Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benny Yarlis Saputra
"ABSTRAK
GTAW adalah proses penggabungan material yang banyak digunakan dalam
banyak aplikasi industri termasuk aplikasi pada PLTN. Dalam proses pengelasan,
temperatur yang diberikan kepada suatu logam menyebabkan distribusi suhu yang
tidak seragam yang nantinya akan menyebabkan tegangan sisa dan distorsi,
khususnya pada material plat baja SUS 304 dan SS 400.. Dalam rangka untuk
mengendalikan penyimpangan dan meningkatkan kualitas plat yang dilas, Finite
element Methode dapat digunakan sebagai metode praktis dan biaya rendah
dengan efisiensi tinggi. Dalam studi ini, termo-mekanis dimodelkan ke dalam
ANSYS, perangkat lunak untuk mensimulasikan perilaku pengelasan antara dua
logam yang berbeda, SUS 304 dan SS 400. Untuk memvalidasi prediksi, hasil dari
permodelan ini dibandingkan dengan tegangan sisa yang diukur dengan teknik
difraksi neutron dan hasil yang didapat cukup memberikan hasil yang dapat
diterima.

ABSTRACT
GTAW is a process of combining materials are widely used in many industrial
applications including applications in nuclear power plants. In the process of
welding, heat input is given to a metal causes non-uniform temperature
distribution that would cause the residual stress and distortion, especially on the
material steel plate SUS 304 and SS 400. In order to control deviation and
improve the quality of the welded plate, Finite element Method can be used as a
method of practical and low cost with high efficiency. In this study, thermomechanical
modeled into the ANSYS software to simulate the behavior of the
welding between two different metals, SUS 304 and SS 400. To validate the
prediction, the results from modeling are compared with the residual stresses
measured by neutron diffraction technique and the results can be sufficient to
provide acceptable results.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42379
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Hidayat
"Penyambungan dua jenis material merupakan salah satu tantangan dalam industri manufaktur. Salah satu aplikasinya dilakukan pada penyambungan antara pipa baja tahan karat Dupleks 2205 disambungkan dengan pelat baja HY80 yang banyak dipakai bahan bakar kapal selam. Pengelasan menggunakan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dilakukan karena merupakan pengelasan yang paling efisien dan baik bagi baja paduan. Setelah proses pengelasan dilakukan pengujian radiografi menggunakan sinar X, pengukuran tegangan sisa dengan hamburan neutron untuk mengukur ketahanan sisa di dalam serta menggunakan hamburan sinar X untuk pengukuran tegangan sisa di permukaan, selanjutnya untuk melengkapi data dilakukan juga pengujian kekerasan material dan pengambilan gambar struktur mikro atau metalografi, serta uji tekuk untuk mengetahui kekuatan hasil lasan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa masukan panas yang lebih tinggi selain menghasilkan ukuran butir yang lebih besar, ternyata juga menghasilkan karbida yang lebih banyak sehingga kekerasannya lebih tinggi. Tingginya nilai kekerasan akan memberikan efek terhadap nilai tegangan sisa, kekerasan yang tinggi dihasilkan dari tegangan yang bersifat kompresi, sementara tegangan sisa bersifat tarik akan menghasilkan kekerasan yang rendah.

 


Joining two types of material is one of the challenges in the manufacturing industry. One application is carried out on the connection between HY80 steel plates connected with Duplex 2205 stainless steel pipes which are widely used as submarine fuel. Welding using SMAW (Shielded Metal Arc Welding) is done because it is the most efficient and good welding for alloy steel. After the welding process, radiographic testing using X-rays is carried out, the residual stress measured at the surface (using X ray diffraction) and in the middle of the metal (using neutron diffraction), hardness checked, metallography, and buckling test are also done to determine the strength of weld results. The test results show that higher heat input in addition to producing larger grain sizes, it also produces more carbides so that the hardness is higher. The high value of hardness will have an effect on the value of residual stress, high hardness is produced from compressive stress, while the tensile residual stress will produce low hardness.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55308
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafid
"Tegangan sisa merupakan salah satu penyebab terjadinya retak. Pada instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), karakterisasi tegangan sisa sangat penting karena banyak komponen PLTN dibentuk dengan sambungan las dari dua logam berbeda. Hal yang sama juga ditemukan pada kapal laut dan gerbong kereta.
