Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Arum Kusumawardhani
"ABSTRAK
Arsitektur rumah Betawi sangat erat terkait dengan liyan. Hal ini jelas terlihat
bila membandingkan arsitektur Betawi hasil reka cipta dengan arsitektur rumah
Betawi Ora sebagai salah satu studi kasusnya. Temuan penelitian berupa adanya
bangunan blandongan sebagai ruang publik dan pangkeng pendaringan sebagai
ruang sakral pada rumah Betawi Ora yang tidak muncul pada arsitektur rumah
Betawi hasil rekacipta, mempertegas adanya keliyanan tersebut. Rumah yang
bagi masyarakat Betawi Ora merupakan bagian dari diri dan identitas mereka,
menjadi liyan di tengah representasi formal yang menutupi keberadaan mereka.
Peminggiran terus menerus terhadap masyarakat Betawi sejak dari masa
kolonial Hindia Belanda hingga sekarang ini, ditengarai sebagai faktor utama
yang mempertegas keliyanan tersebut. Penghapusan kampung ? kampung
Betawi sedikit banyak memaksa masyarakat Betawi untuk mengubah pola hidup
dan keruangan mereka, menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru, termasuk
juga pada cara mereka berarsitektur.
Keberadaan arsitektur rumah Betawi Ora yang belum diakui sebagai bagian dari
kekayaan khasanah arsitektur tradisi Betawi akan dijelaskan melalui pendekatan
historiografi arsitektural, terutama yang terkait dengan penyebab liyan serta
penyikapan orang Betawi terhadap arsitektur dan keruangan mereka sendiri.
Sebuah penelitian dengan menggunakan metode interpretasi menjadi dasar dari
tulisan ini, yang bertujuan untuk mengangkat kesejarahan dari masyarakat
kebanyakan melalui pendekatan ?history from below?.
Pendekatan teoritis terkait konsep liyan dan subaltern digunakan untuk
mengenali masyarakat Betawi yang sering kali dikatakan sebagai kelompok
marginal di ibu kota Jakarta. Keberadaan masyarakat Betawi dan
kebudayaannya, terutama yang terkait dengan arsitektur rumah dan ruang
keterbangunan mereka, akan diamati perubahan dan perkembangannya sejak
periode akhir pemerintahan kolonial Hindia Belanda hingga periode reformasi
sebagai upaya untuk memperjelas kesejarahan mereka dan liyan yang terkait
erat di dalamnya.

Abstract
Betawi house architecture is closely related to ?Otherness?. This is clearly seen when
comparing Betawi architecture formal representation with the architecture of Betawi
Ora house as a case study. The research findings of blandongan as a public space and
pangkeng pendaringan as sacred space at Betawi Ora house which does not appear on
the architecture of Betawi house formal representation, confirm the existence of
otherness. The house for Betawi Ora people is part of the self and their identity,
became ?Others? in the middle of a formal representation that covers their existence.
Continuous marginalization of the Betawi people since the colonial Dutch East Indies
until now, identified as the main factors that reinforce the otherness. Elimination of
the Betawi villages, forced the Betawi people to change their everyday life and
spatiality, to adjust to new conditions, including to their architecture
The existence of Betawi Ora house that has not been recognized as part of Betawi
architectural traditions will be explained through the historiography architectural
approaches, especially those related to the cause of the ?Otherness? and Betawi
people attitude towards their own architecture and spatial. A study using the
interpretive research method is the basis of this paper, which aims to raise the history
of the commoners through a 'history from below' strategy.
