Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Henny Syatiriah
"ABSTRAK
Ficus yang dioecious memiliki dua individu seks yang sangat sulit dibedakan
melalui ciri-ciri eksternal, kecuali saat Ficus berbunga atau berbuah Sebuah studi
mengenai morfologi bunga Ficus yang dioecious di Universitas Indonesia (UI),
Depok telah dilakukan dari bulan Maret 2012 sampai April 2012. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui morfologi bunga dari 4 (empat) spesies Ficus yang
dioecious di ruang terbuka hijau kampus UI. Penelitian ini juga memeriksa
hubungan di antara karakter-karakter kuantitatif dari bunga. Sebanyak total 8
(delapan) pohon, 8 (delapan) sikonia dan sekitar 750 bunga telah dipilih untuk
menjadi sampel. Setiap bunga diukur dengan mikrometer okuler untuk karakter
kuantitatif bunga, dan pada saat bersamaan morfologi bunga dari setiap spesies
dibandingkan. Kunci karakter reproduktif dalam mengidentifikasi 4 (empat)
spesies Ficus yang dioecious di kampus UI adalah jumlah stamen, bentuk stilus
dan stigma, serta bentuk perhiasan bunga (tepal) dari bunga bersari dan bunga
berputik. Berdasarkan koefisien korelasi Pearson dan koefisien variasi (KV),
hubungan di antara ciri-ciri bunga di keempat spesies menunjukkan bahwa
panjang pedisel terlihat merespon terhadap perubahan di dalam semua ciri-ciri
bunga, terutama pada stilus dan leher sehingga seluruh bunga mencapai
ketinggian yang sama. Karakter-karakter yang lain memiliki KV yang rendah,
menunjukkan karakter-karakter tersebut tidak bervariasi di dalam sikonium dan
kurang berkontribusi di dalam pertumbuhan yang seimbang.

Abstract
In functionally dioecious fig species, it is quite difficult to distinguish individuals
of the two sexes from external characteristics, except when they are in flower or
fruit. A study on flower?s morphology of dioecious figs of the Universitas
Indonesia (UI), Depok has been done from March 2012 until April 2012. The
objective of this study was to know the flower?s morphology of four dioecious
figs Ficus hispida, F. septica, F. hirta and F. montana available in open area of
UI. This study also examined the relationship among the quantitative of flower?s
characters. A total of eight fig tress, eight figs and about 750 flowers in UI were
chosen to be sampled. Each flowers were measured at ocular micrometer for their
quantitative characters and at the same time morphology of fig flowers of all fig
species were compared. The key of reproductive character to identify four
dioecious species of figs available in UI, Depok are number of stamen, style and
stigma shape, and perianth (tepal) shape of staminate and pistillate flowers. Based
on correlation coefficients of Pearson and coefficient of variation (CV),
relationship among the flower characters show that pedicel length, both in gall
figs and seed figs, appeared to compensate greatly for changes in most of floral
features such that all flowers reached a common height. Other characters had
very low CV?s, suggesting their relative invariance within the syconium and
possibly poor condition to the compensatory growth."
2012
T30912
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Diah Rachmawati
"Kupu-kupu termasuk serangga yang memanfaatkan nektar pada bunga sebagai sumber pakannya. Kupu ndash;kupu mengisap nektar dari bunga menggunakan probosis. Panjang probosis kupu ndash;kupu berhubungan dengan jenis bunga penghasil nektar yang dapat dikunjunginya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara panjang probosis kupu-kupu famili Pieridae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kampus UI Depok. Pengamatan kupu-kupu dan bunga yang dikunjungi dilakukan di sembilan lokasi dari bulan Maret hingga Mei 2018. Penelitian diawali dengan pendataan jenis kupu-kupu dan bunga yang dikunjunginya dengan metode purposive sampling, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel jenis kupu-kupu dan bunga untuk diukur panjang probosis dan panjang tabungnya, masing-masing sebanyak tiga kali pengulangan. Kupu-kupu famili Pieridae yang berhasil ditemukan sebanyak sembilan jenis. Rata-rata panjang probosis kupu-kupu famili Pieridae berkisar 9-15,9 mm, dengan rata-rata panjang tabung bunga yang dikunjunginya berkisar 4,3-16,4 mm. Uji korelasi Spearman terhadap data panjang probosis kupu-kupu dan panjang tabung bunga, menghasilkan nilai r = 0,88, dengan nilai signifikasi sebesar p = 0,02, yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga. Hasil tersebut mengindikasikan kupu-kupu Pieridae cenderung mengunjungi bunga penghasil nektar yang memiliki panjang tabung bunga tidak lebih dari panjang probosisnya.