Tesis ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi pada sambungan dua logam berbeda (disimilar metal). Dengan mengetahui karakteristik sambungan dissimilar metal maka dapat dipikirkan upaya meminimalisasi terjadinya retak. Sebagai sampel dalam penelitian ini digunakan bahan SUS304 dan JIS 3101 SS400 yang dilas dengan metode GTAW atau TIG menggunakan filler AWS A5.22 DW 309L dengan sambungan V tunggal. Sampel terdiri dari 3 jenis dengan ketebalan berbeda masing-masing 8 mm, 10 mm dan 12 mm. Dalam susunan pengelasannya, sampel ditahan dengan menggunakan tack weld di empat posisi yang sama.
Hasil las menunjukkan distorsi yang terjadi adalah 1,29° pada pelat tebal 8 mm, kemudian 1,93° pada pelat tebal 10 mm dan 3,22° pada pelat tebal 12 mm. Pengukuran tegangan sisa dilakukan dengan menggunakan alat difraksi neutron DN1-M milik PTBIN BATAN. Tiga posisi yang menjadi target pengukuran, yaitu daerah las, daerah HAZ dan logam induk. Pada daerah HAZ SUS304 pelat dengan tebal 12 mm nilai tegangan sisa sebesar 17 MPa arah transversal, 3 MPa arah axial dan -4 MPa arah normal merupakan nilai tegangan sisa terbesar dari ketiga sampel. Pada daerah las diperoleh tegangan sisa arah tekan dengan nilai -16 MPa arah transversal dan axial serta -3 MPa dalam arah normal yang juga merupakan nilai tertinggi di daerah las terletak pada sampel dengan tebal 12 mm. Pada daerah HAZ SS400 tegangan sisa tekan terjadi pada sampel dengan tebal 12 mm yaitu -16 MPa arah transversal, -47 MPa arah axial dan -35 MPa arah normal.
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian metalografi untuk memperoleh gambar struktur makro dan struktur mikro dari hasil las. Hasil analisis struktur makro menunjukkan dilusi yang terjadi sebesar 25 % dan dengan menggunakan diagram Schaeffler diperoleh delta ferit yang terbentuk sebesar 10%. Analisis struktur mikro menunjukkan bahwa pada daerah las tidak terbentuk martensit dan pada daerah HAZ SUS304 terjadi korosi batas butir yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir logam. Hal ini mengakibatkan besar tegangan sisa pada daerah HAZ SUS304 menjadi lebih tinggi dibanding daerah las. Hasil ini juga diperkuat dengan hasil uji kekerasan makro yang menunjukkan bahwa daerah HAZ SUS304 lebih keras dibanding daerah las sedangkan pada logam SS400 kenaikan angka kekerasan relatif kecil antara 8 hingga 12 HV.
Hasil penelitian dengan simulasi menunjukkan bahwa distribusi temperatur dalam arah transversal pada permukaan pelat memperlihatkan bahwa kehilangan panas konduksi pada pelat dengan tebal 12 mm sangat besar. Ini meyebabkan pada sampel tersebut membutukan temperatur las yang lebih tinggi. Akibatnya jumlah masukan panas menjadi jauh lebih besar. Karena masukan panas yang lebih besar dengan perpindahan panas konduksi yang lebih luas maka tegangan sisa menjadi lebih tinggi.

Residual stress is one of the causes of crack. For a nuclear power plant, characterization of residual stress is very important since there are many joints welded of two different metals. Similar phenomena are also often found in ship and train.
This thesis is made available in order to describe characterization of joint of two different metals (dissimilar metal). By knowing the characteristics of dissimilar metal joint, some efforts can be considered to minimize crack from occurring. This research uses SUS304 and JIS 3101 SS400 as sample welded by technique of GTAW or TIG using filler AWS A5.22 DW 309L with single V joint. The samples consist of three types with different thickness: 8 mm, 10 mm, and 12 mm. During welding, the samples were held by tack weld at four same positions.
