Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erry Praditya Utama
"Tesis Ini Membahas tentang pemaknaan tanda-tanda pada sebuah film berjudul My Name is Khan yang diyakini oleh penulis memiliki kode oposisi terhadap pandangan dominan mengenai Islam di dunia Barat. Namun tidak sesederhana itu karena produksi film ini tidak memuat kepentingan umat muslim belaka. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode semiotik.
Hasil penelitian akhirnya menyimpulkan jika film ini memang memiliki tujuan resistensi tersebut, berdasarkan kajian denotasi, konotasi, mitos dan ideologi terhadap teks film dan menjawab mengenai bentuk resistensi dikaitkan dengan tataran makro. Film ini memberikan contoh upaya resistensi kepada kekuatan yang lebih mendominasi. Penguraian kandungan makna di dalamnya bisa dijadikan contoh bagi kelompokkelompok tertekan oleh kekuatan dominan apapun, untuk membentuk sebuah upaya resistensi melalui film.

This thesis discusses the definition of the signs on a film titled My Name is Khan is believed to be by the author have a code of opposition to the dominant view about Islam in the Western world. But it's not that simple because the production of this film does not include the interests of Muslims. This research is a qualitative research method semiotik.
Research results finally conclude if this film does have a purpose of such resistance, based on the study of the connotations of, denoted, myth and ideology to the text of the film and answer regarding the forms of resistance is linked to the macro level. The Film gives an example of an effort to force more resistance dominates. Parsing the meaning of the content in it could be made an example for groups pressured by any dominant powers, to form a resistance efforts through the film."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T31888
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marchrista Arsitajati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5303
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wijayanti
"Dilatarbelakangi kepedulian arti penting pemahaman yang benar mengenai autisme, yang saat ini masih lazim disalahpahami oleh masyarakat luas, studi ini bertujuan memperoleh pemahaman mendalam pengalaman transportasi isu autisme pada ibu sebagai penonton film My Name Is Khan (MNIK), yang diharapkan berperan besar dalam sosialisasi autisme.
Transportasi dipahami sebagai pengalaman personal yang menyediakan sarana perjalanan imajiner di dunia narasi melalui keterlibatan individu terhadap pesan narasi. Pengalaman transportasi dikhususkan pada pemaknaan penonton terkait persepsi awal mereka tentang autisme, proses awal mula terserap ke dunia narasi, cara pengolahan pesan persuasif dalam film sampai dengan perubahan yang mereka alami setelahnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori Transportation Imagery Model (TIM) Green dan Brock yang kali ini melihat transportasi sebagai pengalaman personal dengan Interpretative Phenomenological Analysis sebagai analisis datanya.
Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mendalam dengan pendekatan idiografis mengeksplorasi pemaknaan pengalaman transportasi penonton film sebagai target persuasi dengan menjelaskan identifikasi dan interaksi parasosial sebagai bentuk keterlibatan dan cara pengolahan pesan persuasif.
Secara teoritis, temuan penelitian ini mengembangkan konsep transportasi sebagai mediated relationships dalam kaitannya dengan studi persuasi narasi dan kajian media. Sedang secara metodologi, penelitian ini menunjukkan bahwa studi transportasi dengan pendekatan fenomenologi memungkinkan eksplorasi nuansa kontekstual dan intersubyektif individu yang mengalaminya. Sementara secara praktis, temuan penelitian ini berguna bagi para komunikator kesehatan yang ingin menggunakan narasi, khususnya film sebagai media persuasi, dengan mempertimbangkan peran penting transportasi individu sebagai strategi formulasi pesan sosialisasi isu autisme.