Butterflies are insects that utilize nectar from flowers as a source of feed. Butterflies are sucking nectar from flowers using proboscis.The length of the butterfly proboscis is related to the type of nectar producing flowers that can be visited. The objective of this research is to know the correlation between proboscis length of the butterfly family Pieridae with the tube length of the nectar producing flower at UI Depok Campus. Observations of butterflies and flowers visited were conducted in nine locations from March to May 2018. The research begins with the data collection of butterflies and flowers visited by purposive sampling method, then continued by taking samples of butterflies and flowers to measure the length of proboscis and tube length, each of them with three repetitions. Butterflies of family Pieridae that was found during research are nine types. The average proboscis length of the butterfly family Pieridae ranges from 9 to 15.9 mm, with the average of tube length of flowers range from 4.3 to 16.4 mm. Spearman correlation test against data of the length of proboscis of butterfly and the length of the flower tube generate r 0.88, with a significance value of p 0.02, so there was a correlation between the length of the butterfly probes and the length of the flower tube. These results indicate Pieridae butterflies tend to visit nectar producing flowers that have a tube length of flowers no longer than the length of the proboscis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Adriana Lutfiani
"Kupu-kupu berperan sebagai polinator bagi tumbuhan. Kupu-kupu juga membutuhkan tumbuhan sebagai tempat peletakan telur dan sumber pakannya. Hubungan mutualisme tersebut diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya evolusi mutualistik antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga yang secara spesifik dikunjunginya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2018 di sembilan lokasi penelitian di Universitas Indonesia, Depok. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae yang ditemukan berkisar 5,3 mdash;17,0 mm, sedangkan rata-rata panjang tabung bunga yang dikunjunginya berkisar 2,7 mdash;20,0 mm. Asystasia gangetica merupakan merupakan spesies tumbuhan yang paling disukai kupu-kupu famili Nymphalidae karena memiliki karakteristik sindroma bunga yang disukai kupu-kupu dan ketersediannya melimpah. Kupu-kupu Nymphalidae cenderung mengunjungi tabung bunga yang lebih pendek daripada probosisnya. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan angka koefisien korelasi sebesar 0,25 dengan P = 0,32. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kawasan Universitas Indonesia, Depok. Tidak adanya korelasi antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga penghasil nektarnya disebabkan karena perilaku kupu-kupu yang adaptif ketika ukuran panjang probosis dan tabung bunga berbeda.

The role of butterflies in the ecosystem is as a pollinator of plants. Butterflies also need plants as a place to lay eggs and feed sources. The relationship of mutualism is considered to be one of the causes of mutualistic evolution between the length of the butterfly proboscis and the length of the specially visited flower tube. The aim of the research is to know the correlation between proboscis length of Nymphalidae and length of the tube of nectar producing flower at Universitas Indonesia, Depok. The research was conducted from April to May 2018 in nine sites at Universitas Indonesia, Depok. Data were analyzed using the Spearman correlation test. The results showed that the proboscis length of Nymphalidae ranged from 5.3 to 17.0 mm, while the average length of the visited flower tube ranged from 2.7 to 20.0 mm. Asystasia gangetica is the most preferred plant of the Nymphalidae butterfly because it has characteristics that correspond to the butterfly flower syndrome and its abundant availability. Nymphalidae tends to visit a shorter flower tube than their proboscis. The results showed that the correlation coefficient was 0.25 with P 0.32. In conclusion, there is no correlation between the proboscis length of Nymphalidae and the length of the nectar producing flower tubes in the Universitas Indonesia, Depok. The absence of a correlation between the proboscis length of Nymphalidae and the length of the nectar producing flower tube is due to the adaptive butterfly behavior when the length of the proboscis and the flower tube are different.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellya Poespitasari
"ABSTRAK
Dengan semakin majunya perekonomian di Indonesia yang
berakibat positif bagi perbaikan lingknngan hidup dan kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran telah meningkatkan
harapan hidup manusia dan diperkirakan akan meningkatkan jumlah
orang usia lanjut mencapai 19 juta orang (Kompas, 1992). Jumlah 19 juta
ini bukanlah jumlah yang sedikit dan tampaknya dapat berpengaruh
pada kehidupan ekonomi negara. Oleh karena itu perlu dipikirkan
untuk menjadikan usia lanjut tetap produktif^ sehingga mereka bukan
lagi menjadi beban imtuk perekonomian negara tetapi justru menjadi
modal perekonomian.