The results showed that distortion of 1.29°, 1.93°, and 3.22° occurred on the plate of 8 mm, 10 mm, and 12 mm, respectively. The measurement of residual stress was carried out by using a neutron diffraction device DN1-M of PTBIN BATAN. Three areas that became the target of measurement were weld area, HAZ, and main metal. On the area of HAZ of SUS304 plate of 12 mm in thickness, the residual stress is 17 MPa in transversal direction, 3 MPa in axial direction, and -4MPa in normal direction, which are the highest residual stress of the three samples. On the weld area, the residual stress in the pressing direction was -16 MPa in transversal and axial direction and -3 MPa in normal direction, which was the highest value of weld areas of the 12-mm sample. For the HAZ SS400 areas, the residual stress occurred on the 12-mm sample, as follows: -16 MPa in transversal direction, -47 MPa in axial direction, and -35 in normal direction.
This research also included metallographic examination to obtain the visualization of macro structure and micro structure of welding results. The results of macro structure analysis showed that dilution occurred as high as 25% and, by using Schaeffler diagram, ferrite delta formed as high as 10%. The analysis of micro structure indicated that in the weld areas, martensit did not occur and in the area of HAZ SUS304, corrosion of grain boundary occurred as showed by the presence of chrome carbide precipitated on grain boundary. This phenomenon causes residual stress in the area of HAZ SUS304 is higher than that in other area. This result is also supported by the results of macro hardness test, which shows that the area of HAZ SS304 is harder than that of other weld areas, meanwhile the increase of hardness value is relatively small, only between 8 and 12 HV.
The results of simulation indicate that, by examining temperature distribution in transversal direction of plate surface, the 12-mm plate experiences very much losses of conduction heat. This makes the corresponding sample require higher weld temperature. Consequently, the amount of heat input becomes much higher. Because heat input is much higher and conductive heat transfer is much larger, the residual stress becomes much higher.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29778
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Awwaluddin
"Rangka atau chassis adalah bagian penting dari semua kendaraan yang berfungsi sebagai penyangga berat kendaraan, mesin serta penumpang, maupun aksesoris lainnya sehingga kekuataan rangka harus diperhatikan dalam pembuatan suatu kendaraan. Dalam analisis ini diambil rangka pada monorail UTM-125. yaitu sebuah kendaraan transportasi massal yang digunakan untuk lintasan tunggal dengan medan yang tidak berat atau rata. Dikarenakan beban terbesar terjadi pada struktur bodi akibat beban penumpang, mesin serta aksesoris maka akan dilakukan analisis pada bagian tersebut dengan memberikan beban statis maupun dinamis.
Proses analisis dilakukan menggunakan bantuan sofware ANSYS 14 dengan berbagai variasi pembebanan. Dalam tesis ini telah dilakukan simulasi untuk mengetahui respon struktur bodi monorail UTM-125 dengan melihat hasil dari Equivalent Von-Misses Stres, deformasi, daerah kritis, Frekuensi pribadi, Fatigue life, serta Safety faktor dari Struktur setelah dilakukan pembebanan statis maupun dinamis. Dari analisis ini diharapkan dapat dijadikan masukkan terhadap struktur monorail yang sudah dibuat maupun yang akan dikembangkan.

Frame or chassis is an important part of any vehicle that serves as a buffer weight of the vehicle, engine and passenger, as well as other accessories so that the strength of the framework should be considered in making a vehicle. In the framework of this analysis is taken on the monorail UTM-125. is a mass transportation vehicle used for single track with heavy terrain or flat. Because the greatest burden on the body structure due to passenger loads, machines and accessories that will be analyzed in the section by providing a static and dynamic loads.