Driven by concerns the importance of a correct understanding of autism, which is still commonly misunderstood by the public, this study aims to gain a deep understanding of transportation experience the issue of autism in mothers as a spectator of the movie My Name Is Khan (MNIK), which is expected to play a major role in the socialization of autism.
Transportation is understood as a personal experience that provides a means imaginary journey in a narrative world through the involvement of individuals against the narrative message. Transportation experience devoted to the meaning of the audience related to their initial perceptions about autism, the beginning of the process absorbed into the world of the narrative, persuasive message processing method in the film until the changes they experienced afterwards. Analyses were performed using the theory Imagery Transportation Model (TIM) Green and Brock who this time saw transportation as a personal experience with Interpretative Phenomenological Analysis as analytical data.
The study provides an in-depth understanding of the idiographic approach explores the meaning of transportation experience filmgoers as a target of persuasion by explaining the identification and interaction parasosial as a form of engagement and how persuasive message processing.
Theoretically, the findings of this research to develop the concept of transport as mediated relationships in relation to the narrative persuasion studies and media studies. Being in the methodology, this study shows that the transportation study with phenomenological approach allows exploration of the nuances of contextual and intersubjective individuals who experience it. While in practice, the findings of this study are useful for health communicators who want to use the narrative, particularly film as a medium of persuasion, considering the important role of individual transportation as strategy formulation message of autism awareness of the issue."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2200
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putrawan Yuliandri
"Tesis ini membahas, praktik resistensi dalam wacana lirik lagu grup musik metal Purgatory. Dengan menggunakan paradigma kritis, kemudian mengintegrasikan pada kajian budaya kritis ke dalam proses komunikasi politik. Musik metal dinilai sebagai medium komunikasi maupun bentuk budaya subkultur yang dapat dipandang sebagai medium resistensi yang penting, baik secara budaya maupun politik.
Tesis ini menemukan, narasi hegemonik Barat terhadap Islam, yang selalu dikaitkan dengan wacana sentimen negatifnya, direspon sekaligus dilawan balik counter-hegemoni oleh wacana lirik lagu Purgatory. Diskursus yang membentuk wacana lirikal Purgatory yang resisten itu dibingkai oleh beragam konteks diskursus Islam dan Barat yang terjadi di masa lalu baik dalam konteks global maupun saat ini dalam konteks Indonesia. Runtuhnya rezim represif Orde Baru, menghadirkan fenomena ledakan Islam di arena politik dan kebudayaan.
Dengan ditandai oleh maraknya simbol-simbol keagamaan di ruang publik, peningkatan religiusitas pribadi serta perkembangan lembaga-lembaga Islam dan gaya hidup baru. Beragam praktik diskursus ini pada gilirannya membentuk sebuah proyeksi identitas Islam yang lebih cair dan lebih moderat, sebagai bagian dari tantangan umat muslim dalam menghadapi sekularisasi modernitas Barat. Tesis ini berhasil menemukan, bahwa wacana musik metal Islam yang disuarakan oleh Purgatory menjadi sarana dalam membentuk identitas, kohesi sosial, sampai dengan politik kebudayaan religius Islam dikalangan subkultur musik metal di Indonesia.

This thesis explains a resistance practice found in the song lyrics discourse of an Indonesian metal band called Purgatory. A critical paradigm, alongside with cultural studies and political communication, is used to dissect the problem. Metal music is considered as a communication media or a sub culture form that can also be seen as an important resistance medium, not only culturally but also politically.
The research founds that a common narrative of a Western hegemony that has always been associated with its negative sentiment, was responded the other way around by Purgatory. A discourse that forms a narrative resistance in the song lyrics from Purgatory is framed with many Islamic and Western discourse which were happened in the past, globally or in Indonesia only. The collapse of the New Order regime brought a huge Islamic phenomenon in political and culture circle.
Religious symbols appears in an open public space, personal religious lawfulness arises, new lifestyle comes up, and the emergence of Islamic institutions. These various political practices will get its own turn to form a projection of a more balanced Islam identity as a part of Moslems rsquo challenges to face the modern Western secularization. The research also founds that an Islamic metal music vocalized by Purgatory happens to be a tool to form identity, social cohesion, and even the culture of Islamic political amongst metal music subculture in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T46880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tharisa Fathania Hanim
"Wadjda merupakan salah satu film dari seorang sutradara wanita pertama asal Arab Saudi yaitu Haifa Al-Mansour yang berhasil memenangkan penghargaan dalam berbagai festival film internasional. Film ini menceritakan tentang potret perempuan dalam tatanan masyarakat Arab Saudi, khususnya cerita tentang seorang anak perempuan bernama Wadjda yang ingin memiliki sepeda, tetapi mendapatkan pertentangan dari masyarakat sekitarnya. Budaya yang kental akan patriarki, poligami, pernikahan dini hingga diskriminasi perempuan tergambar di dalam film ini. Hal yang menarik adalah film ini menunjukan bentuk-bentuk resistensi dari para perempuan Arab Saudi. Bentuk resistensi perempuan pada film tersebut akan dianalisis pada penelitian ini dengan teori semiotika Roland Barthes dari tanda dan simbol yang berupa dialog serta adegan antar tokoh. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan bentuk-bentuk resistensi yang terdapat pada film Wadjda melalui analisis semiotika. Hasil dari penelitian ini ditemukan lima bentuk resistensi perempuan yang terdapat pada film Wadjda yang termasuk ke dalam kategori resistensi tertutup dan terbuka.