Menjadi tenaga pengajar diasumsikan akan menjadi profesi yang
tepat bagi para usia lanjut Selain tidak mengandalkan kekuatan fisik
semata, dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih tinggi
menjadikan kelompok usia lanjut dapat menjadi lebih imggul daripada
kelompok usia lainnya, karena tidak dipungkiri bahwa seiring dengan
bertambahnya usia maka pengetahuan dan pengalaman yang bersifat
akumulatif yang dimilikinya juga bertambah. Mereka menjadi
bijaksana dalam. menilai dan menghadapi masalah yang ada (Schrank
& waring, 1983). Keuntungan lainnya, sebagai masyarakat budaya timur,
kita masih memiliki budaya masyarakat yang menempatkan para usia
lanjut sebagai kelompok pemikir dalam mengambil keputusan dan
jawaban dari masalah yang ada. Selain itu, stimulasi intelektual yang
didapat dengan tetap mengajar merupakan hal yang penting untuk tetap
menjaga seorang usia lanjut agar tetap sehat
Namun dalam era globalisasi dan informasi ini temyata menjadi
pengajar belum tentu merupakan pekerjaan yang mudah bagi usia
lanjut. Sebab, salah satu akibat dari adanya perubeihan yang cepat adalah
semakin banyaknya tuntutan dan kritikan terhadap dunia pendidikan.
Perguruan tinggi yang tidak mampu mencetak tenaga-tenaga terampd
dan berkuaUtas, tidak akan dapat beradaptasi dengan proses
pembangunan nasional yang makin melaju dengan cepat. Dengan
adanya tuntutan untuk membentuk mahasiswa yang berkualitas, maka
peran dosen semakin berat."
1999
S2719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadetta Nurani Prima Dwiratri
"Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. merupakan tumbuhan hemiparasit yang dikenal
sebagai tanaman obat dan memiliki beragam potensi bioaktivitas, salah satunya
antioksidan. Dendrophthoe pentandra yang tumbuh pada inang berbeda, diketahui
memiliki kandungan metabolit sekunder yang berbeda pula, sehingga dapat memengaruhi
potensi aktivitas antioksidannya. Pengujian bioaktivitas D. pentandra umumnya
menggunakan ekstrak metanol. Namun, pada penelitian ini digunakan ekstrak air D.
pentandra, yang didasarkan pada praktik masyarakat lokal dalam pemanfaatan D.
pentandra secara tradisional. Tujuan penelitian ini, yaitu membandingkan aktivitas
antioksidan dan total senyawa fenol atau flavonoid, serta mengetahui korelasi antara
aktivitas antioksidan dan total senyawa fenol atau flavonoid ekstrak air bunga D.
pentandra dari lima spesies inang (Melia azedarach, Cordia subcordatus, Syzygium
aqueum, Trachelospermum jasminoides, dan Lagerstomia speciosa). Berdasarkan uji
ANOVA diketahui adanya perbedaan secara signifikan nilai IC50 yang didapat dari uji
2,2-difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH), serta kandungan fenol dan flavonoid di antara lima
spesies inang. Hasil analisis korelasi juga menunjukkan adanya korelasi kuat antara nilai
IC50 dengan total kandungan fenol dan flavonoid. Aktivitas antioksidan tertinggi
dihasilkan oleh S. aqueum (IC50 = 128,43 μg/mL) dan M. azedarach (IC50 = 132,78
μg/mL) dengan kadar fenol dan flavonoid berturut-turut pada kedua spesies tersebut
sebesar 157,19 mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/g dan 355,78 mg Quercetin Equivalent
(QE)/g (S. aqueum), dan 146,17 mg GAE/g dan 349,67 mg QE/g (M. azedarach).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivitas antioksidan dan kadar fenol dan flavonoid
D. pentandra berbeda-beda bergantung spesies inang, serta senyawa fenol dan flavonoid
terbukti memberikan kontribusi kuat dalam aktivitas antioksidan.

