Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Stella Bunga Parmawati
"Gangguan pendengaran pada anak tuna rungu yang terjadi sebelum masa perkembangan bahasa (prelingual) dan tergolong parah (profound) menimbulkan masalah dalam proses akademis dan komunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, intervensi untuk meningkatkan kosakata anak tuna rungu sebagai dasar perkembangan bahasa penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efektivitas pendekatan modifikasi perilaku dengan teknik fading dan token economy untuk meningkatkan kosakata siswa tuna rungu prelingual profound.
Program intervensi diadaptasi dari Morris (1985) untuk mengajarkan nama-nama obyek dan kegiatan. Teknik fading dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pemberian stimulus berupa gambar dan prompt tulisan, lalu gambar dan prompt sebagian tulisan, kemudian gambar tanpa prompt tulisan. Setiap kali berhasil menulis dengan tepat, subyek diberikan token yang nantinya dapat ditukarkan dengan reinforcer.
Penelitian dilakukan terhadap seorang anak tuna rungu prelingual profound, laki-laki, berusia 13 tahun, duduk di kelas 5 SD inklusi, memiliki kecerdasan non-verbal rata-rata, dan kosakata yang sangat terbatas. Dengan desain penelitian single-subject tipe ABA single-factor, peningkatan kosakata dilihat dari perbandingan antara hasil tes sebelum dan setelah intervensi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan modifikasi perilaku dengan teknik fading dan token economy efektif untuk meningkatkan kosakata siswa tuna rungu prelingual profound. Subyek mampu memahami serta memproduksi secara tertulis sebesar 87,5% dari delapan nama obyek dan 100% dari delapan nama kegiatan yang diberikan dalam intervensi.

A profound hearing impairment that happened before the development of language causes some problems within the academic process and daily communication. Therefore, an intervention to increase the deaf students vocabulary as the foundation of a language development is important. This research was conducted to examine the effectiveness of a behavior modification approach with fading and token economy techniques to increase the vocabulary of a student with prelingual profound deafness.
The intervention program was adapted from Morris (1985) to teach names of objects and activities. In the program, the subject was given three steps of fading, starting with a stimuli and a prompt in a form of a picture and its written name. Subsequently, the prompt was faded into only a certain part until it was entirely eliminated. Everytime the subject succeeded in writing the correct name, he was given a token which could be exchanged with a reinforcer.
Research was conducted on a male prelingual profound deaf student studying at a primary school with an inclusion program who has an average level of non verbal intelligence and lack of vocabulary. Using a single subject-ABA-single factor research design, the increase in vocabulary was determined by comparing the test results before and after the intervention.
Results indicated that a behavior modification approach with fading and token economy techniques is effective in order to increase the vocabulary of a student with prelingual profound deafness. Through writing, the subject was able to understand and produce 87,5% of the eight objects' names and 100% of the eight activities' names given during the intervention program.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31756
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Nirmala
"Penelitian ini bertujuan untuk melatih kemampuan mengenakan kemeja berkancing pada anak yang mengalami hambatan perkembangan dengan menggunakan terapi behavior modification. Penelitian ini bersifat studi kasus.
Metode behavior modification yang digunakan adalah forward chaining. Untuk membantu anak selama pelatihan, akan diberikan prompt, yaitu verbal, gestural, modeling, dan fisik, serta extra-stimulus prompt. Selain itu juga diberikan reinforcement (social, token dan backup reinforcement, serta manipulative) untuk menguatkan perilaku yang dilatihkan.
Baseline dilakukan selama 5 sesi untuk mengetahui sejauhmana anak dapat mengenakan kemeja. Hasil baseline menunjukkan bahwa secara konsisten anak belum dapat mengenakan kemeja berkancing tanpa bantuan. Pada saat baseline, anak hanya dapat memegang kemeja berkancing yang telah terbuka berhadapan dengannya, memasukkan lengan kanan ke lubang lengan kanan kemeja, dan menarik kerah kemeja kanan ke arah bahu. Pelatihan dilakukan selama 12 hari yang terdiri dari 21 sesi. Setelah pelatihan dilakukan, anak sudah dapat mengenakan kemeja dengan memasukkan tangan ke dalam lubang lengan pada kemeja, namun belum dapat memasukkan kancing ke lubang kancing.
Berdasarkan hasil pelatihan, disimpulkan bahwa hingga akhir pelatihan anak belum dapat mengenakan kemeja berkancing sendiri. Hambatan yang dialami oleh anak adalah keterbatasan motorik halus sehingga kesulitan untuk memasukkan kancing ke dalam lubang kancing. Meskipun demikian anak tetap menunjukkan kemajuan, yaitu sudah dapat mengenakan kemeja dengan memasukkan tangan ke dalam lubang lengan pada kemeja tanpa bantuan.
This research is a study case about a 5 year old child with developmental disability. The aim of this research is to train the ability of wearing and buttoning a shirt using behavior modification therapy.
The behavior modification method used in this research is forward chaining. Prompts (verbal, gestural, modeling, physical, and extra-stimulus prompt) are given throughout the training process to help the child when needed. Reinforcements (social, manipulative, token and backfup reinforcement) are also given to strengthen the behaviors that are being trained.
Baseline was done in 5 sessions to see how far the child could wear and button a shirt. It could be seen that the child could not wear and button a shirt without help from others. He could only hold the shirt facing it, put his hand in the right sleeve, and pull it to his right shoulder. This training was done in 12 days, with a total of 21 sessions. After the training ended, the child could put both his hands in both sleeves, although he still could not button the shirt.