The process of analysis is performed using ANSYS software 14 with the help of a variety of loading. In this thesis has been carried out simulations to study the response of the body structure monorail UTM-125 by looking at the results of Equivalent Von-Misses stress, deformation, critical areas, personal frequency, Fatigue life, as well as the safety factor of the structure after the static and dynamic loading. Of this analysis are expected to be used as fill on the monorail structure that has been made or will be developed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barkah Fitriyana
"ABSTRAK
Metode elemen hingga sering digunakan untuk analisis tegangan dan diaplikasikan di dunia industri dalam perancangan peralatan baru serta pengkajian peralatan yang mengalami cacat atau kerusakan. Salah satu pengaplikasian metode elemen hingga yakni pada pipe header Catalyst cooler, yang merupakan peralatan penukar kalor dimana beban temperatur akan diperhitungkan dalam melakukan analisis tegangan. Fokus penelitian yakni mengetahui pengaruh kombinasi beban struktur dan beban temperatur terhadap deformasi dan tegangan pipe header Catalyst cooler dengan metode elemen hingga multifisik. Penelitian dilakukan dengan membuat pemodelan menggunakan software ANSYS serta secara experimental uji kekerasan dan uji komposisi kimia untuk memvalidasi data kekuatan material. Sebagai hasil, pengaruh kombinasi beban struktur dan beban temperatur menaikkan nilai deformasi dan tegangan seiring bertambahnya beban temperatur. Desain pipe header catalyst cooler telah sesuai namun adanya kegagalan mekanikal dimungkinkan oleh penyebab lain di luar beban desain yang membuat struktur pipe header menjadi gagal.

ABSTRACT
The finite element method is used for stress analysis and applied in the industrial field for design of new equipment as well as for assessment of damage equipment. One application of the finite element method is for equipment pipe header catalyst cooler, which is a heat exchanger apparatus where the thermal load will be considered in stress analysis calculation. The focus of this research is to know the effect of the combination structural load and thermal load to deformation and stress on pipe header catalyst cooler using multiphysic finite element method. The research was conducted by modeling using ANSYS software also experimental hardness test and chemical composition test to validate material property. As a result, the effect of a combination structural loads and thermal loads increases the deformation and stress values as the temperature load increases. The catalyst cooler pipe header design is appropriate but mechanical failure possible occur by other causes beyond the design load that makes the pipe header structure fail."
2018
T51495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakam Muzakki
"Proses penyambungan logam dengan proses pengelasan merupakan proses penyambungan permanen yang masih sangat diperlukan dan terus dikembangkan pada proses manufaktur. Dengan memanfaatkan kelebihan sifat mekanik yang dimiliki masing-masing logam menjadikan latar belakang pengembangan pengelasan logam berbeda tipe dan jenis dissimilar welding , Resistance spot welding RSW salah satu teknologi pengelasan yang bisa dipakai untuk mengelas logam berbeda. Konsep efesiensi energi menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam membuat konstruksi dengan konsep dimensi besar, mempunyai kekuatan yang dibutuhkan akan tetapi lebih ringan. Dengan demikian diperlukan pengembangan konstruksi ringan, konstruksi ringan sarang lebah honeycomb dari logam yang tipis dibuat dengan teknologi mikro RSW. Plat alumunium tebal 0,4 mm dapat disambung dengan sempurna menggunakan proses mikro RSW, parameter pengelasan yang paling optimal yaitu arus pengelasaan diatas 5 kV, waktu pengelasan 6 CT keatas, dan gaya elektrode lebih dari 343 N. Mikro RSW mampu menyambung plat baja tahan karat SS 301 ketebalan 0,2 mm dengan plat aluminium AA 1100 tebal 0,4 mm, akan tetapi sifat lebih rapuh. Mikro RSW mampu menyambung plat baja 0,2 mm, plat baja lapis seng 0,2 mm, dan plat alumunium 0,4 mm. Mikro RSW bisa dipergunakan untuk membuat konstruksi ringan dari plat-plat tipis, baja tebal 0,2 mm, baja lapis seng tebal 0,2 mm, dan aluminium tebal 0,4 mm. Konstruksi ini mampu menahan beban uji tarik lebih dari 5.000 N tanpa merusak sambungan lasan, konstruksi juga mampu menahan beban tekan mendekati 10.000 N, dengan 7 sambungan lasan robek, 9 sambungan retak.

