Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137032 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wisnu Ajeng Rakhmaningtyas
"Kitosan merupakan polimer alam yang bersifat kationik. Sifat kationik tersebut membuat kitosan dapat berinteraksi dengan senyawa anionik melalui ikatan taut silang dan membentuk partikel dalam ukuran nano. Dalam penelitian ini, natrium tripolifosfat digunakan sebagai agen penaut silang. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi nanopartikel kitosan-tripolifosfat dalam sediaan film yang mengandung verapamil HCl. Nanopartikel dibuat dengan menggunakan metode gelasi ionik. Untuk mendapatkan metode preparasi nanopartikel yang optimal maka penambahan larutan tripolifosfat dilakukan dengan 3 metode. Dari ketiga metode tersebut, metode ketiga dipilih dan memberikan hasil ukuran partikel sebesar 62,2 nm, indeks polidispersitas sebesar 0,293, potensial zeta sebesar +26,05 mV, efisiensi penjerapan sebesar 16,42 % dan berbentuk sferis. Nanopartikel yang dihasilkan kemudian dibuat dalam bentuk sediaan film dengan menggunakan eksipien kitosan-tripolifosfat kemudian dibandingkan dengan film yang mengandung verapamil HCl standar dan dilihat profil pelepasannya. Film yang mengandung nanopartikel verapamil HCl memiliki pelepasan yang lebih cepat dibandingkan film standar. Selain itu, film yang mengandung nanopartikel memiliki sifat mekanis yang lebih baik dibandingkan film standar.

Chitosan is a cationic natural polymers. Cationic properties make chitosan can interact with anionic compounds via cross-linked bond and form particles in nano size. In this research, sodium tripolyphosphate is used as a crosslinked agent. The purpose of this research is to create and characterize chitosan-tripolyphosphate nanoparticles in the preparation of buccal films containing verapamil hydrochloride. Nanoparticles prepared by using ionic gelation method. To obtain the optimal preparation method of nanoparticles, the addition of tripolyphosphate solution made by 3 methods. The third method chosen and nanoparticles obtained has a particle size of 62,2 nm, polydispersity index of 0,293, zeta potensial of +25,27 mV, entrapment efficiency of 16,42 % and spherical. The resulting nanoparticles are then made in the dosage form film using excipient chitosantripolyphosphate then compared with film containing verapamil HCl standard and view the profile of released. Film containing nanoparticles verapamil HCl has a faster release than the standard film. In addition, the film containing nanoparticle has better mechanical properties than standard film"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43835
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Kurniawan
"Kitosan telah banyak diteliti sebagai polimer untuk nanopartikel karena memiliki sifat-sifat biokompatibel, biodegradable, tidak toksik, dan dapat berinteraksi dengan senyawa anionik membentuk ikatan taut silang. Pada penelitian ini digunakan natrium tripolifosfat sebagai agen penaut silang untuk membentuk nanopartikel melalui metode gelasi ionik. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat dan mengkarakterisasi nanopartikel untuk kemudian dibuat sediaan gel. Nanopartikel dibuat dengan mencampur larutan kitosan 0,2% b/v dan natrium tripolifosfat 0,1% b/v dengan perbadingan 2,5:1.
Pada penelitian ini untuk mendapatkan metode pembuatan nanopartikel yang optimal maka penambahan larutan natrium tripolifosfat dilakukan dengan 3 cara. Nanopartikel yang dihasilkan pada cara yang ketiga memiliki ukuran partikel terkecil sebesar 62,2 ± 0,6 nm dengan indeks polidispersitas sebesar 0,2930 ± 0,041, potensial zeta 26,05 ± 0,59 mV, dan efisiensi penjerapan 16,46 ± 0,04%. Nanopartikel pada cara ketiga kemudian diformulasikan dalam bentuk sediaan gel. Uji penetrasi dengan menggunakan sel difusi franz selama 8 jam menunjukkan sediaan gel dengan nanopartikel dan peningkat penetrasi memiliki daya penetrasi tertinggi sebesar 2845.43±8.49 μg/cm2.

Chitosan has been extensively investigated as polymeric carriers for nanoparticle because possesses some ideal properties such as biocompatible, biodegradable, nontoxic, and can interact with anionic compund to form crosslink bond. In this research, sodium tripolyphosphate used as an crosslinked agent to form nanopartikel by ionic gelation method. The aim of this research is to create and characterize nanoparticle and then used for gel dossage form. Nanoparticle was obtained by mixed 0,2% chitosan solution and 0,1% sodium tripolifosfat with ratio 2,5:1.
