Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Frisby, David
London: Routledge, 1992
301.01 FRI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"The Anthem Companion to Georg Simmel brings together new interpretations of the work of this sociologist and philosopher. It discusses how Simmel’s work is relevant, interesting and significant for advancing contemporary discussions and debates. Compared to the volumes of works on other sociological giants like Émile Durkheim, Karl Marx and Max Weber, the Anglophone secondary literature on Simmel has remained relatively scarce until recently."
London: Anthem Press, 2016
e20527779
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Frisby, David
London: Routledge, 1992
301 FRI s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Soerjono Soekanto
Jakarta: Rajawali, 1986
301 SOE g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Blikololong, Jacobus Belida
"Apa yang dikemukakan Georg Simmel dalam The Philosophy of Money pada hakekatnya bukannya sebuah metafisika. Meski di dalamnya terkandung konsep-konsep filosofis yang penting, padangannya dalam buku itu lebih merupakan sumbangan bagi sosiologi cultural dan analisis tentang implikasi-implikasi social yang lebih luas dari masalah ekonomi. (Coser, Master of Sociological Thought, 1977).
Minat Simmel terhadap fenomena uang sebetulnya tertaman dalam perhatian teoretis dan filosofisnya yang lebih luas. Simmel melihat uang sebagai bentuk khusus nilai. Selain itu Simmel juga menyoroti dampak uang terhadap dunia batin manusia dan kebudayaan obyektif secara keseluruhan. Dia juga melihat kaitan antara uang dan komponen-komponen kehidupan lainnya, seperti pertukaran, milik, kerakusan, ekstravaganza, sinisme, kebebasan individu, gaya hidup, kebudayaan, nilai kepribadian, dan sebagainya (Kracauer, 1978). Dan yang terpenting, Simmel melihat uang sebagai sebuah komponen kehidupan spesifik yang mampu membantu manusia untuk memahami totalitas kehidupan. Simmel ingin menarik keluar "totalitas roh zaman dari analisisnya tentang uang".
Menurut Simmel, pertukaran ekonomi dapat dipahami sebagai bentuk interaksi sosial. Ketika transaksi moneter menggantikan barter, terjadi perubahan penting dalam bentuk interaksi antara para pelaku sosial. Simmel melihat uang sebagai suatu yang bersifat impersonal, suatu yang tidak terdapat pada ekonomi barter. Hubungan antar individu diwarnai warna dan ciri kalkulatif, menggantikan kecenderungan kualitas sebelumnya. Dalam pengamatannya, manusia modern telah menjadikan uang sebagai tujuan itu sendiri, padahal uang sebetulnya hanya merupakan sarana. Bahkan, uang adalah contoh paling murni dimana sarana diubah menjadi tujuan. Bersamaan dengan itu, muncullah dampak-dampak negatif terhadap individu, seperti sinisme dan sikap indiferen (blase attitude). Dampak ekonomi uang lain yang digaris bawahi Simmel adalah reduksi nilai-nilai manusia menjadi uang. Segalanya bernilai kalau menghasilkan banyak uang. Nilai manusia direduksi ke ekspresi moneter, kata Simmel. Sambil menunjukkan dampak negatif dari fenomena uang, Simmel menegaskan semuanya tergantung pada manusia itu sendiri. Tapi diingatkannya bahwa uang hanyalah sarana, bukannya tujuan pada dirinya sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simmel, Georg
Munchen: Verlag von Dunker & Humblot, 1926
GER 301.23 SIM k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Johnson, Doyle Paul
[place of publication not identified]: John Wiley , 1999
338.9 Moe p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ritzer, George
New York: McGraw-Hill, 2012
301 RIT s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nadien Nathasya Halim
"Fast fashion yang merupakan salah satu konsep adibusana (fashion) yang digandrungi masyarakat luas memang efisien untuk dijalankan secara global, namun dalam konsep tersebut dijumpai berbagai permasalahan sosial serta lingkungan yang dimana dibutuhkan sebuah alternatif cara untuk menjalankan adibusana. Slow fashion di satu sisi merupakan alternatif keberlanjutan dari fast fashion yang menyediakan cara-cara menjalankan adibusana yang mampu mengatasi permasalahan yang timbul, namun nyatanya dalam penerapan slow fashion masih kurang ditemukan efektivitas serta efisiensi sehingga itu menjadi tantangan bagi slow fashion untuk diterima masyarakat luas dan menandingi konsep fast fashion. Pada penelitian terdahulu terungkap kesenjangan antara intensi dan tindakan dari konsumen berkesadaran akan dampak dari tindakan fashion yang dilakukannya, namun dijumpai bahwa masing-masing konsumen dari fast fashion maupun slow fashion memiliki justifikasi untuk mengadopsi produk adibusana tertentu. Dari sini muncul sebuah persoalan sejauh apa justifikasi tersebut mampu untuk dilakukan oleh konsumen adibusana di dalam tindakannya. Dalam artikel ini dibandingkan bentuk penerimaan konsumen terhadap kedua konsep tersebut dengan merefleksikannya kepada konsep klasik mengenai imitasi adibusana dari pemikiran Georg Simmel, yang akan mengungkap sebuah evaluasi mengenai intensi dasar dari adibusana itu sendiri.

Fast fashion, which is a fashion concept that is loved by the wider community, is indeed efficient to run globally, but in this system various social and environmental problems are encountered which require an alternative way to run fashion. Slow fashion on the one hand is a sustainable alternative to fast fashion which provides ways of running fashion that are able to overcome the problems that arise, but in fact the implementation of slow fashion is still lacking in effectiveness and efficiency so that it becomes a challenge for slow fashion to be accepted by the wider community and compete with fast fashion concept. In previous research, it was revealed that there was a gap between the intentions and actions of consumers who were aware of the impact of their fashion actions, but it was found that each consumer from fast fashion and slow fashion had justifications for adopting certain fashion products. From this, an issue arises as to how far this justification can be carried out by fashion consumers in their actions. This article compare the forms of consumer acceptance of these two concepts by reflecting on the classic concept of fashion imitation from Georg Simmel's thought, which will reveal an evaluation of the basic intentions of fashion itself."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Menzies, Ken
London: Routledge & Kegan Paul, 1982
301 MEN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>