Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144362 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendra Fauzi
"Indonesia memiliki deposit Aspal Buton sebesar 650 juta ton dan merupakan deposit aspal alam terbesar di dunia. Aspal Buton ini memiliki potensi sebagai bahan tambah (additive) atau sebagai bahan substitusi aspal minyak sehingga bila dimanfaatkan secara maksimal maka dapat menghemat devisa negara dengan mengurangi ketergantungan pada aspal impor. Untuk dapat dimanfaatkan sebagaimana aspal minyak maka diperlukan proses pemisahan (ekstraksi) bitumen dari batuan Aspal Buton. Pada penelitian ini Aspal Buton akan diekstraksi menggunakan metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro. Ekstraksi dilakukan dengan tiga variasi, yaitu rasio volume pelarut (n-heptana : toluena : etanol), variasi volume total pelarut dan waktu ekstraksi. Pada volume pelarut 50 mL dengan rasio volume pelarut n-heptana-toluena-etanol 5:3:2, dan waktu ekstraksi 5 menit, diperoleh yield bitumen sebesar 32,38%. Ekstrak yang didapat kemudian diuji menggunakan FTIR. Hasil spektrum FTIR ekstrak dari ekstraksi Aspal Buton menunjukkan adanya kesamaan dengan spektrum FTIR bitumen.

Abstract
Indonesia has 650 million tons deposit of Buton Asphalt. It is the largest deposit of natural asphalt in the world. Buton asphalt has a potential as an additive or as a substitution of petroleum asphalt, so that when it is fully utilized, it can save foreign exchange by reducing dependence on imported asphalt. A process of bitumen separation (extraction) from the rock of Buton Asphalt is required to be utilized as petroleum asphalt. In this study, Buton Asphalt will be extracted using microwave assisted extraction method. Extraction is conducted with three variations, the ratio of the volume of solvent (n-heptane: toluene: ethanol), total volume of solvent, and extraction time. On the volume of 50 mL of solvent with volume ratio of solvent n-heptane-toluene-ethanol 5:3:2, and extraction time 5 min, obtained bitumen yield 32.38%. The extract is tested using FTIR. The results of FTIR spectrum of the extract from the extraction of Buton Asphalt indicate a similarity with the FTIR spectrum of bitumen."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43803
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meyda Astria
"ABSTRAK
Produksi aspal dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan batuan Aspal Buton (asbuton) yang ketersediannya sangat melimpah. Batuan ini dimanfaatkan dengan mengekstraksi CaCO3 yang merupakan komponen dominan (72,9%) pada asbuton. Kalsium karbonat (CaCO3) dapat larut dalam H2CO3. Kelarutan kalsium karbonat dapat ditingkatkan dengan penambahan co-solvent MgCl2. Co-solvent ini meningkatkan kekuatan ion sehingga dapat meningkatkan kelarutan kalsium karbonat. Ekstraksi CaCO3 dalam asbuton dilakukan dengan batch. Reaktor diinjeksikan CO2 untuk menghasilkan larutan H2CO3 dalam air. Ekstraksi dilakukan dengan variabel bebas suhu, tekanan, konsentrasi co-solvent, laju alir gas CO2, dan rasio asbuton terhadap pelarut. Variabel yang diukur sebagai variabel terikat adalah massa CaCO3 terlarut. Hasil penelitian menunjukkan padatan kalsium karbonat terlarut pada kondisi optimal suhu 70°C, tekanan 3 bar, laju alir gas CO2 0,4 liter/menit, konsentrasi co-solvent 1 M, dan rasio pelarut-asbuton 0,02 g/ml. Hasil ekstraksi menunjukkan bahwa aspal yang terkandung sebesar 57,5%, kalsium karbonat 27%, dan 22,5% pengotor dan memiliki massa jenis 1,26 g/ml.