In this research tripolyphosphate solution was adding to chitosan by three different way to get an optimal method for obatined nanoparticle. Nanoparticle that obtained from third methods give the best result which produced 62,2 ± 0,6 nm particle size with 0,2930 ± 0,041 polydispersity index, 26,05 ± 0,59 mV potensial zeta, and 16,46 ± 0,04% entrapment efficiency. Nanoparticle from the third method was then formulated into gel dossage form with and without enhancer. The penetration test using franz diffusion cell for 8 hour, showed gel formulation using nanoparticle and enhancer has the highest penetration which was 2845.43±8.49 μg/cm2.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43104
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Iswandana
"Pada penelitian ini nanopartikel verapamil hidroklorida dari kitosan dan natrium tripolifosfat melalui proses gelasi ionik dipreparasi, dikarakterisasi, dan dievaluasi secara in vitro dan in vivo untuk penghantaran transdermal sebagai sediaan antihipertensi.
Hasil menunjukkan nanopartikel kitosan-tripolifosfat dapat digunakan. Formula D merupakan formula terpilih yang menghasilkan nanopartikel berukuran 62,8 nm, persen efisiensi penjerapan 59,15 %, potensial zeta +25,46 mV, sferis, dan dapat dikonfirmasi dengan FT-IR. Formula ini selanjutnya digunakan pada pembuatan sediaan. Uji penetrasi secara in vitro yang menggunakan sel difusi Franz menunjukkan sediaan gel nanopartikel dengan propilen glikol sebagai peningkat penetrasi memiliki daya penetrasi terbesar dibandingkan dengan gel nanopartikel tanpa peningkat penetrasi dan pembanding dengan fluks secara berturut-turut adalah 148,33 ± 1,17 μg/cm2.jam; 121,88 ± 0,37 μg/cm2.jam; dan 60,93 ± 0,47 μg/cm2.jam. Uji tekanan darah secara in vivo menggunakan tikus jantan Sprague Dawley menunjukkan sediaan gel nanopartikel dengan peningkat penetrasi memiliki efektivitas penurunan tekanan darah sistolik tertinggi daripada gel nanopartikel secara berturut-turut adalah 14,89% dan 5,87%; efektivitas dalam menurunkan tekanan darah diastolik menunjukkan hasil efektivitas tertinggi pada gel nanopartikel saja sebesar 4,18%; dan efektivitas penurunan tekanan darah arteri rata-rata didapatkan hasil yang sama pada gel nanopartikel dan gel nanopartikel dengan peningkat penetrasi yaitu sebesar 20,61%, semuanya dibandingkan dengan gel pembanding.

In this research, verapamil hydrochloride nanoparticle from chitosan and sodium tripolyphosphate using ionic gelation method had been prepared, charaterized, and evaluated in vitro and in vivo for antihipertensive transdermal delivery.
The results showed that chitosan-tripolyphosphate nanoparticle could be used. The chosen formula was formula D which has 62.8 nm nanoparticles size, 59.15% entrapment efficiency, +25.46 mV zeta potential, spherical, and confirmed with FT-IR. This formula was made into gel dosage form. In vitro penetration test using Franz diffusion cell showed that nanogel with propylen glicol as an enhancer had the greatest penetration result compared to nanogel without enhancher and standard gel with flux were 148.33 ± 1.17 μg/cm2.hours; 121.88 ± 0.37 μg/cm2.hours; and 60.93 ± 0.47 μg/cm2.hours, respectively. In vivo blood pressure test using Sprague Dawley male rats showed nanogel with enhancher has the highest systolic blood pressure reduction than nanogel were 14.89% and 5.87%, respectively; in lowering diastolic blood pressure showed the highest effectiveness of nanogel amounting to 4.18%; and the same effectiveness of mean arterial blood pressure obtained on nanogel and nanogel with enhancer which equal to 20.61%, all compared to the standard gel."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T31446
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Anggraeni