Theoretical approach and related concepts of Other and subaltern are used to
identify the Betawi people, often said to be a marginal group in the capital city of
Jakarta. The existence of the Betawi people and its culture, especially as related to
architecture and their built environment, will be observed the changes and
developments since the end of the period of the Dutch East Indies colonial rule until
the period of reforms in an effort to clarify their historical and ?Otherness? are
inextricably linked in it."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31810
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rr Sri Yuniasih Rahayu
"Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berlokasi di kecamatan Ciledug. Tujuannya adalah memaparkan dialek Betawi Ora, melacak lokasi dialek tersebut, serta menampilkan kosa katanya. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode pupuan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di daerah ini ditemukan dua puluh enam buah kosa kata yang khas. Lokasi pemakaian dialek tersebut meliputi kampung (13--16, 19--20, 22--26). Bahasa yang dipakai di daerah ini hanya merupakan satu dialek, yang termasuk salah satu subdialek pinggiran. Di kalangan anak mudanya lebih suka memakai bahasa Jakarta atau bahkan bahasa Indonesia, karena mereka merasa malu memakai dialek tersebut, yang dianggapnya bahasa kampung."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mesiyarti
"ABSTRAK
Penelitian ini menelaah tentang dialek Betawi Ora di Jabodetabek. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan daerah sebar dan daerah pakai dialek Betawi Ora yang
masih digunakan hingga saat ini. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa
daerah sebar dan daerah pakai dialek Betawi Ora bergeser ke arah Timur dan
Tenggara wilayah Jabodetabek. Berdasarkan pemakaian kosakata penutur dialek
Betawi Ora saat ini terbagi dalam tiga kategori, yaitu penutur dialek Betawi Ora
yang masih digunakan secara definitif, penutur dialek Betawi Ora yang masih
menggunakan kosakata khas dialek, dan penutur dialek Betawi Ora yang sudah tidak
lagi menggunakan kosakata khas dialek. Hasil analisis berkas isoglos dan dan
pemakaian kosakata dialek dalam kalimat menunjang pembuktian yang
menunjukkan bahwa dialek Betawi Ora di Jabodetabek tidak punah tetapi
mengalami pergeseran karena faktor luar bahasa.

ABSTRACT
This research analyzes Betawi Ora dialect in Jabodetabek. This aim of this research
is to have dialect mapping of Betawi Ora dialect which is still used today by using
language contact and language use theory. The result of this research shows that
Betawi Ora dialect area is shifted to the East and Southeast of the Jabodetabek.
Based on the using of dialect, the speakers of Betawi Ora there are three speechs
which are the speakers of dialect that is still used Betawi Ora definitively, the
speakers who still use the typical dialect vocabularies of Betawi Ora, and the
speakers who are no longer using the typical dialect vocabularies. The dialect
mapping and dialect using analysis show that the dialect Betawi Ora in Jabodetabek
is not extinct but shifted due to factors outside of language."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfia Dhia Irfani
"Arsitektur tradisional Betawi mulai mengalami kepunahan atau perubahan, yang ditandai dengan adanya perubahan fisik pada bangunan rumah Betawi. Hal itu dikarenakan keadaan zaman yang semakin modern dan kurangnya pengetahuan mengenai tata seni bangunan tradisional Betawi. Perubahan fisik ini terlihat di Setu Babakan yang dijadikan sebagai Perkampungan Budaya Betawi sebagai salah satu usaha untuk melestarikan arsitektur rumah Betawi. Berbagai bangunan dan rumah diberi ragam hias Betawi. Pelestarian terhadap arsitektur rumah Betawi perlu dilakukan namun harus memperhatikan nilai yang harus tetap ada sebagai perwujudan dari kebudayaan Betawi. Nilai kebudaayaan Betawi diwujudkan dalam bentuk elemen fisik dan non fisik. Meskipun masyarakat Betawi berasal dari berbagai etnis, mereka dapat menyatu karena agama Islam. Sebagai masyarakat yang taat pada agama Islam, mereka mengimplementasikan nilai Islam pada rumahnya. Perbandingan antara arsitektur rumah Betawi dengan rumah biasa, menunjukkan adanya elemen substansial, elemen substitusi, dan elemen suplementer yang ada pada arsitektur bangunan rumah. Pada arsitektur rumah Betawi harus terdapat elemen substansial yaitu pembagian ruang dan hubungan ruang sebagai wujud dari implementasi nilai Islam. Pembagian ruang meliputi ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Hubungan ruang meliputi pemisahan ruang antara mahram dengan non-mahram. Elemen substitusi merupakan elemen yang dapat berubah atau diganti sesuai dengan kebutuhan, efisiensi ataupun penguasaan teknologi. Elemen suplementer berupa ragam hias merupakan elemen yang kehadirannya dapat menjadi nilai tambah untuk arsitektur rumah Betawi. Sehingga penentu suatu rumah yang ber-arsitektur rumah Betawi adalah elemen substansialnya.