Indonesian mistletoe, Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. is a hemiparasitic plant known
as a medicinal plant with various potential bioactivities, including antioxidant activity.
Dendrophthoe pentandra individuals living in different host plants may presented varied
secondary metabolites in either composition or concentration. Thus, antioxidant activity
of D. pentandra may be varied according to the host species. Most of D. pentandra studies
about bioactivity were performed using methanolic extract. However, based on traditional
practices, D. pentandra often be used by boiling it in water. Thus, in this study, we used
water as the extraction solvent. The aims of this study were to compare antioxidant
activity, total phenols and flavonoids content between D. pentandra individuals lived in
five host species (Melia azedarach, Cordia subcordatus, Syzygium aqueum,
Trachelospermum jasminoides, dan Lagerstomia speciosa), and to analyze the correlation
between antioxidant activity and total phenols and flavonoids content of D. pentandra
extracts. The ANOVA test result showed that there was significant difference of IC50
value obtained from the 2,2-difenil-2-pikrilhidrazin (DPPH), as well as total phenols and
flavonoids content between the samples. Besides, the IC50 value presented significant
correlation to total phenols and flavonoids. The highest antioxidant activity was presented
by extracts obtained from S. aqueum (IC50 = 128,43 μg/mL) and M. azedarach (IC50 =
132,78 μg/mL), with total phenols and flavonoids of the two extracts respectively 157,19
mg Gallic Acid Equivalent (GAE)/g and 355,78 mg Quercetin Equivalent (QE)/g (S.
aqueum); 146,17 mg GAE/g and 349,67 mg QE/g (M. azedarach). These results
suggested that antioxidant activity as well as phenols and flavonoids concentration of D.
pentandra flowers were varied according to the host species, and that phenols and
flavonoids might contribute as the antioxidant agent in D. pentandra flower extract.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Anto Eddy Wibowo
"Rekreasi merupakan salah satu jenis pariwisata khusus yang dilakukan oleh orang - orang yang menghendaki pemanfaatan hari - hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya. Warga Oepok telah menjadikan Kampus UI Oepok sebagai salah satu tujuan mereka untuk berekreasi pada hari minggu dan hari libur. Dengan berbagai fasilitas yang ada seperti danau dan hutan kota, telah menciptakan suasana yang asri dan indah serta udara yang segar dikawasan kampus sehingga menarik minat warga Oepok yang berada disekitar Kampus untuk datang berolahraga ataupun sekedar jalan-jalan menghirup udara segar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dimana terdapat konsentrasi pengunjung di Kampus UI Depok pada hari Minggu dan bagaimana karakteristik pengunjung tersebut berdasarkan asal pengunjung, dengan siapa pengunjung datang, transportasi yang digunakan, kegiatan yang dilakukan dan frekuensi kedatangan pengunjung ke Kampus UI Oepok dalam 1 bulan. Hasil dari penelitian diatas adalah sebagai berikut : Konsentrasi pengunjung Kampus UI Oepok pada hari minggu terdapat di lokasi-Iokasi yang memungkinkan untuk melakukan rekreasi yang berorientasi pada psychocentric. Konsentrasi tertinggi pad a hari minggu pagi dan sore terjadi pada lokasi-lokasi yang disertai dengan fasilitas belanja dan jajan, namun tidak pada lokasi yang sama. Pada hari minggu pagi konsentrasi pengunjung terdapat di hutan kota Kukusan Teknik, Stadion Olahraga UI, Kukusan Kelurahan, Oanau UI dan Gerbang Utama UI. Sedangkan pada hari minggu sore konsentrasi pengunjung terdapat di Danau UI, Stadion UI dan Situ Salam (Oanau Asrama UI). Sebagian besar (>50%) pengunjung Kampus UI Oepok pada hari minggu memiliki radius tempat tinggal 2 Km pada hari minggu pagi dan 1 Km pada hari minggu sore dengan frekuensi kunjungan lebih dari 2 kali dalam sebulannya. Pada umumnya datang berteman dengan berjalan kaki dan bersepeda. Pengunjung hanya melakukan 1 kegiatan saja di sekitar lokasi konsentrasi. Kegiatan yang paling dominan dilakukan pada pagi hari adalah berolahraga dan pada sore hari adalah bersantai menikmati pemandangan sekitar Kampus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S33561
