Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144150 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Subijanto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1972
S16343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Jansen
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1972
S16345
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusuf Sudibyo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1970
S16304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Tobing
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1968
S16350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saidin Murkana
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1977
S16377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henricus Bismo
"ABSTRAK
Perubahan status Jawatan Kehutanan menjadi Perusahaan Negara Perhutani sejak ditetapkannya PP/No.17-30/1961, membawa pengaruh pada pengelolaan hutan. Pada masa Perhutani, hutan telah dijadikan salah satu sumber pendapatan negara. Dari hasil penjualan kayu oleh Perhutani maka akan didapatkan devisa, pajak dan beban pembangunan. Dalam melakukan kegiatannya yakni produksi dan pemasaran, Perhutani mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang dialami Perhutani mempengaruhi segala aspek kinerja perusahaan. Dengan demikian selama masa 1961-1966 Perhutani masih belum dapat mengembangkan usahanya.

"
1996
S12471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhsan
"Indonesia merupakan negara yang mendominasi bahan baku
rotan dunia, untuk itu perlu meningkatkan upaya yang dapat melestarikan
sumberdaya rotan sehingga tetap dapat diambil manfaatnya bagi masyarakat
dan bagi devisa negara. Masalah yang timbul adalah semakin Iangkanya
sumberdaya rotan di hutan alam dan bagaimana mengusahakan
pengembangannya melalui budidaya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) seberapa besar potensi
rotan yang terdapat di hutan alam; (2) jenis bahan baku apa yang diperlukan
dan berapa besar drbutuhkan oleh industri rotan; serta (3) mengetahui
kelayakan budidaya rotan dilihat dari segi teknis, lingkungan dan sosial
ekonomi. Sehubungan dengan itu untuk kawasan hutan KPH Sukabumi
diajukan dua hipotesis yaitu (1) potensi rotan alat dapat memenuhi
kebutuhan industri rotan Tegalwangi; dan (2) kawasan hutan layak untuk
dijadikan kawasan budidaya rotan. Desain penelitian berupa survai analitis,
di mana data potensi rotan alam diambil dengan menggunakan sistematik
sampling dengan unit contoh berupa jalur dengan intensitas 0,05%,
sedangkan data lain diambil melalui pengamatan lapangan, wawancara
bebas dengan buruh kerja, data dari sentra industri rotan Tegalwangi serta
pustaka.
Pengolahan data potensi rotan dilakukan dengan metoda Ratio estimate in
stratified sampling (dengan stratum pertama berupa hutan produksi dan
stratum kedua berupa hutan lindung). Anallsis finansial diolah dengan
menggunakan metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Benefit-Cost (B/C) ratio dan metode Pay Back Period (PBP).
Dari data diperoleh hutan alam KPH Sukabumi terdapat rotan lokal
batangan masak tebang sebanyak 11.278.671 batang terdiri dari 8.526-181
batang terdapat di hutan produksi dan 4.750.491 batang terdapat di hutan
lindung dengan jenis-jenis sebagai berikut Balukbuk (Plectocomia
griffithii), Teretes (Calamus heteroides), Seuti (C. scipionum), Seel
(Daemonorops hystrix), Sampay (Korthalsia junghunif), Pelah (C.
perokensis), dan Mencek (D. langipes). Sedangkan jenis-jenis yang
digunakan industri rotan Tegalwangi pada tahun 1991 yang berjumlah 6.404.010 batang berasal dari jenis Manau (C. manan), Seuti, Mandola,
Seel, Tohiti (C. irops), Balukbuk, Teretes dan Semambu (C. scorpionum)
dengan laju peningkatan penggunaan rotan batangan 30,07% per tahun.