Wadjda is one of the films of the first female director from Saudi Arabia, Haifa Al-Mansour, who has won awards at various international film festivals. This film tells about the portrayal of women in Saudi Arabian society, especially the story of a girl named Wadjda who wants to own a bicycle but gets opposition from the surrounding community. A culture that is thick with patriarchy, polygamy, early marriage, and discrimination against women is depicted in this film. The film is interesting because it depicts various forms of resistance from Saudi Arabian women. The form of women's resistance in the film will be analyzed in this study with Roland Barthes' semiotic theory of signs and symbols in the form of dialogues and scenes between characters. The purpose of this study is to explain the forms of resistance found in Wadjda films through semiotic analysis. The results of this study found five forms of women's resistance found in the film Wadjda, besides that the forms of resistance can be categorized as open and closed types of resistance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Resha Zoya Az-Zahra
"Dalam film Prancis kontemporer, banlieue biasanya digambarkan sebagai tempat yang maskulin dan represif yang didominasi oleh laki-laki. Dengan adanya dominasi laki-laki, perempuan di ruang ini harus secara konstan menghadapi sistem patriarki yang ada. Artikel ini membahas bagaimana tokoh perempuan di dalam film Bande de Filles terus-menerus didorong untuk tunduk pada stereotip gender di banlieue dan bagaimana mereka menunjukkan resistensi sebagai alat pertahanan diri mereka terhadap stereotip gender tersebut. Bande de Filles adalah sebuah film bergenre drama yang disutradarai oleh Céline Sciamma. Film ini berfokus pada proses pencarian jati diri dan identitas seorang remaja perempuan kulit hitam yang tinggal di banlieue Paris. Metode yang digunakan adalah kajian film Boggs &Petrie (2008), konsep resistensi James Scott (1990) dan konsep stereotip gender Linda Brannon (2015). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deksriptif. Struktur naratif film memperlihatkan alur cerita yang digerakkan oleh kehidupan Marieme sebagai remaja perempuan kulit hitam di banlieue. Hasil analisis memperlihatkan resistensi secara implisit dan konstan oleh tokoh perempuan sebagai alat pertahanan diri dari stereotip gender yang ditekankan oleh para lelaki. Melalui penelitian ini juga terlihat resistensi yang dilakukan oleh tokoh perempuan utama berhasil menunjukkan pengembangan karakter yang signifikan terhadap pencarian jati diri dan identitasnya sebagai perempuan.

In contemporary French films, the banlieue is usually depicted as a masculine and repressive place dominated by men. With the dominance of men, women in this space must constantly face the existing patriarchal system. This article discusses how the female characters in the film Bande de Filles are constantly pushed to submit to gender stereotypes in banlieue and how they show resistance as a means of self-defense against these gender stereotypes. Bande de Filles is a drama genre film directed by Céline Sciamma. This film focuses on the process of finding the identity and identity of a black teenage girl who lives in banlieue Paris. The method used is the study of the film by Boggs & Petrie (2008), the concept of resistance by James Scott (1990) and the concept of gender stereotypes by Linda Brannon (2015). This research is a qualitative research with descriptive method. The film's narrative structure shows a storyline that is driven by Marieme's life as a black teenage girl in banlieue. The results of the analysis show implicit and constant resistance by female characters as a means of self-defense from gender stereotypes emphasized by men. Through this research, it can also be seen that the resistance carried out by the main female character succeeded in showing significant character development towards the search for identity and identity as a woman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmaudina Hidyanissa
"Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang menampilkan cerita dalam bentuk audio visual. Mulan (2020) merupakan film hasil karya Disney yang diadaptasi dari cerita rakyat Cina. Film Mulan (2020) mengisahkan perjuangan seorang perempuan bernama Hua Mulan yang harus menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan posisi ayahnya dalam berperang melawan suku Rouran. Sebagai seorang perempuan yang menyamar menjadi laki-laki, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Mulan. Penolakan yang didapat Mulan setelah menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang perempuan di dalam pasukan mencerminkan adanya konsep patriarki. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020) dan untuk menunjukkan sejauh mana kesesuaian interpretasi sineas barat terhadap konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020). Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika John Fiske. Semiotika adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan tanda-tanda. Melalui teknik analisis The Code of Television dari John Fiske yang terdiri dari level realitas, level representasi dan level ideologi, ditemukan tiga variabel patriarki menurut Kamla Bhasin yang paling menonjol dalam film yaitu kontrol atas tenaga kerja perempuan, kontrol atas seksualitas perempuan dan kontrol atas gerak perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kesesuaian interpretasi sineas barat (Disney) terhadap konsep patriarki di Cina.