ABSTRACT
Bitumen production can be increased by utilizing Natural Buton Asphalt Rock which is available as abundant source. Calcium carbonate in this rock as dominant component (72%) is extracted due to its presence as impurity. Calcium carbonate is able to dissolve in H2CO3. The solubility of CaCO3 can be augmented by adding co-solvent MgCl2. This co-solvent increases ionic strength thus solubility product constant increases as well. The extraction is carried out as batch process. Carbon dioxide is injected to reactor containing water to produce H2CO3. Process variables in this experiment are temperature, pressure, co-solvent concentration, CO2 flowrate, and ratio of asbuton and solvent. Dependent variable is mass of CaCO3 dissolved. Result shows optimal condition achieved at 70°C, pressure 3 bar, CO2 flowrate 0,4 liter/menit, concentration 1 M, and ratio 0,02 g/ml. Bitumen produced contains 57,5% of CaCO3, 27% of asphaltene, and 22,5% of impurities. The density is 1,26 g/ml.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Martha K.
"Jalan yang merupakan infrastruktur penghubung antara kawasan satu dengan yang lain dan digunakan oleh masyarakat umum sudah seharusnya memiliki struktur perkerasan dan kinerja yang baik sehingga dapat memberikan kenyaman bagi penggunanya. Skripsi ini membahas tentang usaha peningkatan kinerja campuran aspal dengan menggunakan material BGA dan polimer SBS. Pengujian dilakukan secara eksperimental di dalam laboratorium dengan kadar BGA yang digunakan adalah 5% dan 7% dari total campuran, serta kadar polimer 2% dan 4% dari total aspal yang digunakan.
Hasil pengujian menyatakan bahwa campuran aspal modifikasi polimer P4-B5 memiliki nilai stabilitas paling tinggi diantara seluruh campuran yaitusebesar 1333,181 kg. Namun tinjauan ekonomis terhadap material yang digunakan pada campuran aspal menyebabkan campuran aspal P2-B7 menjadi pilihan campuran yang paling memungkinkan untuk direalisasikan mengingat nilai stabilitasnya pun tidak jauh berbeda dengan nilai stabilitas campuran P4-B5, yaitu 1280,471 kg.

Road as infrastructure that connecting one place to another and used by society should has a good quality pavement that can give comfort to anyone who use it. This thesis is about research of hot mix asphalt workability using BGA and SBS Polymer. Variation of BGA?s composition in this research are 5% and 7% from total mixture and SBS Polymer are 2% and 4% from content of asphalt used.
Result of the research shows that P4-B5 mixture has the highest stability from all of mixtures, specifically 1333.181 kg. However, from economic consideration, P2-B7 mixture is the possible one to be realized considering its stability, 1280.471 kg, is not much different from P4-B5's.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1166
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mery Devianto
"Aspal alam dari Pulau Buton (asbuton) belum dimanfaatkan secara maksimal hingga saat ini. Salah satu cara pemanfaatannya adalah proses ekstraksi untuk melarutkan padatan karbonat dari asbuton menggunakan larutan asam lemah. Larutan yang digunakan adalah larutan acidic brine water yang dibuat dengan injeksi gas CO2 dalam larutan NaCl. Ekstraksi tersonikasi dilakukan pada berbagai kondisi operasi, yaitu suhu (25 hingga 110oC), tekanan (atmosfer hingga 3 bar), konsentrasi NaCl (0,1 hingga 2 M), laju alir gas CO2 (0,2 hingga 1 liter/menit), dan rasio asbuton-pelarut (0,02 hingga 0,1 g/ml). Seluruh variabel tersebut mempengaruhi jumlah padatan karbonat yang terlarut. Jumlah padatan terlarut yang maksimal diperoleh pada kondisi 90oC, 3 bar, larutan 0,5 M NaCl, laju alir CO2 0,6 l/menit, dan rasio 0,02 g/ml. Produk aspal yang dihasilkan mengandung 50,47% aspal, 24,47% padatan karbonat, dan 25,06% mineral lainnya.

Natural asphalt from Buton Island (asbuton) has not been fully utilized up to now. One way of its utilization was extraction process to dissolve carbonate solids in asbuton using weak acid solution. The solution was acidic brine water solution that made by CO2 injection in NaCl solution. Sonicated extraction was performed at various operating conditions, namely temperature (25 to 110oC), pressure (1 to 3 bar), NaCl concentration (0.1 to 2 M), flow rate of CO2 (0.2 to 1 liter/minute), and asbuton-solvent ratio (0.02 to 0.1 g/ml). All variables affect the amount of dissolved carbonate solids. Maximum of dissolved solids reached at temperature of 90oC, pressure of 3 bar, NaCl concentration of 0.5 M, CO2 flow rate of 0.6 liter/minute, and ratio of 0.02 g/ml. Asphalt product contained 50.47% asphalt, 24.47% carbonate solids, and 25.06% other minerals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mery Devianto
"Potensi asbuton yang besar mendesak adanya pemanfaatan asbuton. Salah satu metode pemanfaatannya adalah ekstraksi padatan karbonat dengan pelarut asam, misalnya HCl. Namun, penggunaan larutan HCl pada konsentrasi tinggi akan menghasilkan limbah berbahaya dan tidak ekonomis. Penggunaan asam format dapat dijadikan alternatif sebagai pelarut. Ekstraksi secara batch dengan agitasi dilakukan pada variasi suhu operasi, konsentrasi, waktu, dan rasio padatan-pelarut. Larutnya padatan karbonat menyisakan produk aspal. Jumlah padatan terlarut dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, waktu, dan rasio. Persentase padatan terlarut maksimal dicapai menggunakan larutan asam format 4M pada suhu 80oC selama 90 menit dengan rasio sebesar 0,08 g-asbuton/mL-pelarut. Kemurnian dari produk aspal mencapai 90,54%.