"Telah dibuat film sambung silang kitosan-tripolifosfat yang mengandung asiatikosida sebagai pembalut bioaktif untuk luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari parameter yang berpengaruh dalam pembuatan film sambung silang kitosan-tripolifosfat, mempelajari karakteristik film yang dihasilkan, mempelajari profil pelepasan asiatikosida dari film, serta mempelajari aktivitas penyembuhan lukanya secara in vivo. Film dibuat dalam empat formula F1, F2, F3, dan F4 dengan memvariasikan konsentrasi tripolifosfat antara lain 0%, 4%, 8%, dan 12% b/b kitosan. Sambung silang kitosan-tripolifosfat dibuat dengan metode gelasi ionik dan film dibuat dengan metode penguapan pelarut. Cairan pembentuk film (CPF) dan film yang dihasilkan dikarakterisasi yang meliputi spektroskopi FTIR, turbidimetri, viskositas, ketebalan, sifat mekanik, daya mengembang, laju transmisi uap air, kekuatan bioadhesif, profil pelepasan asiatikosida dari film, dan aktivitas penyembuhan luka secara in vivo pada luka mekanik terbuka derajat tiga. Hasilnya menunjukkan bahwa film F2, F3, dan F4 memiliki karakteristik yang lebih baik, terutama sifat mekaniknya daripada F1 dengan karakteristik terbaik ditunjukkan oleh F4. Persen kumulatif pelepasan asiatikosida pada jam ke enam dari film F1, F2, F3, dan F4 berturut-turut 84,8%, 72,1%, 73,4%, dan 72,0% dengan kinetika pelepasan dikontrol oleh proses difusi dan erosi. Film sambung silang kitosan-tripolifosfat (F4) belum menunjukkan aktivitas penyembuhan luka yang lebih baik dibandingkan kontrol dan aktivitas yang ditunjukkan tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05) pada jenis luka yang diujikan (luka kering).

Cross-linked chitosan-tripolifosfat films containing asiaticoside have been prepared as bioactive dressing. The objectives of this research were to study the parameters that affect in preparation of cross-linked chitosan-tripolyphosphate films, to study the characteristics of the resulting films, to study the release profile of asiaticoside from the films, and to study in vivo wound healing activity. The Films were formulated in four formulas termed F1, F2, F3, and F4 by varying the concentration of tripolyphosphate including 0%, 4%, 8%, and 12% w/w of chitosan. Cross-linked chitosan-tripolyphosphate was prepared by ionic gelation technique and the films were prepared by casting/ solvent evaporation technique. Film-forming fluids (CPF) and the resulting films were characterized, including spectroscopy FTIR, turbidimetry, viscosity, film thickness, mechanical properties, swelling degree, water vapor transmission rate, bioadhesive property, release profil of asiaticoside from the film, and in vivo wound healing activity on third degree mechanical open wound. The result showed that F2, F3, and F4 films had better characteristics especially in mechanical properties than F1 film and the best characteristics was showed by F4 film. Cumulative release of asiaticoside at sixth hours from F1, F2, F3, and F4 films respectively were 84,8%, 72,1%, 73,4%, and 72,0% with the release kinetics were controlled by diffusion and erosion process. Chross-linked chitosan-tripolyphosphate film (F4) has not showed better wound healing activity than control and the activity wasn't significantly different on the type of wound that was tested (dry wound)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31069
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herdiyanti Amalia
"Zat aktif yang mempunyai ukuran partikel nano diharapkan dapat meningkatkan penetrasi dan absorpsi khususnya untuk sediaan topical. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperkecil ukuran partikel hingga menjadi ukuran nano adalah dengan metode gelasi ionik. Metode tersebut melibatkan kitosan dan natrium tripolifosfat yang menghasilkan interaksi antara muatan positif pada gugus amino kitosan dengan muatan negatif tripolipospat. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan preparasi nanopartikel kofein menggunakan metode gelasi ionik kitosan-natrium tripolifosfat dan uji penetrasi in vitro dengan sel difusi franz. Nanopartikel dibuat dengan mencampur larutan kitosan 0,2% b/v dan natrium tripolifosfat 0,1% b/v dengan perbandingan 2,5:1. Pada penelitian ini dibuat 4 formula nanopartikel yang menggunakan kofein sebagai model obat. Nanopartikel terbaik yang dihasilkan yaitu formula keempat yang memiliki ukuran partikel 187,5 ± 7,92 nm, indeks polidispersitas 0,3425 ± 0,01, potensial zeta sebesar +45,155 ± 0,78 mV, dan efisiensi penjerapan sebesar 9 ± 1,25%. Selanjutnya produk gelasi ionik formula 4 diformulasikan dalam bentuk sediaan gel. Gel yang dihasilkan dievaluasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, serta diuji penetrasi sediaan gel tersebut secara in vitro dengan sel difusi franz. Kesimpulan dari penelitian ini adalah gel nanopartikel kofein dapat meningkatkan penetrasi kofein dibandingkan dengan gel kofein yang tidak dibuat menjadi nanopartikel.

