut untuk melakukan strategi yang tepat. Untuk memantau sejauh mana strategi yang
dijalankan sudah tepat, perusahaan harus didukung oleh informasi yang relatif akurat. Salah
satu informasi yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya produk. Strategi manapun
yang dijalankan oleh perusahaan, biaya produk yang relatif akurat akan membantu dalam
melakukan strategic profitability analysis.
Sistem akuntansi biaya tradisional (sistem tradisional) yang masih banyak digu
nakan, mengalokasikan biaya tidak langsung ke produk menggunakan dasar alokasi yang
sederhana seperti, jam atau biaya tenaga kerja langsung, penggunaan bahan baku atau jam
mesin. Semua dasar alokasi tersebut menunjukkan pembebanan yang proporsional antara
volume produksi dengan biaya tidak langsungnya.
Informasi biaya produk yang dihasilkan akan terdistorsi. Gejala-gejala yang
menunjukkan distorsi pada biaya produk adalah produk yang diproduksi dalam jumlah besar
atau ukuran besar atau menggunakan proses yang sederbana akan mendapat alokasi biaya
tidak langsung yang relatif terlalu besar, sebaliknya produk yang diproduksi dalam jumlah
kecil atau ukuran kecil atau, menggunakan proses yang rumit akan mendapat alokasi yang
relatif terlalu kecil.
Keadaan di atas dapat diatasi dengan menggunakan sistem ABC. Sistem ABC
mengatribusilcan biaya tidak langsung berdasarkan konsumsi aktivitas oleh masing-masing
produk. Untuk mengimplementasikan sistem ABC terlebih dahulu perlu diidentifikasikan
jenis-jenis aktivitas yang terjadi di sepanjang mata rantai penciptaan nilai, yaitu unit/vo
lume-related, batch related, product sustaining atan facility sustaining activities.
Kondisi-kondisi yang menunjukkan diperlukannya sistem ABC adalah perusa
haan menghasilkan multi produk dengan diversitas volume atau ukuran atau proses produk
si, porsi biaya tidak langsung sudah menjadi semakin besar.
Keputusan untuk sistem ABC ditentukan oleh cost of
measurement, cost of error dan diversitas produk.
PT DBBC menghasilkan berbagai minuman dengan diversitas volume dan
botol di tiga line. Alokasi biaya tidak langsung yang terdiri dari factory overhead
bahan tidak langsung dilakukan berdasarkan jumlah liter produksi (volume-based)
dengan mengabaikan perbedaan konsumsi sumberdaya dan aktivitas oleh masing-masing
line. Akibatnya, minuman yang mepunyai rasa dan volume produksi yang berbeda tetapi
ukuran botolnya sama serta diproduksi di line yang berbeda-beda akan mendapat alokasi
biaya tidak langsung yang sama besar. Minuman yang permintaannya tinggi sehingga
diproduksi dalam volume besar atau dikemas dalam botol besar (1 liter) memperoleh alokasi
biaya tidak langsung yang terlalu besar. Sebaliknya, minuman yang diproduksi dalam
volume kecil atau dikemas dalam botol kecil memperoleh alokasi yang terlalu kecil.
Distorsi biaya produk di atas timbul karena tidak semua biaya tidak langsung
proporsional dengan hasil produksinya, contohnya perbaikan dan perawatan yang dilakukan
oleh departemen Technical & Maintenance, pemakaian air dan bahan kimia untuk sanitasi,
pemakaian listrik dan bahan bakar solar.
Walaupun biaya produk bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam penetapan
harga, biaya produk yang relatif akurat yang dihasilkan oleh sistem ABC akan berrnanfaat
bagi PT DBBC dalam melakukan strategic profitability analysis, antara lain dalam mene
tapkan batas maksimum pemberian potongan harga, negosiasi manufacturing fee, penetapan
product mix, perbaikan atau penyederhanaan proses kerja dan sebagainya. Perubahan dari
sistem tradisional ke ABC sangat dianjurkan karena manfaat yang dapat diperoleh jauh lebih
besar daripada biayanya.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RM. Herdis Ibnu Hayat
"Efisensi proses produksi dapat dilakukan melalui pemakaian bahan baku yang optimum. Optimasi bahan baku menjadi sangat penting jika terdapat beberapa Jenis bahan baku yang dapat digunakan. Dalam kasus yang dihadapi oleh sebuah pabrik yang pembuat baja, adalah pemilihan bahan baku proses pembuatan baja (steel making) yang dilakukan di Slab Steel Plant untuk menghasilkan slab baja, menggunakan Electric Arc Furnace. Bahan-bahan baku utama yang digunakan adalah sponge iron, hot bricket iron, pig Iron, dan scrap yang terdiri dari return scrap, purchased scrap, skull tundish, dan skull ladle, bahan baku pembantu, yaitu flux, grafit, deoksidator, dan bahan pemadu yang berperan dalam pencapaian spesifikasi komposisi kimia produk, yaitu ferro alloy. Hingga kini penggunaan bahan-bahan baku ini tidak berdasarkan perhitungan optimasi. Padahal bahan-bahan baku tersebut memiliki harga dan komposisi kimia yang berbeda dan mencakup porsi 63.46 % dalam komposisi biaya produksi.
Dalam studi optimasi yang dilakukan, dibuat penggambaran proses pembuatan baja dalam bentuk model linier dengan bahan-bahan baku sebagai variabel-variabel yang akan dioptimasikan. Untuk itu proses pembuatan baja diasumsikan sebagai suatu black box, sehingga reaksi-reaksi kimia yang terlibat tidak perlu diperhatikan. Model dibuat berdasarkan data proses pembuatan Baja di dapur no 7 Slab Steel Plant I terhadap pembuatan baja dengan spesifikasi Λ-0630K.
Penyusunan model menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku dalam proses pembuatan baja dapat digambarkan dalam bentuk model linter. Hasil optimasi menggunakan program Linier Descrete Optimizer atau LINDO, memperlihatkan bahwa komposisi bahan baku yang optimum berdasarkan batasan-batasan proses yang diterapkan terhadap pembuatan baja dengan spesifikasi A-0630K adalah, return scrap 3.455 %, skull tundish 1.185 %, skull ladle 0.889 %, sponge iron 74.974 %, pig iron 13.152 %, flux batu kapur 4.251 %, grafit 0.820 %, ferro-silicon .0473 %, silicon-mangan 0.504 % dan deoksidator alumunium 0.296 % . Kamposisi bahan baku optimum ini memberikan penghematan sebesar Rp 10417.024 per Ton produk atau 3.543 % terhadap biaya aktual."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>