Film is a medium of mass communication that shows stories in audio visual form. Mulan (2020) is a Disney film that is adapted from the Chinese Folk Tales. Mulan (2020) tell the story about the struggle of a woman named Hua Mulan who must disguise as a man to replace her father's position in the war against the Rouran tribe. As a woman who is disguised as a man, many challenges has to face by Mulan. The rejection that Mulan received after show her identity as a woman in the army reflects the concept of patriarchy. This study aims to show the patriarchy concept in China in Mulan (2020) and to show how far suitability of western filmmaker interpretation of the concept of patriarchy in China in the Mulan movie (2020). This study uses the semiotic analysis technique of John Fiske. Semiotics is a branch of science that associated with signs. Through the analysis technique The Code of Television by John Fiske which consist of levels of reality, level of representation and level of ideology, three patriarchy variables according to Kamla Bhasin's which most prominent were found in the film is control of women's labour power, control of women's sexuality and control of women's mobility. The results of the study also show that there is a suitability of the interpretation of western filmmaker (Disney) with the concept of patriarchy in China."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andriadi
"ABSTRAK
Degradasi apresiasi terhadap film Western mutakhir melatarbelakangi penelitian ini. Para produser film mencoba merevitalisasi elemen film Western agar menghasilkan karya yang lebih menarik dengan atmosfer yang berbeda. Penelitian ini menelaah invensi dan interaksi budaya melalui eksplorasi unsur-unsur eksternal yang menyebabkan perubahan pada formula genre Western dalam film Wild Wild West (1999) dan Django Unchained (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pembalikan tipe struktur estetika dalam kedua film tersebut. Pertama, latar karya menunjukkan ruang yang semakin modern dan cenderung mengurangi ruang kebudayaan liar; kedua, ikon persenjataan dan transportasi yang digunakan oleh para tokoh semakin modern; ketiga, tokoh hero yang ditampilkan semakin marjinal; keempat, ide cerita semakin variatif dan dinamis; kelima, situasi dan pola tindakan yang disuguhkan menunjukkan formula kekerasan yang semakin brutal. Evolusi yang terjadi pada kedua film teranalisis dipengaruhi oleh politisasi produksi, perubahan jaman, dan perubahan selera penonton/masyarakat."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Kumari
"Beberapa tahun belakangan ini, bangkitnya industri perfilman nasional dapat dilihat dari semakin bertambahnya jumlah judul film yang diproduksi dari tahun ke tahun. Namun pada kenyataannya, meningkatnya jumlah judul film tersebut berbanding terbalik dengan jumlah penonton film nasional. Untuk menilai apakah sebuah film dapat dikatakan berkualitas atau tidak, dapat dilihat dari 3 (tiga) aspek utama yaitu, penulisan skenario, pesan, dan sutradara. Dari hasil pengamatan penulis terhadap film berjudul “Soekarno: Indonesia Merdeka”, kelemahan yang terdapat dalam film terletak dalam ketiga aspek tersebut, sehingga menyebabkan film menjadi kurang berkualitas.

In the past few years, the rise of the national film industry can be seen from the increasing number of movie titles produced year by year. But in reality, the growing number of movie titles is inversely proportional to the number of national cinema goers. In order to assess whether a film can be said has a good quality or not, can be seen from three (3) main aspects; scriptwriting, messages, and the directors. From my observation on the film titled "Soekarno: Indonesia Merdeka", the weaknesses found in the film lie in those three aspects, so that makes the film becomes less in its quality."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suluh Gembyeng Ciptadi
"Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jurnalisme daring mengikuti struktur logika jangka pendek. Logika tersebut berimplikasi pada praktik pemberitaan yang ringkas, berkelanjutan, sensasional, dan hanya mementingkan banyaknya jumlah clickers dan viewers. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, hadir media daring yang tidak mengikuti logika jangka pendek. Salah satunya adalah Tirto.id. Dengan menggunakan teori strukturasi sebagai kerangka pemikiran, penelitian ini mengkaji bagaimana bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan oleh Tirto.id terhadap struktur logika jangka pendek. Sejak kehadirannya pada 2016, Tirto menyajikan bentuk baru jurnalisme daring yang disebutnya sebagai jurnalisme data/presisi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa berita panjang, mendalam, cover both sides, dan penuh data merupakan bentuk-bentuk resistensi yang dilakukan Tirto. Upaya resistensi dilakukan untuk mewujudkan visi membangun peradaban baru literasi daring di Indonesia.Kata Kunci; Strukturasi, Logika Jangka Pendek, Jurnalisme Daring.

Several previous studies have shown that online journalism follows a short term thinking structure. The thinking implies a short news, sustained, and sensational reporting practice, and emphasizes only the number of clickers and viewers. However, over time, comes several online media that do not follow short term thinking. One of them is Tirto.id. Using the theory of structuration as a frame of thought, this study examines how the forms of resistance conducted by Tirto.id to the short term thinking structure. Since its presence in 2016, Tirto presents a new form of online journalism which calls precision journalism. The results revealed that long news, in depth news, cover both sides, and full of data are forms of resistance made by Tirto. Resistance efforts are made to realize the vision of building a new civilization of online literacy in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51208
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>