The active ingredient which nano particle size are expected to enhance the penetration and absorption for topical dosage form. One of the method which could be used to reduce particle size to be nano was the ionic gelation method. These methods involved chitosan and sodium tripolyphosphate that resulted interaction between the positive charged on amino group of chitosan with a negative charged of tripolyphosphate. The purpose of this research was to prepared nanoparticle coffein gel using the ionic gelation method. Then the resulting gel was tested penetration ability of active substances using Franz diffusion cell. Ionic gelation nanoparticles was prepared with mixed coffein into chitosan solution 0.2% w/v and then added sodium tripolyphosphate solution 0.1% w/v in the ratio 2.5:1. In this research, was made 4 nanoparticles formulas that used coffein as a drug model. The best formula nanoparticle was the formula 4 which produced 187.5 ± 7.92 nm particle size, with 0.3425 ± 0.01 polydispersity index, +45.155 ± 0.78 mV zeta potential, and 9 ± 1.25 % entrapment efficiency. Next, the nanoparticle formula 4 was used in gel dosage form formulation. The resulting gels were evaluated in accordance with pharmacopoeia or journal of pharmaceutical sciences, and in vitro penetration tested by Franz diffusion cell. Conclusion of this research was the nanoparticle coffein gel fulfill requirements as a good gel, and could increase coffein penetration compared to coffein gel that not made into nanoparticles."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45134
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Offi Eka Hartisyah
"Kitosan memiliki sifat-sifat yang membuatnya potensial untuk digunakan sebagai eksipien farmasetika. Salah satu keterbatasan penggunaan kitosan adalah sifat mukoadhesifnya berkurang jika diaplikasikan pada pH yang netral atau lebih dari 6,5. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi kitosan menjadi kitosan suksinat. Kitosan suksinat yang diperoleh dikarakterisasi dan digunakan sebagai polimer mukoadhesif untuk sediaan bukal dalam bentuk film. Kitosan suksinat disintesis dari kitosan dan anhidrida suksinat dengan menggunakan metanol sebagai pelarut. Derajat substitusi yang diperoleh adalah 3,65 (mol/gram) dan menunjukkan perbedaan dengan polimer asalnya dari karakteristik fisik, karakteristik kimia, dan karakteristik fungsional. Kitosan suksinat memiliki kelarutan yang lebih baik daripada kitosan di dalam medium basa. Kitosan suksinat yang diperoleh kemudian diformulasikan sebagai film bukal dengan konsentrasi 2% dan 4%, lalu dibandingkan dengan film kitosan dan HPMC. Film kitosan suksinat 2% dan 4 % mempunyai kekuatan bioadhesif yang lebih besar dari kitosan, namun lebih kecil jika dibandingkan dari film HPMC. Selain itu, film kitosan suksinat 2 % dan 4% memberikan waktu mukoadhesif yang lebih lama dari film kitosan dan film HPMC. Hasil ini memperlihatkan bahwa kitosan suksinat yang disintesis dapat dijadikan sebagai polimer mukoadhesif untuk sediaan bukal.