The traditional architecture of Betawi has begun to experience extinction or change, marked by the physical changes of the building. It is due to the increasing sense of modernisation and the lack of knowledge about the art within Betawi traditional building. This physical change can be seen in Setu Babakan which used to be as the Betawi Cultural Village as an effort to preserve the architecture of the Betawi housing. Various buildings are adorned with Betawi decorations and ornaments. Any attempts to preserve the architectures and aspects of Betawi housing need to be done yet we also have to pay attention to the value that must remain as an embodiment of the Betawi culture. Betawi cultural values are delivered in the form of physical and non-physical elements. Although the Betawis come from various ethnic groups, they can be united under Islam. As a society that adheres to Islam, they implement the Islamic values within their homes. A comparison between the architecture of Betawi housing with any other ordinary housing shows that there are substantial elements, substitution elements, and supplementary elements that exist in the architecture of home buildings. In the architecture of Betawi housing, there must be a substantial element, namely the division of space and the relationship of space as a form of implementing Islamic values. The division of space comprises the front room, living room, and backroom. The relationship of space comprises the separation of space between mahram and non-mahram. Substitution element is an element that can be changed or replaced according to needs, efficiency or mastery of technology. The supplementary element in the form of decoration is an element in which presence can be recognized as an added value to the architecture of Betawi housing. The substantial elements aspects determine the architecture of the buildings to be characterized as Betawi housing. 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Waliati Sudradjat
"Penelitian, revitalisasi dan konservasi terhadap bangunan tradisional Betawi telah dilaksanakan Pemerintah DKI Jakarta dalam rangka melestarikan budaya Betawi dan meningkatkan peran pariwisata di Jakarta sebagai salah satu sumber devisa. Desa Marunda Pulo dan Karang Tengah di Rorotan merupakan kawasan Jakarta yang terjauh letaknya dari pusat kota. Desa Marunda Pulo penduduknya merupakan komunitas Betawi Pesisir yang pemukimannya terletak di tepi pantai dan dikelilingi sungai Blencong dan sungai Tiram sedangkan desa Karang Tengah di Rorotan pemukimannya terletak di tengah pesawahan yang sangat luas.
Kedua kawasan ini telah mengalami perubahan sosial budayanya sebagai akibat berkembangnya kawasan industri di sekitar pemukimannya. Walaupun modernisasi sedang dialami kedua masyarakat ini, tetapi pembangunan fisik di kawasan ini belum dirasakan hasilnya, tampak pada rumah tinggal dan kehidupan masyarakatnya.
Beberapa penduduk di kawasan ini masih memiliki rumah tradisional Betawi yang lingkungan dan rumah tradisional Betawi di sini memiliki keunikan yang belum disadari keberadaannya oleh Pemda DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan memberi masukan kepada Pemda DKI Jakarta, dengan mengidentifikasi perubahan fungsi ruang pada rumah tradisional Betawi yang sangat berpengaruh kepada bentuknya, sehingga masalahnya dapat diatasi saat restorasi dan konservasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rika Sari
"Arsitektur rumah sebagai hasil tingkah laku manusia, tentunya sangat dipengaruhi oleh aspek manusia itu sendiri. Salah satu aspek tersebut adalah kepribadian. Dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, tiap-tiap individu dapat memiliki kepribadian yang sama, yang disebut juga kepribadian kolektif. Bagaimana hubungan antara kepribadian kolektif suatu masyarakat dan arsitektur rumahnya. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, peninjauan melalui arsitektur dan beberapa bidang studi lain, khususnya antropologi-psikologi sangat diperlukan. Sebagai kasus diambil, arsitektur rumah Betawi. Dari anahsis terlihat beberapa petunjuk bahwa kepribadian kolektif masyarakat Betawi dapat mempengaruhi arsitektur rumahnya atau dengan kata lain arsitektur rumah suatu masyarakat dapat mencem inkan kepribadian kolektifnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S6800
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Redjeki
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1984
S6563
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>