It could be concluded that until the end of the training session, the child could not wear and button his shirt on his own. He could not hold and put in the buttons because of fine motor skill deficits, which was an important aspect of buttoning. Nevertheless improvements could still be seen. By the end of the training program, he could wear the shirt by putting both his hands in the sleeve without help."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mehrabian, Albert
New York: Human Science Press, 1978
153.85 MEH b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Garry, 1941-
New Jersey: Prentice-Hall, 2003
153.85 MAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Garry, 1941-
New Jersey: Prentice-Hall, 1996
153.85 MAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Gary
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1988
153.85 MAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Garry, 1941-
London: Prentice-Hall International, 1992
153.85 MAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarafino, Edward P., 1940-
Hoboken: Wiley, 2012
153.85 SAR a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Suherni
"Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Pengobatan massal filariasis merupakan salah satu pilar program eliminasi filariasis yang bertujuan untuk memutuskan rantai penularan filariasis sehingga terjadi pengurangan drastis mikrofilaria dalam darah tepi dan dengan demikian mengurangi potensi penularan oleh nyamuk. Dalam pelaksanaan pengobatan massal filariasis di daerah endemis filariasis, obat filariasis dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat. Namun demikian masih ada saja masyarakat yang menolak untuk minum obat filariasis. Belum diketahuinya faktor yang mempengaruhi perilaku minum obat filariasis merupakan perumusan masalah penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui gambaran perilaku minum obat filariasis serta mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan perilaku minum obat filariasis di Kabupaten Subang, Jawa Barat tahun 2007. Rancangan penelitian mengunakan studi cross sectional dengan metode cluster sampling yang diadopsi dari EPI WHO menggunakan data primer. Besar sampel sebanyak 264 responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Juli 2008 di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penduduk di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang berusia di atas 14 tahun dan merupakan kelompok sasaran pengobatan massal filariasis dipilih sebagai populasi studi.
Rata-rata umur responden adalah 38,32 tahun, dengan sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (79,2%). Responden sebagian besar bersuku sunda (91,7%), 83% responden berpendidikan rendah, 55,3% responden tidak bekerja dan 67,4% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang filariasis. Sebanyak 98,5% responden menerima obat filariasis dengan pendistribusian obat filariasis melalui pendekatan pos pengobatan massal (47,7%) dan pendekatan datang ke rumah (47,7%). Sebanyak 78,4% responden mengatakan di daerahnya tersedia TPE filariasis. 57,2% responden tidak dikontrol petugas pemberi obat filariasis. Responden yang menerima sosialisasi pengobatan massal filariasis sebanyak 99,6% dan sebagian besar responden menerima sosialisasi pengobatan massal filariasis melalui komunikasi interpersonal (55,9%).
Faktor risiko penentu yang berhubungan dengan perilaku minum obat filariasis adalah pendistribusian obat filariasis dan jenis sosialisasi pengobatan massal filariasis. Responden yang memperoleh obat melalui pendekatan selain rumah ke rumah (puskesmas, pos pengobatan, pengajian) berisiko untuk tidak minum obat filariasis 0,26 kali dibanding responden yang memperoleh obat filariasis melalui pendekatan rumah ke rumah, OR = 0,26 (95% CI : 0,07 - 0,98). Responden yang memperoleh sosialisasi pengobatan massal filariasis melalui selain komunikasi intepersonal (penyuluhan massal, media cetak) berisiko untuk tidak minum obat filariasis 0,1 kali dibanding responden yang memperoleh sosialisasi pengobatan massal filariasis melalui komunikasi intepersonal, OR = 0,1 (95% CI : 0,01 - 0,07).
Kesimpulan: Variabel pendistribusian obat filariasis dan jenis sosialisasi pengobatan massal filariasis merupakan faktor risiko utama yang mempengaruhi perilaku minum obat filariasis. Saran: Perlu dilakukan penyegaran pelatihan kepada Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) filariasis dan melakukan sosialisasi pengenalan pengobatan massal filariasis kepada masyarakat serta melakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku minum obat filariasis dengan menggunakan besar sampel yang lebih besar dan desain penelitian yang lebih baik."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Ramdaniati
"Dari beberapa tatanan PHBS, rumah tangga merupakan tatanan awal dari pelaksanaan PHBS karena rumah tangga merupakan kelompok masyarakat terkecil yang paling dekat dengan individu. Kondisi geografis RW04 Kelurahan Manggarai dilalui aliran sungai Ciliwung sehingga sering mengalami banjir pada musim hujan. Terlebih lagi jika melihat kondisi ekonomi mereka yang berada pada status miskin dan pendidikan yang rendah. Selain itu, sarana sanitasi yang minim di daerah tersebut juga menambah keprihatinan. Dengan kondisi seperti ini menyebabkan kerentanan terhadap berbagai penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada ibu rumah tangga RW04 Kelurahan Manggarai. Populasi penelitian ini adalah ibu rumah tangga karena proses pembinaan dan pengaturan dalam rumah tangga lebih didominasi oleh ibu yang memiliki lebih banyak waktu di rumah dibandingkan ayah. Variabel bebas pada penelitian ini adalah karakteristik (umur, pendidikan, mata pencaharian), pengetahuan tentang PHBS dan sikap tentang PHBS. Sedangkan variabel terikat adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan uji chi square (tingkat kemaknaan 0,05) untuk melihat adanya hubungan antara varisbel bebas dan terikat.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap tentang PHBS terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada ibu rumah tangga RW04 Kelurahan Manggarai. Disarankan kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan hendaknya menganggarkan dana untuk membuat program khusus terkait PHBS yang bersifat promotif seperti penyuluhan secara langsung maupun tidak langsung melalui media spanduk, poster, dan lain - lain."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>