Metal joining process with welding technology is a permanent join which is still needed and is still developed in manufacturing industries. Advantage of mechanical properties from each metal can be joined together to get a great joint. RSW is one of some weld technologies used to weld dissimilar metals. An efficiency energy concept in a product design is a design concept to get a lightening product so a lightweight construction one of solution to reduce energy consume. A honeycomb construction in this study is a lightweight construction developed form stainless steel 0.2 mm of thin, galvanized zinc 0.2 mm, and aluminum 0.4 mm. Welding parameter optimized with welding current more than 5 kV, welding time more than 6 CT, and electrode force more than 343 N. Micro RSW could join SS 301 thin 0.2 mm with AA 1100 0.4 mm, however brittle weld nugget. Micro RSW can be used to join aluminum, zinc galvanized steel, and stainless steel in a honeycomb construction. Honeycomb has mechanical performance when withstand tensile load more than 5.000 N, weld nugget in the honeycomb was not failure moreover based metal or AA 1100 was tear. Honeycomb was joined by Micro RSW could hold compression load more 10.000 N, 7 tear and 9 crack of weld nugget."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
D2459
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S34383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Afrizal Ihza Mahendra
"Pembangunan infrastruktur yang masif yang dilakukan pada akhir ini membuat banyak membutuhkan berbagai jenis baja sebagai penopang dari struktur infrastruktur tersebut. Salah satu jenis baja yang digunakan adalah high strength steel. Baja SM570 yang merupakan jenis high strength steel cocok digunakan sebagai material pada struktur jalan layang karena sifatnya yang kuat dan tangguh. Namun sifat mekanik baja ini jika dilakukan pengelasan akan menurun. Sehingga perlu dilakukan penelitian agar sifat mekanik dari baja SM570 tetap terjaga. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input terhadap mikrostruktur, distribusi panas dan tegangan sisa dengan pengalasan menggunakan metode Flux-Cored Arc Welding (FCAW) pada baja SM570-TMC. Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 dan menggunakan empat variabel yang terdiri dari variabel kawat las dan arus. Kawat las yang digunakan adalah Primeweld E71 LT H4 (Ni=0,4%) dan Primeweld E81-K2 (Ni=1,5%). Arus yang digunakan adalah low heat input (0,9 kJ/mm) dan high heat input (1,4 kJ/mm). Terdapat pula pengujian yang dilakukan sebagai penunjang data dalam analisa yaitu pengujian kekerasan untuk mengetahui kekerasan di daerah hasil las, HAZ dan logam induk dengan metode vickers (ASTM E92-82), pengujian EPMA untuk mengukur unsur nikel pada daerah weld metal, pengamatan makro, pengamatan metalografi (ASTM E3-11) untuk melihat struktur mikro pada daerah logam induk, HAZ dan weld metal, pengamatan accicular ferrite dan inklusi pada hasil las menggunakan pengujian SEM/EDS. Selain pengujian diatas dilakukan pula simulasi distribusi panas dan tegangan sisa menggunakan ANSYS serta membandingkannya dengan pengujian menggunakan difraksi neutron.

The massive development of infrastructure that being worked recently needed appropriate steel types as structure cantiveler. One of them is a high strength steel. SM570-TMC steel is a type of high strength steel that suitable for used as overpass road structure because of it's strength and toughness. However, the steel mechanical properties became lower after weld process. Research for this problem is important due to increasing the mechanical properties of SM570-TMC after welding process. This research is aim to investigate the effect of heat input of FCA welded steel SM570-TMC on microstructure, hardness and residual stress. FCAW was used for weld method with CO2 as shield gas and used four variables consist of filler and current. Type of filler metal in this research is Primeweld E71 LT H4 (Ni = 0.4%) and Primeweld E81-K2 (Ni = 1.5%). Moreover, the weld parameter was used low heat input (0.9 kJ/mm) and the high heat input (1.4 J/mm). There are also testing to support data in the analysis, such as hardness testing, macro and micro structure observation. In addition, a simulation of heat distribution and residual stress is also carried out using ANSYS compared with residual stress using neutron diffraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pradipta Wijayamurti
"Dissimilar metal adalah gabungan dari dua jenis logam berbeda yang dapat diperoleh dengan menggunakan proses pengelasan. Pada penelitian ini, pengelasan dilakukan dengan metode GTAW. Dalam proses pengelasan, panas yang diberikan pada logam menyebabkan distribusi suhu yang tidak seragam yang nantinya akan menyebabkan terjadinya tegangan sisa dan distorsi. Distribusi tegangan sisa hasil pengelasan dari SUS304 dan baja karbon SS400 mengalami perbedaan yang signifikan karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termal dan konduktifitas termal antara kedua logam induk. Ada tiga buah pelat dengan ketebalan berbeda yang digunakan, yaitu 8 mm, 10 mm, dan 12 mm. Besarnya nilai tegangan sisa diukur menggunakan instrument difraksi neutron, dan besarnya nilai distorsi angular diukur menggunakan dial gauge. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai distorsi angular sebesar 1,07o untuk pelat 8 mm, 2,14o untuk pelat 10 mm, dan 3,21o untuk pelat 12 mm. Nilai tegangan sisa untuk pelat 12 mm yaitu -15,650 MPa pada arah transversal, -2,716 MPa pada arah normal, dan -16,462 MPa pada arah axial, dan besar tegangan sisa untuk pelat 10 mm, dan 8 mm berturut - turut sebagai berikut, -46,146 MPa dan -63,658 MPa untuk arah transversal, -94,302 MPa dan -99,718 MPa untuk arah normal, dan -28,162 MPa dan -99,118 MPa untuk arah axial.