Chitosan has several properties which make it potentially valuable as a pharmaceutical excipient. Despite that, chitosan showed that its mucoadhesive properties would decrease in neutral and alkali solution with pH more than 6,5. In this research, chitosan was modified into chitosan succinate by using anhydride succinate. The obtained chitosan succinate was characterized and used for buccal film dosage form. Degree of substitution of chitosan succinate was 3,65 (mol/gram) and it showed different characterization from unmodified chitosan based on its physical, chemical, and utilities properties. Chitosan succinate had better solubility properties in alkali solution than unmodified chitosan. Then, chitosan succinate was used as film buccal in concentration 2 % and 4 %, and was compared with unmodified chitosan and HPMC as positive and negative blank. The mucoadhesive study showed that bioadhesive strength of film buccal chitosan succinate 2 % and chitosan succinate 4 % were higher than unmodified chitosan but lower than HPMC. It also showed that mucoadhesive time of film buccal chitosan succinate 2 % and chitosan succinate 4 % were longer than chitosan and HPMC. The results demonstrate that chitosan succinate has great potential to be applied as mucoadhesive polymer for buccal dosage form. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S924
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Iswandana
"Nanopartikel dapat dibuat dengan menggunakan beberapa metode dan metode gelasi ionik adalah yang termudah. Verapamil hidroklorida adalah obat yang digunakan sebagai antiaritmia, antiangina, dan terapi antihipertensi. Namun demikian, bioavailabilitas dari verapamil yang diberikan secara oral sangat rendah, hanya sekitar 10 hingga 23%. Oleh karena itu, verapamil hidroklorida ini dibuat sebagai sediaan nanopartikel untuk meningkatkan bioavailabilitasnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengoptimalkan metode gelasi ionik antara kitosan dan natrium tripolifosfat guna mendapatkan formulasi nanopartikel terbaik. Nanopartikel diperoleh dari empat metode yang berbeda (formula A, B, C, dan D). Distribusi ukuran partikel, potensial zeta, efisiensi penjerapan, morfologi, dan spektrum FT-IR dari nanopartikel dikarakterisasi. Formula yang dipilih adalah formula D yang memiliki ukuran 62,8 nm, efisiensi penjerapan 59,15%, potensial zeta 25,46 mV, bentuk bulat, dan memiliki spektrum FT-IR yang sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kitosan-tripolifosfat dapat menghasilkan nanopartikel verapamil hidroklorida dengan menggunakan metode gelasi ionik.

Nanoparticles can be prepared by several methods and the ionic gelation method is the easiest one. Verapamil hydrochloride is a drug which used as antiarrhythmic, antiangina, and antihypertension therapy. Nevertheless, bioavailability of orally administered verapamil is very low, only about 10 to 23%. Therefore, verapamil hydrochloride was prepared as nanoparticles dosage form to increase its bioavailability.
The purpose of the present study was to optimize ionic gelation method of chitosan and sodium tripolyphosphate to obtain the best nanoparticles formulation. Nanoparticles were obtained from four different methods (formula A, B, C, and D). Particle size distribution, zeta potential, entrapment efficiency, morphology, and fourier transform infra red spectrum of each nanoparticles formula were characterized. The chosen formula was formula D which has 62.8 nm of size, 59.15% of entrapment efficiency, +25.46 mV of zeta potential, spherical shape, and the ionic interaction was confirmed by FT-IR spectrum.
The results showed that chitosan-tripolyphosphate succesfully produce the verapamil hydrochloride nanoparticles by ionic gelation method."
2013
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Iswandana
"Nanoparticles is one type of drug delivery system which intended to improve the bioavailability of drugs. Nanoparticles can be prepared by several methods and the ionic gelation method is the easiest one. Verapamilhydrochloride is adrugwhich used asantiarrhythmic,antiangina, and antihypertension therapy. Nevertheless, bioavailability of orally administered verapamil is very low, only about 10 to 23%. Therefore, verapamil hydrochloride was prepared as nanoparticlesdosage form to increase its bioavailability. The purpose of the present study was to optimize ionic gelation method of chitosan and sodium tripolyphosphate to obtain thebest nanoparticles formulation. Nanoparticles were obtained from four different methods. Formula A, B and C were produced by drop the sodium tripolyphosphate solution into chitosan solution at 0.75 mL/minute, while formula D were prepared by pour sodium tripolyphosphate solution into chitosan solution. Formula A and B were then strired at 400 rpm, while formula C and D at 3000 rpm. Three grams of verapamil hydrochloride was added into formula A, while formula B, C, and D were produced by adding 5 grams of verapamil hydrocloride. Particle size distribution, zeta potential, entrapment efficiency, morphology, and fourier transform infra red spectrum of each nanoparticles formula were characterized. The chosen formula was formula D which has 62.8 nm of size, 59.15% of entrapment efficiency, +25.46 mV of zeta potential, spherical shape, and the ionic interaction was confirmed by FT-IR spectrum. The results showed that chitosan-tripolyphosphate succesfully produce the verapamil hydrochloride nanoparticles by ionic gelation method."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gardiani Febri Hadiwibowo
"Pada penelitian ini mikrosfer telah dihasilkan dan terbentuk dari hasil reaksi sambung silang antara kitosan suksinat (KS) dan natrium tripolifosfat (STPP) pada pH 6 dengan menggunakan metode semprot kering. Teofilin digunakan sebagai model obat dengan perbandingan polimer dan obat 2:1. Kitosan suksinat yang digunakan merupakan hasil modifikasi kimia kitosan dengan reaksi substitusi gugus suksinat ke dalam gugus amin kitosan.