Sedangkan rotan jari masak tebang terdapat sebesar 91.501,74 kg di mana
36.169,46 kg terdapat di hutan produksi dan 58.521,40 kg terdapat di hutan
lindung, dengan jenis-jenis berupa Peuteuy (C. ciliaris), Omas (C.
oxleiyamus), Leules (C. asperrimus), Kidang (D. grandis) dan Cacing (C.
javensis). Adapun bahan baku yang digunakan oleh industri Tegalwangi
pada tahun 1991 berjumlah 3.310.000 kg dengan jenis yang dibutuhkan
berupa rotan Sega (C. caesius), Irit (C. trachycoleus) dan Pulut, dengan laju
peningkatan penggunaan rata-rata sebesar 23,74% per tahun.
Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis pertama ditolak karena rotan alam
lokal KPH Sukabumi tidak dapat memenuhi akan jenis yang diminta
maupun dari ketersediaan potensi rotan yang terdapat di alum secara terus
menerus.
Dengan mempertimbangkan permintaan pasar, kesesuaian tempat tumbuh,
kemudahan penyediaan benih, teknik silvikultur, peluang teknologi dan
kualitas hasil yang diharapkan maka jenis yang dipilih untuk dibudidayakan
adalah rotan Manau, Seel, Seuti, Balukbuk, Pelah dan Teretes.
Dengan analisis finansial pada discounted rate 16% layak dibudidayakan
rotan dalam bentuk tanaman pengisi dari jenis rotan lokal maupun rotan
Manau. Sedangkan dengan mempertimbangkan permintaan pasar dan
kondisi resistensi lingkungan maka sebaiknya dilaksanakan budidaya dalam
bentuk tanaman pengisi roman campuran. Kondisi ini juga didukung oleh
kondisi sosial masyarakat yang memerlukan penyediaan lapangan kerja,
dalam hal mana budidaya rotan dengan sistem ini dapat menyerap 641 orang
tenaga kerja, sehingga hipotesis kedua dapat diterima.

Abstract
Indonesia is a country that dominates rattan supply for the
worldwide. As of this, Indonesia must make efforts to conserve the
resources while at the same takes advantages of its resources and the foreign
exchange. The problems here were (1) the concern was that the rattan
resource in the natural forest was declining too much that it would soon be
endangered; (2) the effort to improve this condition can be made-through
planting (cultivation).
These research objectives were to assess the potency of rattan in the natural
forest, and to assess the feasibility of each variety of rattan planting that
would considering the technical, environmental and social economical aspects. The hypotheses were (1) the potency of natural rattan which should
fulfill the demand of Tegalwangi rattan industry; (2) the forest area should
be feasible for the rattan planting area. The research design was analytical
survey. The sampling technique for the rattan potency data was systematic
sampling, with lines sampling units and its intensity was 0,05%.
Observation, interview and secondary sources have collected the other data.
The rattan potency data were processed by the ratio estimated in stratified
technical sampling method, where the first stratum was production forest
and the second stratum was protection forest. Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Benefit-Cost (BC) Ratio and Pay Back
Period processed the financial analyses.
In the natural forest of KPH Sukabumi that has been found 13,278,671
pieces mature trees of local rattan which consist of 8,526,181 pieces ?riom
production forest and 4,750,491 pieces from protection forest. Those rattan
species were Balukbuk (Plectocomia griffithii), Teretes (Calamus
heteroides), Seuti (C. scipionum), Seel (Daemonorops hystrix), Sampay
(Korthalsia junghunii), Pelah (C. perokensis), and Mencek (D. Iangipes). In
1991 Tegalwangi rattan industry used 6,404,010 pieces rattan, its species
were Manau (C. manan), Seuti, Mandela, Seel, Tohiti (C. irops), Balukbuk,
Teretes and Semambu (C. scorpionum), with a rattan using growth rate of
30.07% per annum.