The great potential of asbuton urges utilization of asbuton. One of its utilization is carbonate mineral extraction with acid solution, e.g. HCl, to produces asphalt. However, the use of HCl solution at high concentrations will produce hazardous waste and uneconomical. Batch extraction with agitation carried on a variety of operating temperature, concentration, time, and solid-solvent ratio. Dissolution of carbonate mineral leaving the asphalt product. The amount of dissolved solids is affected by temperature, concentration, time, and ratio. The maximum percentage of dissolved solids can be achieved when using a 4M formic acid solution at 80°C for 90 minutes with solid-solvent ratio of 0.08 g/mL. The purity of asphalt product reaches 90,54%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43640
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Yamashita Saputra
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aspal dari Asbuton melalui ekstraksi CaCO3 menggunakan H2CO3 dalam brine water sebagai pelarut. Kadar CaCO3 yang tinggi pada Asbuton akan menurunkan kualitas Asbuton sebagai campuran aspal panas sehingga harus dikurangi. Gas CO2 dilarutkan dalam brine water membentuk H2CO3 dan menghasilkan kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) pada proses ekstraksi. Gas CO2 diperoleh kembali dari pemanasan larutan (Ca(HCO3)2). Parameter keberhasilan ditinjau dari prosentase CaCO3 terlarut, make-up CO2, dan kebutuhan energi.
Hasil optimum dan ekonomis diperoleh pada kondisi 2 bar, 85oC, rasio 0,02 g/mL, laju alir larutan 6 mL/menit, dan larutan NaCl 0,5 M selama 140 menit serta dapat melarutkan CaCO3 sebesar 34%. Produk aspal mengandung 57% aspal, 14% CaCO3, dan 29% mineral lainnya, membutuhkan make-up CO2 0,15 L/g Asbuton dan energi 0,28 kWh/g Asbuton. Aspal ini memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal panas dengan jenis 5/55 dan dapat diterapkan pada untuk campuran aspal jenis AC Pen 60.