Modifikasi ini terbukti menambah kelarutan kitosan suksinat pada medium basa dibandingkan dengan kitosan. Reaksi sambung silang dilakukan untuk menghasilkan suatu polimer yang lebih dapat menahan obat dan mengubah profil pelepasan obat.
Dari hasil penelitian diperoleh diameter rata-rata mikrosfer sebesar 22,12 μm dengan efisiensi penjerapan teofilin berkisar antara 79-81%. Indeks mengembang mikrosfer KS-STPP pada medium basa lebih rendah jika dibandingkan dengan pada medium asam selama 2 jam.
Dari hasil penelitian, pelepasan teofilin dari mikrosfer kitosan suksinat-STPP pada medium basa (44,37%) lebih rendah daripada medium asam (51,61%). Selama 8 jam mikrosfer kitosan suksinat-STPP lebih dapat menahan pelepasan teofilin dibandingkan dengan mikrosfer kitosan-STPP dalam medium asam dan basa. Hal ini menunjukkan bahwa mikrosfer kitosan suksinat berpotensi digunakan sebagai matriks dalam sediaan lepas lambat."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S1790
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Risma Wati
"ABSTRAK
Tablet lepas lambat merupakan tablet yang didesain untuk melepaskan zat aktif secara perlahan-lahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat dan mengkarakterisasi eksipien sambungsilang dari koproses xanthan gum-gum akasia CL-Ko-XGGA sebagai matriks sediaan tablet lepas lambat dengan gliklazid sebagai model obat. Eksipien CL-Ko-XGGA merupakan hasil sambungsilang dari eksipien koproses xanthan gum-gum akasia Ko-XGGA menggunakan natrium trimetafosfat dengan perbandingan masing-masing eksipien, yaitu 1:2, 1:1, dan 2:1. Eksipien Ko-XGGA dan CL-Ko-XGGA dikarakterisasi secara fisika, kimia, dan fungsional. Eksipien CL-Ko-XGGA 1:2, 1:1, 2:1 memiliki derajat substitisi DS berturut-turut 0,067; 0,082; 0,088, serta kekuatan gel sebesar 14,03; 17,27; 20,70 gF. Eksipien tersebut memiliki sifat alir dan kemampuan mengembang yang lebih baik dibandingkan dengan eksipien Ko-XGGA. Eksipien CL-Ko-XGGA diformulasikan dalam tablet lepas lambat sebagai matriks dengan metode granulasi basah dan seluruh formula memenuhi persyaratan evaluasi tablet. Pelepasan gliklazid dari tablet F1-F6 dalam medium dapar fosfat pH 7,4 natrium lauril sulfat 0,2 selama 12 jam menunjukkan profil pelepasan obat diperlambat dan dapat digunakan selama 8 hingga 32 jam. Dapat disimpulkan bahwa dalam sediaan tablet lepas lambat eksipien CL-Ko-XGGA 2:1 memiliki kemampuan menahan pelepasan obat lebih baik dari eksipien CL-Ko-XGGA 1:2 dan 1:1.

ABSTRAK
Sustained release tablet is solid dosage form which is designed to release drugs slowly. This research was intended to prepare and characterize the cross linked excipient of coprocessed xanthan gum acacia gum CL Co XGGA as a matrix of sustained release tablet with gliclazide as the drug model. CL Ko XGGA excipient was cross linked results of coprocessed excipient of xanthan gum acacia gum Co XGGA using sodium trimetaphosphate, in the ratio of each excipient 1 2, 1 1, and 2 1. Co XGGA and CL Co XGGA excipients were characterized physically, chemically, and functionally. The degree of substitution DS of CL Co XGGA 1 2, 1 1, 2 1 excipients were respectively 0.067 0.082 0.088, and gel strength were respectively 14.03 17.27 20.70 gF. Those excipients had improved flow properties and swelling capability compared with the Co XGGA excipients. CL Co XGGA excipients were formulated in sustained release tablet as matrix by wet granulation method and all formulas passed tablet evaluation tests. The release of gliclazide from tablets F1 F6 in phosphate buffer medium pH 7.4 sodium lauryl sulphate 0.2 for 12 hours showed sustained release profile and can be used up to 8 until 32 hours. In conclusion, CL Co XGGA 2 1 excipient have better ability to retain drug release than CL Co XGGA 1 2 and 1 1 excipients in the sustained release tablets."
2017
S69145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>