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rinto S.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
TA2529
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Rinto S.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
TA2708
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian Tentang studi komunitas makroepifit di Kampus UI Depok
telah dilakukan pada bulan September 2007. Penelitian dilakukan untuk
mengetahui komposisi jenis makroepifit, kelimpahan makroepifit pada wilayah
utara dan wilayah selatan di Kampus UI Depok, serta perbandingan
kelimpahan makroepifit pada berbagai strata pohon (basal, batang dan
kanopi). Pengambilan data dilakukan pada pohon sebagai habitat
makroepifit di wilayah utara dan selatan Kampus UI Depok. Data yang
diambil berupa data komposisi jenis, frekuensi, kerapatan dan penutupan
tajuk makroepifit dari setiap pohon pada setiap strata pohon (basal pohon,
batang dan kanopi). Analisis data dilakukan dengan melihat jumlah jenis,
frekuensi relatif, kerapatan relatif, penutupan tajuk relatif, indeks nilai penting,
indeks Sorensen, uji - t, dan hubungan antara faktor abiotik dan kerapatan
makroepifit dengan menggunakan korelasi Spearman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa makroepifit yang ada di Kampus UI Depok terdiri dari 4
famili dan 12 jenis. Drymoglossum piloselloides adalah jenis makroepifit yang
memiliki kelimpahan terbesar di dalam komunitas makroepifit di wilayah utara
Kampus UI Depok. Drymoglossum piloselloides dan Pyrrosia lanceolata
adalah jenis makroepifit yang memiliki kelimpahan besar di dalam komunitas
makroepifit di wilayah selatan Kampus UI Depok. Bagian batang pohon
berperan paling besar sebagai habitat makroepifit di Kampus UI Depok.
Kelimpahan makroepifit di wilayah selatan lebih besar dibandingkan di
iv
wilayah utara karena suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya di wilayah
selatan lebih sesuai untuk pertumbuhan makroepifit dibandingkan di wilayah
utara."
Universitas Indonesia, 2007
S31472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munarto
"Penelitian tentang struktur komunitas Gastropoda di Situ Salam Kampus Universitas Indonesia, Depok telah dilakukan untuk mengetahui struktur komunitas Gastropoda di Situ Salam UI yang berkaitan dengan kelimpahan relatif, komposisi, dominansi, kemerataan dan keanekaragaman jenisnya. Pengambilan sampel Gastropoda dilakukan pada 9 stasiun penelitian dengan tiga kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah jenis Gastropoda yang ditemukan di Situ Salam sebanyak 9 jenis, yaitu Bellamya javanica, Brotia costula, Brotia testudinaria, Indoplanorbis exustus, Lymnea rubiginosa, Melanoides granifera, Melanoides tuberculata, Pomacea canaliculata dan Thiara scabra. Stasiun 7 yang merupakan lokasi outlet memiliki jumlah jenis tertinggi, yaitu sebanyak 9 jenis dan memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi dengan nilai indeks sebesar 1,74. Jenis Gastropoda yang memiliki kelimpahan relatif tertinggi di Situ Salam adalah Melanoides tuberculata 48,5%.

A study of Gastropoda community at Situ Salam Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok, has been conducted to know the structure community of Gastropods with reference to relative abundance, composition, domination, eveness and its diversity. Gastropods samples and abiotic parameters were taken at 9 stations with three repetitions. Result of research showed that 9 species of Gastropods were found, those are Bellamya javanica, Brotia costula, Brotia testudinaria, Indoplanorbis exustus, Lymnea rubiginosa, Melanoides granifera, Melanoides tuberculata, Pomacea canaliculata and Thiara scabra. Station 7 which located at outlet of the Situ Salam has the highest number of species as well as highest diversity index that is 9 species and H? = 1,74, respectively. Melanoides tuberculata was the most abundance species with the relative abundance value of 48,5%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S31640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>