The mature finger rattans that have been found were as follows 91,501.74
kg where 36,169.46 kg was in the production forest and 58,521.40 kg was in
the protection forest. Those rattan species were Peuteuy (C. ciliaris), Omas
(C. oxleiyamus), Leules (C. asperrimus), Kidang (D. grandis) and Cacing
(C. javensis). In 1991 Tegalwangi rattan industry used 3,310,000 kg which
its species were Sega (C. caesius), Irit (C. trachycoleus) and Pulut, with a
rattan using growth rate of 23.74% per annum.
Based on those data, the first hypothesis was rejected, because the local
natural rattan from KPH Sukabumi could not fulfill the demand of the
species and supply continually.
The selected species for planting were Manau, Seel, Seuti, Balukbuk, Pelah
and Teretes. The considering was based on the market demand, habitat
suitability, ease of seed supply, silviculture technic, technology and crop
quality.
Based on the financial analysis on 16% discounted rate, the rattan should be
feasible for planting in inter-planting form, from both local rattan and
Mauna rattan. Considering on the market demand and the environment
resistance condition, the planting should be done in mixed rattan inter-
planting form. This condition should be supported by a societal condition
that needs working opportunities. The rattan planting by this system needs
641 workers; thus the second hypothesis was accepted."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T3101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soetopo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1968
S16315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) dibentuk oleh perhutani untuk lebih melibatkan masyarakat dalam mengelola hutan di Pulau Jawa. Partisipasi aktif dalam program ini menjadi kunci utama keberhasilan program PHBM. Tulisan ini menganalisis pengaruh karakteristik petani hutan terhadap tingkat partisipasinya dalam program PHBM yang berlokasi di Desa Buniwangi, Kecamatan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Riset menggunakan metode kuantitatif dengan analisis regresi dan deskriptif. Sebagian besar petani hutan berpartisipasi dalam rapat perencanaan PHBM, pelaksanaan dan evaluasi PHBM. Umur petani hutan berpengaruh signifikan terhadap partisipasi petani hutan dalam perencanaan dan evaluasi program PHBM."
MIMBAR 28:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Yanawati R.
"Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kayu yang tidak dapat dipenuhi hanya dengan mengandalkan hutan alam. Karakteristik pengusahaan HTI yang memiliki proses produksi yang panjang dan beresiko tinggi menimbulkan praktek-praktek akuntansi dan pelaporan keuangan yang berbeda-beda antara nap perusahaan. Praktek tersebut menyangkut perlakuan atas biaya-biaya yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan pengusahaan HTI. Karakteristik tersebut memunculkan Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 32 yang kemudian diperjelas melalui Pedoman Pelaporan Keuangan Pengusahaan Hutan (PPKPH). PSAK No. 32 dan PPKPH diharapkan mampu memberikan kerangka yang lebih baik mengenai pelaporan keuangan oleh perusahaan pengusahaan hutan sehingga mendorong timbulnya laporan keuangan yang informatif dan dapat diperbandingkan. Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana kerangka akuntansi yang ada melaporkan biaya-biaya dalam pengusahaan HTI dan implikasi perlakuan akuntasi tersebut pada pelaporan keuangan. Selain itu, ditinjau pula kerangka perlakuan akuntansi atas biaya pengusahaan HTI diluar konsep akuntansi yang berlaku selama ini. Penelitian dilakukan dengan metode studi literatur, dimana karena keterbatasan literatur mengenai akuntansi pengusahaan hutan, penulis menggunakan konsep-konsep perlakuan biaya yang dipakai oleh industri yang memiliki karakteristik serupa, yaitu industri sumber daya alam secara keseluruhan. Kesimpulan yang didapat menunjukkan bahwa cara yang ada sekarang (yang ditetapkan melalui PSAK No. 32 dan PPKPH) cukup dapat mengatasi masalah pengakuan dan pelaporan biaya pengusahaan hutan, terutama dalam kondisi dimana ukuran nilai moneter selalu berubah. Semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pihak lain yang membutuhkan, sebagai acuan untuk penyusunan dan pelaksanaan penelitian lain yang lebih baik di masa mendatang untuk perkembangan dunia akuntansi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19286
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>