The purpose of this reasearch is to obtain asphalt from Asbuton rock through extraction CaCO3 using H2CO3 in brine water as solvent. The high content of CaCO3 in Asbuton will decrease the quality of Asbuton as the hot mix asphalt so it must be reduced. Gas CO2 is dissolved in brine water to produce H2CO3 and calcium bicarbonate (Ca(HCO3)2) is produced in extraction process. Gas CO2 be recovered by heating Ca(HCO3)2 solution. The success parameters is evaluated from percentage of CaCO3 that is dissolved, make-up of CO2, and energy needs.
The optimum and economical results obtained at conditions 2 bars, 85oC, ratio 0.02 g/mL, flow rate 6 mL/min, and concentration of NaCl solution 0.5 M up to 140 minutes and can dissolve CaCO3 34%. Asphalt product contained 57% asphalt, 14% CaCO3, and 29% other minerals, needs make-up CO2 0.15 L/g Asbuton and energy 0.28 kWh/g Asbuton. The Asphalt specification suitable for hot mix asphalt with type 5/55 and can be applied to the asphalt mixture type of AC Pen 60.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Pranowo Hadiwardoyo
"ABSTRAK
Volume pembangunan prasarana jalan di Indonesia, berupa jalan baru maupun perbaikan jalan lama, semakin meningkat. Di lain pihak, usia lapis perkerasan jalan tidak sesuai dengan umur rencana, sehingga terjadi kerusakan belum pada waktunya berupa gelombang, alur dan retak. Kerusakan ini disebabkan kendala antara lain : (i) Iklim tropis, (ii) beban kendaraan yang sukar dikendalikan, (iii) sebagian struktur jalan relatip kurang mantap. Untuk mengatasi masalah tersebut, baru-baru ini diperkenalkan rancangan campur aspal panas Split Mastik Aspal sebagai lapis penutup untuk penahan lentur. Split Mastik Aspal adalah campuran bergradasi terbuka dengan bahan pembentuk terdiri dari: agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi dan aspal. Sedangkan Asbuton Mikro selain mengandung mineral berukuran debu sampai pasir, juga mengandung bahan bitumious yang akan dimanfaatkan sebagai bahan pengisi (filler). Dengan adanya bitumen pada Asbuton Mikro tersebut, diharapkan dapat memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat, dan dengan adanya mineral diharapkan dapat mengisi rongga antara butir ? butir agregat. Dalam penelitian ini, variasi bahan pengisi adalah 4.5%, 5.5%, 6.5% dengan kandungan aspal 5.5%, 6% 6.5%, 7% dan penambahan arbocel (bahan tambah) 0%, 0.1%, 0.2%. Dilakukan Test Marshall, sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mempelajari karakteristik campuran aspal dengan bahan pengisi, terhadap komposisi campuran pada lapisan perkerasan campuran Split Mastik Aspal. Dari hasil perhitungan Marshall, ternyata bahwa bahan pengisi Asbuton Mikro sangat mempengaruhi nilai stabilitas, nilai kelelehan dan nilai kekakuan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Asbuton Mikro dapat digunakan sebagai bahan pengisi (filler) untuk pengganti abu batu atau semen pada lapisan perkerasan campuran Split Mastik Aspal."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
JJJ 28:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Ammar Muhammad
"Lawele Granular Asphalt (LGA) merupakan aspal alam, yaitu aspal buton yang berada di Pulau Buton, Indonesia. Namun, penggunaan LGA dinilai belum maksimal, sehingga teknologi dalam pemanfaatan LGA masih terus dikembangkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan LGA dengan memaksimalkan proses ekstraksi LGA dalam campuran menggunakan oli bekas dan meningkatkan ketahanan campuran terhadap perubahan suhu dengan menggunakan Nano Crumb Rubber (NCR). Penambahan aditif ONCR dilakukan dengan nilai 5%, 10%, 15%, dan 20% terhadap kandungan aspal minyak serta 0% sebagai campuran pembanding. Stabilitas pada pengujian marshall menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya kadar ONCR. Berdasarkan spesifikasi pembanding, spesifikasi CPHMA, didapatkan KAO sebesar 8,55% pada penambahan ONCR 10% dan 8,92% pada penambahan ONCR 0%. Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui stabilitas dinamis campuran menggunakan Wheel Tracking Machine (WTM) pada suhu pengujian 26 °C, 35 °C, 45 °C, dan 60 °C. Campuran dengan penambahan aditif ONCR 0% menunjukan kinerja yang lebih baik dibandingkan campuran dengan penambahan ONCR 10%. Selain itu, performa ketahanan terhadap suhu ONCR 0% memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan ONCR 10%, yang ditandai dengan nilai deformasi alur yang lebih kecil pada setiap seuhu pengujiannya. Penambahan aditif ONCR dengan komposisi 85% oli bekas dan 15 % NCR tidak bisa meningkatkan kualitas campuran aspal. Penggunaan oli bekas pada campuran berperan signifikan dalam meningkatkan fleksibilitas aspal, yang ditandai dengan penurunan titik lembek campuran.

Lawele Granular Asphalt (LGA) is natural asphalt, namely with buton asphalt that stored in Buton Island, Indonesia. However, the use of LGA is considered not optimal, so that, the technology to optimize the use of LGA still being developed. This research was conducted to optimize the use of LGA by maximalizing the LGA extraction process using used oil and increasing the mixture resistance to temperature change by using Nano Crumb Rubber (NCR). The addition of ONCR additive was carried out with value of 5%, 10%, 15%, and 20% to the content of oil asphalt also 0% for the comparison mixture. Stability in marshall testing showed a decrease with the increasing content of ONCR. Based on the comparison specifications, CPHMA specification, the value of optimum asphalt content obtained on the amount of 8,55% for the addition of 10% ONCR and 8,92% for the addition of 0% ONCR. Further test was carried out to determine the dynamic stability of the mixture by using the wheel tracking machine (WTM) at 26 °C, 35 °C, 45 °C, and 60 °C test temperatures. Mixture with the addition of 0% ONCR showed better performance than the 10% ONCR mixture. In addition, the 0% ONCR mixture temperature resistance performance showed better result compared to the 10% ONCR mixture, which is characterized by smaller rutting deformation values at each test temperature. The addition of ONCR additives with a composition of 85% of used oil and 15% of NCR could not improve the quality of the asphalt mixture. The use of used oil in the mixture has a significant role in increasing the flexibility of the asphalt mixture, which is characterized by a decrease in the softening point of the mixture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Martha Leni
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>