Dissimilar metal is a combination of two different types of metals that can be obtained by using welding process. This research uses Gas Tungsten Arc Welding method. Heat input in the process of welding on the metal causes non-uniform temperature distribution that would lead to the occurrence of residual stress and distortion. Distribution of welding residual stress of SUS304 and SS400 carbon steel having a significant difference due to different coefficients of thermal expansion and thermal conductivity between the base metal. There are three plates with different thicknesses are used, namely 8 mm, 10 mm and 12 mm. From the results of the research, obtained the value of the angular distortion of 1.07° to plate 8 mm, 2.14° for plate 10 mm, and 3.21° for 12 mm plate. Residual stress values for plates of 12 mm is -15.650 Mpa in the transverse direction, -2.716Mpa in the normal direction, and -16.462 Mpa in the axial direction, and the value of residual stress for 10 mm, and 8 mm plates respectively as follows, -46.146 Mpa and -63.658 Mpa for the transverse direction, and -94.302 Mpa and -99.718 Mpa for the normal direction, and -28.162 MPa and -99.118Mpa for the axial direction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1751
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adnan Chairuman
"Pengelasan merupakan suatu proses dalam dunia material yang berguna untuk menyambungkan dua logam dengan memanfaatkan energi panas. dikarenakan semakin berkembangnya zaman, para ilmuwan kini sudah menemukan beragam cara untuk mengubungkan suatu logam dengan jenis material yang berbeda salah satu contohnya ialah pengelasan antara aluminium dan tembaga. Pengelasan Al-Cu diaplikasikan di beberapa bidang seperti busbar, konektor listrik dan masih banyak lagi. Pada penelitian ini akan digunakan parameter kecepatan rotasi dan sudut kemiringan tool untuk melihat pengaruhnya terhadap mikrostruktur, nilai tegangan sisa, nilai konduktivitas listrik, dan kekuatan tarik dari hasil pengelasan tersebut. Didapatkan bahwa dengan meningkatnya kecepatan rotasi dan sudut kemiringan tool akan memberikan masukan panas yang lebih sehingga pengadukan material akan menjadi lebih baik dan mengurangi munculnya cacat. Peningkatan kecepatan rotasi dan sudut kemiringan tool juga mengurangi nilai tegangan sisa darisuatu sambungan.Nilai konduktivitas dan kekuatan tarik akan semakinbaik ketika terjadi peningkatan kecepatan rotasi dan kemiringan tool karena akan memberikan temperatur yang lebih tinggi pada pengelasan sehingga percampuran material akan menjadi lebih baik dengan meminimalisir munculnya cacat.

Welding is a process in the material world that is useful for joining two metals by utilizing heat energy. Due to the development of the times, scientists have now found various ways to connect a metal with different types of material, one example is welding between aluminum and copper. Al-Cu welding is applied in several fields such as busbars, electrical connectors and many more. In this study, the parameters of rotational speed and tilt angle of the tool will be used to see their effect on the microstructure, residual stress value,,electrical conductivity value, and tensile strength of the welding results. It was found that with increasing rotation speed and tilt angle of the tool will provide more heat input so that the material mixing will become better and reduces the appearance of defects. The increase in rotation speed and tool tilt angle also reduces the residual stress value of a joint. The value of conductivity and tensile strength will be better when there is an increase in the rotation speed and tilt of the tool because it will provide a higher temperature for welding so that the material mixing will be better by minimizing the appearance of defects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>